Share

Bab7

Author: putrimaharani
last update Last Updated: 2023-02-11 10:53:40

Mas Jaka tertunduk. Gavin melihat perubahan ekspresi ayahnya itu. Ia mendadak jadi merasa cemas, Gavin seperti menyadari ada rasa bersalah terpancar dari raut wajah ayahnya itu. 

Gavin pun mendekati Mas Jaka dan bertanya. "Itu bener, Pah? Bener yang diucapin sama Ibu?" tanyanya. 

Mas Jaka mengangguk, Gavin merasa sangat tidak percaya dicampur rasa kecewa saat itu, Mas Jaka berniat menjelaskan namun Gavin mengelak tangan Mas Jaka yang coba memegangnya. 

"KENAPA HARUS GHEA PAH?!"

"KENAPA JUGA PAPA TEGA DUAIN IBU?! MEMANGNYA PAPA ENGGAK TAHU KALO SELINGKUH ITU DOSA?! PAPA SENDIRI BILANG KE GAVIN UNTUK BERBUAT BAIK SAMA PEREMPUAN! TAPI PAPA SENDIRI KHIANATIN IBU!" 

"Sekarang tolong kabulkan permintaan aku, Mas. Talak aku! Biar aku bisa pergi sekarang juga!" ucapnya. Ia terdiam. 

"Ayo, Mas talak aku!" ucapnya kembali mencecarnya. 

"Kenapa kamu diam aja?! Kamu kan katanya cinta sama Ghea! Cuma kamu yang bisa ngertiin dia! Cuma kamu yang dia butuhkan! Mau jadiin dia istri keduamu! Memangnya kamu lupa apa yang kamu ucapkan tadi pagi?! Atau kamu malu kalau disini ada Gavin juga?!" tandasku.

Mas Jaka beralih melihat ke depan pintu yang terbuka. Ada beberapa tetangga seru menonton kami dari belakang. Mereka tampaknya begitu penasaran dengan kehebohan yang terjadi pada kami saat itu.

Shanum tidak perduli. "Cepat katakan!" Mas Jaka coba menyabarkannya.

"Udah Num, udah. Enggak enak diliat orang." ucapnya. Shanum menangkis tangannya. 

"JANGAN SENTUH AKU!" 

"CEPAT BILANG!"

Mas Jaka masih mencoba menyabarkan Shanum. Shanum terus mencecarnya. "Kita bicarakan besok ya, enggak enak diliatin." ucapnya mencoba membawa Shanum ke kamar namun wanita itu menepis tangannya lagi.

 "AKU BILANG JANGAN SENTUH!" Ia masih terus memaksa memegang tangannya. Mencoba menuntunnya. Shanum kembali terus melawan dan berontak. 

Mas Jaka kekeh mencengkeram tangannya. Kita saling adu tangan saat itu hingga akhirnya Mas Jaka kesal karena ia terlalu banyak melawan, hingga akhirnya...

Ia menamparnya.

Sakit... 

Seiring air mata itu keluar lagi... berlinang satu per satu... 

Gavin langsung mendekati Shanum, memeluknya. Namun dengan pandangan ke arah Mas Jaka yang terlihat sangat membencinya. "BAPAK KETERLALUAN!" 

"GAVIN BENCI BAPAK!" 

"MASUK KALIAN KE KAMAR!" pekik Mas Jaka tidak mau kalah.

Gavin dan Shanum saling terdiam menahan kebencian. "MASUK SEKARANG!" 

"Padahal dia sudah ketahuan bersalah, tapi masih saja bertingkah layaknya yang harus dihormati di rumah ini. Tenang saja Mas. Aku akan pergi dari sini secepatnya."

"Aku tidak akan menunda-nundanya lagi. Kamu telah mengkhianatiku, akan lebih baik aku pergi. Dibanding untuk menjadi istri pertamamu. Aku lebih baik pergi! Berbahagialah dengan istri mudamu itu. Dan terima kasih karena 17 tahun kamu sudah menjadi suami yang begitu kuimpikan dan banggakan."

Esok subuhnya, Shanum diam-diam menyelinap pergi dengan membawa koperku disaat mereka berdua sedang tidur. Shanum juga meninggalkan surat di atas meja makan. 

Semalaman dikala menangis, Shanum menulis surat. Shanum tidak tidur di kamar biasanya bersama Mas Jaka. Shanum pindah dan tidur di kamar Gavin.

Shanum menulis beberapa pesan untuknya dan untuk Mas Jaka juga. Shanum berharap mereka hidup bahagia tanpanya. Semoga saja mereka bisa menjadi keluarga baru yang lebih bahagia, tanpanya.

