Selamat membaca.Mendengar ketukan pintu dari luar, membuat aktivitas mereka berdua berhenti dan saling pandang disertai rasa kecewa, di benaknya merasa penasaran juga siapakah yang datang ke rumah baru mereka berdua? hasrat yang mulanya sangat menggebu seketika hilang begitu saja. Zulfan pun langsung beranjak. Mengenakan pakaiannya yang tergeletak di lantai. Berjalan keluar kamar menuju pintu utama wajah yang ditekuk.Dalam hati kecilnya berkata tidak mungkin juga kalau Fitri yang datang ke rumah baru mereka dan tahu dari mana?Dan setelah Zulfan membuka pintu, berdiri seorang laki-laki yang memakai kopiah hitam dari penampilannya sih seperti ketua RT gitu, yang berdiri memunggungi ambang pintu."Maaf dan siapa ya? Ada keperluan apa dan sama siapa? rentetan pertanyaan yang diajukan oleh Zulfan membuat orang itu menoleh ke arah sumber suara.Pria tersebut tersenyum ramah kepada tuan rumah yang hanya mengenakan celana pendek serta kaos dalam saja. "Assalamualaikum ... dengan Pak Zulfan
Selamat membaca.Sekar menatap tajam ke arah depan, dimana banyak kendaraan apalagi mobilnya yang hanya bisa bergerak dengan perlahan. "Yah macet mau kapan nyampe rumah nih?" gumamnya dalam hati.Sudah sekitar setengah jam Sekar berada di jalanan tersebut dan pada akhirnya kendaraan berangsur bergerak. Membuat hati Sekar merasa lega akhirnya bisa merayap juga dan akan segera sampai rumah.Setibanya di kediaman, Sekar disambut oleh anak-anak dengan raut wajah yang tampak sedih. Karena Papa nggak ada dan akan lama di luar Negeri."Ya ... kalau papa di luar Negeri berminggu-minggu, kita nggak punya papa dong. Kita cuma bersama mama lagi, kenapa sih papa harus berlama-lama di luar Negeri? kita kan kesepian nggak ada apa-apa!" Gumam Ridho dengan mulut yang manyun.Sekar mendudukkan dirinya dia sofa seraya meneguk segelas air putih yang baru saja dia ambil. "Papa ada urusan kerja ... jadi mau gimana lagi, doain aja semoga urusannya segera selesai, agar cepat pulang deh!""Ya Allah ... semog
Selamat membaca."Kenapa, Bu ... ada apa?" tanya Bibi merasa kaget mendengar Sekar beristighfar, padahal dia sedang terdiam dan melamun."Oh tidak ada apa-apa kok, Bi ... Perasaan saya tiba-tiba nggak enak saja," balas Sekar mengusap wajahnya dengan Kedua telapak tangan."Gak enak gimana, Bu? teringat Tuan ya! doakan saja semoga cepat selesai urusannya dan cepat pulang Bu," tambah Bibi dengan lirih."Iya, Bi ... tentu saya selalu mendoakannya!" Sekar seraya menghembuskan nafas dari mulut."Assalamualaikum ... Mama, kami pulang!" tiba-tiba suara Ridho mendominasi isi rumah mewah tersebut dan Ridho berlari menuju mamanya yang sedang berada di dapur bersama bibi disusul sang adik Shasa."Waalaikumsalam, kalian baru pulang sih? Mama kangen sama kalian berdua!" Sekar memeluk keduanya dengan sangat erat biarpun satu hari terpisah tetap saja merasa kehilangan dan kangen."Kami kan habis jalan-jalan, Mah!" kata Shasa. "Oh ya, kalian happy?" tanya Sekar menatap keduanya bergantian."Happy ban
