Masih tersisa waktu dua bulan lagi sebelum hari pernikahan Marcus dan Lisa. Tidak banyak hal yang tersisa untuk dipersiapkan oleh Anna mengingat ia sudah menyelesaikan beberapa persiapan dengan baik, tapi hari ini ia mengundang Marcus berserta Lisa untuk melihat gedung resepsi pernikahan mereka yang akan diadakan di sebuah hotel bintang tujuh bernama Star Wash yang cukup terkenal di Boston.
Hotel Star Wash terkenal sebagai hotel bintang tujuh yang mewah dan hanya dapat dimasuki oleh para bangsawan kelas satu di kota itu, sejujurnya cukup sulit untuk menyewa salah satu ruangan dengan kapasitas seribu orang untuk sebuah acara mengingat harga sewa yang mahal, tapi itu semua bukan masalah bagi Marcus yang memang memiliki kekayaan bersih miliyaran dollar setiap tahunnya.
Dan juga, pemilik hotel itu cukup mengenal Anna Walkins dengan baik sehingga ia bersedia bekerja sama dengannya untuk menyewakan satu gedung khusus untuk hari pernikahan Marcus dan Lisa. Lagipula itu
Sky Hall sangat sesuai dengan rumornya, tempat itu benar-benar indah hingga membuat Anna menatap takjub pada setiap dekorasinya. Ia dapat membayangkan betapa indahnya acara pernikahan yang akan diadakan di sini. Dalam hati ia diam-diam berpikir untuk melaksanakan acara pernikahan di sini juga, namun ia masih belum benar-benar tertarik pada pernikahan.“Tempat yang bagus, tuan Hilton.” Marcus memuji Sky Hall dengan tulus, tatapannya menelusuri setiap sudut tempat dan tersenyum puas.Mendengar pujian Marcus, Hendry tersenyum cerah dan merasa bangga pada dirinya atas pencapaian yang telah ia raih sepanjang hidupnya. Project hotel bintang tujuh ini benar-benar menguras banyak tenaga, pikiran, dan hartanya, namun itu semua sebanding dengan hasil yang telah ia capai.“Terimakasih atas pujianmu, Tuan Bond,” katanya dengan senyum senang menatap Marcus.Kemudian ia membawa Anna dan Marcus untuk berkeliling dan menjelaskan berbagai design da
Pukul tujuh malam di Boston. Rosy melangkahkan kakinya memasuki sebuah bar mewah menggunakan gaun sexy berwarna hitam yang ketat hingga menonjolkan seluruh lekuk tubuh indahnya membuat setiap pria yang melihatnya menelan saliva dengan tatapan lapar.Namun Rosy mengabaikan semua tatapan itu dan duduk di salah satu kursi bar untuk memesan minuman.“Kau terlihat lesu, apa sesuatu terjadi hari ini?” Bryan sang bartender yang telah lama mengenal Rosy mengerutkan kening melihat ekspresi lesu gadis cantik itu, ia menaruh segelas tequilla yang gadis itu pesan dan menopang kedua tangannya di meja menatap Rosy.Tidak langsung menjawab, Rosy mengambil gelas tequilla itu dan meminumnya perlahan. Dahinya berkerut dengan ekspresi kecut merasakan tenggorokannya sedikit terbakar karena alkohol, “Bryan, apa yang akan kau lakukan jika kau melihat seseorang membuatmu harus melihatnya melakukan seks bersama kekasihnya hingga dua kali?”“Mustahil
Rosy menghempaskan tubuhnya di sofa kosong, ia menghela nafas dengan keras sebelum eminum kembali minumannya hingga tandas. Mengabaikan rasa terbakar yang lebih pekat dari sebelumnya membakar tenggorokannya.Tak lama, Ernest juga duduk dan merangkul lengannya dengan tak tahu malu. Rosy menatapnya dengan horor dan berusaha melepas rangkulan pria itu dengan marah.“Apa yang kau lakukan?! Lepaskan!” katanya dengan marah.Ernest mengabaikan bentakan gadis itu dan malah semakin mengeratkan rangkulannya, lalu menundukkan kepala mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu yang sudah memerah karena mabuk.“Berhentilah menolakku,” katanya dengan nada misterius, “aku tidak akan melepaskanmu.” Tatapan intensnya membuat Rosy merinding dan tidak berani memberontak, ia tidak menyangka pria itu akan bersikap semakin kurang ajar padanya.“Bukankah seharusnya kau meminta maaf, Tuan Mars? Kau benar-benar sudah mempermalu
