Kurang dari setengah jam Anna dan Marcus tiba di sebuah butik ternama di kota itu, butik ini merupakan salah satu butik milik keluarga Bond. Meskipun begitu, Anna juga telah lama bekerja sama dengan butik ini dalam membuat beberapa gaun pengantin untuk event pernikahan yang telah dia tangani. Hasil pengerjaan mereka luar biasa mengagumkan, banyak pasangan yang merasa puas dengan hasil pengerjaan mereka, sehingga membuat Anna merasa lebih yakin untuk menyewa jasa perancangan gaun pengantin di sini.
“Halo, Anna! Tuan Muda Bond! Senang bertemu dengan kalian berdua. Apa kalian datang bersama?”
Anna dan Marcus hanya dapat tersenyum canggung, kemudian Marcus menjawab dengan nada sopan,”Ya, kami datang bersama. Apa kabarmu Nyonya Marie?”
“Ha ha ha! Aku sangat baik. Aku benar-benar merasa bersemangat karena akan merancang gaun pernikahan untuk calon istrimu Tuan Marcus!” Marie Antonius menjawab dengan tawa cerianya, meskipun ia sudah berusia 40 tahun, tapi wajahnya sungguh tidak terlihat menua. Aura kecantikannya memancarkan aura yang menyenangkan dan membuat siapapun merasa nyaman.
“Tapi dimana Nona Romanov? Bukankah harusnya ia ikut bersama kalian untuk mengukur tubuhnya?”
Tersenyum tipis, Marcus merasa lidahnya kelu saat menjawab pertanyaan Nyonya Marie. “Lisa tidak bisa datang, jadwalnya sangat padat akhir-akhir ini. Dia memberitahuku bahwa ada kontrak pemotretan yang harus diselesaikannya sebelum pernikahan kami.”
“Ah, begitukah? Sayang sekali. Lalu, bagaimana kami bisa membuat rancangannya?’
Marcus melirik Anna di sebelahnya sejenak, “Aku berencana memintamu untuk menyesuaikan ukuran Lisa dengan ukuran nona Walkins. Kurasa ukuran tubuh mereka tidak terlalu berbeda jauh,” jawabnya dengan ragu, kemudian menambahkan, “ini hanya untuk sementara, jika gaun itu sudah akan selesai setengahnya, barulah aku akan membawa Lisa untuk lebih memastikan ukurannya. Bagaimana dengan itu nyonya?”
“Baiklah, kita bisa melakukan itu. Duduklah dulu sementara kami akan mempersiapkan segalanya.”Sebelum Marie pergi, Anna menahannya dan menyerahkan hasil rancangan gaun yang telah ia buat sebelumnya dan menjelaskan beberapa hal dengan serius.
Disebelahnya Marcus hanya diam memperhatikan bagaimana Anna terlihat begitu mempesona dalam banyak hal. “Wow! Anna! Ini... ini benar-benar keren! Aku tidak menyangka kau akan merancang gaun sebagus ini! Baiklah aku akan memakai ini dan berbicara dengan para penjahitku. Tunggu di sini.” Dengan langkah penuh semangat wanita peruh bayar itu berjalan ke arah staff nya dan mempersiapkan segala hal.
Keheningan kembali mendatangi Anna dan Marcus tepat setelah nyonya Marie pergi, Anna melirik Marcus yang terlihat tengah melamun, lalu berdehem pelan dan bertanya dnegan nada ragu, “Apa calon istri anda tidak bisa cuti dari pekerjaannya meski hanya sebentar saja?”
Marcus menatap Anna sejenak dan menjawab pertanyaan Anna dengan ekspresi pahit, “Aku sudah menyarankan itu, tapi dia bilang itu tidak bisa karena pekerjaannya adalah bagian dari jiwanya.”
Dalam hati Marcus juga merasa bahwa Lisa sudah sedikit keterlaluan karena tidak pernah terlihat serius pada persiapan pernikahan mereka. Berulang kali Marcus meyakinkan dirinya bahwa Lisa melakukan ini semua bukan karena sengaja. Tapi benar-benar karena tuntutan pekerjaannya.
Mendengar jawaban Marcus, Anna tidak dapat berkata apapun lagi, ia hanya bisa menghela napas dalam hati merasa sayang jika Marcus harus menikah dengan wanita arogan dan ignorant seperti Lisa. Selang beberapa menit, ponsel Marcus berdering menampilkan nama Lisa di layar ponselnya.
Secercah harapan terselip dalam hati Marcus melihat Lisa menelpon, ia berharap gadisnya akan menyusul mereka untuk mencoba gaunnya sendiri. “Halo, sayang? Kau dimana?”
“Aku masih di lokasi pemotretan, aku menghubungimu hanya untuk menyakan bagaimana gaunku? Apa kalian sudah mengukurnya?” Pertanyaan Lisa membuat senyum cerah di wajah Marcus menghilang bergantikan dengan senyum kecutnya, wajahnya terlihat kusut.
“Seperti saranmu, kami meminta nyonya Marie menyesuaikan ukuranmu dengan ukuran nona Walkins.”
“Bagus, pastikan tidak ada kesalahan saat aku memakainya nanti. Aku ingin ukuran yang benar-benar pas dengan tubuhku!”
Anna mengernyit mendengar jawaban Lisa, begitupun dengan Marcus yang langsung terdiam dengan ekspresi gelap di wajahnya seolah awan mendung menyelimutinya. “Jika kau ingin yang benar-benar pas, mengapa kau tidak menyempatkan diri untuk datang sendiri ke sini?”
“Kau tahu aku sangat sibuk! Jadi urus saja olehmu dan nona Walkins. Jangan lupa untuk mengirimkan desainnya juga padaku!” Nada suara Lisa meninggi di seberang telepon sedikit membentak Marcus sebelum menutup panggilan teleponnya dengan kasar membuat Marcus semakin kesal.
‘Sial! Kenapa sikapnya semakin buruk saja akhir-akhir ini?!’ Marcus mengusap wajahnya dengan frustasi setelah menyimpan ponselnya di saku celananya. Ia benar-benar merasa frustasi.
“Nona Walkins, silahkan ikuti saya,” seorang pegawai butik emnghampiri Marcus dan Anna di ruang tunggu dengan senyum terbaiknya untuk membawa Anna ke ruang pengukuran. Anna menatap Marcus sejenak merasa sedikit bingung tentang apa yang harus ia lakukan untuk menghibur pria itu. Tapi ia akhirnya hanya mengusap bahu Marcus sejenak sebelum beranjak mengikuti pegawai wanita itu ke ruangan khusus.
Melihat Anna memasuki ruangan khusus, Marcus tidak tahu harus tertawa atau menangis menghadapi situasi seperti ini. Ini membuatnya merasa bahwa ia menikahi Anna Walkins, bukannya Lisa Romanov. Ia ingin tertawa menyadari betapa menyedihkannya dirinya, namun di satu sisi ia ingin menangis mengingat nasib pernikahannya yang benar-benar menyedihkan.
Lima belas menit berlalu, Anna kembali ke ruang tunggu bersama nyonya Marie yang terlihat bersemangat. “Tuan Marcus, semuanya sudah selesai. Jika ada hal lain yang diinginkan oleh calon istri Anda, segera beritahu saya agar kami dapat mengubah rancangannya sebelum gaun itu selesai.”
Marcus berdiri dan menatap Anna sejenak sebelum tersenyum dan menatap nyonya Marie, “Tentu nyonya, aku percaya hasil pengerjaanmu akan sangat luar biasa. Aku menantikan hasilnya.” Jawab Marcus sembari mengulurkan tangannya menyalami nyonya Marie. Kemudian mereka berpamitan dan kembali ke mobil bersama Anna meninggalkan butik.