Selamat membaca dan jangan lupa komen ya.Zulfan menatap tajam ke arah Fitri yang sejenak terdiam dan melepaskan pandangan ke arah Zulfan dan juga Lulu sebagai madunya."Yang saya mau, Mas memberikan saya tempat tinggal yang layak. Makan yang cukup, simple kok!" ucap Fitri sembari menghela nafas dengan dalam. "Kecuali ... Mas mau menceraikan saya!" Sebenarnya Fitri meminta cerai tidak dari hatinya, karena yang sesungguhnya dia itu sangat cinta! terlalu cinta sama Zulfan! makanya dia ngejar Zulfan dari saat pria itu menjadi suami nya Sekar.Lulu dan Zulfan saling pandang dan hati Zulfan berkata, tempat tinggal. Emangnya mudah? rumah ini aja!kredit ditambah lagi harus mengadakan tempat tinggal buat Fitri."Kamu sendiri yang bilang, kalau kamu bisa adil, bisa menafkahi dua istri sekalipun! tapi kenapa selama ini kamu tidak ngasih apa-apa sama aku, Mas? lupa sama janji kamu?" Fitri semakin berani. "Kamu sih bisa aja ingkari janji kamu, kamu juga bisa menceraikan saya. Akan tetapi saya pu
Selamat membaca dan jangan lupa komen ya. Makasih sebelumnya.Sekar menoleh pada Mama mertua lalu pada Sanjaya. Dan akhirnya mereka saling berpandangan dalam diam, perkataan itu membuat Sekar merasa terganggu hatinya. Namun dia berusaha untuk menyembunyikan apa yang sedang dirasakan dengan sebuah senyuman tipis di bibirnya."Oh ya, San ... kamu masih ingat dengan Talita? Dia nanyain kamu lho ... katanya pengen ketemu!" ucap Mama sembari mendudukan bokongnya di sofa. Duduk berhadapan dengan Sekar. Sanjaya dan juga suaminya yang tampak sibuk bermain dengan Ridho dan Shasa.Sekar melirik pada suaminya yang sedang menundukkan kepala. Rasanya Sanjaya males untuk membahas wanita lain, apalagi dihadapan Sekar, apa itu pantas? lalu Sanjaya berdiri."Mah, rasanya tubuh ku gerah sekali pengen mandi dulu! Sayang temenin aku dulu, nanti kita ngobrol lagi di sini!" tangan Sanjaya menarik tangan Sekar. Bukannya tidak sopan dan meninggalkan orang tuanya, tapi biarlah menjadi jeda untuk membicarakan
Selamat membaca ....Sekar yang tanggap dengan keadaan Sanjaya yang tampak aneh, membuat Sekar langsung beranjak dan lebih mendekat. "Kamu kenapa?" suara Sekar terdengar cemas.Tangan Sanjaya terangkat ke udara sembari sedikit memejamkan mata dan mulutnya berkata. "Aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Lanjutkan saja makannya. Dan aku hanya butuh beristirahat."Anak-anak langsung bersuara, ketika melihat bapaknya seperti itu. "Papa!""Sita, tolong perhatikan anak-anak ya! saya mau nemenin suami saya!" Perintah Sekar kepada Sita dan dia langsung menggandeng suaminya naik ke lantai atas dimana kamarnya berada.Sebagai orang tua, tentunya Mama dan Papa begitu cemas melihat putranya seperti itu, sehingga mereka berdua pun mengikuti Sanjaya yang lebih dulu naik bersama Sekar.Sanjaya langsung di baringkan setelah di kasih obat oleh Sekar. Dengan tatapan cemas, Sekar menangis dalam hati melihat suaminya itu. "Aku panggil dokter ya!"Tangan Sanjaya menyentuh tangan Sekar seraya berkata. "Ja
Apa kabar semuanya, semoga suka ya dengan tulisan receh ini."Sudahlah, kamu pergi ya pergi saja, enggak usah banyak bicara! bersih-bersih aku yang kerjakan!" Suara Fitri dengan sedikit ketus lalu berjalan mengambil sapu dan pel yang ada di pojokan."Kalau begitu aku pergi dulu ya, selamat bersih-bersih ya ... Mbak, kerjanya yang bersih, sebab kalau nggak bersih nanti dipecat! he he he ..." ucap Lulu yang penuh ejekan sembari membawa langkahnya meninggalkan rumah tersebut."Dasar kurang ajar, madu yang sok berkuasa! Awas aja nanti kau pulang, akan ku buat perhitungan!" gumam Fitri sembari tersenyum licik. Kemudian membereskan pekerjaan rumah sampai selesai, kecuali mencuci karena kalau mencuci dulu akan lama dan dia terlambat untuk bekerja.Tapi baru saja dia mau mengunci pintu, datang lah motornya Zulfan. Entah apa yang buatnya dia pulang kembali. Fitri menatap heran ke arah sang suaminya yang tergesa-gesa turun dari motor nya sambil melirik ke raja dirinya. "Ada apa Mas, apakah ada
