Happy reading."Oke, ibu Sekar, saya minta maaf waktu saya sangat terbatas dan pasien Saya sedang membutuhkan saya saat ini juga?" dengan cepat dokter Mulyadi meninggalkan tempat itu sekaligus Sekar yang masih tampak serius sedang menunggu jawaban."Astagfirullah ..." Sekar bergumam sambil menatap punggung dokter yang tergesa-gesa berjalan. Hingga akhirnya Sekar pun beranjak dari duduknya dan meninggalkan ruang kerja dokter Mulyadi."Suster, suster ... kira-kira lama gak ya dokter Mulyadi menangani pasiennya sekarang ini?" tanya Sekar pada salah satu suster yang tengah berjalan mengikuti dokter Mulyadi yang sudah jauh."Sepertinya akan lama, Bu ... karena pasiennya sangat gawat darurat bahkan mungkin akan melakukan op!" Jawab suster sambil mempercepat langkahnya juga.Sekar hentikan langkah yang dia ayunkan. "Kalau begini nggak bisa ditunggu dong, sementara aku harus balik ke kantor!" Sekar bengong melihat suasana sekitar.Keputusan akhir adalah Sekar kembali ke kantor, karena menung
Happy reading.Fitri menajamkan penglihatannya pada sebuah benda yang tergeletak di dekat pintu. "Eeh. Lipstik siapa itu?" tangan Fitri bergerak mengambil benda tersebut.Fitri bengong dan menatap curiga pada benda itu. "Jangan-jangan ... ini!" Fitri kemudian keluar dari kamar mandi mendatangi kembali suami dan mertua nya.Setelah berada di dekat ranjang pasien. Fitri menatap pada Zulfan yang sedang bengong. "Mas, ini punya siapa? kok ada di kamar mandi, dan itu air gak ada masalah kok."Zulfan terkejut melihat benda itu yang dia yakini itu milik Lulu dan itu pasti terjatuh. "Em, tadi Mas ke toilet gak ada air nya." Elak Zulfan dengan jelas."Ada kok," Fitri menatap tajam. Dia tidak percaya dengan perkataan Zulfan, suaminya. Lalu Fitri menoleh pada ibu mertuanya yang sedang duduk terdiam di sofa."Bu ... Mas Zulfan pasti menyembunyikan wanitanya di sini. Mana dia Mas? aku ingin bertemu, seperti apa sih wanita yang ingin merebut suami ku!" Fitri mengalihkan pandangan dari ibu mertua k
Happy reading.Di ambang pintu, berdiri seorang wanita yang berambut panjang. Dia menatap ke arah dalam di mana Zulfan sedang berkumpul dengan yang lain. Tatapannya yang nanar dan penuh kemarahan tertuju pada Zulfan yang tampak kaget, namun sikap yang kaget ia tunjukkan. Sesaat saja dan langsung berubah dengan wajah yang tenang.Dengan langkah yang sedikit lebar, wanita itu menghampiri mereka. "Oh ... ini yang mau jadi istri kamu Mas, wanita yang tidak tahu malu! yang mau merebut suami orang?" Telunjuk Fitri mengarah pada wajahnya Lulu yang langsung tampak pucat."Memangnya kenapa, kalau memang dia calon istri saya? kamu pun harus ngaca ... karena kamu juga yang yang menggoda saya, sehingga saya tergoda dan menghancurkan rumah tangga saya bersama Sekar, seharusnya kamu nyadar ... apa yang sekarang terjadi mungkin itu karma bagi kamu, bagi kita berdua!" suara Zulfan dengan tenang."Mas, kamu itu suami aku. Mas, kalau memang kamu mau menikahi wanita ini ceraikan dulu saya, Mas. Mas saya
