MERAYU BABY BINALKU!"Apalagi yang kini kau elakan, Mas? Aku hanya tidak mempunyai bukti, tetapi aku mempunyai naluri dan insting sebagai seorang istri," batin Sifa dalam hati."Dimas," panggil Purwati yang melihat sekelabatan Dimas keluar dari rumahnya tadi. Mendengar panggilan Purwati mau tak mau Dimas menoleh kembali mengurungkan langkah kakinya untuk masuk ke dalam rumah."Ya, Bu!" sahut Dimas berteriak. Walaupun dia tahu itu tak sopan tapi Dimas tak memiliki keeranian untuk mendatangi Purwati. Dia takut Purwati bertanya macam- macam yang akan menyulitkan dirinya sendiri. Membuatnya terjebak dengan pertanyan emak- emak."Heh itu mau kemana? Rio! Mau ke mana dia?" teriak purwati sambil mngawasi farhat yang bermain di pinggir selokan air samping rumahnya."Tidak tahu, Bu! Dimas tadi tidak bertanya! Mungkin Mas Rio sedang ada beberapa urusan pekerjaan atau keperlun! Ah atu gimana ya, Bu? Dimas pokoknya tidak tahu, Bu," ujar Dimas sambil segera masuk ke dala
CEMBURUNYA SIMPANAN TAK BERLOGIKA!Rio bingung apa yang harus di lakukannya sekarang untuk membujuk Baby binalnya itu. Dia tak begitu mengerti tentang cara merayu wanita yang baik. Dia menjawab dengan logika malah Gendhis tambah marah. Jika berbohong dia juga bingung mengatakan apa untuk kebohongannya."Apa aku harus memperkosanya saja? Agar semua cepat selesai?" batin Rio dalam hati. Apalagi melihat wajah sendu Gendhis sudah membuatnya berhasrat sendiri."Kenapa kau hanya diam, Mas?" tanya Gendhis menatap Rio tajam. Bagi Gendis Rio hanya terdiam dan tak bisa memberi solusi atau memberi penjelasan. Dan diam itu bagi Gendis bukanlah emas tapi satu hal yang sangat memuakkan. Sebagai wanita dia membutuhkan penjelasan dan bukti bukan sekedar ucapan dan janji. Meskipun dia sedang tak sadar diri posisinya hanya sebagai selir hati. Bukanlah istri yang harus diakui."Oh iya aku lupa! Tentu saja kau diam sekarang! Wong sudah jelas bahwa rumah tangga kalian itu sebenarnya tak memiliki masalah d
PERJANJIAN DI ATAS RANJANG!"Baby, semua itu bisa diselesaikan dan dijelaskan dengan baik! Tak perlulah kau merajuk seperti ini," bujuk Rio."Sampai saat ini, apakah kau tidak percaya jika aku sangat mencintaimu lebih dari istriku?" tanya Rio."Aku percaya itu, tetapi mengapa kau tak bisa menceraikan istrimu, Mas? Jika memang kau tak mencintainya! Harusnya itu adalah hal yang mudah bukan? Mengapa terasa sulit untukmu sekarang?" tanya Gendhis sambil berdiri mengambil air di meja."Itu sebenarnya yang aku permasalahkan, Mas! Jika memang kau tak bisa menceraikannya sampai kapan aku harus bertahan menjadi simpananmu? Hah?" bentak Gendhis sambil menghabiskan air di botol kecil gelas Aqua itu dia menunggunya kasar lalu meremas wadah plastik itu dan membuangnya ke sampah kecil yang berada di sebelah televisi tapi meleset."Mas, kenapa kamu harus terus mempertahankan semua ini? Apa sebenarnya arti hubungan kita untukmu? Jika memang kau tak bisa memberikan kepastian
SEJUTA KATA BAGAIMANA TANPA ADA JAWABNYA!-POV AUTHOR-"Dari mana kau?" tanya Purwati membuat Rio terlonjak kaget. Bagaimana dia tak terkejut dengan ucapan ibunya. Suasana malam ini sangat gelap, lampu di padamkan. Bahkan keberadaan Purwati tak bisa di lihat oleh mata Rio karena dia berdiri di belakang gorden.'Klik' Purwati menyalakan lampu ruangan. Rio menengak ludahnya dengan kasar. Tak hanya ibunya saja, tapi istrinya Sifa juga nampak berdiri di depan kamar. Rio menggaruk kepalanya yang tak gatal."Kau dari mana, Mas?" tanya Sifa dengan nada bergetar menahan tangis. Dia sangat tahu dari mana suaminya ini. Karena ada aroma parfum Rio pun sudah tercium. Parfum Dior wangi mahal khas simpanannya itu. Tapi Sifa tak dapat berbuat apa-apa di hadapan Rio dan Purwati mertuanya. Karena dia tak memiliki cukup bukti jika hanya dengan tuduhan itu saja."Dari rumah temanku," jawab Rio sambil menggaruk-garukkan kepalanya mencari alasan yang tepat."Ya Allah semoga