Shanum juga menulis pesan agar Gavin menerima ini dengan baik, meskipun ia sendiri masih sangat terluka dan memilih kabur. 

Shanum sangat berharap Gavin juga mengerti kalau Mas Jaka masihlah ayah kandungnya, mungkin dengan kepergiannya ini... akan menjadi yang terbaik.

Mas Jaka pasti bisa membahagiakan Gavin hingga dia lulus kampus nanti. Dibanding harus tinggal dengan Shanum yang bahkan tidak memiliki pekerjaan, toko itu juga kepunyaan Mas Jaka.

 Shanum tidak ingin mengaku-aku segala hal yang Mas Jaka miliki.

Shanum sadar ia tidak memiliki apapun. Dan lebih pantas untuk pergi dibanding menetap, apalagi untuk dijadikan istri pertamanya.

Akhirnya ia pun sampai di sebuah terminal. Shanum keluar dari angkot dan berjalan memilih bus mana yang akan ia tumpangi. Ia berniat ke bogor untuk pulang kampung ke rumah neneknya.

Shanum tidak berniat untuk pulang ke rumah karena khawatir Mas Jaka akan menyusulnya ke sana. Ia memilih untuk mengungsi disana sementara waktu. Ah tidak, mungkin akan lebih lama dibanding yang ia kira.

Shanum masuk ke dalam bus dan disana ia pilih bangku paling depan yang masih kosong. Ia duduk di pojok dekat jendela sebelah kanan. Ia menatap jendela itu dan melamun dengan wajah sendu. 

Dilihat ke arah jam di tangannya, kini sudah jam 7.30. Pasti sekarang Gavin sudah berangkat kampus. Mudah-mudahan dia tidak marah dan makan dengan baik sesuai pesannya di surat, ia sangat mengecam jika ia tidak berangkat ke kampus, ia sampaikan itu semua di suratnya tadi, karena sebentar lagi Gavin mau ujian. 

Shanum khawatir dia terlarut dalam amarah dan rasa sedihnya selagi ia tidak ada.

Shanum terlalu intens melamun melihat jendela hingga sampai tidak sadar jika seorang wanita paruh baya dengan raut wajah yang tidak dikatakan muda lagi terduduk disebelahnya.  

Dia kelelahan. "Ya Allah akhirnya sampai juga." ucapnya, Shanum menoleh sebentar ke arahnya dalam keadaan kembali tersadar. 

Nenek itu tersenyum padanya, ia tersenyum balik padanya meski kaku. 

"Mau permen Bu?" tanyanya seraya merogoh kantung tasnya. Ia menolak dengan ramah. 

"Enggak Nek, makasih." 

Sepertinya nenek ini sangat ramah pada semua orang. 

Shanum kembali memiringkan kepalaku, menyentuh jendela berniat kembali melamun. Namun nenek itu tiba-tiba terusik dengan sesuatu di punggungnya. 

"Aduh, aduh.." ia seperti sedang menahan rasa sakit.

Ia panik. "N-nenek kenapa? Nenek sakit? Yang mana yang sakit, Nek?" tanyanya panik. Beberapa orang yang duduk disekitar mereka pun langsung heboh melihat dan menjadikan pusat perhatian.

Nenek itu pun mengunjuki ke arah punggungnya dengan tangannya. "Ini aduh... aduh enggak kuat. Ini sebelah sini."

"Yang mana? Ini?" tanya Shanum sembari menguruti punggung yang diunjukinya.

"Jangan diurutin." katanya.

Ia heran. "Terus diapain, Nek?" tanyaku

"Garuk."

"Hah?"

"Iya aduh gatel banget. Duh, aduh... ngurek banget gatelnya." ucapnya tidak tahan. Beberapa orang yang semula menonton mereka pun jadi saling tertawa. 

Ia merasa sedikit malu saat itu. Ia pun menurutinya dan menggaruk punggungnya itu berkali-kali. 

Ternyata cuma gatal, Shanum kira punggungnya sakit.

"Udah?" tanyanya.

"Makasih ya Neng, jadi lega sekarang." ucap nenek itu, Shanum tersenyum tipis. "Iya. Sama-sama."

Ketika Shanum ingin berpaling ke jendela disampingnya lagi dan menempelkan kepalanya ke kaca, nenek itu kembali heboh.

 "ASTAGFIRULLOH!" pekiknya saat semua pandangan matanya menyorot ke arah ponsel yang dipegangnya. Shanum dan beberapa orang dikursi belakang pun kembali memusatkan perhatian padanya. 

"Ngeri banget sih! Ya Allah mana enggak pakai helm." ucap nenek bernama Aisyah itu.

Shanum yang penasaran pun coba mendekatkan diriku lagi ke nenek itu, ikut melihat layar ponsel yang dipegangnya itu.