Happy reading.Selesai makan. Sekar dan Sanjaya keluar dari restoran tersebut. Di tengah perjalanan. Mobil mulai oleng dan hampir saja menyeruduk mobil lain membuat semua yang berada di dalam mobil panik sepanik-panik nya."Awas, kamu kenapa sih?" Sekar sangat shock dan meminta Sanjaya untuk menghentikan mobilnya dan mengambil alih setirnya."Aku sedikit pusing!" Sanjaya menepikan mobil sambil memijit pelipisnya."Papa sakit lagi. Jangan nyetir, Papa ... bahaya!" suara Ridho, Shasa pun tampak cemas."Makanya pindah, biar aku saja yang nyetir!" Sekar keluar dari mobil. Blugh. Sekar mengitari setengah moncong mobil untuk menjangkau badan setir.Sanjaya menggeser tubuhnya ke tempat Sekar semula dan membiarkan Sekar yang menyetir. Mual pun tak ayal menyerang perut Sanjaya, oo. Oo ....Sekar semakin resah. Mengingat gak bawa obat. Sehingga dia membawa mobil dengan kecepatan lebih tinggi. Dan sebagai penggantinya memberikan Sanjaya air mineral."Shasa takut, Abang." Shasa pucat wajahnya."T
Happy reading.Pandangan Sekar setuju pada berkas yang terjatuh dari meja kerja Sanjaya, sehingga dia dengan cepat mengambil dan merapikannya.Senjaya sadar kalau berkas-berkas itu suatu berkas yang sangat penting dan pribadi, sehingga dia langsung mengambil dari tangan Sekar. Sementara Sekar sempat melihat ada sebuah nama dokter Mulyadi yang tercantum di atas berkas tersebut."Berkas apa itu? Sepertinya ada nama dokter Mulyadi, dokter yang menangani mu, kan?" tatap Sekar penuh curiga."Iya, tapi bukan apa-apa cuman berkas biasa!" Jawab Sanjaya setenang mungkin, lalu menyimpannya di dalam laci. "Oh ya, kamu datang bawa makan siang bukan? ayo aku sudah lapar nih!""Oh iya tentu, aku membawa makan siang!" Sekar menganggukkan kepalanya pelan, kemudian kembali ke tempat dia tadi duduk dan mengambil makan siang yang sudah disiapkan, sesekali melirik ke arah laci yang dijadikan tempat Sanjaya menyimpan berkas-berkas.Sekar menjadi penasaran berkas apa itu? ingin tahu dan membaca isinya. San
Happy reading.Suara ayah begitu lantang dan tidak suka, yang sebenarnya dia memprotes keputusan putri bungsunya untuk menikah dengan Zulfan yang notebine nya mantan sang kakak."Tapi setidaknya ... waktu itu si Zulfan tidak terikat pada seseorang. Lah ini dia punya istri, Papa ... masih mending Sekar ketimbang sekarang." Timpal sang istri."Saya tidak. Mengerti dengan pikiran itu anak. Bikin pusing." Papa menggelengkan kepalanya."Ya sudahlah, sekarang sudah terjadi! tinggal menjalani saja, ya udah ... nanti terlalu malam aku mau pamit pulang saja," ucap Sekar dengan lirih lalu mencium tangan mamanya mencium pipi kanan dan kiri setelah itu baru ke papanya."Kenapa tidak menginap saja? nggak sering-sering juga ke sini nya!" ucap sang mamah pada Sekar sambil memeluk Sekar."Tidak Mah, lain kali aja! ya udah Assalamu'alaikum ..." Sekar berlalu sembari menyinggung tas nya.Dia berjalan menghampiri suami dan anak-anaknya yang sedang berkumpul dengan Lulu juga Zulfan."Yank, pulang yuk? su
Selamat membaca.Mendengar ketukan pintu dari luar, membuat aktivitas mereka berdua berhenti dan saling pandang disertai rasa kecewa, di benaknya merasa penasaran juga siapakah yang datang ke rumah baru mereka berdua? hasrat yang mulanya sangat menggebu seketika hilang begitu saja. Zulfan pun langsung beranjak. Mengenakan pakaiannya yang tergeletak di lantai. Berjalan keluar kamar menuju pintu utama wajah yang ditekuk.Dalam hati kecilnya berkata tidak mungkin juga kalau Fitri yang datang ke rumah baru mereka dan tahu dari mana?Dan setelah Zulfan membuka pintu, berdiri seorang laki-laki yang memakai kopiah hitam dari penampilannya sih seperti ketua RT gitu, yang berdiri memunggungi ambang pintu."Maaf dan siapa ya? Ada keperluan apa dan sama siapa? rentetan pertanyaan yang diajukan oleh Zulfan membuat orang itu menoleh ke arah sumber suara.Pria tersebut tersenyum ramah kepada tuan rumah yang hanya mengenakan celana pendek serta kaos dalam saja. "Assalamualaikum ... dengan Pak Zulfan