Hati Sekar semakin hancur tak berkeping. Setelah dia mengetahui penyakit yang diderita oleh suaminya itu, suatu penyakit yang sangat serius yaitu dia mengidap penyakit kanker otak.Sekar luruh dan berlutut di lantai dengan tangisnya yang pecah begitu memilukan, ia terus terisak. Meratapi keadaan! kenapa sebagai seorang istri ... dia tidak tahu apa yang diderita suaminya selama ini.Ditambah lagi mertua yang selalu memojokkan dirinya. Di cap sebagai menantu yang tidak peka, yang tidak perhatian dan tidak peduli dengan suami. Membuat hatinya semakin luluh lantah, hancur tak berwarna dan tak berbentuk."Kamu itu istrinya, seharusnya kamu tahu. Peka kenapa suami sering sakit kepala. Cari tahu apa penyakit yang dia derita? bukan diam-diam saja dan sekarang kamu tahu apa yang dia derita, kamu hanya bisa menangis. Menyesali? kamu benar-benar mantu yang tidak berguna yang tidak saya inginkan. Ternyata kamu tidak tulus mencintai putra saya." Suara mama mertua berge
"Ada apa, Bi?" Sekar menatap heran."Itu, Mbak Lulu datang dengan wajah bonyok." Kata bibi dengan suara tergesa-gesa."Apa?" Sekar langsung melonjak naik setengah berlari ke depan.Sekar menatap sang adik yang memang benar yang dikatakan oleh bibi. Kalau Lulu mukanya bonyok. “Kamu kenapa, Lu?” langsung menegur dan mendekat. Lulu berhambur ke dalam pelukan Sekar dan menangis tersedu dalam pelukan sang kakak. Tangis Lulu terdengar begitu pilu. Membuat hati Sekar Terenyuh dan sedih melihat kondisi sang adik dengan perasaan yang bertanya-tanya. “Kak. Aku mau bercerai dengan mas Zulfan. Di sudah selingkuhi aku dengan baby sitter ku.” Kata-kata itu membuat Sekar terkesiap dan setengah tidak percaya. Kok Zulfan dengan tega melakukan hal yang sama dan parahnya lagi tega main tangan segala, sehingga wajah Lulu bonyok. Sekar mengusap punggung Lulu dengan lembut. “Bercerita Lah pada ku. Ada apa yang sebenarnya.” Kemudian, Lulu menceritakan semua pada Sekar yang sebenarnya terjadi, kalau Zul
Sekitar pukul sepuluh malam. Cece baru pulang dengan langkah yang sedikit mengendap. Kepala celingukan. Lulu yang masih berada di ruag Tengah karena menunggu suaminya yang belum pulang, bahkan nomornya pun tidak aktif. Membuat Lulu merasa khawatir dan cemas. “Dari mana kamu? Bukannya saya sudah bilang cukup satu jam saja keluarnya? Maksimal sebelum pukul sepuluh sudah pulang. ini pukul berapa nih? sepuluh lewat.” Lulu merepet dan menuding ke arah jarum jam. Cece menunduk dalam. Dan juga merasa gugup khawatir ketahuan, akan tetapi Zulfan belum pulang dan dia masih menunggu Cece masuk dulu. “Maaf, Bu … saya kebablasan,” ucapnya. “Lain kali … harus tepat waktu. Sebab kalau ada apa-apa. Saya yang akan kena, sebab kamu tinggal di sini.” Jelas Lulu disertai tatapan yang tajam menelisik ke arah Cece yang menunduk. Tetpi dengan ketajaman mata Lulu. Bisa mendapatkan sebuah kejanggalan dari Indera penglihatannya tersebut. “I-iya, Bu! Saya janji … lain kali akan tepat waktu.” Dengan masih me