 "Tuh liat.. jumpalitan kitu.. tah tah.." ucapnya dengan bahasa sunda. 

Shanum tertawa saat setelah melihat isi video yang sedang dilihatnya itu. Ternyata itu adalah aksi akrobat para pengendara di tengah jalanan. 

Iya dong Nek, masa lagi akrobat begitu mau pakai helm? Ya aneh.. memangnya mau balap motor." ucapnya masih diselingi tawa.

"Iya ya? Haduh kalau cucu Nenek muter-muter dan jumpalitan begitu, bakal nenek suruh dia muterin kakbah sekalian." ucapnya. Shanum tertawa mendengarnya, nenek ini ada-ada saja. 

Yah setidaknya karena nenek ini suasana hati Shanum jadi bertambah ceria dibanding tadi.

Nenek itu kembali bercerita. 

"Beuh, cucu nenek yang paling kecil tuh kalau udah naik motor, udah kayak Palentoni-palentoni Sossi itu. Nenek sampe huh.. gusti capek banget pegangan tangannya. Tangan nenek tuh gemetaran semua. Emang budak bangor siah." ucapnya.

Shanum terheran, siapa Palentoni Sossi? Apakah ada pembalap bernama Palentoni Sossi?

Seseorang dibelakang kursi Shanum tertawa.

"Valentino Rossi kali Nek." sahut ibu muda yang menggendong bayinya itu.

"Oh iya toh? Udah ganti nama dia?" tanyanya. Mereka saling tertawa. 

"Namanya memang itu Nek, Nenek aja yang salah sebut." ucap Shanum.

"Oh maklum, poho." ucapnya diselingi tawa. 

"Tapi kalo cucu nenek yang paling gede tuh meuni bager, nurut gitu. Suka bantuin nenek kalo lagi kesusahan, perhatian banget. Kayak nenek pacarnya aja gitu. Kamu nih kalo ketemu sama dia pasti bakal langsung suka. Meuni kasep, kaos artis-artis korea di tipi eta. Saha tah, yung-yung eta. Ah nenek poho. Buyung, Gayung, atau apalah pokokna mah." ucap Nenek Aisyah. Shanum tertawa, ia rasa tahu jawabannya.

Suami dari ibu yang menggendong bayi dibelakangku ikut bersuara. 

"Gayung mah buat mandi, Nek? Atau maksudnya nenek gayung?" ucapnya diselingi tawa. Ia ikut tertawa.

Shanum meralat. "Taehyung kayaknya ya Nek?" tanyanya.

"Iya kali ya? Cucu nenek satu lagi emang suka nyebut Yung-yung gitu. Nenek mah gak ngerti. Nanaonan budak jaman sekarang. Yung-yung teh naon." ucapnya blak-blakan. Kami yang mendengarnya hanya tertawa geli.

Sepanjang bis terus melaju, Shanum dan nenek Aisyah saling mengobrol satu sama lain. Namun karena suara Nenek Aisyah yang agak keras, jadi membuat beberapa orang disekitarnya juga ikut menjadi pendengar ceritanya, tapi menurutnya itu menyenangkan. 

Kehadiran Nenek Aisyah disana seperti membuat pagi harinya yang semula mendung itu jadi cerah kembali, bahkan tak jarang kita saling tertawa mendengar semua ceritanya.

Tetibanya di kota ciawi, nenek Aisyah pun meminta untuk berhenti setelah sebelumnya memang sudah mewanti-wanti sang sopir agar diberhentikan di ciawi. 

Ketika bangkit dari kursinya nenek Aisyah sampai sempoyongan ketika berjalan, kakinya juga tampak sangat kebas disertai pinggang yang serasa berat. 

Beliau seperti kesusahan ketika hendak berjalan, beberapa orang disekitarnya pun segera menahan tubuhnya.

Shanum inisiatif untuk menuntunnya kala itu. Ia meminta sang sopir untuk menahan beberapa waktu. 

"Tunggu ya Pak. Kasihan neneknya." ucapku seraya menuntun sang nenek perlahan. 

Nenek itu tampak kebas sekali hingga susah untuk berjalan. 

"Makasih ya Bu, biasanya saya suka diantar sama cucu saya yang bageur itu. Tapi dia lagi kerja sekarang, saya enggak enak ganggu dia. Tapi kalo dia tahu saya kesini sendirian pasti dia bakal marah-marah. Dia perhatian banget Bu sama saya." ucapnya. Ia hanya tersenyum mendengarnya seraya terus memapahnya.