Restoran Athena merupakan salah satu restoran bintang lima yang menjadi tempat kencan terfavorit di Boston. Sebuah rumor menyatakan bahwa seseorang akan memiliki hubungan yang harmonis hingga ke pelaminan jika mereka melamar kekasihnya di restoran itu.Namun, bukan hanya memiliki dekorasi yang mewah, restoran itu juga memiliki berbagai jenis hidangan mewah yang terkenal lezat karena kualitas bahan-bahan makanan mereka adalah yang terbaik dari yang terbaik.Dan ini juga menjadi salah satu tempat favoritnya Marcus untuk berkencan bersama Lisa kekasihnya.Malam ini dia sudah menyewa satu meja VIP khusus untuk makan malam berdua bersama Lisa, ia berharap dapat melepas rindu pada gadisnya yang super sibuk itu.Banyak hal yang harus dia diskusikan dan bicarakan dengan Lisa, karena itu dia menyiapkan segalanya dengan sangat baik untuk membuat Lisa senang.Wine mahal yang lezat, hidangan mahal favorit mereka berdua, dan juga beberapa iringan musik sudah Ma
“Aku akan mengantarmu pulang.” Tawar Marcus ketika mereka baru keluar dari restoran.Anna menggeleng dan menolak ajakan Marcus dengan sopan, “Tidak perlu tuan, aku akan naik taxi saja.”Anna merasa tak enak hati jika harus diantar Marcus pulang. Selama makan, ia terus-terusan menenangkan dirinya dan mengingatkan diri jika Marcus adalah pria yang akan menikah.Ia merasa bahwa Marcus terlalu sopan dan ramah padanya. Sikap pria itu benar-benar dapat membuatnya salah paham, dan ia tidak mau itu terjadi.Namun berbanding terbalik dengan keinginan Anna, Marcus malah tidak menyerah dan semakin memaksa gadis itu untuk pulang bersamanya.“Tolong jangan menolakku, Anna. Itu membuatku semakin merasa bersalah karena sudah memaksamu untuk menemaniku makan malam,” katanya dengan nada sedih.Melihat ekspresi Marcus yang sendu membuat Anna mau tak mau menghela napas dan akhirnya mengangguk menyetujui ajakan pria itu.
Setelah menempelkan kartunya, pintu apartemen itu terbuka, dan anna mempersilahkan Marcus untuk masuk.“Duduklah, aku akan mengambilkan minuman.” Anna buru-buru meninggalkan Marcus di ruang tengah dan melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil beberapa kaleng bir dingin milik Rosy yang selalu tersedia di kulkas minuman mereka.Sejujurnya Anna memang bukan pecandu alkohol, ia meminumnya hanya ketika acara-acara tertentu atau saat makan bersama orang lain. Jadi, alkohol yang tersedia di apartemen itu semuanya milik Rosy yang memang memiliki toleransi alkohol yang cukup tinggi. Tidak seperti dirinya yang mudah mabuk.Selama Anna ke dapur, Marcus duduk di sofa dan memperhatikan setiap dekorasi maupun struktur apartemen gadis itu.Tempat ini benar-benar mencerminkan seorang Anna Walkins. Elegan, sederhana, dan terasa nyaman. Tidak banyak dekorasi di ruangan tengah itu maupun ruang lainnya.Sangat berbeda dengan apartemen Lisa-kekasihnya-y
