Share

58. Penantian yang Terbayar

Sudah jam dua siang, tapi Pak Jhon tak kunjung datang ke rumah sakit. Ada pun yang datang hanya kedua kakaknya. Jika boleh ditanya jujur, sebenarnya Dea merasa sedih atas sikap Pak Jhon yang menjadi acuh, tapi setelah Dea pikir-pikir kembali, ya sudahlah.

Mungkin Pak Jhon sedang butuh waktu untuk beristirahat saja, pikirnya.

"Kamu beneran enggak apa-apa, Dea?" Kak Dina khawatir, sebab Dea banyak melamunnya ketimbang rewelnya. Apa tidak sakit perutnya? Kata kebanyakan orang, bekas operasi itu sangat sakit. Tapi melihat Dea biasa saja, Kak Dina jadi tak begitu memercayai apa yang orang katakan.

"Aku nggak apa-apa," jawab Dea seketika tersadar dari lamunannya. Dia tersenyum, wajahnya tampak cerah sekali seperti matahari yang baru terbit.

"Aku takut kamu gila," timpal Kak Maya.

Dea malah menyemburkan tawa. "Enggaklah, ya ampun sampai segitunya."

"Iya, nggak percaya kalau Dea bakal gila karena ditinggalin cowok yang nggak di cinta. Ada-ada aja kamu, May." Kak Dina membela. Dia tahu betul b
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status