Sore menjelang. Setelah pulang dari kantor suaminya Rani, aku merasa sedikit lega karena telah menyampaikan yang sebenarnya pada pria tadi, aku yakin lelaki yang terlihat berpendidikan itu tidak akan tinggal diam saja mengetahui kalau istri yang ia banggakan ternyata punya hubungan dengan orang lain. Seperti terlukanya perasaanku, jika dia sangat mencintai istrinya, maka dia pasti merasakan kekecewaan yang kurasakan. Aku yakin dia pasti marah dan menghukum wanita bernama Rani itu.Hal yang mengejutkan, aku sama sekali tidak pernah minat untuk menemuinya apalagi melabraknya seperti wanita lain pada umumnya yang merasa cemburu. Aku tidak akan melakukan hal itu karena ketika aku dan dia bertengkar, maka wanita itu akan berpura-pura jadi korban dan bilang kalau suamikulah yang sudah menggodanya, dia akan menangis di hadapan banyak orang lalu mengatakan kalau seharusnya aku memperingatkan suamiku bukan malah melabrak dirinya. Aku tidak akan buang waktu mempermalukan diriku. Setelah mand
Menjelang malam aku dan ketiga anak menunaikan salat Isya tanpa dirinya. Habis itu kami makan bersama dan seperti yang kuduga sejak pulang kerja tadi dia sama sekali tidak menyentuh makanan. Aku tidak menawarkan dia untuk bergabung ke meja makan, kunikmati makananku bersama kedua anakku mengabaikan dirinya yang terus memandang kami dari meja kerjanya. Mungkin dia berharap aku memanggilnya agar dia bisa makan bersama kami, tapi tidak, aku tak sudi. Caraku memberi hukuman untuk membuat seseorang jera adalah tetap bersikap tenang dan wajar, tapi di sisi lain, aku acauh tak acuh, sengaja membuat hatinya tersiksa dan tak nyaman. Aku ahli melakukan itu, dan senang melihatnya tidak nyaman.Kalau dibilang, ternyata aku jahat, ya, aku memang jahat pada orang yang mengkhianatiku. Perkara keyakinan dan kepercayaan adalah sesuatu yang mahal untuk didapatkan, seseorang seharusnya memegang kendali dirinya untuk menjaga kepercayaan itu. Sekalinya menghianati maka akan sulit mendapatkan penga
Adu mulut dan perang dingin di antara kami yang tidak bisa dihindarkan membuat keadaan menjadi kacau dan berantakan. Setelah mengungkapkan semua kekesalan dan isi hatinya pria itu lantas pergi sambil membanting wadah lilin dari atas meja konsol.Prang!"Aku benar-benar tidak menyangka akan perbuatanmu, Syifa.""Apa kau sangat murka ketika perbuatanmu yang menjijikan itu ketahuan? Aku penasaran sejak kapan kau berani melakukan itu padaku? apa rasanya saat kau pulang sehabis berselingkuh lalu menemuiku dan pura-pura tersenyum, apa semua sikapmu selama ini hanyalah kepalsuan yang kau tunjukkan?""Terserah kau saja!""Mungkin aku butuh jawaban namun kebungkamanmu sudah menjawab semuanya.""Asumsimu terlalu berlebihan," desisnya sambil membanting pintu. Tidak aku dapatkan jawaban atas pertanyaan barusan, dia pergi menghindari semua perkataan aku mungkin terlalu untuk mengakui mungkin juga sakit hati dan gengsi. Fakta terburuknya, dia yang merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja dan am
Mau tak mau, suka ataupun tak suka, ia sudah menghancurkan rumah tangga kami. Gejolak yang terjadi seperti bola salju yang bergulir, makin lama menjalar, membesar dan jadi prahara.Aku berdiri menatapnya yang terduduk dan menutup wajah sambil berusaha menyembunyikan tangis, ia memang menyesal, tapi penyesalan itu tidak akan mengubah perasaanku. Meski aku tidak berniat berpisah tapi perasaanku tidak lagi sama untuknya. Cinta itu terkikis habis seperti abrasi di tebing pasir. Semuanya runtuh begitu gelombang pasang menghantam. Cinta yang kubangun seperti menumpuk kerikil satu di atas yang lainnya, tapi seketika runtuh begitu saja."Aku sangat kecewa padamu, kekecewaanku tidak akan pernah usai, kemarahan ini tak tahu kapan redanya, untuk memuaskan hatiku, aku akan lakukan apa saja," ungkapku sambil meninggalkannya."Balaskan saja dendammu padaku tapi jangan hancurkan hidup orang lain. Akulah yang bersalah, anggap aku yang menggoda dan memaksanya bersamaku," ungkapnya dengan suara lemah.