Anna melirik Marcus di sebelahnya sejenak, lalu mengambil jus yang ia ambil tadi dan meminumnya.Mereka berdua menikmati minumannya dalam diam dengan latar suara tv di depan mereka.Dalam hati Anna bertanya-tanya, mengapa Marcus terlihat tenang di sini? Bukankah ini sudah cukup larut untuk bertamu? Mengapa dia belum memutuskan untuk pulang?Sebenarnya Anna ingin mengingatkan pria itu, namun ia sedikit merasa segan untuk sekedar menanyakan kapan pria itu akan pulang.Marcus yang menyadari tatapan Anna padanya otomatis memutar pandangan menatap Anna, “Ada apa?” tanyanya dengan bingung.“Dari tadi kau memperhatikanku? Apa ada yang aneh di wajahku?” tanya Marcus sembari menyentuh wajahnya mencari hal aneh yang mungkin saja menempeli wajahnya.Anna langsung menggeleng dan menjelaskan, “bukan itu! Tidak ada yang aneh pada wajahmu,” jawabnya dengan gugup dan malu .“Lalu?” tanya Marcus kembali
Pagi harinya Anna terbangun dengan pikiran linglung, ia terbangun dengan seorang pria berbaring di sebelahnya. Mata pria itu tertutup, wajahnya yang tampan benar-benar menjadi pemandangan indah di pagi hari. Namun yang Anna rasakan bukanlah kebahagiaan, sebaliknya ia justru merasa kacau.Rasa bersalah benar-benar menghantam hati dan pikirannya.‘Mengapa aku harus bertemu denganmu ketika kau akan menikah? Jika bisa, aku ingin Tuhan lebih cepat mempertemukanku denganmu,’ batinnya lirih. Tangannya terulur hendak menyentuh wajah Marcus, namun terhenti ketika melihat kening pria itu berkerut seolah pria itu akan terbangun dari tidurnya.Anna buru-buru menjauhkan tubuhnya, berusaha memberi jarak pada tubuh Marcus.Untungnya semalam ia dan Marcus sempat mandi dan memakai pakaian terlebih dahulu sebelum tertidur, sehingga pagi ini ia tidak begitu malu melihat Marcus yang juga mengenakan pakaian.“Kau sudah bangun?” suara berat Marcu
Anna menatap kondisi temannya itu dengan prihatin. Dalam hati ia bersyukur tidak mengalami morning sicks separah Rosy yang membuatnya mampu tetap bekerja dan melakukan apapun yang membuatnya terhibur. “Apa ini sudah bulan ke tiga?” tanya Anna sembari memijat telapak tangan Rosy. Ia memutuskan untuk duduk di pinggiran sofa dan mengurus Rosy sebelum pergi ke ruangannya. “Ini bulan ke empat. Kata dokter kemungkinan ini akan berlangsung hingga usia kandungannya memasuki bulan ke enam.”Anna meringis, lalu mengambil tisu dan mengelap keringat di wajah Rosy. “Apa kau sudah sarapan?” tanya Anna lagi. “Sudah, tadi pagi Ernest membuatkanku roti panggang dengan selai apel dan juga memotongkan beberapa apel.” Setelah mengatakan itu, Rosy kembali memejamkan matanya karena setiap ia membuka mata, seluruh ruangan terlihat berputar-putar membuatnya merasa semakin pusing.‘Tok tok tok’“Masuk.” Anna menjawab kepada Sunny y
Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat. Satu tahun terlewatkan begitu saja tanpa masalah yang berarti. Hanya saja rencana resepsi pernikahan Marcus dan Anna harus tertunda selama beberapa bulan karena kondisi Anna yang tidak memungkinkan untuk berada di tempat keramaian. Apalagi usia Kennard yang masih begitu kecil dan rentan membuat Anna khawatir bahwa bayi kecil itu akan kelelahan dan rewel selama mereka mengadakan acara resepsi. Jadi, karena itulah acara resepsi ditunda setelah berdiskusi dengan keluarga Marcus.“Kau akan ke kantor?” tanya Marcus ketika melihat istrinya sedang duduk di depan meja rias untuk berdandan dalam balutan baju kerjanya. Anna menatap Marcus melalui cermin di depannya dan mengangguk. “Ya, ada beberapa design baru yang harus kulihat. Apalagi Rosy sedang mengalami morning sicks jadi dia tidak bisa selalu hadir di kantor untuk terus menggantikanku.”“Kau akan membawa Ken, juga?” tanyanya lagi.“Ya, bersama bibi Jessy.”“Baiklah, kalau begitu aku akan menga