WARNING 21+ PUASKAN AKU, KU TURUTI PERINTAHMU!"Kedua, aku ingin kau segera pindah ke Ponorogo dalam bulan ini! Bagaimana?" tanya Rio."Ngnh! Mas, ahhh! Iya... Aku ahhh, akan pindah! Ahhh," lenguh Gendhis."Baiklah Baby, I am coming," ujar Rio sambil memasukkan perlahan batang miliknya dalam lubang hangan milik Gendhis. Batang itu masuk perlahan, rasa hangat menjalari bagian bawah milih Rio. Dengan sekali sentakan batang itu masuk ke dalam lubang kehangatan milik Gendhis."Ahhh! Ngnh! Hmppfff, nikmat sekali, Mas! Puaskan aku, akan aku turuti permintaanmu," perintah Gendhis sambil membuka matanya. Dia menatap Rio yang memandanginya dengan tersenyum. Gendhis meremas dada milihnya sendiri sambil menjilati bagian bawah bibirnya. Rio Gemas sekali dengan tingkah Gendhis yang seolah menggodanya.'Cup' lumatan di bibir Gendhis mendarat. Rio terus melumat dan memainkan lidahnya. Sambil bagian bawahnya berkerja memompa."Baby, ingat ya! Mulai saat ini lubangmu han
DARAH TANDA LUKA!-POV AUTHOR-Sampai pagi Sifa tak bisa kunjung tidur juga.Akhirnya dia memutuskan untuk salat malam dan berdoa meluapkan semuanya kepada Tuhan. Selesai itu semua dia langsung ke dapur memasak nasi dan menggoreng lauk sebisanya saja. Sampai adzan subuh berkumandang Purwati bangun dia kaget melihat sang menantu yang sudah berada di dapur."Kau tak tidur, Nduk?" tanya Purwati menghampiri Sifa yang sedang menggoreng nuget tahu buatannya."Tidak, Bu! Semalam ini Sifa tak bisa tidur," jawab Sifa sambil tersenyum menyelesaikan menggorengnya."Pantaslah matamu sembab begitu! Nduk, sudahlah kau tak usah terlalu pikirkan lagi masalah Rio! kita akan cari jalan keluarnya bersama-sama, kau tak usah takut ya, Nduk! Ingat Ibu akan selalu ada di sampingmu," ujar Purwati menenangkan Sifa.Tak munafik hati Sifa memang sedikit tenang mendengar pernyataan dari mertuanya itu. Paling tidak sekarang mertuanya ada di pihaknya. Tak lama Farhat juga bangun dan m
DUA PILIHAN WANITA!“Hallo sayang kamu di mana? Mas tadi masih menyetir mobil! Kamu kenapa?” tanya Rio panik sesaat setelah telpon di angkat.“Aku pingsan tadi Mas, waktu ngunjungi rumah baru di Ponorogo! Maaf aku tak sempat pamit padamu," jawab Gendhis dengan suara lemah."Lalu? Kau kenapa bisa sampai di rumah sakit?" sahut Rio."Hehehe! Ternyata darahku lagi drop banget, Mas! Hanya 80/60 saja. Ini aja langsung masuk UGD dan mendapat rawat inap, aku sempe gak sadar! Pokoknya tau- tau aja dah di rumah sakit dan gatau di anter siapa," jelas Gendhis."Kau ada di rumah sakit mana, Baby?" tanya Rio sedikit pusing. Mengapa dua wanita nya harus sama- sama di rawat di rumah sakit dengan jangka waktu yang bersamaan."Aku di rumah sakit dekat rumahmu, Mas! Makanya aku tadi langsung menelponmu,” kata Gendhis.“Baiklah! Kebetulan sekali Ini mas juga di rumah sakit dekat rumah, Baby! Sekarang kau bilang ada di ruangan inap kamar berapa?” tanyaku Rio. Gendhis seg
