Share

Bab 2

Penulis: Yan an
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Jay Ares menerima hadiah yang tidak diharapkan: bayi yang baru lahir.

Saat ia melihat bayi yang terbungkus dan berteriak-teriak meminta makanan, lapisan es yang sangat tebal sepertinya menutupi wajah tampan Jay.

"Ke mana ibu dari anak ini?" ia bertanya sambil menggerutu, matanya berkedip penuh bahaya.

Berani-beraninya wanita itu mengambil benihnya dan menghindari tanggung jawab untuk merawat anak itu?

"Maafkan saya, Tuan,” kurir menjawab. “Ibu dari anak ini telah meninggal dunia di rumah sakit karena distosia.".

Jay merasa tegang dan terdiam. Ia membutuhkan waktu cukup lama untuk memproses berita itu, nyala api di matanya bercampur dengan sedikit keraguan.

"Meninggal?"

Orang itu mengangguk dengan muram, mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan foto mayat Rose kepada Jay.

"Tuan Ares, ini adalah foto Rose yang kami ambil di hari pemakamannya. Aku bisa mengirimkannya padamu jika kau mau.”

Mata Jay melirik ke arah layar telepon dengan cepat.

Wanita di foto itu tampak kembung dan wajahnya bengkak pucat seperti hantu. Matanya yang menonjol terbuka lebar, menatap tepat ke arah layar.

Siapa lagi dia kalau bukan Rose?

Ketika Jay, yang mengidap OCD, melihat foto Rose yang sudah tiada, semua simpati dan belas kasihan di dalam dirinya seketika sirna.

"Tidak! Katakan padaku di mana ia dikuburkan?"

"Di Pemakaman No. 674 Di Pemakaman Gunung Bercabang.”

Jay memeluk anak itu dan bergegas kembali ke dalam rumah.

Dari jarak dekat, Rose melihat dari jendela mobil cokelatnya saat sosok tinggi Jay masuk ke dalam rumah. Ada ekspresi masam di matanya.

Bahkan berita kematiannya tidak menggugah ekspresi tenang Jay.

Mungkin ia bisa menipunya dengan sangat mudah karena Jay tidak mencintainya sama sekali.

Kerinduannya pada pria itu mungkin akhirnya sirna, selamanya.

Jika dua kehidupan dengan cinta yang menggelora tidak mampu untuk meluluhkan hatinya, kenapa ia harus tetap bersikeras dan mencoba?

...

Lima tahun kemudian.

Di luar bandara di Ibu Kota.

Rose mendorong koper ke hadapannya. Ia mengenakan topi baseball, kacamata yang sangat besar dan penutup wajah berwarna gelap.

Wajah seukuran telapak tangannya sebagian besar tertutup, memberinya kesan penampilan yang agak lucu.

Di belakangnya terdapat dua anak yang lucu.

Anak-anak berusia lima tahun itu lebih tinggi dari teman sebaya mereka.

Anak laki-laki itu mengenakan jersey merah dengan sayap di pundaknya, dipasangkan dengan celana panjang hitam dan sepatu Nike hitam. Skuter di bawah kakinya bergerak seirama dengan tubuhnya.

Gadis di sebelahnya mengenakan kuncir di rambutnya. Ia mengenakan gaun putri merah muda dan wajahnya halus dan pucat seperti peri dari cerita dongen.

Anak-anak itu tampak seperti pangeran dan ratu di sebuah komik.

Ketika mereka berjalan, banyak orang yang sedang berjalan juga melirik ke arah mereka.

"Wow, mereka sungguh anak-anak yang lucu! Apakah mereka seorang bintang?"

"Betapa cantik dan tampannya orang tua mereka sehingga bisa melahirkan anak-anak secantik dan setampan ini.”

Robert and Rozette sepertinya sudah terbiasa dengan pemandangan itu. Mereka bahkan berpose ketika orang-orang meminta mereka untuk berfoto bersama. Orang-orang yang lewat menyukai sesi foto bersama kedua anak itu dan mereka juga menyukai kelakuan kedua anak yang riang itu ketika berinteraksi dengan mereka.

