WARNING 21+ PUASKAN AKU, KU TURUTI PERINTAHMU!
"Kedua, aku ingin kau segera pindah ke Ponorogo dalam bulan ini! Bagaimana?" tanya Rio."Ngnh! Mas, ahhh! Iya... Aku ahhh, akan pindah! Ahhh," lenguh Gendhis."Baiklah Baby, I am coming," ujar Rio sambil memasukkan perlahan batang miliknya dalam lubang hangan milik Gendhis. Batang itu masuk perlahan, rasa hangat menjalari bagian bawah milih Rio. Dengan sekali sentakan batang itu masuk ke dalam lubang kehangatan milik Gendhis."Ahhh! Ngnh! Hmppfff, nikmat sekali, Mas! Puaskan aku, akan aku turuti permintaanmu," perintah Gendhis sambil membuka matanya. Dia menatap Rio yang memandanginya dengan tersenyum. Gendhis meremas dada milihnya sendiri sambil menjilati bagian bawah bibirnya. Rio Gemas sekali dengan tingkah Gendhis yang seolah menggodanya.'Cup' lumatan di bibir Gendhis mendarat. Rio terus melumat dan memainkan lidahnya. Sambil bagian bawahnya berkerja memompa."Baby, ingat ya! Mulai saat ini lubangmu hanDARAH TANDA LUKA!-POV AUTHOR-Sampai pagi Sifa tak bisa kunjung tidur juga.Akhirnya dia memutuskan untuk salat malam dan berdoa meluapkan semuanya kepada Tuhan. Selesai itu semua dia langsung ke dapur memasak nasi dan menggoreng lauk sebisanya saja. Sampai adzan subuh berkumandang Purwati bangun dia kaget melihat sang menantu yang sudah berada di dapur."Kau tak tidur, Nduk?" tanya Purwati menghampiri Sifa yang sedang menggoreng nuget tahu buatannya."Tidak, Bu! Semalam ini Sifa tak bisa tidur," jawab Sifa sambil tersenyum menyelesaikan menggorengnya."Pantaslah matamu sembab begitu! Nduk, sudahlah kau tak usah terlalu pikirkan lagi masalah Rio! kita akan cari jalan keluarnya bersama-sama, kau tak usah takut ya, Nduk! Ingat Ibu akan selalu ada di sampingmu," ujar Purwati menenangkan Sifa.Tak munafik hati Sifa memang sedikit tenang mendengar pernyataan dari mertuanya itu. Paling tidak sekarang mertuanya ada di pihaknya. Tak lama Farhat juga bangun dan m
DUA PILIHAN WANITA!“Hallo sayang kamu di mana? Mas tadi masih menyetir mobil! Kamu kenapa?” tanya Rio panik sesaat setelah telpon di angkat.“Aku pingsan tadi Mas, waktu ngunjungi rumah baru di Ponorogo! Maaf aku tak sempat pamit padamu," jawab Gendhis dengan suara lemah."Lalu? Kau kenapa bisa sampai di rumah sakit?" sahut Rio."Hehehe! Ternyata darahku lagi drop banget, Mas! Hanya 80/60 saja. Ini aja langsung masuk UGD dan mendapat rawat inap, aku sempe gak sadar! Pokoknya tau- tau aja dah di rumah sakit dan gatau di anter siapa," jelas Gendhis."Kau ada di rumah sakit mana, Baby?" tanya Rio sedikit pusing. Mengapa dua wanita nya harus sama- sama di rawat di rumah sakit dengan jangka waktu yang bersamaan."Aku di rumah sakit dekat rumahmu, Mas! Makanya aku tadi langsung menelponmu,” kata Gendhis.“Baiklah! Kebetulan sekali Ini mas juga di rumah sakit dekat rumah, Baby! Sekarang kau bilang ada di ruangan inap kamar berapa?” tanyaku Rio. Gendhis seg
