PERTEMUAN DENGAN ONGKI-KEMBALI POV AUTHOR ❤️-Sifa menatap nanar ke arah Rio. Dia tak percaya suaminya tega mengatakan hal itu padanya. Padahal dia sedang hamil. Apakah ia tak pernah memikirkan sedikit saja batin dan perasaannya. Bukan hanya fisik yang disakiti Rio tetapi mental Sifa yang di hancurkan."Terserahmu, Mas," kata Sifa yang memilih pergi dan berlalu tanpa menjawab ucapan Rio."Sialan! Lama-lama melunjak dia jadi Istri," umpat Rio dalam hati.Rio kemudian kembali ke kantor bersama anak buahnya untuk menyusun beberapa proposal dan berbagai acara pemberangkatan umroh beberapa hari lagi. Sejenak dia melupakan permasalahan rumah tangganya. Namun saat dia membuka HP, dia teringat lagi pada kekasihnya. Dari semalam sama sekali tidak ada chat maupun panggilan nomornya pun masih diblokir."Ilham, apakah kau menganggurkan? Jika menganggur tolong dong belikan nomor baru untukku yang biasa saja," perintah Rio pada anak buahnya."Siap, Bos!" kata Il
PERDEBATAN DI MEJA MAKAN.-KEMBALI POV AUTHOR ❤️-"Apa rencana Sifa kali ini," kata Rio dalam hati sambil memandangi istrinya yang tersenyum simpul."Kau tak menyangkakan, Mas? Kau kalah langkah," batin Sifa dalam hati.Purwati memperhatikan anak dan menantunya seperti seorang yang sedang bermusuhan saja. Mereka saling menatap dengan senyum sinis masing-masing. Ini adalah hal baru yang di lihat oleh Purwati dengan mata kepalanya sendiri. Walaupun menantunya itu memakai cadar. Mata tak bisa di bohongi. Pastilah ada sesuatu yang tidak beres. Apalagi dengan mendadak Sifa juga memintanya menginap di sini. Batin seorang ibu mengatakan bahwa Itu hanya alasan Sifa untuk membantunya memecahkan suatu masalah yang telah dibuat oleh Rio."Awas saja kalau Rio sampai bertingkah," kata Purwati dalam hati."Kalian kenapa saling menatap seperti itu? Mbok ya di sampaikan kalau ada apa- apa dengan baik, jangan saling menatap seperti itu! Yang melihat menjadi ngeri, kau ini suami dan istri bukan musuh!
KECEMBURUAN DI HATI RIO-KEMBALI POV AUTHOR ❤️-Ilham kembali dari toko sambil membawa nomor yang di pesan oleh Rio. Dia segera mengaktifkan dan meregistrasi nomer dengan identitasnya. Untungnya saja HP itu memiliki dua slot nomor dan baru di isi satu. Setelah semua selesai, dia langsung mencoba menghubungi Gendis melalui WA. Pesan wa-nya terkirim centang dua tapi belum ada satupun yang di baca. Terakhir di lihat di hp-nya juga sudah beberapa jam yang lalu entah ke mana wanita itu."Kenapa kau terlihat gelisah Mas?" tanya Dimas."Tak apa-apa, perasaanmu saja" balas Rio cuek. Dia tak ingin Dimas sahabatnya mengetahui semua permasalahan yang sedang menimpa rumah tangganya. Pasti nanti Dimas akan membela Sifa dan berpihak padanya dari pada membela diri sendiri. Karena memang murni ini adalah kesalahan dia, bukan istrinya. Rio menunggu pesan itu sampai sore hari nihil tak kunjung juga ada balasan."Bapak ibumu ke sini ya, Mas?" tanya Dimas yang baru turun dari lantai dua menghampiri Rio.
KECURIGAAN PURWATI!-KEMBALI POV AUTHOR ❤️-'Tok' 'Tok' 'Tok'"Kalian bertengkar?" tanya Purwati.Purwati sebenarnya sudah mencurigainya sejak tadi. Awalnya dia hanya berniat mengambil air panas yang di gunakan untuk membuat susu cucunya Farhat. Ketika dia melintasi kamar Rio dan Sifa, Purwati mendengarkan teriakan dan bentakan anak dan menantunya itu saling bersahutan. Awalnya Purwati tidak hendak menegurnya karena dia berpikiran semua rumah tangga pasti ada cek cok antara suami dan istri. Dan itu adalah hal yyang wajar.Tapi semakin lama teriakan Sifa semakin kencang saja. Padahal Purwati tahu betul bagaimana watak menantunya itu yang tak suka mencari keributan, tak suka membentak bahkan tak pernah berteriak. Jika Sifa sudah melakukan hal itu tentulah yang di lakukan Rio ada di luar batas kesabaran Sifa. Bukannya dia tak percaya pada anaknya, tetapi saat ini dalam membina rumah tangga, dia lebih percaya pada menantu dari pada anak sendiri."Sebentar, B
CURHAT KE MERTUA SOLUSINYA.-KEMBALI POV SIFA ❤️-Bahkan di meja makan sudah terhidang menu sarapan yang. Ada adonan bakwan yang tinggal di goreng, dadar jagung, dan tahu isi. Sedangkan di meja makan sudah ada nasi pecel dii meja. Farhat juga sudah mandi. Tampak ciri khas anak kecil mandi dengan bedak yang tebal."Wah sudah tampan anak Ibu," ucapku tersenyum."Jujurlah, Nduk! Kenapa kau semalem?" tanya Purwati.Aku terdiam, haruskan dia mengatakan semuanya pada Purwati sekarang? Aku mempertimbangkan lagi tentang baik buruknya curhat dan menceritakan masalah rumah tanggaku pada mertuaku sendiri. Ada dua hal yang perlu di perhatikan ketika mencari teman curhat, pertama memang orang itu di harapkan dapat menjadi pemecah masalah dan memberikan solusi, aku merasa ibu dapat memberikannya. Yang kedua orang itu harus amanat dan berpihak kepada yang benar serta bersikap adil, aku pun merasa ibu juga begitu."Bismillah," ucapku dalam hati untuk memantapkan langkah
SAAT PURWATI TURUN TANGAN-KEMBALI POV AUTHOR ❤️-"Sudah Nduk, sudah! Jangan menangis lagi, air matamu terlalu berharga untuk menangisi Rio, walaupun Rio itu anak ibu tetapi rasanya Ibu tidak rela jika kau menangis seperti itu serahkan semua pada ibu"Terima kasih ya, Bu! Terima kasih banyak Ibu sudah membela Sifa, entah jika tak ada ibu bagaimana Sifa sanggup bertahan dengan semua situasi dan kondisi ini," jelas Sifa."Itu sudah kewajiban dari Ibu sebagai orang tua kalian, Nduk! Ibu sudah berjanji pada diri Ibu sendir untuk bisa berlaku adil pada menantu dan anak. Ibu tidak akan membela dan melindungi siapa yang salah di sini! Ibu membela kebenaran, walaupun iu anak Ibu sendiri," jawab Purwati."Ibu tahu anak Ibu lah yang salah, sedangkan apa yang kau sampaikan tentu suatu kebenaran, maka Ibu akan membelamu sebisa mungkin," sambung Purwati."Tapi ingat ya, Nduk! Ibu hanya meminta satu hal, yang penting kau jangan pernah memiliki niat untuk meninggalkan
AMARAH RIO-PART AUTHOUR-"Ada warung di sampingnya, lumayan enak kok! Sudah ayo kita ke sana saja," perintah Purwati.Mau tak mau Rio menuruti permintaan ibunya. Dari pada sang ibu makin memperlambat tanggal kepulangannya dari rumahnya. Apalagi sebagai seorang anak tunggal, memanglah dia juga sangat menyayangi ibunya lebih dari apapun. Akhirnya mereka memutuskan untuk segera pergi ke es dawet kertobanyon seperti permintaan ibu. Sesampainya di sana, Rio melihat seseorang yang amat ia kenal bahkan dari belakang. Dia juga sedang makan di sana bersama seorang lelaki."Bajinggann! Siapa lelaki itu?" kata Rio dalam hati sambil menampakkan ekspresi wajah yang berubah.Rio tak dapat berbuat apa- apa kali ini. Karena dia datang bersama Sifa dan ibunya Purwati. Mereka turun bersama-sama dan memilih duduk di tempat paling luar. Sedangkan Gendis dan lelaki itu terlihat duduk di dalam warung es itu. Sesekali Rio meliriknya, seorang lelaki Chinese tapi bukan Samuel juga.
INSTING PURWATI-POV AUTHOR-"Oh ini Mbak aku bersama Ko Ongki, perkenalkan Ko Ongki itu adalah mas Rio kepala tripku dulu, yang ini adalah ibunya, dan ini adalah istrinya," kata Gendis memperkenalkan."Oh halo Tante, halo Mas," ucap Ongki ramah."Pacarnya Mbak?" tanya Sifa."Bukan Mbak, Dia ini adalah mantan pacarku dulu. Kebetulan juga dia baru pulang dari Singapur, dan ternyata mobilnya rusak, jadi aku mengantarnya service sekalian beli es dawet yang manis- manis untuk nambah mood," jelas Gendhis. Ongki menjawil lengan Gendhis agar tak lama berbasa basi. Dia risih melihat tatapan Rio yang nampak jelas menghakimi."Oh ya sudah kalau begitu, Mbak! Enjoy ya, silahkan di nikmati. Aku mau pamit pulang dulu, karena bengkelnya keburu tutup," ucap Gendis berpamitan.Rio terus memandang kepergian Gendis dengan tatapan tajam dan tak suka. Tak sengaja Ongki menggandeng tangan Gendhis. Dia menggeret lengan Gendis untuk segera meninggalkan meja Rio. Kemudian
IZINKAN AKU POLIGAMI"Tidak Mas, Sifa hanya ingin me time sendiri. Sifa ingin memanjakan diri sekedar pergi ke salon memotong rambut dan melakukan spa Syariah. Apakah boleh, Mas?" tanya Sifa."Kau akan pergi dengan siapa?" selidik Rio."Perginya biar diantarkan oleh santri Abah yang wanita, Mas. Toh mobil Umi ada di rumah kok, Mas," kata Sifa."Kebetulan tadi Abah pergi menggunakan mobilnya sendiri dengan Mulki. jadi ada satu mobil yang menganggur di rumah. Bagaimana, Mas?" tanya Sifa."Baiklah jika seperti itu, Dek. Yang penting Humairah aman ya?" ucap Rio mencoba memastikan."Tenang saja, Mas. Kau tak usah takut, insya Allah anak kita aman. Humaira akan dijaga oleh Umi sehingga Sifa benar-benar nyaman dan aman serta tenang saat meninggalkannya," jawab Sifa."Baiklah kalau begitu, Dek. Kau butuh uang berapa? Akan Mas transfer saja ya," ujar Rio."Tak usah, Mas. Kebetulan jatah bulanan yang Mas berikan masih ada kok. Itu saja insya Allah sudah cukup," jawab Sifa agar tak membuat suami
IDE GILA SIFA!"Ya sudah kita akan langsung saja bertemu dengan Rio tanpa kau harus pulang dulu. Setelah semua jelas, baru kau nanti mengatakan semua kepada Mbakmu, agar Mbakmu tak salah paham dan kecewa. Sekarang Mbakmu sebenarnya ada di posisi dilema, Le," jelas Abah Furqon."Astagfirulloh. Kenapa lagi, Bah?" tanya Mulki."Dia ingin percaya kepadamu sebenarnya, Le. Tetapi apa yang dilihat dengan mata kepalanya itu justru bertentangan dengan semua kepercayaananya. Melihat kau dan Rio duduk bersama wanita itu, bahkan wanita itu duduk di hadapanmu. Wajar kan kalau Mbakyu mu kecewa," jawab Abah Furqon."Bah, tolong kali ini jangan Abah berpikir bahwa Mulki turut andil dan ikut campur terlalu dalam masalah keluarga Mbak Sifa, tolong jangan, Bah. Tolong jangan berpikir itu lagi, karena jika Abah masih berpikir seperti itu sampai selamanya Mbak Sifa nasibnya akan seperti ini, Mbak Sifa akan mencintai sendiri dan itu sakit, Bah," ujar Mulki dengan menghela nafasnya panjang."Biarlah, Bah. B
BISMILLAH LANGKAH AWAL!Dengan penuh takzim, Simbok mengantarakan pesanan Abah Furqon. Mereka pun menikmati nasi pecel itu dan tak membahas masalah ini lagi. Sejak dulu memang pantangan bagi Mulki dan Abahnya untuk berbicara ketika makan. Meskipun hal sepenting apapun setelah selesai makan dan menghirup kopinya, baru mereka berbicara lagi."Lalu harus bagaiman, Abah?" tanya Abah Furqon."Menurut Mulki sekarang kita harus memanggil Mas Rio lagi, Bah. Bagaimana lagi? Semua sudah kadung terlanjur terjadi. Mbak Sifa pun juga sudah tahu masalah ini, jadi jangan sampai hal ini makin membuat Mbak Sifa berpikir macam- macam, Bah. Kita harus menyelesaikan masalah ini hari ini juga, Bah. Kita tak bisa menundanya makin lama, Bah. Mulki tak ingin dan tak mau kehilangan kepercayaannya juga, kita harus segera menyelesaikan masalah ini, Bah. Sungguh," tegas Mulki."Selain itu ada satu hal lain yang menghantui pikian Mulki, Bah. Karena satu sisi pun kita harus memikirkan kondisi wanita itu dan anakn
TENTANG PERNIKAHAN SIRI"Dia tak ingin menikahi wanita itu, Bah. Namun dia juga tak ingin dianggap sebagai pecundang mengkhianati anak itu padahal Mas Rio juga mengakui bahwa dia adalah darah dagingnya hanya saja dia tak ingin namanya tercantum di akta. Tapi Bah...""Kenapa?" tanya Abah Furqon."Mas Rio ingin tetap menafkahinya. Bagaimana menurut Abah?" tanya balik Mulki.Abah Furqon menghela nafasnya panjang. Saat seperti ini lah sebenarnya dia sang anak bisa bertukar pikiran, saling mengupgrade ilmu agama masing- masing. Kali ini abah Furqon ingin mengangkat topik pernikahan siri dan perzinahan."Pertama Abah ingin menyoroti ucapanmu, Le. Tetang pernikahan yang dilakukan secara rahaasia atau lebih akrab disebut nikah siri adalah pernikahan yang tidak dicatat di kantor KUA. Nikah siri, dikatakan sah menurut agama tapi tidak sah menurut Negara karena seperti yang sudah dijelaskan tadi, tidak tercatat di KUA. Benar katamu, nikah siri memang memiliki banyak kekurangan. Namun di beberap
RENCANA DAN STRATEGI PARA LELAKI!"Bahkan sepertinya foto itu diambil kemarin siang saat kita bersama toh? Abah sedang mengisi kajian dan mata kuliah, sedangkan kau berpamitan berdiskusi tentang dakwah masa kini. Lalu kenapa kok tiba- tiba kau ada di cafe itu? Bagaimana ceritanya?" tanya Abah Furqon.Mulki menghela nafas panjang sekaali. Dia harus menceritakan sedetails mungkin sekarang pada Abahnya. Karena dia yakin hanya Abahnya yang bisa menyelesaikan masalah ini."Bah, sungguh ini sebenarnya tidak sengaja, itu bukan pertemuan yang di bentuk lantas sengaja, bukan seperti itu, Bah. Semua di luar kendali Mulki, saat itu memang Mulki ada berpamitan kepada Abah saat Abah mengisi ceramah. Mulki akan berpamitan dan akan berdiskusi bersama teman-teman dari beberapa universitas perwakilan salah satu organisasi agama yang memang sengaja membahas dakwah modern. Mereka meminta tolong Mulki sebagai pengisinya untuk kelas akhwat dan akhirnya Mulki pun setuju- setuju saja saat itu," jawab Mulki
DUDUK DI BAWAH POHON BERINGIN"Abah pergilah ke ke mushola dulu. Kita akan mendengarkan versi dari Mulki," perintah Umi Laila lagi."Iya, Umi. Assalamualaikum," pamit Abah Furqon."Kau lebih percaya adikmu kan sekarang?" tanya Umi Laila. Sifa pun menganggukkan kepalanya."Ya sudah kalau aku percaya dengan adikmu sekarang, kau tak usah berpikir macam-macam," kata Umi Laila."Kau jangan takut sekarang, Nduk. Pasrahkan semuanya pada Gusti Allah. Kau jangan berpikir hal-hal yang aneh. Itu akan mempengaruhi kualitas Asi mu sekarang itu, Nduk. Sudah tak perlu kau pikir lelaki yang seperti itu lagi. Benar dia suamimu kau harus baik kepadanya, berpikirlah seperti tak ada masalah yang sekarang itu dan harus diutamakan adalah anakmu. Nasib dan kualitas asimu harus bagus demi masa depan anakmu yang lebih baik. Biarlah, biar semua nanti akan di balas oleh gusti Allah saja. Kau tak perlu ikut campur, biar semua di catat olehnya," sambung Umi Laila."Karena kau tahu kan sebaik-baiknya sutradara itu
