"Rin, siapa ya wanita yang hamil yang kutemui dengan suaminya itu. Kelihatannya mereka familiar dan mereka menyapaku.""Oh ya, siapa mereka Nona.""Mereka bilang mereka mengenalku bahkan mereka mengenalku dengan akrab.""Lalu?""Halo tiba-tiba mereka menjauhiku dan bilang kalau aku pernah menghancurkan hidup wanita itu. Apa benar aku pernah menghancurkan hidup seseorang.""Tidak Nona, itu tak mungkin.""Lalu kenapa?""Entahlah, apa anda tertarik untuk menyelidiki lebih jauh.""Kakek dan para pengawal Aku tidak akan membiarkan itu terjadi.""Apa kau ingin aku yang cari tahu.""Kalau kakak tahu maka kau akan dipecat sebagai asisten pribadiku.""Aku akan melakukannya dengan rahasia, Nona.""Aku tidak ingin kau mempertaruhkan hidupmu demi aku, jadi biar aku cari sendiri jawabanku.'"Baiklah terserah Anda." Arin asistenku beranjak dari kamarku dan bersiap untuk meninggalkan mansion kakek, karena jam kerja para staf sudah berakhir."Oh ya!"Wajah Arin kembali menyembul dari balik pintu."Ad
Belum puas menumpahkan rindu kepada mas Widi tiba-tiba dua buah mobil berhenti di tempat di depan rumah itu. Para pengawal kakek turun dari sana lalu merenggutku dari pelukan Mas Widi. "Maaf Nona anda harus menjaga jarak pada lelaki itu.""Kenapa? Dia suamiku!""Anda sudah bercerai!""Siapa yang bilang Aku dan Dia bercerai aku tidak merasa menandatangani perceraian atau menghadiri persidangan, Siapa yang telah melakukan itu!" Tanya seorang pengawal yang menunjukkan salinan surat persetujuan cerai. Di sana tanda tanganku terpampang dengan jelas, membuatku bingung dan sulit mengingat kapan aku setuju untuk."Aku yakin aku melakukannya tanpa sadar.""Tidak ada bedanya Nona anda harus kembali ke Kakek anda dan tinggalkan lelaki itu karena kalian tidak punya hubungan lagi!""Berarti secara tidak langsung kalian juga mengakui kan kalau aku dan dia memang punya hubungan di masa lalu!" aku marah sekali pada mereka."Kenapa tempo hari ... tempo hari saat aku bertanya tidak ada seorangpun da
Aku terkesiap dengan ucapan kakek, aku terdiam, otakku seakan tidak mampu melanjutkan percakapan itu karena terlalu rumit bahasa yang dia gunakan, terlalu lemah sinyal otak ini untuk melakukan penerimaan sehingga aku mengerti."Jangan menghalangi aku untuk bahagia!"Brak!Kakek melempar asbak kayu ke lantai, membuat diri ini terkesiap kaget dan menutup mata karena syok."Aku membiarkanmu mengelola perusahaanmu, aku melepaskanmu untuk hidup bebas menentukan kemana kau tinggal dan dengan siapa kau berhubungan. Aku membebasmu untuk memilih jalan dan menghambur-hamburkan uang, aku tidak pernah ikut campur. Suatu hari kau datang padaku dan mengeluhkan betapa rumitnya hidupmu, sebagai kakek dan pengganti orang tuamu ... Tentu saja aku sangat prihatin dan peduli, jadi kuambil keputusan terbaik yang sekiranya akan menjagamu dari luka-luka berikutnya.""Dengan memisahkan diriku!""Ya, aku mempertimbangkan keputusan itu berhari-hari, juga berulang kali bertanya padamu, apakah kau yakin, dan k
Sekilas hidupku indah, bergelimbangan harta dan diperlakukan bagai tuan putri. Keluargaku selalu ada untuk mendukung dan menyayangi, mereka menyiapkan dukungan di latar belakang dan selalu pasang badan sebagai perisai untuk melindungi kesalahanku. Aku terbiasa dengan kemanjaan itu, membuat masalah lalu berlari ke balik punggung mereka untuk lepas tanggung jawab dan mencuci kesalahan sendiri.Terhadap semua masalah yang aku buat mereka memang murka tapi keluargaku selalu membereskannya, ada banyak uang untuk membayar tim pengacara terbaik agar semua tuntutan orang-orang yang kusakiti terlihat seperti omong kosong untuk memfitnah diri ini. Aku menang dan selalu mendapatkan apa yang kuinginkan.Hatiku meninggi dan semakin congkak, karena dengan privilege itu aku seperti menguasai dunia ini. Tapi perasaan itu tidak berlangsung lama karena sejak bersaing cinta dengan mbak Syifa aku jadi mengerti Kalau aku bukan apa-apa dan tidak memiliki apapun di dunia ini. Hanya untuk mendapatkan hati