“Apa sekarang kita akan ke toko bunga?” tanya Marcus setelah ia melajukan mobilnya. Sejujurnya Marcus masih merasa sedikit penasaran dengan penampilan Anna yang mengenakan gaun pengantin, namun ia menepis jauh-jauh pemikirannya untuk menyadarkan dirinya sendiri.
“ah, ya. Aku sudah membuat janji dengan pemiliknya.” Marcus mengangguk sebagai jawaban dan melanjukan mobilnya menuju toko bunga yang telah Anna beritahukan padanya sebelumnya.
Anna melirik Marcus sejenak, sebelum bertanya dengan hati-hati, “Apa kau kecewa karena seharusnya yang mengukur baju itu adalah calon istrimu tapi malah wanita lain?”
“Sejujurnya, ini memang mengecewakan. Tapi mau bagaimana lagi bukan? Dia sangat sibuk.” Marcus menjawab dengan kedua tangannya meremas stir mobilnya, ekspresinya sedikit mengeras dengan tatapan penuh kekecewaan.
“Tapi kau benar-benar sangat mencintainya, bukan? Meskipun dia selalu sibuk,” Anna terdiam sejenak sebelum kembali membuka suaranya, “kau sungguh pria yang baik Tuan Bond.”
Mendengar pujian tulus Anna entah mengapa membuat amarah di dalam hati Marcus menguap, perlahan senyuman lembut muncul di bibirnya, “Ya, aku sangat mencintainya. Hubungan kami sudah berjalan selama lima tahun. Tapi, dulu sikapnya tidak seburuk sekarang. Dulu sebelum terkenal, Lisa memiliki banyak waktu luang untukku, dan dia juga wanita yang sangat baik dan lembut, karena itulah aku bertekad untuk menikahinya.”
Anna memperhatikan setiap ucapan Marcus, dadanya sedikit bergetar melihat tatapan pria itu yang penuh cinta ketika memikirkan calon istrinya. Sejujurnya, terselip rasa iri di hatinya pada Lisa. “Dia wanita yang beruntung, ya?” ujarnya kemudian.
“Huh? Kenapa menurutmu dia beruntung?” Marcus melirik Anna di sampingnya dengan bingung.
“Karena kau begitu mencintainya.” Anna menghindari tatapan Marcus ketika menjawabnya.
“Bagaimana denganmu? Apa kau belum memiliki pasangan?” Marcus mencoba mengalihkan pembicaraan tentangnya, sejujurnya ia sedikit penasaran tentang kehidupan pribadi Anna Walkins. Gadis ini benar-benar memberikan kesan misterius padanya.
Anna terdiam sejenak sebelum menggeleng dan menjawab, “Aku sedang ingin fokus pada karirku dan tidak ingin terikat pada hubungan apapun untuk saat ini.”
“Begitukah? Padahal aku yakin banyak pria yang tertarik ingin menjadi kekasihmu.”
Dahi Anna berkerut sebelum akhirnya tertawa mendengar pernyataan Marcus, ia sedikit memutar tubuhnya menghadap Marcus dan bertanya dengan nada geli, “Kenapa kau berpikir begitu tuan?”
Marcus ikut tersenyum lalu menjawab dengan nada acuh tak acuh, “Aku yakin kau pasti tahu alasannya. Seperti, kau enarik, wanita yang cerdas dan juga baik.” Jawabnya dengan tulus.
“Begitukah menurutmu? Tapi, aku tidak merasa seperti itu.” Anna kembali bersandar di jok mobil dan menghadap ke depan dengan senyum tipisnya.
“Menurutku kau seperti itu. Aku yakin suatu saat kau akan mendapatkan pria yang baik untukmu.”
Anna kembali terdiam sebelum akhirnya mengangguk setuju, “Yeah, kuharap juga begitu.”