“Apa menurut Bibi aku harus menikah sendirian tanpa Ayah dan keluargaku?” tanya Anna lirih. Ekspresinya seolah ingin menangis memikirkan nasib dirinya sendiri yang dicampakkan oleh keluarga kandungnya. Jessy memandangi wanita itu dengan ekspresi sedih. Bayangan Anna kecil entah mengapa tiba-tiba terlintas di kepalanya. Sosok gadis kecil yang selalu memangis di malam hari itu kini sudah tumbuh dewasa menjadi seorang istri dan ibu yang baik hati. “Bibi tidak mengatakan bahwa Nyonya harus menikah tanpa keluarga Nyonya, tapi apakah Tuan Besar dan para Tuan Muda pernah menganggap Nyonya sebagai keluarga mereka?” Anna terdiam. Ia ingin membantah bibi Jessy namun ia sadar bahwa apa yang wanita paruh baya itu katakan memang benar. Ayah dan para kakak laki-lakinya tidak pernah menganggapnya sebagai bagian dari keluarga. Hanya para pelayan dan kepala pelayan yang bekerja di kediaman Mansion Walkins yang menyayanginya.Meskipun Anna dibenci oleh Ayah dan Kakak laki-lakinya, mereka tet
"Aku sudah memikirkannya beberapa hari ini,” ujar Marcus tiba-tiba saat ia dan Anna tengah menikmati waktu makan siang bersama. Anna menghentikan gerakannya dan menatap Marcus dengan bingung, “apa itu?” tanyanya penasaran. “Aku ingin mengadakan acara resepsi pernikahan kita di hari ulang tahunmu.” Hening beberapa saat. Anna menatap Marcus terkejut seolah tidak memahami apa yang baru saja ia dengar dari suaminya. Resepsi pernikahan... Itu bukanlah acara biasa yang bisa Anna putuskan begitu saja. Banyak hal yang harus mereka pikirkan dan persiapkan untuk hal itu. Termasuk restu dari ayahnya. Setidaknya, ia butuh pria itu untuk mendampinginya berjalan di altar sebagai seorang ayah. Marcus yang menyadari perubahan di wajah istrinya merasakan ada yang tidak benar. Apa Anna tidak menyukai idenya? Pikirnya dengan kebingungan. “Kau tidak suka?” tanyanya. Wanita itu menatap Marcus sekali lagi lalu tersenyum dan menggeleng pelan, “aku menyukainya. Bukankah mengadakan resepsi pernikahan a
Hari semakin gelap ketika mereka mencoba satu per satu wahana yang ada di taman itu. Dari semua wahana, Rosy sengaja menyisakan wahana bianglala untuk mereka naiki paling akhir ketika matahari akan tenggelam. Rosy ingin melihat sunset ketika mereka berada di atas bianglala, dan Ernest dengan sabar menuruti semua keinginan istrinya itu.“Selamat sore, Tuan Mars, Nyonya Mars.” Seorang pria berambut hitam mengenakan jas biru muda sedikit membungkuk menyambut Ernest dan Rosy ketika mereka tiba di depan pintu masuk bianglala.Sebelumnya asisten Ernest memang telah menghubungi manajerial taman hiburan jika Ernest dan Rosy akan datang mengunjungi taman itu untuk berkencan. Dan berkat itulah Ernest dan Rosy dapat menaiki semua wahana dengan nyaman tanpa harus mengantri panjang mengikuti pengunjung lainnya.Rosy yang pertama kalinya mendapatkan perlakuan seistimewa itu merasa takjub akan kuasa suaminya. Menjadi kaya dan berkuasa memang sangat menyenangkan!“Halo, George. Kau menjaga taman ini
Tidak banyak hal yang berubah dari hubungan Ernest dan Rosy setelah mereka menikah. Yang berubah hanya sikap Ernest yang semakin posesif setiap harinya terhadap Rosy. Meskipun wanita itu tidak membencinya, namun terkadang sikap Ernest yang terlalu berlebihan membuat Rosy merasa lelah.Seperti saat ini, ketika mereka akan pergi kencan di luar, pria itu terus-terusan mengomentari baju yang Rosy kenakan.“Ganti, itu terlalu pendek.”“Terlalu terbuka, kau bisa kena flu.”“Pria mana yang akan kau goda dengan penampilan itu?”Dan banyak lagi komentar yang pria itu lemparkan padanya hingga akhirnya Rosy hanya mengenakan summer long dress lengan panjang dengan belahan dada yang sedikit rendah.“Please, hentikan itu, Ernest. Kau terlalu berlebihan,” keluh Rosy pada suaminya yang memasang ekspresi curiga dengan kedua alis hampir bersatu.“Kenapa? Apa mungkin memang itu tujuanmu? Memakai baju terbuka untuk menggoda pria lain?” tuduh Ernest dengan ekspresi gelap.Rosy memutar bola mata malas dan