Terik matahari di siang ini cukup menyengat, angin yang bertiup terasa membawa panas saat aku tiba di rumah mantan ibu mertua. Kudorong pintu gerbang yang selalu tidak terkunci, kuarahkan pandanganku pada pintu utama yang diberi ornamen dari rotan yang dijalin dan bertuliskan selamat datang, dinding sebelah kiri yang difungsikan sebagai pagar ditumbuhi oleh mawar rambat beraneka warna, terasa begitu kontras dengan warna langit yang biru dan asrinya rumah itu. "Assalamualaikum."Aku mengetuk pintu dan sekitar semenit kemudian seseorang membukakannya. Saat mata kami bertemu wanita itu nampak terkejut, ia berkali-kali memastikan tanggapan matanya sampai aku menyapanya."Apa kabar Ibu?""Kau dinda kan?""Iya, boleh saya masuk.""Oh, ayo," ucapnya ramah. Dipersilahkannya aku duduk di kursi tamu, sementara di atas meja ada vas bunga yang diisi dengan bunga-bunga segar. Dari dulu, ibu mertua katanya sangat pandai merangkai bunga."Bunganya bagus," ucapku canggung, wanita itu tersenyum t
Selepas kepergianku dari rumah mantan ibu mertua aku lanjutkan perjalanan menuju pusat kebugaran di mana mas Widi bekerja sebagai pelatih. Dulu dia hanya cleaning service tapi karena bentuk tubuhnya yang atletis dan wajahnya yang lumayan menarik serta keahliannya dalam memakai alat olahraga membuat pemilik gym merekrut dia sebagai pelatih.Kudengar berkat kehadiran mas Widi sebagai pelatih banyak wanita yang kemudian bergabung ke pusat kebugaran untuk mengecilkan tubuh mereka dan mendapatkan bentuk yang ideal. Aku aku percaya mereka bukan hanya ingin langsing tapi juga ingin mendapatkan perhatian mantan suamiku.Tidak, suamiku, seharusnya dia masih suamiku. Ketidakwarasanku membuat aku kehilangan suami dan seharusnya itu tidak terjadi."Halo nyonya, kenapa baru datang sekarang? sudah sebulan anda tidak mengunjungi pusat kebugaran," ucapnya yang sudah kenal padaku dan menyambutku dengan Ramah."Apa anda akan berlatih hari ini?""Tidak, Aku ingin bertemu dengan mas Widi.""Oh baik nyo
Aku tidak menyangka bahwa penolakanku tempo hari adalah petaka.**Aku merasa bersalah kepada dinda tapi menimbang bahwa sudah begitu jauh masalah yang terjadi karena kami nekat bersama, akhirnya aku memutuskan untuk mengalah dan mengakhiri semua ini.Ya, aku memutuskan untuk batal rujuk dan mengejarnya lagi. Meski tadinya aku melihat cinta untuknya akan memperbaiki hidupku dan memperlancar jaringan bisnis, serta menaikkan pamorku sebagai dokter yang berprestasi, tapi nyatanya semua itu gagal.Aku beruntung karena aku hanya dipenjara selama beberapa bulan, aku berhasil bebas dengan jaminan darinya, Sebenarnya aku merasa sangat berhutang Budi dan bersalah karena merugikan keuangan Dinda, aku ingin menebusnya tapi entah kenapa saat itu aku bodoh sekali. Seharusnya aku tidak menciptakan konflik antara aku dan istri kedua dengan cara terus-menerus menemui mantan istri pertama.Sebenarnya aku tidak akan membuat episode depresi Dinda jadi kumat andai aku tidak terus meluahkan waktu untuk m
"Bu, berangkat dulu.""Apa kau akan sepanjang hari di gym?""Iya.""Baiklah, kalau begitu. Ibu mau menjenguk ayahmu di pusat perawatan lansia.""Iya, apa ibu akan butuh uang?""Ibu masih punya simpanan.""Baiklah kalau begitu Ibu hati-hati juga."Setelah mencium tangan halus dan mengecup kening ibuku tercinta, aku segera mungkin berangkat menggunakan motor menuju ke gym yang berada 20 KM jauh dari rumah.Berkendara sambil menikmati suasana kota dan sejuknya udara pagi, sambil menatap pohon rindang yang ada di sebelah kanan kiri jalan, membuatku sedikit menikmati perjalanan. Telah sedikit saja aku bisa terjebak macet ditambah cuaca mulai panas maka hati akan mudah runyam. Aku mengemudikan motor sambil mendengarkan alunan musik pelan di headset yang ku pasang di telinga.Karena ingin mempersingkat waktu aku mengambil jalan pintas, memotong melewati blok-blok bangunan dan jalan yang sepi. Hingga tiba di sebuah Jalan yang berada di belakang barisan ruko-ruko besar. Aku menyadari sebuah mo