Selamat membaca.Sekar menatap tajam ke arah depan, dimana banyak kendaraan apalagi mobilnya yang hanya bisa bergerak dengan perlahan. "Yah macet mau kapan nyampe rumah nih?" gumamnya dalam hati.Sudah sekitar setengah jam Sekar berada di jalanan tersebut dan pada akhirnya kendaraan berangsur bergerak. Membuat hati Sekar merasa lega akhirnya bisa merayap juga dan akan segera sampai rumah.Setibanya di kediaman, Sekar disambut oleh anak-anak dengan raut wajah yang tampak sedih. Karena Papa nggak ada dan akan lama di luar Negeri."Ya ... kalau papa di luar Negeri berminggu-minggu, kita nggak punya papa dong. Kita cuma bersama mama lagi, kenapa sih papa harus berlama-lama di luar Negeri? kita kan kesepian nggak ada apa-apa!" Gumam Ridho dengan mulut yang manyun.Sekar mendudukkan dirinya dia sofa seraya meneguk segelas air putih yang baru saja dia ambil. "Papa ada urusan kerja ... jadi mau gimana lagi, doain aja semoga urusannya segera selesai, agar cepat pulang deh!""Ya Allah ... semog
"Ada apa, Bi?" Sekar menatap heran."Itu, Mbak Lulu datang dengan wajah bonyok." Kata bibi dengan suara tergesa-gesa."Apa?" Sekar langsung melonjak naik setengah berlari ke depan.Sekar menatap sang adik yang memang benar yang dikatakan oleh bibi. Kalau Lulu mukanya bonyok. “Kamu kenapa, Lu?” langsung menegur dan mendekat. Lulu berhambur ke dalam pelukan Sekar dan menangis tersedu dalam pelukan sang kakak. Tangis Lulu terdengar begitu pilu. Membuat hati Sekar Terenyuh dan sedih melihat kondisi sang adik dengan perasaan yang bertanya-tanya. “Kak. Aku mau bercerai dengan mas Zulfan. Di sudah selingkuhi aku dengan baby sitter ku.” Kata-kata itu membuat Sekar terkesiap dan setengah tidak percaya. Kok Zulfan dengan tega melakukan hal yang sama dan parahnya lagi tega main tangan segala, sehingga wajah Lulu bonyok. Sekar mengusap punggung Lulu dengan lembut. “Bercerita Lah pada ku. Ada apa yang sebenarnya.” Kemudian, Lulu menceritakan semua pada Sekar yang sebenarnya terjadi, kalau Zul
Sekitar pukul sepuluh malam. Cece baru pulang dengan langkah yang sedikit mengendap. Kepala celingukan. Lulu yang masih berada di ruag Tengah karena menunggu suaminya yang belum pulang, bahkan nomornya pun tidak aktif. Membuat Lulu merasa khawatir dan cemas. “Dari mana kamu? Bukannya saya sudah bilang cukup satu jam saja keluarnya? Maksimal sebelum pukul sepuluh sudah pulang. ini pukul berapa nih? sepuluh lewat.” Lulu merepet dan menuding ke arah jarum jam. Cece menunduk dalam. Dan juga merasa gugup khawatir ketahuan, akan tetapi Zulfan belum pulang dan dia masih menunggu Cece masuk dulu. “Maaf, Bu … saya kebablasan,” ucapnya. “Lain kali … harus tepat waktu. Sebab kalau ada apa-apa. Saya yang akan kena, sebab kamu tinggal di sini.” Jelas Lulu disertai tatapan yang tajam menelisik ke arah Cece yang menunduk. Tetpi dengan ketajaman mata Lulu. Bisa mendapatkan sebuah kejanggalan dari Indera penglihatannya tersebut. “I-iya, Bu! Saya janji … lain kali akan tepat waktu.” Dengan masih me
