Perkataan Adipati yang semakin membuat Ayu diam hanya menarik napas. Dia masih merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kedua bola matanyamenatap langit-langit kamar Adipati dengan ukiran khas yang sangat mewah. Ayu terus berpikir bagaimana dia mengatur hatinya untuk memperoleh kekuatan melawan Adipati yang semakin terobsesi dengan memenangkan kecerdasannya.
“Aku akan mencari cara. Kalung penyelamat itu Intan yang membawanya. Tapi, aku akan menyembunyikan surat itu. Aku tidak boleh membiarkan Adipati menulis sesuatu,” batinnya masih diam memandang langit-langit sambil menahan perutnya yang masih terasa sakit.
“Kuatlah anakku. Kau adalah jiwaku, penyelamatku. Jangan sampai kau lemah. Aku akan selalu melindungimu sampai kau menaiki tahta.”
Adipati menatap Ayu di kursinya sambil memegang dagunya. Dia masih belum menorehkan tinta di kertas rahasianya. Dia memiliki rencana lain untuk Ayu.
“Kau besuk akan mengalami kekalahan dengan rak
Rakyat masih menunggu penjelasan dari mulut Adipati. Mereka masih bersahut-sahutan meneriakkan nama Ratu mereka dengan kebencian. Ibu Suri semakin tersenyum puas mendengar suara rakyat yang menyejukkan telinganya.“Inilah akhirmu, Ratu. Apalagi dengan kepergianmu, kau malah semakin akan lebih disalahkan. Jenderal itu juga belum kembali. Itulah tujuanku. Karena Jenderal tidak akan pernah kembali,” batinnya semakin bersemangat dengan pandangan kepuasan akan kemenangan yang sebentar lagi akan datang menghampirinya.“Apa kau sudah mengaturnya? Jenderal agar tidak bisa kembali ke istana,” kata Ibu Suri kepada pelayan setia mata-matanya.“Semua sudah saya atur.”“Bagus.”***Adipati mulai sedikit menghentakkan kakinya. Kuda hitam yang dia tunggangngi berjalan maju dengan puluhan pengawal yang berjaga memutarinya siap menggenggam erat pedang tajam yang mereka siap hunuskan jika rakyat tiba-tiba
Ibu Suri masih diam menatap Adipati yang memaksanya mengatakan fakta yang ada dan sebenarnya. Kenyataan yang sudah dia simpan dengan baik yang akhirnya akan terungkap dengan jelas. Ibu Suri menarik napasnya masih diam berusaha menutup rapat apa yang menjadi rahasianya dengan Gana.“Jika kau tidak menceritakan apa yang sebenarnya, aku akan membuatmu mengalami apa yang di alami mereka yang mati dari tanganmu, tapi lebih mengenaskan. Aku tidak peduli denganmu wanita yang sudah melahirkanku. Karena kau yang menciptakanku sendiri menjadi seperti ini,” ucap Adipati pelan namun memperlihatkan wajah tegang bercampur amarah dengan kedua mata memerah membuat Ibu Suri terus menarik napas gelisah. Dia sangat kecewa mendengar perkataan anaknya.“Aku melakukan itu untuk membuatmu menjadi Adipati penguasa seperti sekarang ini. Hingga nyawaku aku korbankan dengan sangat besar. Jika selir itu melahirkan anak laki-laki, maka dialah yang akan menjadi ratu penggant
Adipati masih diam melamunkan apa yang menjadi pikirannya. Dia berjalan keluar kamarnya, diikuti pengawal yang berjaga dan mengikuti Adipati yang kemudian berlari kencang. Dia kembali menuju kamar ibunya. Napasnya yang terengah-engah dia abaikan. Dia masuk membuat semua orang terperanjat seketika.“Keluar!” teriaknya membuat semua pelayan setia ibunya keluar dengan cepat.“Apa penjelasan ibu kurang?” Ibu Suri dengan tegang menatap anaknya yang haus akan kenyataan.“Iya!” bentaknya kemudian.“Apa yang akan kau tanyakan?”Ibu Suri dan Adipati saling memandang. Kedua sorotan mata itu saling bertarung. Kini anak dan ibu itu memasang perisai masing-masing untuk menahan serangan batin antara keduanya. Ibu Suri yang siap akan semua pertanyaan, kini diam menunggu Adipati melontarkannya.“Ibu, siapa Intan?”Pertanyaan yang sudah diduga akhirnya datang juga. Ibu Suri kembali mengatur n
Kedua pedang hebat bertarung dengan sengit. Suara hentakan nyaring terlepas dari besi yang sangat tajam saling bersentuhan. Semua pengawal hanya diam menatap. Namun, tidak dengan pengawal setia Jenderal yang merasa gelisah jika Jenderal kebanggaannya akan kalah dari kepala pasukan terpilih yang memang sudah sangat terlatih.Mereka masih memandang dengan tegang apa yang terjadi di hadapannya. Namun, kekuatan Jenderal iblis memang tiada lawan. Lompatan tinggi dengan hunusan pedang iblisnya, bisa mengenai lengan kanan kepala Jubah Hitam yang lebih sedikit lamban darinya.“Aku harap kau bisa mengalahkannya, Jenderal,” batin pengawal setianya yang masih mengamatinya.“Tang, tang!”Kepala pasukan sudah kehilangan banyak darah. Namun, tekadnya untuk tetap melawan masih saja dia kerahkan sepenuhnya. Tenaga yang sudah setengah habis dari dirinya. Dia, kepala pasukan yang menahan pedang itu dengan tangannya yang besimpuh darah, kini melemah.