SAKIT HATI TAK SEBANDING DENGAN SAKIT FISIK YANG KAU BERI!-POV AUTHOR-“Mas yakin mau ninggalin aku sendiri di sini? Gak mau menyuapi makan ku dulu? Ya aku gak maksa sih biar aja di situ sampek pagi makanannya! Mas kan lihat aku tak bisa makan sendiri dengan tangan di infus,” kata Gendhis dengan tatapan sendu."Ah tak kuasa hati ini menolak keinginan Gendhis! Apalagi dia berada di Rumah Sakit sendiri! Sedangkan istrinya saat ini tentu saja sudah di temani keluarganya," batin Rio dalam hati.“Sini, Mas suapi dulu! Tapi habis ini, Mas ke Mbak Sifa bentar ya! Kau tak boleh marah! Mas janji nanti malem akan temenin kamu lagi, mengerti?” tanya Rio membujuk Gendhis sambil menyuapi Gendhis. "Baik! Tapi Mas janji ya, nanti malam benar- benar menemaniku! Kalau tidak aku telpon Samuel," ancam Gendhis."Janji Baby! Kau juga harus janji tak usah menelpon lelaki lain, deal?" tanya Rio.Gendhis tersenyum memandang Rio. Rio segera mengelus rambut gadis itu, untunglah
IZINKAN AKU POLIGAMI"Tidak Mas, Sifa hanya ingin me time sendiri. Sifa ingin memanjakan diri sekedar pergi ke salon memotong rambut dan melakukan spa Syariah. Apakah boleh, Mas?" tanya Sifa."Kau akan pergi dengan siapa?" selidik Rio."Perginya biar diantarkan oleh santri Abah yang wanita, Mas. Toh mobil Umi ada di rumah kok, Mas," kata Sifa."Kebetulan tadi Abah pergi menggunakan mobilnya sendiri dengan Mulki. jadi ada satu mobil yang menganggur di rumah. Bagaimana, Mas?" tanya Sifa."Baiklah jika seperti itu, Dek. Yang penting Humairah aman ya?" ucap Rio mencoba memastikan."Tenang saja, Mas. Kau tak usah takut, insya Allah anak kita aman. Humaira akan dijaga oleh Umi sehingga Sifa benar-benar nyaman dan aman serta tenang saat meninggalkannya," jawab Sifa."Baiklah kalau begitu, Dek. Kau butuh uang berapa? Akan Mas transfer saja ya," ujar Rio."Tak usah, Mas. Kebetulan jatah bulanan yang Mas berikan masih ada kok. Itu saja insya Allah sudah cukup," jawab Sifa agar tak membuat suami
IDE GILA SIFA!"Ya sudah kita akan langsung saja bertemu dengan Rio tanpa kau harus pulang dulu. Setelah semua jelas, baru kau nanti mengatakan semua kepada Mbakmu, agar Mbakmu tak salah paham dan kecewa. Sekarang Mbakmu sebenarnya ada di posisi dilema, Le," jelas Abah Furqon."Astagfirulloh. Kenapa lagi, Bah?" tanya Mulki."Dia ingin percaya kepadamu sebenarnya, Le. Tetapi apa yang dilihat dengan mata kepalanya itu justru bertentangan dengan semua kepercayaananya. Melihat kau dan Rio duduk bersama wanita itu, bahkan wanita itu duduk di hadapanmu. Wajar kan kalau Mbakyu mu kecewa," jawab Abah Furqon."Bah, tolong kali ini jangan Abah berpikir bahwa Mulki turut andil dan ikut campur terlalu dalam masalah keluarga Mbak Sifa, tolong jangan, Bah. Tolong jangan berpikir itu lagi, karena jika Abah masih berpikir seperti itu sampai selamanya Mbak Sifa nasibnya akan seperti ini, Mbak Sifa akan mencintai sendiri dan itu sakit, Bah," ujar Mulki dengan menghela nafasnya panjang."Biarlah, Bah. B
BISMILLAH LANGKAH AWAL!Dengan penuh takzim, Simbok mengantarakan pesanan Abah Furqon. Mereka pun menikmati nasi pecel itu dan tak membahas masalah ini lagi. Sejak dulu memang pantangan bagi Mulki dan Abahnya untuk berbicara ketika makan. Meskipun hal sepenting apapun setelah selesai makan dan menghirup kopinya, baru mereka berbicara lagi."Lalu harus bagaiman, Abah?" tanya Abah Furqon."Menurut Mulki sekarang kita harus memanggil Mas Rio lagi, Bah. Bagaimana lagi? Semua sudah kadung terlanjur terjadi. Mbak Sifa pun juga sudah tahu masalah ini, jadi jangan sampai hal ini makin membuat Mbak Sifa berpikir macam- macam, Bah. Kita harus menyelesaikan masalah ini hari ini juga, Bah. Kita tak bisa menundanya makin lama, Bah. Mulki tak ingin dan tak mau kehilangan kepercayaannya juga, kita harus segera menyelesaikan masalah ini, Bah. Sungguh," tegas Mulki."Selain itu ada satu hal lain yang menghantui pikian Mulki, Bah. Karena satu sisi pun kita harus memikirkan kondisi wanita itu dan anakn