"Memang benar. Mereka akan semakin tumbuh dewasa dan mengerti, aku hanya khawatir saja." tambah Arka. Setelah beberapa saat, Arka bangun dan tanpa bicara membawa sang istri di gendongnya. Sekar terkesiap dan langsung merangkul pundak Arka takut jatuh. Arka membawanya ke kamar mandi. Untuk mandi bersama, akan tetapi sebelum membersihkan diri Arka malah melanjutkan pergulatan nya berakhir beberapa waktu lalu. Di dalam bathub pun jadi, mereka bermain cantik.Setelah 30 puluh menit kemudian, mereka pun menyudahi dan gegas membersihkan diri di bawah shower yang hangat.Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Sekar. Di Tengah perjalanan mereka mampir di sebuah restoran. Untuk makan malam terlebih dulu, perut terasa sangat lapar apalagi tenaganya sudah terkuras habis dengan permainan tadi.“Aku akan membuat syukuran untuk mendoakan kehamilan ku ini. Apa kau setuju?” Sekar menatap suaminya yang sedang meni
Setelah beberapa saat berada di panti asuhan, pasangan suami istri yang tengah dilanda kebahagiaan menyambut kehamilannya itu pun berpamitan pada penjaga pantai asuhan."Oke, kalau begitu kami pamit dulu!Pak, Bu ... lain kali kami akan datang lagi dan jangan lupa kalau ada keperluan, langsung telepon saja. Insya Allah akan dengan senang hati membantu!" ucap Sekar yang ditambahi oleh sang suami."Insya Allah, kami akan membantu dengan cepat jika memang di panti ini memerlukan suatu ataupun bantuan, kalian bisa datang ke rumah ataupun ke kantor itu sama aja!" Arka mengulurkan tangannya pada pengurus panti asuhan."Iya, kami tidak akan ragu-ragu untuk meminta bantuan jika kami sedang memerlukan, tapi untuk sekarang ini anak-anak sedang membutuhkannya, dan kami mengucapkan sangat banyak-banyak terima kasih! atas semua yang sudah diberikan dan juga tawarannya!" balas seorang lelaki paruh baya."Oke, kalau begitu kami pergi dulu dan mohon doanya untuk kebaikan keluarga kecil kami! Assalamu'
"Aku akan siap sedia menemani istri ku ke bidan dan periksakan kehamilan," ucap Arka dengan nada yang bersungguh-sungguh sebagia suami yang harus bertanggung jawab."Iya, aku tahu kau tidak akan membiarkan ku sendirian. Makasih ya untuk semuanya!" Sekar memeluk mesra suaminya.Kini Sekar sudah berada di kantor menghadapi segudang pekerjaannya yang seharian kemarin terbengkalai begitu saja."Selamat pagi Sekar, saya dengar kemarin kamu tidak masuk kerja?" Tiba-tiba suara itu berada di ruangan Sekar, membuat wanita itu terkesiap."Oh selamat pagi Pak!" Sekar langsung berdiri dan membungkuk hormat kepada pria yang menjadi bosnya itu."Selamat pagi juga! Gimana kabar kamu? Saya dengar kemarin tidak masuk, sakit atau gimana? soalnya tanpa konfirmasi sama saya!" ucap pria yang bernama Alex lantas duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Sekar."Oh iya, maaf Pak. Saya lupa untuk ngasih konfirmasi bahwa kemarin saya tidak masuk kerja!" Sekar menundukkan kepalanya dengan masih di posisi b
Pagi-pagi Sekar dah deg-degan bagai menunggu sesuatu yang teramat menebarkan. Mondar-mandir di kamar mandi, menanti hasil dari tes peck yang dia gunakan untuk tes kehamilan.Sekar terus mondar-mandir sambil melipat tangannya di dada sesekali mengigit kuku nya. Sambil mengarahkan pandangannya pada wadah kecil yang ada tes peck nya."Ya Allah ... mudah-mudahan ada kabar baik. Semoga aja aku benar hamil!" sesaat wajah Sekar mendongak ke langit-langit.Pada waktu yang diperkirakan sudah tepat, tangan Sekar perlahan mengambil benda kecil tersebut dan mengeceknya, seakan-akan pandangan mata pun tidak ingin berkedip biar jelas sejelas-jelasnya dapat melihat hasil dari usahanya."Bismillah ..." Dalam hati ia berucap. Dan ternyata hasilnya garis 2. Membuat Sekar seakan-akan ingin berjingkrak dan mengucap syukur. Sebab garis 2 itu diyakini kalau memang tanda kehamilan.Lalu Sekar keluar dari kamar mandi dengan sangat tergesa-gesa dan mendatangi suaminya yang sedang nge-gym di ruangannya. Dengan
