Dexter tidak habis pikir. Entah kegilaan apa lagi ini. Ada-ada saja tingkah Catherine yang membuat banyak tanya di kepalanya. Ia baru sadar tadi Catherine mengatakan honeymoon bukan liburan. Mana ada honeymoon untuk orang yang sudah lima tahun menikah? Kata itu lebih tepat digantikan dengan kata liburan karena honeymoon hanya untuk pengantin baru."Kita nggak mungkin pergi bertiga, Cat. Lagian kalau kamu bilang ini honeymoon pelakunya hanya ada dua orang yaitu aku dan kamu.""Kamu salah, Dex, kalaupun hanya pergi berdua maka yang akan pergi adalah kamu dan Gendis. Karena apa? Karena kalian berdualah pengantinnya."Sepasang suami istri itu terus berdebat. Dexter ingin hanya pergi berdua dengan Catherine. Sedangkan Catherine menginginkan mereka pergi bertiga dengan membawa Gendis."Aku nggak mau honeymoon, aku mau liburan. Dan liburannya hanya sama kamu. Just the two of us!" tegas Dexter."Whatever, Dex. Mau honeymoon, liburan, vacation, you name it, Gendis tetap harus ikut dengan ki
Setelah melalui lebih kurang dua jam penerbangan, Dexter, Catherine dan Gendis tiba di Lombok.Ya, akhirnya Gendis benar-benar ikut dengan pasangan suami istri itu. Pada mulanya Gendis ingin menolak, tapi karena khawatir Catherine kembali menudingnya sebagai pencuri, Gendis tidak dapat berbuat apa-apa selain memenuhi keinginan sang nyonya.Tadi di pesawat Gendis duduk cukup jauh di belakang Dexter dan Catherine. Mesti begitu Gendis masih bisa melihat kemesraan keduanya. Catherine tampak begitu agresif menunjukkan keintimannya dengan Dexter. Ketika Gendis sedang asyik-asyiknya memerhatikan mereka, pria muda yang duduk di sebelahnya berdeham yang membuat Gendis seketika menoleh ke arah lelaki itu."Mau ke Lombok juga, Mbak?" tanya lelaki itu retoris."Iya, Mas." Gendis menjawab dengan sopan."Mau liburan atau ada pekerjaan di sana?" tanya lelaki itu lagi."Liburan," jawab Gendis pelan. Lidahnya masih terasa kelu mengucapkan kata itu. Liburan merupakan hal yang langka baginya. Jangankan
Dexter, Catherine dan Gendis berjalan bersisian ke arah pantai dengan posisi Catherine di tengah-tengah menggandeng tangan Dexter serta Gendis di kanan dan kirinya. Situasi itu membuat Gendis merasa canggung. Satu hal yang bisa Gendis simpulkan saat ini adalah bahwa Catherine hanya berpura-pura baik di depannya saat ada Dexter. Tapi saat mereka hanya berdua Catherine menunjukkan sifat aslinya."Gimana, Gendis, kamu suka pemandangan di sini?" Catherine menatap Gendis, menanyakan pendapat gadis itu."Suka sekali, Bu.""Kamu senang?"Gendis menganggukkan kepalanya. Di dalam hati ia memuji kepiawaian Catherine memainkan dua peran. Sebagai majikan yang jahat serta sebagai madu yang manis dan baik bukan kepalang.Sementara Dexter yang berjalan di sebelah Catherine hanya diam mendengarkan interaksi kedua istrinya. Dexter bersyukur di dalam hati keduanya begitu akur. Tidak seperti para lelaki lainnya yang beristri dua dan istrinya itu sering berselisih."Kamu sudah pernah naik jetski?" Cathe
Gendis memandang bingung ke sekelilingnya. Hanya ada dirinya di tengah lautan luas yang jauh dari orang-orang. Malah ia yakin Dexter dan Catherine tidak sadar kalau Gendis tidak lagi berada di belakang mereka."Apa yang harus kulakukan?" Gendis menggumam lirih. Perasaan takut mulai merayapi hatinya.Gendis mencoba menyalakan jetski tapi tidak berhasil. "Ya Tuhan, tolong hamba-Mu ini." Gendis kembali menggumam sambil berharap jetskinya kembali hidup. Hasilnya nihil, kendaraan air itu tidak mau menyala.Gendis mulai kehilangan akal. Ia berteriak sekeras-kerasnya."Tolong! Tolong saya!"Gendis hanya mendengar suaranya sendiri."Siapa pun yang ada di sekitar sini tolong saya!!!""Tolong! Tolong!!!""Pak Dexter! Bu Catherine!"Gendis terus berteriak sampai ia merasa lelah, namun pertolongan yang diharapkan tidak kunjung datang karena memang tidak ada siapa pun di sana.Gendis mengikat rambutnya tinggi-tinggi lalu tengkurap di atas jetski. Dengan kedua tangannya ia mendayung di sisi kanan