TENTANG PERNIKAHAN SIRI"Dia tak ingin menikahi wanita itu, Bah. Namun dia juga tak ingin dianggap sebagai pecundang mengkhianati anak itu padahal Mas Rio juga mengakui bahwa dia adalah darah dagingnya hanya saja dia tak ingin namanya tercantum di akta. Tapi Bah...""Kenapa?" tanya Abah Furqon."Mas Rio ingin tetap menafkahinya. Bagaimana menurut Abah?" tanya balik Mulki.Abah Furqon menghela nafasnya panjang. Saat seperti ini lah sebenarnya dia sang anak bisa bertukar pikiran, saling mengupgrade ilmu agama masing- masing. Kali ini abah Furqon ingin mengangkat topik pernikahan siri dan perzinahan."Pertama Abah ingin menyoroti ucapanmu, Le. Tetang pernikahan yang dilakukan secara rahaasia atau lebih akrab disebut nikah siri adalah pernikahan yang tidak dicatat di kantor KUA. Nikah siri, dikatakan sah menurut agama tapi tidak sah menurut Negara karena seperti yang sudah dijelaskan tadi, tidak tercatat di KUA. Benar katamu, nikah siri memang memiliki banyak kekurangan. Namun di beberap
RENCANA DAN STRATEGI PARA LELAKI!"Bahkan sepertinya foto itu diambil kemarin siang saat kita bersama toh? Abah sedang mengisi kajian dan mata kuliah, sedangkan kau berpamitan berdiskusi tentang dakwah masa kini. Lalu kenapa kok tiba- tiba kau ada di cafe itu? Bagaimana ceritanya?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafas panjang sekaali. Dia harus menceritakan sedetails mungkin sekarang pada Abahnya. Karena dia yakin hanya Abahnya yang bisa menyelesaikan masalah ini."Bah, sungguh ini sebenarnya tidak sengaja, itu bukan pertemuan yang di bentuk lantas sengaja, bukan seperti itu, Bah. Semua di luar kendali Mulki, saat itu memang Mulki ada berpamitan kepada Abah saat Abah mengisi ceramah. Mulki akan berpamitan dan akan berdiskusi bersama teman-teman dari beberapa universitas perwakilan salah satu organisasi agama yang memang sengaja membahas dakwah modern. Mereka meminta tolong Mulki sebagai pengisinya untuk kelas akhwat dan akhirnya Mulki pun setuju- setuju saja saat itu," jawab Mulki
DUDUK DI BAWAH POHON BERINGIN"Abah pergilah ke ke mushola dulu. Kita akan mendengarkan versi dari Mulki," perintah Umi Laila lagi."Iya, Umi. Assalamualaikum," pamit Abah Furqon."Kau lebih percaya adikmu kan sekarang?" tanya Umi Laila. Sifa pun menganggukkan kepalanya."Ya sudah kalau aku percaya dengan adikmu sekarang, kau tak usah berpikir macam-macam," kata Umi Laila."Kau jangan takut sekarang, Nduk. Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Kau jangan berpikir hal-hal yang aneh. Itu akan mempengaruhi kualitas Asi mu sekarang itu, Nduk. Sudah tak perlu kau pikir lelaki yang seperti itu lagi. Benar dia suamimu kau harus baik kepadanya, berpikirlah seperti tak ada masalah yang sekarang itu dan harus diutamakan adalah anakmu. Nasib dan kualitas asimu harus bagus demi masa depan anakmu yang lebih baik. Biarlah, biar semua nanti akan di balas oleh gusti Allah saja. Kau tak perlu ikut campur, biar semua di catat olehnya," sambung Umi Laila."Karena kau tahu kan sebaik-baiknya sutradara itu
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt