"Selamat atas pernikahanmu, Danial." Akting terbaik sepanjang sejarah hidup Rhea adalah ketika ia menghadiri pesta pernikahan Danial dengan senyum lebar yang terpantri di wajah cantiknya. Memberi ucapan selamat dan bersalaman seolah ia turut berbahagia dan dapat menerima dengan lapang dada kenyataan yang menyakitkan hari ini. Sebuah kenyataan bahwa Danial tidak dapat lagi ia miliki. Pria itu sudah menjadi hak milik wanita lain. Dalam jarak waktu satu bulan sejak bercerai dari Rhea, Danial sudah menggelar pesta pernikahan keduanya dengan begitu mewah dan dihadiri oleh banyak tamu undangan orang-orang penting. Hebat sekali mereka. "Terimakasih, semoga kau cepat menyusul." Di hari bahagianya bahkan Danial masih memasang wajah angkuh dan dingin. Sangat tidak sopan untuk menghormati para tamu yang datang. Rhea mendengus samar, lalu melukiskan senyum sebagai respon baik dari doa mantan suaminya itu. Setelah menyalami mempelai wanita dan mengucapkan selamat atas pernikahan mereka, Rhea s
Bagi Danial, menikahi Liya adalah bagian dari kebutuhan bisnis keluarganya semata dan memenuhi keinginan orang tuanya. Liya bukanlah anak yang berasal dari keluarga sembarangan, Ayah nya merupakan seorang Duta Besar, sementara Mama nya seorang Dokter Bedah. Dua keluarga Konglomerat itu sangat sempurna untuk menyatu dan memperkuat bisnis mereka. Tanpa memberi kesempatan Danial untuk berpendapat, pria itu dipaksa untuk meminang hidup seorang gadis dari keluarga petinggi negara, Liya Katresa. "Sidney?" Liya mengangguk. Ia baru saja membicarakan tentang keinginannya mengambil gelar profesor di Sidney, Australia. "Kenapa kau baru membicarakannya sekarang? Apa Mama sudah tau hal ini?" tanya Danial, Liya menggelengkan kepalanya. Danial membuang napa samar, seharusnya masalah seperti ini Liya bicarakan sebelum mereka menikah. Kalau tau akan begini Gracia pasti tidak akan menikahinya dengan Liya. Karena Gracia mencari wanita yang dapat memberikan Danial keturunan dalam waktu secepat mungk
Sesuai dengan ekspetasi Rhea, Bandung memang kota yang menenangkan. Ia tidak salah memilih tempat pelarian. Baru satu bulan hidup di sini, tapi Rhea sudah bisa merasakan sedikit perbedaan yang terjadi pada pola hidupnya.Setelah menjadi seorang pengangguran, Rhea merasa hidupnya menjadi lebih santai. Bangun pagi tidak perlu repot memilih setelan apa yang akan ia pakai ke kantor hari ini atau sibuk mempersiapkan bahan untuk meeting.Isabell: tidak merindukan kantor?Rhea yang baru selesai melakukan workout sebagai kegiatan rutinnya itu, lantas mengecek ponsel dan spontan tersenyum, membaca pesan dari Isabell.Rhea: menjadi pengangguran ternyata lebih menyenangkanTak butuh waktu lama untuk Rhea menunggu balasan dari Isabell. Pada jam segini biasanya gadis itu sedang menyantap sarapan, tidak heran kenapa bisa membalas pesan dalam hitungan detik.Isabell: itu karena kau sudah kaya!Isabell: beda halnya denganku. Sudah kerja bagai kuda saja aku masih tetap miskin.Sambil terkekeh pelan Rh
Isabell mengambil gelas es kopi miliknya dari atas meja, kemudian meminumnya hingga tandas. Berharap es kopi yang menyegarkan tenggorokannya itu dapat meredam amarah yang menguasai dirinya saat ini.Mendengar berita tentang Danial yang sedang beredar di kantornya membuat Isabell meradang. Tanpa banyak pikir, gadis itu segera bangkit dari kursi kerjanya, kemudian membawa langkahnya ke ruangan kebesaran Danial. Bagaimana Isabell bisa menahan diri, beberapa menit lalu ia mendengar berita kalau Danial akan dipindahtugaskan ke kantor cabang di Bandung. Kebetulan atau direncanakan, demi Tuhan, hal ini sangat tidak lucu! "Pak Danial ada di dalam?" tanya Isabell ke Ardan, Sekretaris Danial. Pria berkacamata itu menaikan sebelah alisnya melihat kedatangan Isabell yang tidak diundang."Ada perlu apa, Isabell?" tanyanya dengan tenang.Isabell berdehem, mengontrol dirinya agar tidak terlalu lihat emosi di depan Ardan. Meski umurnya sudah dipertengahan tiga puluh lima, tapi pria itu tidak kalah t
Cleo Miguel membuang napas jengah saat menerima pesan dari Danial. Pesan dengan satu kalimat yang membawa langkah Cleo ke kediaman teman sekaligus atasannya itu."Kau memanggilku untuk ini?" tanya Cleo, jari telunjuknya menunjuk botol wine di atas meja, satu dari botol itu tersisa setengah isinya.Danial berdecak, ia hanya menoleh sekilas lalu menendang kursi kosong di sampingnya seolah menyuruh tamunya itu untuk duduk."Jadi, kau patah hati karena di tinggal mantan istrimu ke Bandung atau di tinggal istri barumu ke Australia?" celetuk Cleo sembari menarik kursi dan mendudukinya. Tak ingin melihat ekspresi Danial yang sedang memakinya, Cleo lantas meraih gelas kecil lalu menuangkan Wine ke dalamnya, menandaskan minuman itu dalam satu kali tegukan."Kau sudah dengar soal pemindahan ku ke Bandung?" Lama terdiam, Danial berujar tanpa menatap lawan bicaranya. Pemandangan malam di luar balkon lantai dua rumahnya lebih layak untuk dipandang dari pada wajah bengis milik Cleo."Jika Aktaraja
"Kau tidak seharusnya datang kemari!"Rhea tersenyum simpul, kepalanya menggeleng kecil, "Tidak masalah. Lagi pula, aku juga merindukan kopi di sini." balasnya sambil menunjukan gelas ice kopi di tangan yang sempat ia beli di coffee shop sebrang. Saat ini, Rhea sedang menginjakan kakinya di lobi kantor Aktaraja Holding. Alibinya untuk bertemu dengan Isabell, padahal ada niat tersembunyi, apa lagi kalau bukan untuk melihat wajah seseorang yang tiba-tiba ia rindukan.Isabell berdesis, "Benar hanya merindukan kopi? sepertinya ada seseorang yang pasti kau rindukan di sini?" balas Isabell dengan tatapan menelisik. Rhea tergugup, gelagatnya berubah salah tingkah. Isabell memang pandai membaca pikiran seseorang. "Apa maksudmu?" "Maksudku kau pasti merindukan teman kantormu yang dulu, kan?" jawab Isabell membuat Rhea menghembuskan napas lega. "Ya, sedikit."Isabell berdecih, wajah devilnya kini terpasang, "Teman kantor atau Pak Direktur?" tanyanya membuat napas Rhea tercekat. "Anak ini!
Rhea membeku ditempat ketika melihat siapa tamu yang datang ke rumahnya malam ini. Hampir saja Rhea menampar dirinya sendiri karena takut kalau ini hanya halusinasi. Kenyataan bahwa saat ini Danial menyandangi rumahnya seperti mimpi. Seulas senyum pun tidak dapat Rhea lukis, wajahnya membeku seketika bertatapan dengan manik legam Danial. "Maaf jika kedatanganku mengejutkanmu," Peka dengan yang Rhea rasakan, Danial berkata maaf dengan raut sesal. Tidak ada wajah dingin yang Rhea temukan seperti saat terakhir kali mereka bertemu, di hari pernikahan kedua pria itu. "Dari mana kau tahu alamat rumahku?" tanyanya. Tidak ada komunikasi diantara mereka sejak Danial menjatuhkan talaknya. Rhea bahkan tidak mengatakan soal kepindahannya ke Danial. "Aku akan menjelaskannya kalau kau mengizinkan aku untuk masuk," jawab Danial. Rhea menghembuskan napas kasar sebelum menggeser tubuhnya untuk memberi akses Danial masuk ke dalam rumahnya. Menapaki isi rumah Rhea, mata Danial tidak dapat berhenti m
"Ada gosip yang mengatakan kalau istrinya Danial melanjutkan studi ke Australia, aku jadi semakin yakin kalau dia sengaja pindah ke Bandung untuk dekat denganmu. Kau harus hati-hati, kabari aku kalau dia datang ke rumahmu!" informasi panjang dari Isabell melalui obrolan virtual itu berhasil membuat Rhea terdiam.Pantas saja kemarin Danial menawarkannya untuk berkunjung ke apartement pria itu, rupanya Danial tinggal sendiri di kota kembang ini. Pikir Rhea. "Hei, kenapa diam? Katakan sesuatu!" sentak Isabell karena tidak mendapati respon dari lawan bicara.Rhea berdehem, kembali mengumpulkan kesadarannya. "Ya, aku mengerti. Lagi pula, kau berpikir terlalu jauh. Bukankah Danial pindah karena ia harus bekerja di kantor cabang?" tanya Rhea sembari melanjutkan aktivitasnya menyiram tanaman."Tapi pasti ada alasan lain. Apa kau berpikir ini sebuah kebetulan? Ayolah, Rhea! Kantor cabang Aktaraja bukan hanya di Bandung, kan? Malah seharusnya Danial menolak untuk dipindahkan karena di sana ada
Binar mata yang pada awalnya begitu tajam dan sanggup membunuh siapa pun yang berusaha mengusiknya lantas berubah. Tatapan Danial seketika melembut, berbinar-berbinar saat mendapati sosok yang begitu ia rindukan setengah mati itu tengah berdiri tak jauh darinya saat ini. “S–sayang?” Danial mengerjap beberapa kali, memastikan ia tak salah melihat ataupun tengah berhalusinasi saat ini. Jantungnya berdegup semakin kencang manakala melihat sosok wanita yang jidicintainya itu berjalan mendekat. Dalam diam Danial meneguk ludahnya saat aroma parfum kesukaannya mendadak tercium olehnya. Rhea berdiri di samping bangsal Danial. Wanita itu hanya terdiam beberapa saat, sampai di detik berikutnya air matanya mengalir begitu saja melewati pipi. “Kenapa kau bodoh sekali, Iyal~”Suara itu mengalun di telinga Danial. Darahnya berdesir saat mendengarnya. Itu artinya ia memang tidak berhalusinasi seperti yang sudah-sudah.“Kenapa kau bodoh sekali sampai menyakiti dirimu sendiri!” Suara Rhea meni
Rhea berjalan cukup tergesa menyusuri lorong rumah sakit di mana kekasihnya tengah dirawat. Setiap langkahnya seperti menghunjam jantung saat mengetahui kabar jika pria itu harus dilarikan ke rumah sakit akibat hepatitis alkoholik yang di deritanya. Rhea tidak habis pikir, berapa banyak alkohol yang Danial teguk sampai seperti ini. Setelah mendengar ucapan Isabell bahwa Danial pingsan di kantor, ia langsung menghubungi sekretaris Danial yang memang tahu akan hubungan gelap keduanya. Hingga disinilah ia sekarang berada, di depan pintu kamar Danial yang sudah ada Samuel berdiri di depannya, menunggunya. “Tuan Danial baru saja sadar, Nyonya.” Ujar pria itu tanpa ekspresi sembari membukakan pintu kamar inap Danial untuk Rhea. Rhea lantas mengangguk. “Terima kasih, Sam.” Pria bernama Samuel itu hanya diam saja menanggapi. Tidak, bukan karena ia tak suka karena tahu akan segalanya. Akan tetapi karena memang orangnya seperti itu. Salah satu orang kepercayaan Danial dan bukan tipe orang
Pria itu pikir, dirinya sudah cukup meyakinkan wanitanya di malam itu. Akan tetapi, setelah keduanya kembali pulang, Rhea justru secara terang-terangan menegaskan untuk meminta jarak pada hubungan mereka saat ini. Wanitanya itu meminta waktu sendiri. Tentu saja pada awalnya Danial menolak, akan tetapi melihat bagaimana raut sendu yang tergambar pada wajah Rhea, Danial tak memiliki pilihan lain selain memberikannya waktu. Kendati demikian, pria itu justru semakin menyesalinya pada akhirnya. Dua minggu lamanya hubungan keduanya begitu renggang saat ini. Sejak Rhea meminta waktu, Danial tak pernah lagi mendatangi rumah wanita yang dicintainya sepenuh hati itu. Berkirim pesan itu pun hanya sesekali, atau lebih tepatnya Rhea yang enggan membalas pesannya. Danial Aktaraja berulang kali hanya mampu menghela nafas panjangnya di atas kursi ruang kerjanya. Beberapa hari ini kepalanya sering sekali terasa pening, berat badannya juga berkurang lantaran tak memiliki nafsu untuk makan. Terbiasa d
“Kau ingin kemana?” tanya Danial yang baru saja ingin melingkarkan tangannya pada pinggang wanitanya itu harus ia urungkan lantaran Rhea tiba-tiba saja menegakkan tubuhnya.“Mandi,” sahut Rhea sembari menyanggul rambut panjangnya membentuk sebuah cepolan di atas kepalanya.“Aku ikut, ya?” tanya Danial yang ikut menegakkan tubuhnya juga.“Tidak!” sahut Rhea dengan cepat. Menyadari ucapannya bisa membuat Danial merasa curiga lantas Rhea pun segera berujar, “maksudku jika kau ikut, pasti tidak hanya mandi, Iyal… aku lelah,” sambungnya dengan sorot mata yang memohon.Melihat itu tentu saja Danial tersenyum lembut, tangan kanannya naik mengusap pipi kanan Rhea. “Baiklah aku mengerti,” ujar Danial begitu halus. “Nikmati waktu berendammu, Sayang.”Rhea pun mengangguk, membalas senyuman Danial dengan senyuman tipisnya dan segera ia beranjak dari atas ranjang mereka menuju kamar mandi.Senyum manis Danial luruh bersamaan dengan pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Rahang pria itu tampak sedi
Hari ini cukup melelahkan bagi Rhea karena Danial mengajaknya untuk menghabiskan waktu ke DisneySea. Keputusan Danial memilih DisneySea, karena di tempat ini lebih ditujukan untuk orang dewasa daripada anak-anak, seperti menikmati cocktail di lounge bergaya tahun 1920-an di atas kapal pesiar mewah. Tak hanya itu, wahana di DisneySea juga menarik, memiliki tema kelautan dengan tujuh pelabuhan mengesankan yang terinspirasi oleh tempat nyata dan legenda lautan termasuk American Waterfront, Mediterranean Harbor dan Mysterious Island yang unik dengan gunung berapi yang meletus. Meskipun lelah karena banyak wahana yang ia kunjungi, akan tetapi Rhea sangat menikmati perjalanannya hari ini.Lalu saat ini juga berlanjut ke Tokyo Skytree, di mana di tempat ini selalu menjadi salah satu tempat romantis paling populer di Tokyo. Sebagai menara tertinggi di dunia, pengunjung pertama-tama melintasi menara dengan lift khusus, hingga mencapai ketinggian antara 300 dan 400 meter. Saat ini Danial dan Rh