KECURIGAAN SIFASampai adzan subuh dan suara tahrim berkumandang dia masih belum bisa tidur. Dia masih penasaran dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa adiknya bisa bertingkah seperti ini, apa yang dirahasiakan adiknya dan sang suami. Mengapa mereka tega menyembunyikan kenyataan pahit seperti ini. Bahkan mereka diam-diam bertemu dengan Gendis di belakangnya tanpa ada pemberitahuan pada Sifa."Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?" gumam Sifa.Dia segera keluar dari kamar mencari Mulki. Tapi rupanya kalah cepat, karena Mulki sudah tak ada di sana. Entah sejak kapan adiknya itu sudah pergi ke mushola. Mungkin sejak subuh tadi, ingin rasanya Sifa menyusul ke depan lalu menanyakan semuanya langsung pada adiknya. Tapi tak mungkin karena di depan sangat ramai dan pondok putra milik keluarganya. Dia harus bisa menahan emosi dan menjaga marwahnya."Allah, kapan dia pergi," gumam Sifa.Dia benar- benar tak mendengar suara Mulki saat membuka kamarnya. Padahal biasanya dia
MENDADAK VIRAL DI SOSIAL MEDIA"Dia itu sangat pandai, aku menghalangimu menikah dengannya bukan karena aku masih mencintainya atau aku ingin menikahi dia suatu saat nanti, tidak. Justru sebaliknya, aku tak hanya ingin saja kau terjebak dalam permainan mu sendiri, dengarkan aku kali ini saja," sambung Rio."Benarkah? benarkah kau tak mencintainya lagi?" tanya Mulki dengan penekanan.Rio menghela nafasnya panjang. Munafik memang jika dia mengatakan bahwa dia tak mencintai wanita itu. Dia memang masih mencintai wanita itu namun dia kali ini bisa berpikir jernih, tak seperti dulu."Ya memang aku sedikit mencintainya. Namun tak segila dulu," kata Rio Jujur."Jika sudah seperti ini masalah tak akan menjadi gampang, Mulki. Justru masalah ini akan melebar. Bagaimana jika Sifa tahu?" tanya Rio.Mulki pun langsung juga menyadari bahwa ikut campur terlalu dalam masalah rumah tangga Rio dan Sifa. Dia menghela nafasnya panjang, orang tuanya memang terbiasa untuk tak malu meminta maaf tanpa geng
APAKAH KAU YAKIN TAK MENCINTAINYA?"TIDAK BISA!" tegas Mulki.Semua terdiam, Rio pun tak bisa berkutik dengan semua ucapan Mulki. Mulki pun hanya bisa mengusap wajahnya dengan kasar. Ternyata apa yang dikatakan oleh Rio memang tidak bohong. Gendis memvalidasi semuanya bahwa apa yang pernah di jelaskan pada Rio padanya memang benar. Karena sebelumnya Rio dan Gendis tidak pernah bertemu lagi. Mereka baru bertemu beberapa hari kebelakangan ini dan itu pun perkara Gendhis menuntut akta kelahiran."Kenapa tak mungkin?" tanya Gedhis lirih."Aku dengar kau kuliah hukum ya? Atau pasanganmu sekarang orang yang tahu hukum. Aku rasa dia juga sedikit banyak pasti telah menjelaskannya padamu kan? Kalau tidak aku akan jelaskan semua padamu. Seperti yang kau tahu sendiri, akta kelahiran itu tak mungkin didapatkan tanpa ada pernikahan sah. Biar bagaimanapun juga aku ini juga kuliah hukum walaupun kuliah secara online saja, tapi aku sedikit banyak tahu tentang permasalahan ini. Kau tak mungkin menunt