Ketika sudah keluar dari bus. Nenek Aisyah pun jalan dengan perlahan, ia khawatir membiarkannya begitu saja. Bahkan saat ini ia hampir akan terjatuh, ia pun segera keluar dari dalam bus dan berteriak pada sopir. 

"Pak, tolong tunggu sebentar ya. Saya mau nganter nenek ini dulu." ucapnya sopir itu pun mengiyakannya.

Ia menuntun nenek Aisyah, mencari sekeliling daerah itu dimana ada ojek. "Nek, dimana rumahnya? Apa masih jauh dari sini?" tanyaku penasaran. 

"Huh, masih jauh Bu. Jauh banget, tapi biasanya--" tiba-tiba nenek Aisyah berhenti mengucapkan perkataannya, ia memegang sebelah dadanya dan meremasnya.

Merasakan sakit yang luar biasa saat itu, hingga Shanum yang bertanya dalam keadaan panik padanya tidak ia hiraukan. 

"Nek, Nenek kenapa Nek? Apanya yang sakit? Dadanya kenapa Nek?" tanyanya cemas. Meski awalnya ia mengira itu bagian dari candaannya seperti tadi, ada anggota tubuh yang gatal atau semacamnya. Namun sayangnya itu semua sungguhan. 

Nenek Aisyah yang merasa tidak kuat menahan sakit pun langsung pingsan saat itu juga. Aku berteriak. "NENEK!!"

Related chapters

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   Bab8

    Di rumah sakit daerah Ciawi. Shanum terduduk di kursi tunggu yang tersedia didepan ruang rawat Nenek Aisyah. Shanum bingung harus bagaimana, Shanum tidak bisa meninggalkan Nenek Aisyah begitu saja.Tapi dari pihak keluarganya sudah ada yang Shanum hubungi. Itu adalah cucu Nenek Aisyah yang namanya terpampang paling awal di kontak ponsel sang nenek.Shanum menutup kedua matanya, merasa sangat cemas dengan keadaan Nenek Aisyah. Jujur aku trauma melihat kejadian seperti tadi.Almarhum ibuku pernah pingsan seperti itu didepanku, dan besoknya ia... meninggal.Aku sangat takut.Aku memeluk diri dengan tubuh gemetar. Tiba-tiba Shanum melihat bayangan seorang pria didepannya. Aku mendongak dan terkejut saat melihat pria tampan bertopi hitam dan didepannya."Anda? Yang menelepon saya?" tanya pria jangkung dengan tubuh ideal itu. Shanum bahkan tidak berkedip saat melihatnya. Gavin masih terus melihat keluar jendela kelasnya yang tak pernah pindah dan masih terus berada disamping kirinya. Ia

    Last Updated : 2023-02-13
  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   bab 9

    Malam harinya.Ghea dan adiknya, Kayla sedang berada didepan tv. Bedanya, Ghea sedang belajar sedangkan Kayla sedang sibuk menonton tv.Kayla yang masih berusia remaja sekitar anak SMP itu berkata. "Kak, kok Om ganteng enggak kesini sih? Biasanya kan dia bawain kita martabak. Aku laper tahu kak." tanyanya.Ghea yang kebetulan sedang sensi, langsung marah saat dikatakan begitu, ia langsung menegur adiknya itu. "Kamu tuh. Enggak usah ngarep-ngarepin kayak gitu. Kamu kalau mau ya tinggal beli, enggak usah maunya minta terus." ucap Ghea terkesan ngegas. Kayla tampak kaget dengan perubahan sikap kakaknya yang biasanya bersikap baik dan lembut padanya. "Iya, maap." ucapnya.Ghea kembali melihat ke arah bukunya. Meskipun selalu terlintas pemikiran tentang perkataan Gavin tadi.Entah kenapa. Ghea merasa sangat sedih dikatakan seperti itu. Wajahnya mendadak murung seketika. Ia pun langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan frustasi.Gavin pasti tahu semuanya, tentang hubungan antara ia d

    Last Updated : 2023-02-13
  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   10

    Shanum segera membalas chat dari Gavin. "Vin, kamu harus pulang. Bagaimana dengan kuliah kamu? Kamu enggak boleh ninggalin kuliah. Maafin Ibu Nak, karena tiba-tiba meninggalkan kamu. Tapi kamu harus kembali lagi ke rumah. Kamu harus lanjut sekolah tinggi, kamu enggak boleh tiba-tiba putus kayak gini." chatnya pada Gavin, sambil mengusap air matanya seraya terisak."Anda menunggu lama?" tanya seseorang yang tiba-tiba ada didepannya. Aku mendongak dan terkejut ketika melihat pria didepannya adalah...Mas Rian?"Loh anda kan?" tanya Mas Rian.Shanum segera mengusap air matanya dan menyeka ingusnya."Loh? Jadi Mas Rian pemilik kios ini?!" tanyanya tidak percaya."Iya, saya pemiliknya. Jadi yang mau menyewa kios saya itu anda?" tanyanya ikut tidak percaya.Shanum tertawa kecil saat itu, padahal habis menangis. "Oalah, iya. Ya ampun, dunia sempit banget ya? Kayak berasa didalam kotak." ucapnya. Mas Rian terkekeh.Dia mendadak melihatnya intens. "Ibu barusan menangis?" tanyanya spontan. Sh