"Aku Robert, kakaknya."

"Aku Rozette, adiknya.”

Ketika Rose mendengar si kembar memperkenalkan diri mereka lagi, ia merasa tidak tenang. Saat ia telah berjalan lebih jauh di depan, ia berbalik untuk menegur mereka.

“Robbie! Zetty! Aku sudah bilang pada kalian berkali-kali mengenai penculikan anak! Apakah kalian ingin diculik? Kenapa kalian memberitahu nama kalian kepada orang yang tidak dikenal? Apakah itu akan membuat mereka mati kalau mereka tidak mengetahui nama kalian?”

Kedua anak itu bergegas mengejar ibu mereka. Sang Kakak laki-laki menatap wajah kesal ibunya dan cemberut. "Mami, kenapa kau membalut tubuhmu seperti itu? Apakah kau Belikov?”

Rose sedikit merasa bersalah. Ia memilih untuk berpakaian seperti itu karena ia khawatir akan dikenali oleh Jay.

Bagaimanapun, ia telah menipu Jay lima tahun yang lalu dan bahkan memalsukan kematiannya. Jika ia tiba-tiba muncul dalam keadaan hidup di depannya, ia mungkin akan membunuhnya dengan kedua tangannya sendiri.

Ibunya tiba-tiba sakit keras dan menginginkan untuk bertemu dengan anak dan cucunya untuk terakhir kali. Kalau bukan karena itu, Rose tidak akan pernah membahayakan dirinya dengan kembali ke kota itu.

Rose berkata dengan nada meremehkan, "Apa yang kau tahu? Ini disebut gaya. Ini adalah tren terbaru."

Ketika Rose sadar bahwa anak kembarnya membuka kacamata mereka, Rose membentak mereka dengan keras, “Pakai kacamata kalian!”

Kedua anak itu mendesah pasrah dan memakai kacamata hitam mereka.

Kakak laki-laki, si kecil Robbie, tampak seperti orang dewasa saat ia menggembungkan pipinya.

"Setidaknya menurut Mami itu keren."

Rose menghela napas lega ketika ia melihat mereka mengenakan kacamata hitam mereka kembali dan menutupi mata mereka yang sangat khas.

Ibu dan anak-anak itu mengenakan jenis kacamata hitam yang sama, mereka bergandengan tangan dan berjalan ke luar bandara.

Sambil berjalan, Rose menasihati kedua anaknya.

“Keamanan di sini tidaklah begitu bagus Banyak perdagangan manusia di mana-mana, jadi kalian jangan berlarian ke sana ke mari, ya.”

Sementara itu, di pintu keluar bandara.

Jay mendekati Rose. Melihat sosok tinggi dan ramping yang tampak akrab itu, membuat Rose lengah.

Jantung Rose hampir saja keluar dari tenggorokannya. Ia buru-buru menambahkan.

“Terutama pria yang terlihat seperti anjing dengan jas dan dasi. Siapa yang tahu? Bahkan jika ia berpakaian bagus, ia mungkin adalah binatang buas di balik pakaian itu. Lihatlah pria yang berjalan di sana. Meskipun ia terlihat tampan dan berwibawa, ia mungkin adalah pria yang kejam. Kemungkinan besar ia adalah seorang pedagang manusia. Kalau kalian bertemu dengan pria seperti itu suatu saat nanti, pastikan kalian menjauhi mereka. Mengerti?"

Ketika Rose dengan panik mencoba menemukan cara untuk menghindari Jay, Jay tiba-tiba menatap lurus ke arahnya dan tersenyum hangat.

Rose langsung terpaku di tempat. Tubuhnya membatu. Wajahnya tampak kacau.

Tidak mungkin. Apakah Jay telah berubah selama lima tahun kematiannya? Wajah sedingin esnya... tersenyum?

‘Karena aku?‘

‘Mungkin setelah lima tahun perpisahan, ia akhirnya sadar apa yang telah hilang dari hidupnya?’

"Jay!" Suara lembut wanita dari belakangnya dengan cepat menghancurkan khayalan Rose.