SAKIT HATI TAK SEBANDING DENGAN SAKIT FISIK YANG KAU BERI!-POV AUTHOR-“Mas yakin mau ninggalin aku sendiri di sini? Gak mau menyuapi makan ku dulu? Ya aku gak maksa sih biar aja di situ sampek pagi makanannya! Mas kan lihat aku tak bisa makan sendiri dengan tangan di infus,” kata Gendhis dengan tatapan sendu."Ah tak kuasa hati ini menolak keinginan Gendhis! Apalagi dia berada di Rumah Sakit sendiri! Sedangkan istrinya saat ini tentu saja sudah di temani keluarganya," batin Rio dalam hati.“Sini, Mas suapi dulu! Tapi habis ini, Mas ke Mbak Sifa bentar ya! Kau tak boleh marah! Mas janji nanti malem akan temenin kamu lagi, mengerti?” tanya Rio membujuk Gendhis sambil menyuapi Gendhis. "Baik! Tapi Mas janji ya, nanti malam benar- benar menemaniku! Kalau tidak aku telpon Samuel," ancam Gendhis."Janji Baby! Kau juga harus janji tak usah menelpon lelaki lain, deal?" tanya Rio.Gendhis tersenyum memandang Rio. Rio segera mengelus rambut gadis itu, untunglah
KAU TIDUR DI MANA, MAS?-POV AUTHOR-“Astagfirulloh, kok bisa sih, Mas?” kata Sifa terkejut akhirnya dia mau membuka suara. Karena semenjak di ruangan operasi Sifa mendiamkan Rio.“Tadi ada kerjaan, Dek! Urgent dan penting banget jadi buru- buru sampai harus ninggalin kamu, Mas gak fokus karena mikir kamu di yang di UGD rumah sakit dan berniat hanya tanda tangan aja, lalu segera balik ke rumah sakit. Ehh! pas itu Mas lupa naruh HP di mana,” kata Rio sambil menggaruk kepalanya.“Coba deh, telp pakai Hp Sifa, barangkali masih rejeki dan ketemu,” kata Umi Laila. Sifa bergegas mengambil Hpnya dan menelpon nomer Rio beberapa kali. Ya Allah semoga Gendhis tidak mengangkat telp Sifa. “Nyambung kok sebenarnya, Mas! Cuma gak di angkat,” kata Sifa panik."Alhamdulillah ya, Allah!" batin Rio lega. Nampaknya Allah sedang menutup aib Rio lebih lama, Gendhis tak mengangkat telpon Sifa.“Udah gak papa kok, Dek! Besok aja beli HP lagi! Kalo rejeki di dapet orang baik HP
CUKUP ATAS SANDIWARAMU, MAS!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Jangan pernah berbohong lagi Mas, aku tau kau menemui wanita itu bukan? Cukup aku jangan orangtua kau bohongi” Kata sifa sambil menggenggam tangan Rio sangat erat. Rio terdiam, bagaimana bisa Sifa mengetahui keberadaannya? Sifa terus berjalan kembali ke ruang rawat inapnya di ikuti tanpa bicara apapun lagi. Rio juga terdiam sambil mengiikuti langkah kaki istrinya di belakangnya. Purwati memang sengaja meninggalkan mereka berdua untuk sholat subuh di mushola.“Tidurlah, biar kau segera pulih! Aku yang menjaga Farhat saat dia bangun nanti,” ujar Rio pada Sifa.Sifa diam tak menjawab, dia berbaring pada ranjang kasur rumah sakit. Tubuhnya miring membelakangi Rio yang sedang sibuk menenangkan anak mereka yang baru bangun tidur. Air mata Sifa berjatuhan. Rasanya dia ingin menyerah saja dengan semua takdir yang dia jalani saat ini. Setan dalam hatinya berbisik mumpung dia mengalami keguguran dan tak jadi hami