    Last Updated : 2023-02-13
  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   11

    Shanum diam-diam rindu dengan keluarganya yang dulu. Bagaimana ya keadaan anaknya sekarang? Dan.. Mas Jaka... apa dia jadi menikah dengan Ghea? Jika hal itu terjadi... Ia hanya bisa mengucapkan selamat pada mereka. Dan mengharapkan kebaikan pada hidup mereka ke depannya. Ketika sedang sedih seperti itu, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. "Ngapain?" tanyanya. Shanum terkejut saat menoleh ke belakangnya. Dia...? Tiga hari yang lalu. Setelah membuka pintunya. Gavin langsung menatap kesal satu orang didepannya saat ini. Bukan Angga, melainkan Ghea. Tepatnya ada Angga juga disebelahnya saat itu. Apakah mereka berdua sedang merencanakan sesuatu dibelakangnya?! "Ngapain lo?!" tanya Gavin yang setelahnya langsung menatap tajam ke arah Angga. "LEMES BANGET SIH LO! GUA BILANG JANGAN KASIH TAHU SIAPAPUN! APALAGI KASIH TAHU DIA!" pekik Gavin menunjuk Ghea. "Sori Vin, tapi gue..." "A-aku... maafin ak--" Belum selesai berbicara, Gavin sudah pergi masuk ke dalam rumah Angga. Ia bernia

    Last Updated : 2023-02-14
  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   12

    Shanum kembali menatap Mas Jaka. "Kamu, yakin?"Mas Jaka tersenyum. "Iya Num, maaf ya selama ini sudah berbuat hal buruk sama kamu." ucap Mas Jaka. Shanum mengangguk. "Iya." Mas Jaka mendekatinya dan langsung memeluknya erat. Shanum tersenyum memaksa, dirinya langsung menyetop pelukan Jaka. "Tapi maaf... Aku gak bisa terima kamu lagi." Semua tersentak termasuk Jaka. "K-kenapa?" "Perceraian kita sudah di depan mata, dokumen juga sudah jalan. Aku tinggal meneruskan. Aku ngerti kok, ternyata kamu memang cintanya sama Ghea bukan sama aku." "Kenapa kamu bisa punya pemahaman seperti itu?" tanya Jaka. "Itu karena aku tahu... Kamu udah sangat bosan sama aku, ketika aku amati lebih jauh ternyata memang kamu lebih butuh Ghea dan bukan aku, bukan karena dia lebih menawan tapi karena dia memang yang kamu incar selama ini, dia yang memenuhi segala kekurangan yang ada di aku. Ya kan? Aku sekali udah diselingkuhin enggak bakal balik lagi. Maaf ya mas, Vin. Aku lebih memilih untuk menyerahkan ci

    Last Updated : 2023-02-14
  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   13

    Mungkin dihadapan ibunya ia masih bisa tertawa tadi, tapi tidak sekarang. Tidak dibelakangnya. Ia menangis terisak sangat dalam. Melampiaskan semuanya ke lantai dan apapun yang ada disekitarnya. Sangat kecewa dengan beberapa orang yang begitu berharga didalam hidupnya dan bagaimana mereka berdua kemudian mengacaukan semuanya. Dikiranya itu semua akan berakhir kemarin, ternyata.... perceraian itu terjadi juga. Ia benar-benar tidak terima dengan keputusan ibunya sekalipun ia sangat membenci ayahnya meski berangsur memaafkannya kemarin. Tapi tetap saja tidak bisa membenarkan kaca yang sudah retak. Keluarganya hancur. Tak lama kemudian, Gavin pun sampai di kampusnya, ia terlihat tak bergairah ketika dilihat orang-orang. Ia yang biasanya ceria ketika disapa temannya memilih untuk tak menyapanya balik. Hingga tibanya ia ke dalam kelasnya, ia tak sengaja berpapasan dengan Ghea. Gavin langsung mengabaikannya. Ghea memegang tangannya dan menahannya didepan pintu. "Gavin, aku bener-bener

    Last Updated : 2023-02-15
  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   14