Setengah jam telah berlalu, Rosy sesekali melirik jam di tangannya dengan ekspresi gelisah menunggu Ernest keluar dari kamarnya. Ia merasa seperti seorang gadis bodoh karena rela menunggu pasangan itu melakukan hal tak senonoh sementara ia berada di apartemen itu juga untuk menunggu mereka selesai.“Aku pergi dulu, sayang.”Suara pintu terbuka yang disusul dengan suara seorang gadis dengan nada menggoda terdengar dari balik punggung Rosy. Refleks ia menoleh ke belakang dan kembali melihat bagaimana Lisa mengabaikannya dan dengan santai mencium Ernest di bibir sebelum berbalik melirik Rosy dengan acuh tak acuh sambil berjalan melewatinya untuk pergi sementara Ernest mendampinginya hingga ke pintu apartemen.Setelah Lisa pergi, Ernest menutup pintu lalu berjalan menghampiri Rosy yang masih duduk di sofanya dengan kulit wajah yang memerah antara merasa marah sekaligus malu.Ernest memperhatikan ekspresi gadis itu sejenak sebelum duduk di sofa seb
Rosy menipiskan bibirnya menahan diri untuk tidak mengumpati pria itu. Sikap pria itu semena-mena dan menyebalkan. Apa menurutnya menjadi tampan dapat membuatnya bersikap begitu semena-mena pada siapapun?“Aku sudah selesai, ayo kita pergi.” Ernest berdiri di tempatnya, melihat itu Rosy juga buru-buru bangun dan hendak berjalan menuju kasir untuk membayar sebelum Ernest menahan tangannya dan menatapnya dengan ekspresi aneh.“Kau mau kemana?” tanyanya dengan kening berkerut.“Aku mau membayar kopiku,” jawab Rosy jujur. Ernest menggeleng dan berjalan melewati gadis itu menuju kasir sambil berkata, “Tidak perlu, biar aku yang bayar. Lagipula kau sudah menemaniku sarapan,” ucapnya dan langsung membayar semua menu yang mereka pesan.Rosy hanya bisa diam di sebelahnya dan mengekori pria itu kembali ke mobil setelah slesai membayar.Di saat yang bersamaan, Anna dan Marcus telah tiba di toko bunga dan sedang
Sekembalinya ia ke gedung Bond Inc setelah makan siang bersama Anna Walkins, Marcus duduk di kursinya dan menghela napas lelah. Pikirannya kembali menerawang memikirkan apa yang terjadi hari ini. Awalnya ia merasa begitu kecewa pada Lisa yang membatalkan janji untuk ke butik bersamanya, namun tanpa ia sadari rasa kesalnya benar-benar menguap selama Anna Walkins berada di dekatnya.Gadis itu entah bagaimana berhasil membuat suasana hatinya terasa jauh lebih baik.Tok Tok Tok“Presdir, ini aku Jody Hills.”Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Marcus, ia menatap pintu di depannya sebelum memberi izin masuk pada Jody Hills-asistennya.Pintu terbuka dan memperlihatkan sesosok pria berambut pirang dengan iris mata berwarna hijau zambrud dan memiliki tinggi proporsional memasuki ruangan Marcus. Pria itu membawa beberapa file di lengannya dan memberikannya pada Marcus. “Ini laporan hasil rapat hari ini, selanjutnya tuan Hendry in