"Memang benar. Mereka akan semakin tumbuh dewasa dan mengerti, aku hanya khawatir saja." tambah Arka. Setelah beberapa saat, Arka bangun dan tanpa bicara membawa sang istri di gendongnya. Sekar terkesiap dan langsung merangkul pundak Arka takut jatuh. Arka membawanya ke kamar mandi. Untuk mandi bersama, akan tetapi sebelum membersihkan diri Arka malah melanjutkan pergulatan nya berakhir beberapa waktu lalu. Di dalam bathub pun jadi, mereka bermain cantik.Setelah 30 puluh menit kemudian, mereka pun menyudahi dan gegas membersihkan diri di bawah shower yang hangat.Kini mereka sudah berada di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah Sekar. Di Tengah perjalanan mereka mampir di sebuah restoran. Untuk makan malam terlebih dulu, perut terasa sangat lapar apalagi tenaganya sudah terkuras habis dengan permainan tadi.“Aku akan membuat syukuran untuk mendoakan kehamilan ku ini. Apa kau setuju?” Sekar menatap suaminya yang sedang meni
Setelah beberapa saat berada di panti asuhan, pasangan suami istri yang tengah dilanda kebahagiaan menyambut kehamilannya itu pun berpamitan pada penjaga pantai asuhan."Oke, kalau begitu kami pamit dulu!Pak, Bu ... lain kali kami akan datang lagi dan jangan lupa kalau ada keperluan, langsung telepon saja. Insya Allah akan dengan senang hati membantu!" ucap Sekar yang ditambahi oleh sang suami."Insya Allah, kami akan membantu dengan cepat jika memang di panti ini memerlukan suatu ataupun bantuan, kalian bisa datang ke rumah ataupun ke kantor itu sama aja!" Arka mengulurkan tangannya pada pengurus panti asuhan."Iya, kami tidak akan ragu-ragu untuk meminta bantuan jika kami sedang memerlukan, tapi untuk sekarang ini anak-anak sedang membutuhkannya, dan kami mengucapkan sangat banyak-banyak terima kasih! atas semua yang sudah diberikan dan juga tawarannya!" balas seorang lelaki paruh baya."Oke, kalau begitu kami pergi dulu dan mohon doanya untuk kebaikan keluarga kecil kami! Assalamu'
"Aku akan siap sedia menemani istri ku ke bidan dan periksakan kehamilan," ucap Arka dengan nada yang bersungguh-sungguh sebagia suami yang harus bertanggung jawab."Iya, aku tahu kau tidak akan membiarkan ku sendirian. Makasih ya untuk semuanya!" Sekar memeluk mesra suaminya.Kini Sekar sudah berada di kantor menghadapi segudang pekerjaannya yang seharian kemarin terbengkalai begitu saja."Selamat pagi Sekar, saya dengar kemarin kamu tidak masuk kerja?" Tiba-tiba suara itu berada di ruangan Sekar, membuat wanita itu terkesiap."Oh selamat pagi Pak!" Sekar langsung berdiri dan membungkuk hormat kepada pria yang menjadi bosnya itu."Selamat pagi juga! Gimana kabar kamu? Saya dengar kemarin tidak masuk, sakit atau gimana? soalnya tanpa konfirmasi sama saya!" ucap pria yang bernama Alex lantas duduk di kursi yang ada di hadapan meja kerja Sekar."Oh iya, maaf Pak. Saya lupa untuk ngasih konfirmasi bahwa kemarin saya tidak masuk kerja!" Sekar menundukkan kepalanya dengan masih di posisi b
Pagi-pagi Sekar dah deg-degan bagai menunggu sesuatu yang teramat menebarkan. Mondar-mandir di kamar mandi, menanti hasil dari tes peck yang dia gunakan untuk tes kehamilan.Sekar terus mondar-mandir sambil melipat tangannya di dada sesekali mengigit kuku nya. Sambil mengarahkan pandangannya pada wadah kecil yang ada tes peck nya."Ya Allah ... mudah-mudahan ada kabar baik. Semoga aja aku benar hamil!" sesaat wajah Sekar mendongak ke langit-langit.Pada waktu yang diperkirakan sudah tepat, tangan Sekar perlahan mengambil benda kecil tersebut dan mengeceknya, seakan-akan pandangan mata pun tidak ingin berkedip biar jelas sejelas-jelasnya dapat melihat hasil dari usahanya."Bismillah ..." Dalam hati ia berucap. Dan ternyata hasilnya garis 2. Membuat Sekar seakan-akan ingin berjingkrak dan mengucap syukur. Sebab garis 2 itu diyakini kalau memang tanda kehamilan.Lalu Sekar keluar dari kamar mandi dengan sangat tergesa-gesa dan mendatangi suaminya yang sedang nge-gym di ruangannya. Dengan