Ayu bersiap, untuk berjalan menaiki kereta yang sudah disiapkan. Dia bersama Intan akan masuk ke dalam kereta itu. Ayu menggunakan kereta karena kondisi kehamilannya yang tidak bisa mengharuskan dia menaiki kuda karena goncangannya akan sangat membahayakan dirinya. Patih menjaganya dengan mengemudikan kereta itu. Sriasih ikut menjaga kereta Ayu dengan mengendarai kuda dan membawa beberapa anak panah di punggungnya. Selama di tempat pengasingan, dia belajar memainkan panah dengan salah satu pemuda yang sangat pandai membuat anak panah tinggal tidak jauh dari rumahnya.“Hiya!”Patih menggerakkan tali kemudinya dengan kencang membuat kedua kuda hitam gagah segera membawa kereta dengan kencang. Rose berama Sriasih dengan kudanya mengawal dengan sangat berani hingga mereka berhenti di tengah hutan dan disambut dengan wanita kawanan perampok berjumlah ratusan, tersenyum ketika kereta ratu masa depan mereka datang.“Kami akan mengawal Ratu hingga sela
“Tang!”Wanita perampok melompat tinggi, sekuat tenaga mengangkat tangannya mengarahkan pedang dengan cepat dari arah samping. Namun pengawal hebat Adipati menangkisnya hingga pedang itu bersentuhan mengakibatkan suara nyaring terdengar jelas. Sinar matahari yang sangat gagah menyinari bumi tepat di ubun-ubun, membuat mereka semakin bersemangat walaupun buliran keringat bercucuran deras menyelimuti tubuh mereka.“Hah!”“Tang!”Pengawal yang terus menyerang, dengan mudah wanita perampok kalahkan. Keahlian menggunakan pedang dari kecil yang sudah dilatih ayahnya mantan kepala perampok, bisa dengan mudah dia lakukan.“Rasakan ini!”Pedang di tangan kanan wanita itu terus dengan lihai dia hentakkan membuat pengawal kwalahan tidak bisa menandingi kecepatannya.“Aku tidak akan membiarkanmu menang!” teriaknya membuat pengawal melotot melihatnya. Ditambah gerakan serangnya yang super
Di dalam kamarnya, Adipati mulai mendekati Ayu yang merentangkan tubuhnya di ranjang. Dia menelusuri tubuh Ayu dari bawah hingga daerah rawan yang sudah lama tidak dia sentuh. Kedua matanya memejam menikmati kulit yang selalu diimpikannya setiap malam.“Kau sangat nikmat …”Ayu mengeliat mencengkeram kain ranjang berwarna merah jingga mengatasi hasratnya yang juga muncul. Titik tengah daerah sensitivnya yang sudah dinikmati Adipati, membuatnya terus berhembus. “Hah!” teriaknya membuat Adipati tersenyum.“Aku akan membuktikan jika aku yang bisa memuaskanmu, bukan Jenderal keparat itu!” teriak Adipati terus memainkan dengan ujung lidahnya hingga Ayu semakin mendesah.“Ah!”“Teriaklah! Aku semakin menyukainya!” balas Adipati kini memainkan jarinya di daerah itu dengan gerakan berirama, membuat Ayu semakin tidak kuasa menahannya.“Ah, ah!”Adipati semakin terse
Pertarungan kedua mata penguasa masih saja terjadi. Mereka saling membalas tatapan tajam satu sama lain, seakan pertarungan sudah dimulai antara keduanya. Obsesi dengan pengakuan kehebatan, sudah membuat mereka menjadi musuh. Sifat asli dari keduanya yang mulai terbukti.Ayu mengambil ramuan, dan akhirnya meminumnya sendiri karena pelayan yang tidak akan kunjung datang. Dia meneguk hingga habis mencampurnya dengan air segar yang sudah tersedia di dalam kamar. Sementara, kedua penguasa masih saja tidak berbicara. Ayu perlahan melangkah mendekati mereka.“Apa yang kalian masalahkan. Anak dalam kandunganku?” tanya Ayu sambil menatap santai keduanya.“Kalian adalah kedua penguasa terhebat, buktikan jika salah satu kalian memang tidak terkalahkan. Itu adalah pembuktian yang jelas. Hadiahnya adalah satu, terhebat,” kata Ayu membuat keduanya melihat dirinya yang masih diam di antara mereka.Ayu berjalan meninggalkan mereka yang akhirnya b