Jay berjalan melewati Rose. Wajah santainya membuyarkan lamunannya. Jay berbelok untuk menghindari tiga orang tersebut yang menghalangi jalannya.

Rose mendesah pelan. Benarkah? Kenapa pria ini tersenyum pada wanita itu?

Jay selalu membenci wanita itu.

"Mami, pria itu tampak seperti orang baik. Bagaimana mungkin ia adalah pedagang manusia!" matanya menonjol dengan ketertarikan dan keceriaan, membuatnya tampak lebih lucu dari apapun.

"Apa yang kamu tahu? Kamu tidak bisa menilai seesorang dari penampilannya,” Rose bergumam.

Ia menarik anak-anaknya dengan sangat cepat.

Sambil berjalan ke luar bandara, Rose tidak bisa menahan dirinya untuk menoleh ke belakang. Ia melihat Jay tersenyum pada wanita cantik itu.

Jay bahkan berinsiatif untuk membawakan koper wanita itu, dengan lemah lembut dan penuh perhatian. Sisi dari Jay yang belum pernah ia lihat sebelumnya

"Bajingan!" Rose mengutuk dirinya sendiri.

Ia tidak mengerti yang pria bajingan itu lakukan. Mereka adalah tipe orang yang harus diurus bagaikan keramik mahal yang mudah pecah ketika di sentuh.

Tentunya, mereka tidak bisa dibandingkan dengan Rose yang multitalenta, yang mampu melakukan segala macam hal. Ia tidak takut tangannya kotor, ia adalah ibu rumah tangga yang baik yang bisa bekerja di luar juga, ia bisa melahirkan anak-anaknya dan membesarkan anak-anaknya dengan baik. Secara keseluruhan, ia adalah istri dan menantu yang didambakan oleh semua orang di dunia
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Chika Olivia lubis Lubis
suka bnget sama cerita ny ...️
goodnovel comment avatar
Galuh Nina
panjang sekali bab nya
goodnovel comment avatar
Fitri yani
aku suka alur cerita nya👍
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 3

    Ketika Rose mulai memanggil taxi. Jay berjalan dengan wanita muda mempesona di sisinya.“Permisi.”Jay berbicara dengan suara berat dan sendunya seolah-olah suaranya bisa meledakkan ovarium seorang wanita.Selain itu, suaranya juga menyiratkan bahwa ia berasal dari keluarga kaya raya.Rose tiba-tiba menyadari bahwa ia dan anaknya telah menghalangi jalan mereka. Mereka berdiri di depan sebuah mobil Rolls Royce dengan logo Emily (Spirit of Esctasy) di atas mesinnya.Rose menggeret kopernya dengan satu tangan dan tangan lainnya dengan anak-anaknya. Setelah melihat Jay, ia agak panik dan pelan-pelan menyingkir.Wanita yang menggairahkan itu berkata dengan suara sinis, “Kau pasti dalam kesulitan sehingga harus membalut dirimu seperti itu. Baiklah, kenakan kacamata hitammu kalau kau mau, tapi kenapa kau memaksa anak-anakmu untuk memakainya juga? Bukankah itu akan membahayakan kesehatan mereka? Kau tidak khawatir mereka akan tersandung atau mengalami sesuatu?”Rose merasa mual. ‘Aku ti

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 4

    Setengah jam berlalu.Mobil Rolls Royce itu parkir dekat pintu masuk Pemakaman Gunung Bercabang.Lewat kaca mobil, Josephine membaca tiga kalimat yang terpampang besar, Pemakaman Gunung Bercabang, dan wajahnya yang mulus tiba-tiba berubah pucat.Satu-satunya alasan ia pulang adalah untuk mengunjungi neneknya yang sakit keras. Kecuali nenek.“Apa nenek di sini?” Josephine terengah-engah."Rose yang ada di sini," ujar Jay."Rose? Rose dimakamkan di sini?"Josephine menghela napas lega. Kemudian, ia bertanya dengan penasaran, "Ini bukan festival Qingming, lalu mengapa kita ada di sini?" (Keluarga China mengunjungi makan leluhur mereka selama Festival Qingming untuk membersihkan makam mereka, berdoa untuk mereka dan melakukan ritual persembahan.)Josephine tiba-tiba menjerit kegirangan, "Kau masih memiliki perasaan untuk Rose, aku tahu itu! Maksudku, apa lagi yang bisa menjelaskan kelahiran bayi Jenson?”Jay sudah mengambil langkah panjang menuju tangga yang berundak-undak. Pohon