Masih tersisa waktu dua bulan lagi sebelum hari pernikahan Marcus dan Lisa. Tidak banyak hal yang tersisa untuk dipersiapkan oleh Anna mengingat ia sudah menyelesaikan beberapa persiapan dengan baik, tapi hari ini ia mengundang Marcus berserta Lisa untuk melihat gedung resepsi pernikahan mereka yang akan diadakan di sebuah hotel bintang tujuh bernama Star Wash yang cukup terkenal di Boston.Hotel Star Wash terkenal sebagai hotel bintang tujuh yang mewah dan hanya dapat dimasuki oleh para bangsawan kelas satu di kota itu, sejujurnya cukup sulit untuk menyewa salah satu ruangan dengan kapasitas seribu orang untuk sebuah acara mengingat harga sewa yang mahal, tapi itu semua bukan masalah bagi Marcus yang memang memiliki kekayaan bersih miliyaran dollar setiap tahunnya.Dan juga, pemilik hotel itu cukup mengenal Anna Walkins dengan baik sehingga ia bersedia bekerja sama dengannya untuk menyewakan satu gedung khusus untuk hari pernikahan Marcus dan Lisa. Lagipula itu
Sky Hall sangat sesuai dengan rumornya, tempat itu benar-benar indah hingga membuat Anna menatap takjub pada setiap dekorasinya. Ia dapat membayangkan betapa indahnya acara pernikahan yang akan diadakan di sini. Dalam hati ia diam-diam berpikir untuk melaksanakan acara pernikahan di sini juga, namun ia masih belum benar-benar tertarik pada pernikahan.“Tempat yang bagus, tuan Hilton.” Marcus memuji Sky Hall dengan tulus, tatapannya menelusuri setiap sudut tempat dan tersenyum puas.Mendengar pujian Marcus, Hendry tersenyum cerah dan merasa bangga pada dirinya atas pencapaian yang telah ia raih sepanjang hidupnya. Project hotel bintang tujuh ini benar-benar menguras banyak tenaga, pikiran, dan hartanya, namun itu semua sebanding dengan hasil yang telah ia capai.“Terimakasih atas pujianmu, Tuan Bond,” katanya dengan senyum senang menatap Marcus.Kemudian ia membawa Anna dan Marcus untuk berkeliling dan menjelaskan berbagai design da
Pukul tujuh malam di Boston. Rosy melangkahkan kakinya memasuki sebuah bar mewah menggunakan gaun sexy berwarna hitam yang ketat hingga menonjolkan seluruh lekuk tubuh indahnya membuat setiap pria yang melihatnya menelan saliva dengan tatapan lapar.Namun Rosy mengabaikan semua tatapan itu dan duduk di salah satu kursi bar untuk memesan minuman.“Kau terlihat lesu, apa sesuatu terjadi hari ini?” Bryan sang bartender yang telah lama mengenal Rosy mengerutkan kening melihat ekspresi lesu gadis cantik itu, ia menaruh segelas tequilla yang gadis itu pesan dan menopang kedua tangannya di meja menatap Rosy.Tidak langsung menjawab, Rosy mengambil gelas tequilla itu dan meminumnya perlahan. Dahinya berkerut dengan ekspresi kecut merasakan tenggorokannya sedikit terbakar karena alkohol, “Bryan, apa yang akan kau lakukan jika kau melihat seseorang membuatmu harus melihatnya melakukan seks bersama kekasihnya hingga dua kali?”“Mustahil
Rosy menghempaskan tubuhnya di sofa kosong, ia menghela nafas dengan keras sebelum eminum kembali minumannya hingga tandas. Mengabaikan rasa terbakar yang lebih pekat dari sebelumnya membakar tenggorokannya.Tak lama, Ernest juga duduk dan merangkul lengannya dengan tak tahu malu. Rosy menatapnya dengan horor dan berusaha melepas rangkulan pria itu dengan marah.“Apa yang kau lakukan?! Lepaskan!” katanya dengan marah.Ernest mengabaikan bentakan gadis itu dan malah semakin mengeratkan rangkulannya, lalu menundukkan kepala mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu yang sudah memerah karena mabuk.“Berhentilah menolakku,” katanya dengan nada misterius, “aku tidak akan melepaskanmu.” Tatapan intensnya membuat Rosy merinding dan tidak berani memberontak, ia tidak menyangka pria itu akan bersikap semakin kurang ajar padanya.“Bukankah seharusnya kau meminta maaf, Tuan Mars? Kau benar-benar sudah mempermalu