Sekar terdiam mengingat yang dikatakan oleh suaminya barusan. Teringat dia memang sudah telat 1 minggu, tapi dia pikir ah cuma satu minggu ini. Nggak mungkin juga dia hamil."Kenapa kok diam, sudah telat kan?" Arka kembali bertanya dan penasaran karena istrinya malah diam."Nggak tau juga, perasaan memang telat seminggu! tapi apa mungkin aku hamil?" Sekar menatap sang suami dengan datar."Lho ... mana ku tahu, kan aku belum pernah hamil? Sayang 'kan sudah dua kali hamil masa nggak ngeh. Gitu!" Arka mengusap bahu sang istri dengan lembut."Apa Iya ya, kan?" Sekar bertanya pada dirinya sendiri sembari bengong. Apa mungkin dia sedang mengidam. Apalagi akhir-akhir ini kepala terasa sering pusing sedikit mual juga dan pengennya banyak rebahan, bekerja pun kurang bersemangat."Gimana kalau kita ke bidan aja ya? periksakan biar jelas!" Ajak Arka dengan sangat penasaran dan kalau memang iya, berarti itu kabar yang sangat baik, membahagiakan untuknya dan keluarga."Em ... Jangan dulu deh, nant
"Aku pun ikhlas dan Ridho jika memang ditakdirkan tidak punya anak dari benih ku sendiri dan aku tidak akan pernah mau menikah lagi atau pun berpisah darimu!" ucap Arka dengan sangat serius dan menggenggam kedua tangan Sekar.Bibir Sekar tampak tersenyum getir. Lalu kembali memeluk Arka dengan sangat erat.*****Suatu saat Sekar merasa kurang fit dan bermalas-malasan di rumah. Dan kini dia sedang menemani anak-anak berenang. Setelah dari pagi kerjaan cuma baringan saja."Mama, ayo ke sini berenangnya. Jangan di pinggir malu." Teriak Shasa sambil berenang ke tengah."Hooh. Cemen ... berenangnya di situ Mulu ach. Sini dong yang jauh seperti aku sama kalau dengan papa Arka." Tambah Ridho seraya mencipratkan air ke arah mamanya."Ahc, Mama 'kan cuma nemenin kalian saja. Jadi tak apa lah di pinggir juga kalian yang ke tengahnya tapi jangan sampai ke tempat yang lebih dalam ya takut!" Jawab Sekar sambil naik dan duduk di tepi kolam renang."Aku kemarin renang sama papa Zul, ke tempat yang d
Selamat membaca.Zulfan berlari mendatangi sumber suara yang begitu riuh dan mengagetkan sambil menggendong putranya. Dan ternyata sambil memangku Putri kecilnya, barang yang ada di hadapannya dilempar sehingga di ruangan tersebut seperti tak ubahnya kapal pecah. Lulu berteriak-teriak seiring suara tangisan putrinya.Zulfan langsung memberikan putranya kepada bibi dan dia mendatangi Lulu yang tampak stres. Lantas mengambil putri kecilnya takut kenapa-napa, suasana di sana tidak karuan dengan apa yang harus didengar, teriakan Lulu dan tangisan anak-anak sungguh mengacaukan pendengaran."Bi, tolong bawa anak-anak jauh dari sini. Biar saya mengurus mamanya!" Pinta Zulfan sembari memberikan putri kecilnya kepada Bibi agar membawa balita itu menjauh dari ruangan tersebut.Lantas jawaban kembali mendekati sang istri yang sedang meraung menangis, melemparkan pas foto, vas bunga. "Kamu apa-apaan sih? ini bisa bahaya!" langsung Zulfan merangkul bahu Lulu dan membawanya jauh dari tempat itu."K