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 5

    Rumah Sakit Asia BesarJay pergi ke ruang pemeriksaan. Ketika ia masuk, seorang laki-laki muda menyapanya dan memberikan laporan."Tuan Ares, data pasien telah dimasukan ke dalam system kita dua puluh menit yang lalu. Kami telah melakukan sesuai dengan perintah Anda dan meletakkan pengintai elektronik untuk mengintai orang yang menyerahkan informasi tersebut. Tapi wanita ini tampak sangat berbeda dari foto yang Anda berikan kepada kami.”Mata Jay terpaku pada monitor. Laki-laki muda itu menggerakkan kursor dan wanita berpakaian ala model punk muncul di layar.Jay mengerutkan keningnya dan memperhatikan wanita berambut gimbal, bibir diolesi lipstik dengan ceruk mata seperti kucing. Ia berusaha untuk menekan ketidaknyamanan yang dirasakannya."Perbesar!" teriak Jay.Wajah Rose diperbesar di layar dan menghasilkan gambar berdefinisi tinggi yang jelas menampakkan wajah Rose.Ia masih terlihat sama…Jay menyipitkan matanya.Bagaimana caranya Rose bisa menghindar dari kejarannya sel

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 6 

    “Menggigitmu? Tentu saja aku tidak akan sudi menempelkan anggota tubuhku pada sesuatu yang kotor seperti dirimu!” kata Jay sambil menaikkan alisnya.Jay berdiri dari sofa hitamnya dan mendekati Rose selangkah demi selangkah. Ia memandang Rose dengan arogan dari ketinggian 185cm-nya."Rose… Jadi bagaimana kau akan membayar apa yang telah kau lakukan padaku lima tahun yang?" Jay bertanya dengan sinis.Ingatan akan Rose pada malam itu sungguh sangat jelas. Lima tahun yang lalu, dengan bantuan sedikit alkohol, ia....Ia memberikan obat-obatan pada pria itu dan kemudian…“A…. Aku sudah menebusnya!” Rose mencoba untuk berkilah.Kekesalan muncul di wajah Jay yang terlihat lebih muram."Bagaimana jika aku membayarmu sepuluh kali lipat dan memintamu untuk tidur dengan seorang laki-laki, Nona? " Jay mencengkram dagu Rose. Kemarahannya benar-benar terlihat seperti singa yang haus, siap untuk menerkam kapan saja.Rose bisa melihat kilat cahaya ungu di mata Jay. Jay benar-benar terlihat sep

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 7

    Jay mengangkat Rose dan mendorongnya dengan kasar ke bawah meja. Ia melepas dasi birunya dan mengikat tangannya ke kaki meja.Ia kemudian mengambil kain lap dari meja dan memasukkannya ke dalam mulut Rose.Yang bisa dilakukan Rose hanyalah terus menyerang Jay dengan kedua kakinya yang tidak diikat.Sayangnya, perjuangannya sia-sia karena perbedaan besar antara kekuatan mereka.Dengan mangsanya yang tidak bisa bergerak di sarangnya, Jay menyeringai. "Rose, jujurlah ​​padaku," kakinya menendang kejam kaki pendek Rose yang tergeletak.Merasakan kepuasan sesaat, Jay lalu dengan santai mengeluarkan ponselnya dan menelepon anak laki-lakinya.Rose ditinggalkan dengan rambutnya yang berantakan, pakaiannya sobek, dan kakinya yang awalnya seputih salju dipenuhi dengan memar.Ia menatap Jay dengan marah dan mengeluarkan rengekan teredam dari mulutnya yang tersumbat. Tetapi, ia tidak menangis atau semacamnya.Jeritannya yang tak terdengar sebenarnya adalah serangkaian kata-kata kotor yan