Restoran Athena merupakan salah satu restoran bintang lima yang menjadi tempat kencan terfavorit di Boston. Sebuah rumor menyatakan bahwa seseorang akan memiliki hubungan yang harmonis hingga ke pelaminan jika mereka melamar kekasihnya di restoran itu.Namun, bukan hanya memiliki dekorasi yang mewah, restoran itu juga memiliki berbagai jenis hidangan mewah yang terkenal lezat karena kualitas bahan-bahan makanan mereka adalah yang terbaik dari yang terbaik.Dan ini juga menjadi salah satu tempat favoritnya Marcus untuk berkencan bersama Lisa kekasihnya.Malam ini dia sudah menyewa satu meja VIP khusus untuk makan malam berdua bersama Lisa, ia berharap dapat melepas rindu pada gadisnya yang super sibuk itu.Banyak hal yang harus dia diskusikan dan bicarakan dengan Lisa, karena itu dia menyiapkan segalanya dengan sangat baik untuk membuat Lisa senang.Wine mahal yang lezat, hidangan mahal favorit mereka berdua, dan juga beberapa iringan musik sudah Ma
Anna menatap kondisi temannya itu dengan prihatin. Dalam hati ia bersyukur tidak mengalami morning sicks separah Rosy yang membuatnya mampu tetap bekerja dan melakukan apapun yang membuatnya terhibur. “Apa ini sudah bulan ke tiga?” tanya Anna sembari memijat telapak tangan Rosy. Ia memutuskan untuk duduk di pinggiran sofa dan mengurus Rosy sebelum pergi ke ruangannya. “Ini bulan ke empat. Kata dokter kemungkinan ini akan berlangsung hingga usia kandungannya memasuki bulan ke enam.”Anna meringis, lalu mengambil tisu dan mengelap keringat di wajah Rosy. “Apa kau sudah sarapan?” tanya Anna lagi. “Sudah, tadi pagi Ernest membuatkanku roti panggang dengan selai apel dan juga memotongkan beberapa apel.” Setelah mengatakan itu, Rosy kembali memejamkan matanya karena setiap ia membuka mata, seluruh ruangan terlihat berputar-putar membuatnya merasa semakin pusing.‘Tok tok tok’“Masuk.” Anna menjawab kepada Sunny y
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Satu tahun terlewatkan begitu saja tanpa masalah yang berarti. Hanya saja rencana resepsi pernikahan Marcus dan Anna harus tertunda selama beberapa bulan karena kondisi Anna yang tidak memungkinkan untuk berada di tempat keramaian. Apalagi usia Kennard yang masih begitu kecil dan rentan membuat Anna khawatir bahwa bayi kecil itu akan kelelahan dan rewel selama mereka mengadakan acara resepsi. Jadi, karena itulah acara resepsi ditunda setelah berdiskusi dengan keluarga Marcus.“Kau akan ke kantor?” tanya Marcus ketika melihat istrinya sedang duduk di depan meja rias untuk berdandan dalam balutan baju kerjanya. Anna menatap Marcus melalui cermin di depannya dan mengangguk. “Ya, ada beberapa design baru yang harus kulihat. Apalagi Rosy sedang mengalami morning sicks jadi dia tidak bisa selalu hadir di kantor untuk terus menggantikanku.”“Kau akan membawa Ken, juga?” tanyanya lagi.“Ya, bersama bibi Jessy.”“Baiklah, kalau begitu aku akan menga