    Gavin segera taruh kakinya diatas injakan kaki motor Diana. Lalu ia jalankan motornya selagi kaki kanannya masih tetap di injakan kaki motor Diana. Motor keduanya pun sama-sama jalan.Diana merasa sangat senang ketika itu, dirinya lantas tertawa kegirangan seakan baru saja mendapatkan mainan. "Ini kok bisa sih hahaha! Eh Gavin, lo apain motor gue kok bisa jalan sih hahaha!" "Halah gini aja seneng lu." "Vin, ini magic loh. Hahaha! Kok bisa sih kayak idup motornya." ucap Diana senang tidak karuan, hingga tak sadar dirinya sudah bertingkah layaknya seorang anak kecil ketika mengendarainya. Bahkan ia dengan beraninya melepas kedua tangannya secara bersamaan namun dipegang kembali, lepas, pegang, lepas dan pegang lagi. Hingga ketika ada sepeda lewat, ia kaget dan otomatis oleng ke kiri dan nyusruk ke selokan bersama dengan Gavin. Mereka saling kesakitan bahkan Diana sampai coklat seluruh wajahnya karena berposisi jatuh mencium tanah selokan yang basah. Gavin tertawa geli melihatnya cemo

    Last Updated : 2023-02-15
  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   15

    Mereka berdua langsung melongo dan batuk bersamaan. Mereka berdua tertawa. Rian segera meluruskan. "Ini bukan wanita itu nek, ini mbak Shanum. Maaf mbak, nenek penglihatannya sudah mulai terganggu karena ada diabetesnya." ucap Rian. Shanum memaklumi hal itu. "Mbak Shanum? Duh gusti, ini mbak Shanum toh, kenapa enggak bilang sih kamu. Maaf ya mbak Shanum, nenek kalo enggak pake kacamata suka enggak keliatan. Maklum lamur hehe.""Iya nek enggak apa-apa. Emang nenek kira aku siapa?" tanya Shanum. 'Itu loh yang mau dijodohin sama mas Rian, eh tapi mas Rian masih gitu-gitu aja jawabannya." ucap nenek Aisyah. "CIye mas, udah punya ya. Diam-diam aja nih enggak bilang." ucap Shanum, Rian hanya tertawa malu. "Ah percuma mbak Shanum. Bilang juga, orangnya aja enggak pernah benar-benar nganggep serius perjodohan. Bilangnya kurang srek lah atau apalah. Jadi bingung yang ngejodohinnya juga.""Kurang apa mas? Kurang cantik?" tanya Shanum. Rian hanya tersenyum, seolah menganggap itu hal yang cu

    Last Updated : 2023-02-15

Latest chapter

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   106

    Tapi tentunya ia tidak bisa terus mendiamkan dirinya begitu saja, ia mesti menjawabnya."Iya, ibu gue hamil." ucap Gavin. Ghea terlihat sedih saat itu. Ia kemudian berkata. "O-oh selamat ya." "Iya, makasih." ucap Gavin masih melihat bagaimana raut wajah itu terpancar. Ghea sepertinya sedang membandingkan dengan kejadiannya kemarin saat keguguran. Ia sekaligus merasa terpukul dibalik rasa senangnya itu, dan Gavin tahu itu. Ia jadi merasa tidak enak. Entah apa yang dipikirkannya sekarang, jujur Gavin tidak mau mengutarakan hal ini tapi sayangnya ia tidak bisa melewatkan perkataan Ghea begitu saja. Shanum kini sedang berdiam diri dirumahnya dan sibuk menonton televisi, belakangan setelah menerima kabar dari dokter tentang kehamilannya, ia jadi lebih sering berada didalam rumah. Tidak lagi ke pasar, dan lebih menyerahkan masalah kerjaan kepada dua karyawannya. Rian juga menjelaskan kalau dirinya tidak mengijinkan Shanum pergi kemanapun selagi dirinya sedang hamil muda, karena khawatir y

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   105

    "Iya ngerti, tapi aku juga ngerti kalau mama kamu melakukan ini semua untuk kamu sendiri." ucap Shanum, membuat Rian sedikit menimbang perkataaannya. Rian diam saja saat itu. Rina entah kenapa jadi berterima kasih atas hal itu. Ia merasa sedikit tertolong atas pembelaan Shanum. Ia jadi merasa tidak enak dan berbalik respek dengannya. Setelahnya Shanum pun diajak pulang bersama Rian kembali. Namun Rina menahan Shanum mengikuti Rian ke dalam mobil, ia berbicara empat mata terlebih dulu dengannya. Memegang tangannya. "Makasih banget atas pembelaan kamu tadi, mama benar-benar menyesal sekarang udah ngelakuin hal kayak gitu ke kamu. Mama benar-benar meminta maaf ya Num, mama khilaf, mama janji enggak bakalan ngelakuin hal kayak gitu lagi, mama janji akan bersikap baik ke kamu setelah ini. Maafin kesalahan mama yang kemarin ya Num." ucap Rina penuh harap. Shanum tersenyum dan mengangguk. "Iya mah, enggak apa-apa." ucap Shanum. "Kamu memang baik Num, mama ngerasa bersalah banget sama kamu