Sekar terdiam mengingat yang dikatakan oleh suaminya barusan. Teringat dia memang sudah telat 1 minggu, tapi dia pikir ah cuma satu minggu ini. Nggak mungkin juga dia hamil."Kenapa kok diam, sudah telat kan?" Arka kembali bertanya dan penasaran karena istrinya malah diam."Nggak tau juga, perasaan memang telat seminggu! tapi apa mungkin aku hamil?" Sekar menatap sang suami dengan datar."Lho ... mana ku tahu, kan aku belum pernah hamil? Sayang 'kan sudah dua kali hamil masa nggak ngeh. Gitu!" Arka mengusap bahu sang istri dengan lembut."Apa Iya ya, kan?" Sekar bertanya pada dirinya sendiri sembari bengong. Apa mungkin dia sedang mengidam. Apalagi akhir-akhir ini kepala terasa sering pusing sedikit mual juga dan pengennya banyak rebahan, bekerja pun kurang bersemangat."Gimana kalau kita ke bidan aja ya? periksakan biar jelas!" Ajak Arka dengan sangat penasaran dan kalau memang iya, berarti itu kabar yang sangat baik, membahagiakan untuknya dan keluarga."Em ... Jangan dulu deh, nant
"Aku pun ikhlas dan Ridho jika memang ditakdirkan tidak punya anak dari benih ku sendiri dan aku tidak akan pernah mau menikah lagi atau pun berpisah darimu!" ucap Arka dengan sangat serius dan menggenggam kedua tangan Sekar.Bibir Sekar tampak tersenyum getir. Lalu kembali memeluk Arka dengan sangat erat.*****Suatu saat Sekar merasa kurang fit dan bermalas-malasan di rumah. Dan kini dia sedang menemani anak-anak berenang. Setelah dari pagi kerjaan cuma baringan saja."Mama, ayo ke sini berenangnya. Jangan di pinggir malu." Teriak Shasa sambil berenang ke tengah."Hooh. Cemen ... berenangnya di situ Mulu ach. Sini dong yang jauh seperti aku sama kalau dengan papa Arka." Tambah Ridho seraya mencipratkan air ke arah mamanya."Ahc, Mama 'kan cuma nemenin kalian saja. Jadi tak apa lah di pinggir juga kalian yang ke tengahnya tapi jangan sampai ke tempat yang lebih dalam ya takut!" Jawab Sekar sambil naik dan duduk di tepi kolam renang."Aku kemarin renang sama papa Zul, ke tempat yang d
Selamat membaca.Zulfan berlari mendatangi sumber suara yang begitu riuh dan mengagetkan sambil menggendong putranya. Dan ternyata sambil memangku Putri kecilnya, barang yang ada di hadapannya dilempar sehingga di ruangan tersebut seperti tak ubahnya kapal pecah. Lulu berteriak-teriak seiring suara tangisan putrinya.Zulfan langsung memberikan putranya kepada bibi dan dia mendatangi Lulu yang tampak stres. Lantas mengambil putri kecilnya takut kenapa-napa, suasana di sana tidak karuan dengan apa yang harus didengar, teriakan Lulu dan tangisan anak-anak sungguh mengacaukan pendengaran."Bi, tolong bawa anak-anak jauh dari sini. Biar saya mengurus mamanya!" Pinta Zulfan sembari memberikan putri kecilnya kepada Bibi agar membawa balita itu menjauh dari ruangan tersebut.Lantas jawaban kembali mendekati sang istri yang sedang meraung menangis, melemparkan pas foto, vas bunga. "Kamu apa-apaan sih? ini bisa bahaya!" langsung Zulfan merangkul bahu Lulu dan membawanya jauh dari tempat itu."K