“Apa menurut Bibi aku harus menikah sendirian tanpa Ayah dan keluargaku?” tanya Anna lirih. Ekspresinya seolah ingin menangis memikirkan nasib dirinya sendiri yang dicampakkan oleh keluarga kandungnya. Jessy memandangi wanita itu dengan ekspresi sedih. Bayangan Anna kecil entah mengapa tiba-tiba terlintas di kepalanya. Sosok gadis kecil yang selalu memangis di malam hari itu kini sudah tumbuh dewasa menjadi seorang istri dan ibu yang baik hati. “Bibi tidak mengatakan bahwa Nyonya harus menikah tanpa keluarga Nyonya, tapi apakah Tuan Besar dan para Tuan Muda pernah menganggap Nyonya sebagai keluarga mereka?” Anna terdiam. Ia ingin membantah bibi Jessy namun ia sadar bahwa apa yang wanita paruh baya itu katakan memang benar. Ayah dan para kakak laki-lakinya tidak pernah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga. Hanya para pelayan dan kepala pelayan yang bekerja di kediaman Mansion Walkins yang menyayanginya.Meskipun Anna dibenci oleh Ayah dan Kakak laki-lakinya, mereka tet
"Aku sudah memikirkannya beberapa hari ini,” ujar Marcus tiba-tiba saat ia dan Anna tengah menikmati waktu makan siang bersama. Anna menghentikan gerakannya dan menatap Marcus dengan bingung, “apa itu?” tanyanya penasaran. “Aku ingin mengadakan acara resepsi pernikahan kita di hari ulang tahunmu.” Hening beberapa saat. Anna menatap Marcus terkejut seolah tidak memahami apa yang baru saja ia dengar dari suaminya. Resepsi pernikahan... Itu bukanlah acara biasa yang bisa Anna putuskan begitu saja. Banyak hal yang harus mereka pikirkan dan persiapkan untuk hal itu. Termasuk restu dari ayahnya. Setidaknya, ia butuh pria itu untuk mendampinginya berjalan di altar sebagai seorang ayah. Marcus yang menyadari perubahan di wajah istrinya merasakan ada yang tidak benar. Apa Anna tidak menyukai idenya? Pikirnya dengan kebingungan. “Kau tidak suka?” tanyanya. Wanita itu menatap Marcus sekali lagi lalu tersenyum dan menggeleng pelan, “aku menyukainya. Bukankah mengadakan resepsi pernikahan a
Hari semakin gelap ketika mereka mencoba satu per satu wahana yang ada di taman itu. Dari semua wahana, Rosy sengaja menyisakan wahana bianglala untuk mereka naiki paling akhir ketika matahari akan tenggelam. Rosy ingin melihat sunset ketika mereka berada di atas bianglala, dan Ernest dengan sabar menuruti semua keinginan istrinya itu.“Selamat sore, Tuan Mars, Nyonya Mars.” Seorang pria berambut hitam mengenakan jas biru muda sedikit membungkuk menyambut Ernest dan Rosy ketika mereka tiba di depan pintu masuk bianglala.Sebelumnya asisten Ernest memang telah menghubungi manajerial taman hiburan jika Ernest dan Rosy akan datang mengunjungi taman itu untuk berkencan. Dan berkat itulah Ernest dan Rosy dapat menaiki semua wahana dengan nyaman tanpa harus mengantri panjang mengikuti pengunjung lainnya.Rosy yang pertama kalinya mendapatkan perlakuan seistimewa itu merasa takjub akan kuasa suaminya. Menjadi kaya dan berkuasa memang sangat menyenangkan!“Halo, George. Kau menjaga taman ini
Tidak banyak hal yang berubah dari hubungan Ernest dan Rosy setelah mereka menikah. Yang berubah hanya sikap Ernest yang semakin posesif setiap harinya terhadap Rosy. Meskipun wanita itu tidak membencinya, namun terkadang sikap Ernest yang terlalu berlebihan membuat Rosy merasa lelah.Seperti saat ini, ketika mereka akan pergi kencan di luar, pria itu terus-terusan mengomentari baju yang Rosy kenakan.“Ganti, itu terlalu pendek.”“Terlalu terbuka, kau bisa kena flu.”“Pria mana yang akan kau goda dengan penampilan itu?”Dan banyak lagi komentar yang pria itu lemparkan padanya hingga akhirnya Rosy hanya mengenakan summer long dress lengan panjang dengan belahan dada yang sedikit rendah.“Please, hentikan itu, Ernest. Kau terlalu berlebihan,” keluh Rosy pada suaminya yang memasang ekspresi curiga dengan kedua alis hampir bersatu.“Kenapa? Apa mungkin memang itu tujuanmu? Memakai baju terbuka untuk menggoda pria lain?” tuduh Ernest dengan ekspresi gelap.Rosy memutar bola mata malas dan