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   104

    Shanum seusai dari masjid kembali lagi ke tokonya, dirinya merasa cukup aman disana bersama dengan Reza, lelaki itu tampak gagah berdiri disampingnya bahkan selama berada diperlindungannya ia merasa cukup lega, sekalipun Shanum merasa penasaran siapa sebenarnya orang yang menulis memakai lipstik merah tadi, apakah mungkin dia adalah pria yang selama ini mengincarnya? Shanum merasa sangat ketakutan, ia akhirnya sampai ke tokonya kembali. Namun mendadak ia mendengar ponselnya berbunyi. Ternyata dari Rian. "Saya udah telepon polisi barusan, sekarang lagi dilacak nomornya antara 2 kali 24 jam, nanti bakal dikasih tahu lagi hasilnya." ucap Rian. "Oh yaudah mas semoga aja bisa langsung ada hasilnya. Supaya kita enggak repot lagi nyari. Barusan juga ada yang neror aku lagi mas." ucap Shanum seraya membeberkan penjelasan tentang teror yang terjadi tadi, tak pelak semakin membuat Rian cemas. "Kamu yang sabar ya disana, palingan cuma sampai dua hari aja, nanti bakalan ketahuan hasilnya." ucap

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   103

    "Orangnya kabur mas?" Shanum mendekati Rian. Tentu Rian mengangguk. "Aku khawatir aja dia bakalan ngelakuin hal lebh dari ini." "Intinya mah yang penting hapenya itu, kita mesti dapetin informasi tentang dirinya secepat mungkin. Keburu dia kabur dari kejaran kita." "Iya, kamu udah telepon lagi tukang sentra hape itu?" "Bentar, saya telepon dulu. Mudah-mudahan aja sudah kelar." ucap Rian penuh harap, dirinya langsung menelepon sentranya dan lantas terhubung. "Hapenya sudah selesai pak, anda bisa kesini ya mengambilnya." ucap tukang hape itu, membuat Rian merasa sangat bersyukur atas hal itu. Ia benar-benar lega begitupun dengan Shanum.Ia pun memutuskan pergi dari sana. "Aku pergi ya. Kamu jaga diri disini." ucap Rian, Shanum meniyakannya seraya berkata. "Hati-hati ya." Shanum mendapatkan telepon dari Gavin, Shanum menerimanya. "Bu, katanya kemarin ibu diteror ya? Sekarang masih ada teror gak?" "Udah kamu enggak perlu khawatirin ibu, kamu jaga diri kamu aja ya disana. Banyakin bel

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   102

    "Belum, tunggu besok ya. Katanya perlu diperiksa dulu dalamnya, entahlah apa yang harus diperiksa. Mudah-mudahan aja bisa selesai secepatnya. Supaya kita bisa tahu siapa pelakunya." ucap Rian."Iya mas." Esok siangnya Diana sudah berada di tempat kerjanya, ia tak sengaja berpapasan dengan Gavin yang sedang membawa beberapa berkas dan buku yang cukup banyak. Diana segera dekati Gavin dan ambil salah satu bukunya. "Kalo bebannya terlalu berat, lo bisa kasih salah satu beban itu ke teman lo." ucap Diana seakan menyindir Gavin yang saat iut memang sedang kepayahan membawanya. "Sayangnya gue terbiasa melakukan apa-apa sendiri." ucap Gavin. "Hilih terlalu mandiri lo. Hati-hati, nanti kebiasaan sampe tua. Apa-apa sendiri." ucap Diana. "Selama enggak merepotkan orang gak masalah kan?"Mereka sambil jalan saat itu membawa buku dan berkas itu, jalan berdampingan. Gavin tiba-tiba nyeletuk. "Gimana nyokap lo? Jadi cerai?" tanya Gavin menyinggung."Kayaknya masih dalam proses." "Kasian banget