Dua minggu berlalu, dia minggu itu pula, Mas Widi tidak pernah keluar dari rumah selain pergi ke tempat kerjanya. Mungkin untuk meyakinkan diriku selama ia berada di rumah sakit, ia memasang video live streaming dengan ponsel yang dipasang di meja kerjanya, mungkin agar aku tahu apa saja yang ia lakukan di tempat itu. Sore hari ketika tugasnya sudah selesai lelaki itu juga akan melanjutkan live di mobilnya untuk perjalanan pulang. Mungkin dia melakukan semua itu agar aku kembali percaya, tidak meragukan atau mencurigainya.*"Ayah pulang...." Anak-anak bersorak saat ayah mereka kembali, aku yang tengah menyaksikan siaran TV, teralihkan. Melihat dia membawa kotak makanan anak-anak sangat gembira, segera mereka mengambil dari tangan ayahnya lalu membawanya ke meja makan. "Hai, apa kabarmu?" Lelaki itu selalu bertanya kepadaku pertanyaan yang sama tiap kali dia pulang ke rumah, tapi aku tidak pernah lagi menjawabnya. Sudah dua minggu sejak kehancuran hubungannya dengan Rani, lelaki
Aku jadi terkejut, kaget dan bingung. Kalau bukan Rani yang bicara dengannya apa asumsiku harus kembali kepada dokter Okan. Tapi itu tidak masuk akal, suamiku lelaki normal yang masih berhasrat pada wanita. Jadi, siapakah yang mengirimkan pesan?Kalau bukan Rani, jadi siapakah orangnya, Apakah memang teman chat suamiku ini memang adalah orang misterius yang bukan siapapun yang pernah ku temui. Kalau begitu dia siapa dan di mana tinggalnya.Drrrtt.(Aku sengaja mengirim pesan sekarang, berjaga-jaga agar istrimu tidak tahu.)Hah, jadi dia tahu kalau suamiku punya istri? Apakah dia tahu tentang detail kehidupan kami, apa dia tahu apa terjadi tiap hari? Apa dia mengenalku sementara aku tidak menyadarinya? Ah, aku bisa gila terus begini.Mau terima aku langsung memeriksa mutasi rekening dan di sana terpaparlah semua yang terjadi selama beberapa hari terakhir.(Maaf, aku tidak bisa membalas lebih sering, situasi sedang kacau, istriku curiga.) Pesan itu seminggu lalu.Lalu ada balasan.(Apa
Aku harus tenang, aku tidak bisa gegabah, jika aku membangunkan Mas Widi dan memarahinya juga berteriak memprotes bahwa hubungan gelapnya masih belum tuntas, maka akan terjadi pertengkaran di jam 03.00 pagi.Aku akan memanfaatkan apa yang ada baru kemudian aku mengungkap segalanya. Terdengar mengulur waktu, tapi aku harus lebih cerdik dari sebelumnya.*Aku tidak tidur sejak membaca semua pesan yang ada di ponsel mas Widi. Menjelang subuh aku menunaikan salat kemudian pergi membersihkan rumah dan menyelesaikan laundry. Setengah enam, aku sudah sibuk memasak di dapur untuk menyiapkan sarapan dan bekal. Mas Widi keluar dari kamar seusai salat, melihat diriku yang wangi serta sudah cantik dengan rambut tergerai, lelaki itu tertegun sejenak dan berdiri terpaku menatapku, mungkin melihat diriku yang lebih cantik dan ceria membuat dia menjadi heran."Ayo Mas, duduklah, ada nasi goreng pedas dan susu jahe untukmu," ucapku dengan senyum lebar. Merasa senang karena aku menegurnya seulas seny
Setelah percakapan denganku, lelaki itu masuk ke ruang kerja sambil membanting pintu, dia nampak pusing dan tegang sekali sementara aku tetap santai sambil makan camilan dan minum soda.Tak lama kemudian, mungkin karena ingat sesuatu, lelaki itu segera keluar lagi dan berdiri di hapadanku."Kau santai di sini makan chips, sekarang bagaimana aku akan mengganti semua uang itu?""Aku yakin wanita itu tidak memintamu untuk menggantinya, dia mengirimkan uangnya dengan suka rela." "Ya ampun... kalau aku menolak meresponnya, maka aku harus kembalikan uangnya sebagai bentuk rasa hormat....""Terlambat untuk menolak, hubungan kalian sudah jauh," balasku sinis.Lelaki itu kembali mendengkus dengan resah lalu menjatuhkan bokongnya di kursi yang ada di dekatku. "Hhhh, aku aku harus bagaimana?""Kenapa kau tanya padaku, yang cari penyakit adalah dirimu sendiri bukan aku," balasku. "Kau itu dokter, sekali saya bersikap gegabah lisensi doktermu bisa dicabut, kau akan kehilangan segalanya Mas.""Ak