Pagi itu Marcus bangun dengan memandangi sosok indah di depannya. Wajah terlelap istrinya yang tenang, hembusan nafas yang lembut, serta bibir pink merona yang terlihat penuh dan menggoda membuat Marcus ingin memakannya. Tangannya terulur merapikan anakan rambut Anna yang menutupi sebagian wajahnya dan menyisipkannya di belakang telinga wanita itu membuat Anna sedikit mengerutkan kening dan semakin merapatkan tubuhnya pada Marcus. Lagi-lagi pria itu menarik senyum lebih lebar merasakan tubuh Anna yang semakin memeluknya. Ia membalas pelukan itu dan memberi kecupan lembut di kening wanita itu. Rasa takut akan kehilangan wanita itu yang menghantuinya beberapa bulan ini kembali mengusik hati Marcus, membuatnya merasa sesak. ‘Apa yang harus kulakukan agar membuatmu tetap aman?’ batinnya dengan tatapan kosong. “Marcus?” suara Anna yang serak membuat Marcus menunduk, sedikit melonggarkan pelukan untuk melihat wajah wanita itu yang mulai membuka matanya setengah sadar. “Apa aku membangu
Anna terbangun ketika igauan Marcus terdengar di sebelahnya. Ia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul dua pagi, dan ini seperti sebuah rutinitas bahwa Marcus selalu bermimpi buruk dan mengigau di tengah malam.“Marcus! Marcus!” suara Anna terdengar mendesak, menarik Marcus dari kedalaman mimpi buruknya, kedalaman rasa putus asanya. “Aku di sini. Aku di sini,” bisik Anna kembali dengan suara yang lembut. Ia memeluk pria di sebelahnya dan mengusap-usap kepalanya.Marcus bangun dan wanita itu membungkuk mendekat padanya, dia menggenggam bahunya, mengguncangnya, wajahnya menggoreskan kepedihan yang mendalam, mata birunya terbuka lebar dan penuh dengan airmata.“Anna,” suaranya merupakan bisikan yang terengah-engah. Rasa takut menodai mulutnya. “Kau di sini,” katanya dengan suara lega ketika netranya menemukan istrinya berada di sisinya.“Tentu saja aku di sini.” Anna terus memberikan usapan lembut di bahu suaminya itu berusaha meyakinkan Marcus bahwa ia ada di sini bersamanya.“Ak
Selama tiga bulan kemudian, tidak ada kabar apapun mengenai keberadaan Lisa maupun Arthur. Dari yang Marcus ketahui adalah Arthur dipecat dari jabatannya di perusahaan milik keluarga Walkins. Ada kemungkinan Tuan Walkins mengurungnya di rumah agar tidak menyebabkan keributan lain, mengingat Marcus telah memberikan peringatan yang keras.Namun, di sisi lain, Ernest menduga bahwa Arthur mengalami patah kaki dan tangan yang parah akibat siksaan Marcus hingga membuat pria itu lumpuh dan tidak dapat bergerak seperti dulu lagi. Hal ini berdasarkan fakta bahwa terlihat beberapa dokter ternama di kota itu beberapa kali mengunjungi kediaman Walkins.Yang manapun itu, Marcus merasa sedikit lega memikirkan pelaku yang telah mencelakai istri dan anaknya mendapatkan balasan yang setimpal, dan ancaman terhadap anak dan istrinya untuk saat ini akan berkurang.“Apa yang sedang kau pikirkan?” suara Anna di depannya menyadarkan Marcus dari lamunan.Wanita itu telah pulih sepenuhnya. Begitupun dengan pu