KESEMPATAN EMAS!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Apa yang sakit? Sebelah mana?” Desak Purwati bertanya.“Tidak Bu, tadi sempat sakit sebentar, tapi ini sudah enak kok,” kata Sifa sambil mengusap air matanya. Dia tak ingin mertuany khawatir dengan keadaannya. Apalagi jika mertuanya tahu jika dia menangis. Tentu akan menjadi beban Purwati nanti.“Sifa, mau sarapan dari rumah sakit? Atau kepengen apa? Biar Ibu belikan, Nduk!” tawar Purwati lagi pada menantunya. Dia sangat menyayangi Sifa layaknya putrinya sendiri.“Sifa makan apa saja yang ada, Bu! Cukup nasi dari rumah sakit saja, Ibu mau Sifa pesankan makan online?" tanya balik Sifa. Karena jatah rumah sakit hanya untuk pasien saja.“Tak mau makan bubur ayam? Nasi pecel? Lontong sayur? Jika Sifa mau maka sekalian saja Ibu beli di luar rumah sakit,” jawab Purwati.Sifa menggelengkan kepalanya. Rio beranjak pergi setelah mencium kening Sifa sekilas. Dia duduk di sofa sambil memperhatikan Farhat yang asik bermain legonya. Wajahnya Farhat putra
JUJURLAH SAYANG!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Tidak Mbak terimakasih ya” kata Sifa."Kau bilang HP mu hilang, tapi Allah tunjukkan sekarang! Aku harus membuka semua," batin Sifa dalam hati.Petugas itu mengangguk dan berpamitan setelah menyerahkan Hp Sifa. Kini Sifa sedang mencoba berusaha membuka handphone Rio. Ternyata tak bisa, HP itu memiliki sandi yang Sifa sendiri tak tahu apa sandinya. Sifa mencoba memasukkan tanggal pernikahan mereka dan salah. Tanggal lahir Rio juga salah, Sifa bingung apa sandi HP, Rio sebenarnya. Mengapa sekarang dia mengkode HP yang dulu biasa tergeletak begitu saja. Satu notif pesan masuk.[Ok. Aku akan pulang sendiri, Mas tak sayang aku lagi]“Astagfirulloh... Laillahaillah... Allah,” ujar Sifa langsung lemas melihat chat itu sekilas. Tangan Sifa gemetar sampai HP Rio terjatuh ke lantai. Dia syok melihat pesan yang terbaca. Walaupun sekilas sangat jelas bahwa pesan itu mengatakan sayang. Sakit hati Sifa mengetahui hal itu."Bagaimana mungkin kau tega melaku
WANITA SIMPANAN ANAKKU!-BALIK KE POV AUTHOR ❤- “Kenapa?" tanya Rio melihat respon Gendhis yang hanya membeku."Baby," panggil Rio sambil membalikkan badan Gendhis. Dia menatap tajam wanita yang di cintainya itu. Tapi tatapan mata berkaca- kaca Gendhis meruntuhkan tatapannya."Padahal Mas dateng loh, Sayang! Mas sampai bela- belain datang dan rela meninggalkan Mbak Sifa demi menemuimu, kau malah dingin begitu,” kata Rio mencium bibir Gendhis sekilas. Gendhis tetap diam dan merajuk, Rio memeluk Baby binalnya itu dengan erat.“Maafin Mas ya! Maaf jika semalam Mas meninggalkanmu sendirian! Takut ya, Baby? Maaf sekali," ucap Rio."Kau bingung ya mencari, Mas? Maaf ya! Maaf sekali sudah membuat kau harus sarapan sendiri! Janji lain kali Mas akan menginap lama bersamamu,” ucap Rio sambil memeluk gadis yang di cintainya itu lagi.“Janji ya kita liburan lagi ke Bali,” pinta Gendhis dengan manja.“Semuanya untukmu Baby, apapun inginmu! Mas akan mewujudkan itu semua,” kata Rio sambil menciumi