Seorang wanita cantik tampak mengerjapkan matanya berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya mentari yang mengusik tidur nyenyaknya. Bersama sisa kantuk dan rasa lelah yang menjalar di seluruh tubuhnya Rhea Eleanor mulai membuka matanya secara perlahan. Hal pertama yang ia lihat adalah seorang pria yang masih nyaman menutup matanya. Tidurnya tampak lelap sekali. Sebenarnya ia tak harus terkejut dengan hal ini, karena selama hampir dua bulan ini ia selalu bangun dengan adanya pria itu di sampingnya.Danial Aktaraja, mantan prianya. Yang kini masih tertidur sembari memeluk pinggang rampingnya. Meskipun sudah berkali-kali mereka berbagi ranjang yang sama, namun rasanya masih gugup dan malu juga. Terlebih lagi dengan kebiasaan Danial Aktaraja yang tak pernah memakai atasan saat ia tertidur. Aneh, tapi entah kenapa ia menyukainya.Rhea Eleanor tidak menyangka sama sekali, jika ia bisa menikmati kebersamaan seperti ini lagi dengan pria ini. Sempat ia bertekad untuk tidak jatuh dalam pesona seor
Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, pada akhirnya Danial dan Rhea pun sampai di salah satu hotel terbaik dan termewah di Tokyo. Tentu saja Danial tidak pernah setengah-setengah dalam mempersiapkan liburan natal dan akhir tahun bersama Rhea saat ini. Danial memesan satu large room dengan single bed berukuran king size lengkap dengan fasilitas kelas satu serta paket liburan untuk pasangan suami istri. Meskipun keduanya telah berpisah, mudah saja bagi Danial untuk melakukannya. Sesampainya di kamar mereka, Rhea segera menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang yang besar dan empuk itu. Ia terlihat kelelahan saat ini. Padahal sebelum-sebelumnya ia juga sering terbang ke Jepang untuk pekerjaannya sebagai seorang designer. Ya, Rhea Eleanor adalah salah satu designer terbaik di Indonesia. Banyak kliennya yang berasal dari luar negeri hanya untuk menjadi pelanggannya. Namun, Rhea memutuskan untuk beristirahat pasca kecelakaannya sampai pada akhirnya perpisahannya bersama Danial menumbuhka
“Aku melihat BMW bergoyang di basemen restoran Jepang tadi.”Mendengar kalimat itu lantas gerakan tangan Rhea berhenti. Tubuhnya membeku menatap lurus ke arah cermin. Kerongkongannya seakan kering dan tercekat begitu saja. “B–bergoyang?” tanya Rhea begitu kesusahan. Bahkan ia tak berani memutar tubuhnya. Isabell yang semula berbaring pun kini memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Rhea. “Sialan sekali sih mereka itu, seperti tak punya tempat lain saja. Membuat wanita lajang sepertiku hanya mampu menggigit jari,” sungut Isabell kesal. Diam–diam Rhea menghela nafasnya lega. Melihat kesalnya wanita itu dapat dipastikan bahwa Isabell tidak tahu jika yang berada di dalam mobil BMW itu adalah dirinya bersama Danial. Rhea mengulum bibirnya, lalu kembali menggunakan perawatan wajah miliknya, namun di saat ia hendak menuangkan toner bermerek SK II itu, botol itu jatuh lantaran mendengar ucapan Isabell lagi. “Aku melihat mantan suamimu bersama wanita lain. Aku yakin itu bukan istrinya, kare
Danial dan Rhea keluar dari mobil ketika mereka telah sampai di pelataran gereja. Rhea tertegun sejenak saat Danial mengajaknya ke tempat ini. Sudah lama sekali rasanya keduanya tak menginjakkan kaki di tempat suci ini bersama. Terakhir mereka berada di tempat ibadah ini adalah pada saat pemberkatan pernikahan Danial dan Liya. Merasa wanitanya itu tampak bingung, lantas Danial pun berjalan mendekat, lalu menggenggam tangan Rhea. “Ayo, masuk.” Ujar pria itu begitu lembut dan dibalas anggukan oleh Rhea. Keduanya berjalan beriringan memasuki gereja. Setelah sampai di patung Yesus Kristus, keduanya mulai bersimpuh, menautkan tangan, memejamkan mata dan mulai berdoa. Tuhan, aku kembali lagi. Bersama dengan seseorang yang selalu aku minta di setiap doaku. Terima kasih sudah membuatnya kembali padaku. Setidaknya, aku tidak sendirian. Setidaknya aku tidak bersimpuh di depanmu seorang diri lagi. Dan seperti sebelumnya, tentu saja aku mempunyai permintaan. Aku.. aku benar-benar tidak menyan