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   101

    Gavin semakin jengkel dengan sosok Ivan, dia memang benar-benar mesti diberi pelajaran, meski sayangnya ia langsung menahan itu semua karena dirinya tidak benar-benar ingin membuat keributan disana. Riko cukup sebal disana, dirinya segera berkata pada Nara. "Nar, lo tuh nyari ribut mulu bikin gue empet dengernya. Males banget sumpah ngedenger celotehan lo yang gak berguna itu. Cewek-cewek kok nyari ribut, sekalipun lo banyak harta dan ada Ivan di samping lo juga, enggak semestinya lo bersikap kayak gitu ke orang, emang lo sendiri enggak diajarin adab yang baik apa sama orang tua lo?" ucap Riko. "Halah pake segala ajarin gue adab lagi, orang tua gue aja gak pernah ngomongin gituan, adab segala." ucap Nara meremehkan. "Kalian sendiri emang adabnya udah baik hah?" tanya Ivan heran. "Udahlah jangan pada ribut." ucap Gavin yang kemudian angkat bicara. "Ayo dong Vin panggil ibu sama Ghea. Ayo kita tunggu kok. Ibuuuu aku mencintaimu." ucap Nara membuat beberapa dari mereka termasuk Gavi

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   100

    "Tapi om Rian gimana bu? Udah tahu soal ini?" tanya Gavin cemas. "Iya udah tahu, makanya mau menyewa pengawal buat ibu." ucap Shanum. "Oh gitu, kayak waktu itu ya bu. Yaudah kalo itu yang terbaik. Mudah-mudahan aja setelah itu udah enggak ada lagi yang neror ibu." ucap Gavin. "Iya ibu juga pesen ya sama kamu supaya kamu hati-hati disana, khawatirnya yang neror ibu juga berkemungkinan neror kamu juga.""Enggak kok bu, Gavin aman disini.""Hati-hati aja ya nak." "Iya." Esok paginya Shanum sudah berada di pasarnya, ia bersama seorang pengawal yang berjaga didepan kiosnya. Ia merasa lebih lega sekarang, ia juga lebih leluasa untuk pergi kemanapun, bahkan saat ini ia memutuskan untuk pergi membeli sayuran, ia berkeinginan untuk memasak buat nanti sore, khawatirnya Rian bosan beli diluar terus. Masih didalam pasar, ia membelikannya. Ketika sedang berbelanja, tentu sang penjual sayur yang sudah kenal lama dengan Shanum lantas berbisik padanya. "Itu siapa? Suami baru yang ketiga ya?" ta

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   99

    "Gak ada." "Perawakanny kayak gimana coba?" tanya Rian."Pakaian serba hitam, dia setinggi kamu mas. Dan kayaknya dia juga seumuran kamu." ucap Shanum. "Hmm siapa ya. Kamu apa mau saya laporkan polisi tentang kasus ini?" tanya Rian."Enggak mas, gak usah." "Yakin gak mau? Ini masalahnya udah menakutkan loh kayak gini, mengancam nyawa." "Iya mas." "Saya laporkan aja ya." ucap Rian. "Yaudah." "Apa perlu saya nyewa bodyguard untuk melindungi kamu?" tanya Rian. "Emang gak ngerepotin kamu mas?" tanya Shanum. "Enggak kok, usahakan dalam waktu ke depan ini kamu jangan keluar rumah dulu ya, khawatirnya orang itu muncul lagi. Atau sampai para bodyguard itu ada." ucap Rian."Iya mas, makasih ya."Beberapa jam sebelumnya.Ghea keheranan melihat Jaka tampak marah seperti itu. Bahkan sampai menaruh hape yang dipegangnya kasar. "Barusan mbak Shanum?" tanyanya. "Ini gara-gara kamu yang terlalu lama berurusan dengan mereka!"Ghea makin mengernyit heran. Kok jadi?"Kalau kamu enggak berur

  • Selingkuhan Suamiku Pacar Anakku   98

    Shanum kini sedang sendirian di kamarnya mengecek di komputer barang masuk dan keluar. Ibunya sedang pergi ke sawah sekarang. Sepertinya mulai dari siang ini sampai maghrib nanti dirinya akan terus sendirian, namun tiba-tiba saja muncul ketukan pintu. Shanum heran, apakah mungkin itu ibunya? Tahu saja barusan Shanum mengunci seluruh pintunya khawatir ada penyusup masuk, ia masih berpikir kalau yang mengetuk pntu saat ini adalah ibunya, ia lantas membuka kunci pintunya dan buka. Namun tiba-tiba saja tidak ada siapapun disana. Shanum mulai cemas. Kenapa bisa tidak ada orang padahal terdengar sangat nyaring suara orang yang mengetuk. Shanum lihat sekeliling namun tidak dirinya temukan siapapun disana, sepi sekali malahan, Shanum mulai curiga, apakah hanya orang iseng? Atau jangan-jangan.... Orang yang memberikan ancaman teror di whatsapp? Shanum ketakutan, ia sesegera mungkin langsung menutup pintunya dan kunci. Namun tiba-tiba saja muncul suara gebukan pintu yang sangat kencang hingga

DMCA.com Protection Status