"Seafood di sini enak ya, Dex, aku belum pernah nemu yang rasanya seenak ini di Jakarta," kata Catherine sembari menjejalkan sepotong udang besar ke dalam mulutnya.Dexter tidak menanggapi. Walau sudah mencoba menepis pikiran tentang Gendis namun ingatannya tidak jauh-jauh dari perempuan itu."Nggak cuma udang, cuminya juga enak. Iya nggak, Dex?" Catherine terus berkicau walau Dexter tidak meresponnya.Dexter memang mengunyah makanannya tapi pikirannya ke mana-mana sehingga ia tidak tahu apa yang dikatakan istrinya. Ia memang mendengar suara Catherine tapi tidak tahu apa yang sedang dibahas."Iya nggak, Dex?" Catherine menepuk lengan Dexter yang membangunkan pria itu dari lamunan."Apanya?""Duh, Dex, kamu gimana sih? Dari tadi tuh aku ngomong sama kamu. Apa sih yang kamu pikirin?" Catherine memberengut kesal.Dexter menegakkan duduknya lalu bertanya, "Kamu ngomong apa tadi, Cat?"Catherine berdecak. Kesal karena setelah mulutnya berbuih-buih ternyata Dexter tidak mendengarnya sama se
"Boleh saya tahu siapa nama penyewa jetski itu, Pak? Dia perempuan atau laki-laki?" tanya Dexter ingin tahu. "Wah, maaf, Pak, saya juga tidak tahu. Yang tahu hanya pengelola water sport." Seseorang menjawab.Tanpa membuang waktu Dexter meninggalkan kerumunan itu lalu pergi ke pusat pengelola water sport.Sama dengan di lobi hotel tadi, di tempat tersebut juga ramai oleh orang-orang yang merupakan petugas water sport. Biasanya pada jam segini tempat itu sudah tutup. Berbeda dengan malam ini. Para petugas masih berjaga karena salah satu penyewa belum kembali."Selamat malam, Pak, saya mau tanya, apa benar ada penyewa jetski yang hilang?" tanya Dexter langsung."Kami belum memastikan yang bersangkutan hilang, Pak, hanya belum kembali," ujar salah satu petugas."Bukankah itu sama saja? Siapa namanya? Laki-laki atau perempuan?" desak Dexter tidak sabar."Perempuan. Terdaftar atas tiga orang yaitu Ibu Catherine, Bapak Dexter dan Ibu Gendis. Tadi Ibu Catherine yang mendaftarkannya. Ibu Cath
Setelah tiba di hotel Dexter menggendong Gendis yang terlelap ke kamar perempuan itu. Tampaknya Gendis benar-benar lelah sampai tidak tahu dirinya dibopong.Begitu pun saat Dexter membaringkannya di tempat tidur. Gendis tidak terganggu sama sekali oleh gerakan Dexter.Dexter menyelimuti Gendis lalu memandangi perempuan itu begitu lama. Wajah Gendis tampak pucat. Residu ketakutan tersisa di sana. Boleh jadi Gendis dilanda trauma setelah peristiwa itu.Sadar bajunya basah dan membuatnya kedinginan, Dexter beringsut dari kamar Gendis. Pria itu menuju kamarnya. Saat masuk ke sana ia melihat Catherine masih pulas dalam tidurnya. Dexter bersyukur untuk itu.Dexter mengganti bajunya yang basah dengan pakaian bersih. Ia hendak naik ke tempat tidur dan bermaksud berbaring di sebelah Catherine. Tiba-tiba ia teringat Gendis. Kondisi perempuan itu belum stabil.Bagaimana jika nanti dia terjaga dari tidurnya dan menemukan dirinya hanya sendiri? Dexter yakin Gendis pasti masih ketakutan.Saat ini
Gendis terbangun oleh gedoran keras di pintu kamarnya. Seketika perempuan itu terkesiap setelah membuka mata dan mendapati dirinya tidur dalam pelukan Dexter.Lagi-lagi detak jantungnya mengencang. Berada di dekat Dexter tidak pernah bisa membuatnya merasa biasa-biasa saja.Gendis memegang kepala, mencoba memulihkan ingatannya.Dirinya berhasil mengingat kejadian itu. Seketika rasa takut menghantuinya.Kemarin ia berada sendiri di atas jetski dan terapung-apung di laut luas tanpa ada seorang pun di dekatnya. Di detik-detik terakhir kepasrahannya tiba-tiba bantuan datang. Pertolongan itu datang dalam wujud lelaki bernama Dexter. Dan kini ia berada dalam pelukan lelaki itu.Gendis tidak tahu entah bagaimana Dexter tiba-tiba tidur bersamanya. Ini adalah untuk pertama kalinya sejak mereka menikah. Biasanya Dexter hanya datang sebentar ke kamarnya sekadar untuk memasukkan benihnya saja. Yang lebih mengejutkan Gendis adalah, Dexter tidur sambil memeluknya. Wajah lelaki itu hampir tenggelam