Pagi itu Marcus bangun dengan memandangi sosok indah di depannya. Wajah terlelap istrinya yang tenang, hembusan nafas yang lembut, serta bibir pink merona yang terlihat penuh dan menggoda membuat Marcus ingin memakannya. Tangannya terulur merapikan anakan rambut Anna yang menutupi sebagian wajahnya dan menyisipkannya di belakang telinga wanita itu membuat Anna sedikit mengerutkan kening dan semakin merapatkan tubuhnya pada Marcus. Lagi-lagi pria itu menarik senyum lebih lebar merasakan tubuh Anna yang semakin memeluknya. Ia membalas pelukan itu dan memberi kecupan lembut di kening wanita itu. Rasa takut akan kehilangan wanita itu yang menghantuinya beberapa bulan ini kembali mengusik hati Marcus, membuatnya merasa sesak. ‘Apa yang harus kulakukan agar membuatmu tetap aman?’ batinnya dengan tatapan kosong. “Marcus?” suara Anna yang serak membuat Marcus menunduk, sedikit melonggarkan pelukan untuk melihat wajah wanita itu yang mulai membuka matanya setengah sadar. “Apa aku membangu
Anna terbangun ketika igauan Marcus terdengar di sebelahnya. Ia melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul dua pagi, dan ini seperti sebuah rutinitas bahwa Marcus selalu bermimpi buruk dan mengigau di tengah malam.“Marcus! Marcus!” suara Anna terdengar mendesak, menarik Marcus dari kedalaman mimpi buruknya, kedalaman rasa putus asanya. “Aku di sini. Aku di sini,” bisik Anna kembali dengan suara yang lembut. Ia memeluk pria di sebelahnya dan mengusap-usap kepalanya.Marcus bangun dan wanita itu membungkuk mendekat padanya, dia menggenggam bahunya, mengguncangnya, wajahnya menggoreskan kepedihan yang mendalam, mata birunya terbuka lebar dan penuh dengan airmata.“Anna,” suaranya merupakan bisikan yang terengah-engah. Rasa takut menodai mulutnya. “Kau di sini,” katanya dengan suara lega ketika netranya menemukan istrinya berada di sisinya.“Tentu saja aku di sini.” Anna terus memberikan usapan lembut di bahu suaminya itu berusaha meyakinkan Marcus bahwa ia ada di sini bersamanya.“Ak
Selama tiga bulan kemudian, tidak ada kabar apapun mengenai keberadaan Lisa maupun Arthur. Dari yang Marcus ketahui adalah Arthur dipecat dari jabatannya di perusahaan milik keluarga Walkins. Ada kemungkinan Tuan Walkins mengurungnya di rumah agar tidak menyebabkan keributan lain, mengingat Marcus telah memberikan peringatan yang keras.Namun, di sisi lain, Ernest menduga bahwa Arthur mengalami patah kaki dan tangan yang parah akibat siksaan Marcus hingga membuat pria itu lumpuh dan tidak dapat bergerak seperti dulu lagi. Hal ini berdasarkan fakta bahwa terlihat beberapa dokter ternama di kota itu beberapa kali mengunjungi kediaman Walkins.Yang manapun itu, Marcus merasa sedikit lega memikirkan pelaku yang telah mencelakai istri dan anaknya mendapatkan balasan yang setimpal, dan ancaman terhadap anak dan istrinya untuk saat ini akan berkurang.“Apa yang sedang kau pikirkan?” suara Anna di depannya menyadarkan Marcus dari lamunan.Wanita itu telah pulih sepenuhnya. Begitupun dengan pu