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 8

    Perawat resepsionis di meja melihat anak kecil itu. Ia memiliki kepala dengan rambut hitam menawan dan mengenakan kaos putih dengan cetakan baju besi di dadanya, sepasang celana olahraga hitam, dan topeng hitam.   Tampilan monokrom dari dandanannya membuatnya terlihat gaya, seperti sesuatu yang keluar dari lukisan artistik. Perawat itu membayangkan bahwa ia terlihat seperti seorang pangeran kecil dari buku komik. ‘Ia benar-benar sangat lucu!’ "Kau sedang mencari siapa, Anak Kecil?" Perawat itu menghampirinya dan menyapanya dengan senyuman hangat, suaranya lembut. "Aku mencari Ayah—ayahku!" kata anak kecil itu spontan.‘Mami bilang aku harus berhati-hati ketika aku berada di luar.‘   ‘Jangan pernah mengatakan yang sebenarnya kepada orang asing, kecuali petugas polisi, tentu saja.’Pria kecil itu menatap perawat itu dengan polos, "Nona, apakah kau tahu di mana ayahku?"Ketika perawat mungil mengamati wajah anak laki-laki itu, dengan mata bulat besar yang terlihat dari balik

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 9

    Jay baru sadar bahwa robot itu menggambarkan seorang wanita muda yang cantik.‘Apakah anak ini merindukan ibunya lagi?’ pikir Jay dengan jengkel."Jenson, apakah kau benar-benar ingin menemui Ibumu—" Jay berkata tanpa berpikir.Jenson berdiri dengan murung di tangga, tubuhnya yang mungil tampak sangat kesepian dan keras kepala. Ia berbalik untuk melihat langsung ke arah Jay dan mengangguk dengan serius.Jay mengerutkan bibirnya. Ia menganggap dirinya beruntung karena ia belum melemparkan Rose ke rumah pelacuran. Jika tidak, sifat egois Jenson tidak akan pernah memaafkannya kalau ia tahu bahwa ayahnya telah menindas ibunya.Tapi—Jenson sangat merindukan ibunya sebagai akibat dari pilihan yang salah yang dibuat oleh Jay.Beberapa tahun yang lalu, Jay percaya bahwa Rose sudah mati, tetapi tidak ingin Jenson hidup di dunia dengan penuh dengki. Jadi ia berbohong bahwa ibunya masih mencintainya sampai detik ini.Tentu saja, seperti yang baru-baru ini ia sadari dengan sangat terkejut

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 10

    Setelah memberikan analisis yang cukup panjang dan tajam, Grayson memandang Tuan Ares dengan ekspresi bangga dan penuh harap.Tepat saat ia mengira Jay akan memujinya karena kecerdasannya, Jay menatapnya dengan tatapan mematikan."OCD? Autisme?" Jay terdengar tenang, tapi jelas ada amarah yang mendorong nadanya.Dahi Grayson mulai meneteskan butir-butir keringat.Grayson menggigit lidahnya sendiri. Meskipun Tuan Jenson adalah anak yang sedikit bermasalah, ia tetaplah putra kesayangan Tuan Ares. Satu-satunya orang yang diizinkan untuk mengkritik Tuan Jenson hanyalah Tuan Ares.Jika ada yang berani berkata buruk tentang Tuan Jenson, pada dasarnya mereka sedang menggali kuburan mereka sendiri.Benar saja, Jay berkata dengan suara yang berbahaya, “Grayson, sepertinya kau sangat mengenal Jenson. Mengapa aku tidak menyerahkan tanggung jawab menjaga Jenson kepadamu?”Begitu Jay mengatakan itu, wajah Grayson menunduk dan kemudian ia memohon ampun,"Tuan Ares, saya harus mengurus seluru

Bab terbaru

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 2667

    "Nyonya Angeline, apakah Anda punya kata-kata terakhir?" Pria itu menunjukkan belas kasihan Angeline dan memberinya kesempatan untuk menghirup udara segar. Angeline merenungkannya sejenak dan berkata, “Dulu, saya hanya mengharapkan kedamaian keluarga dan kesehatan anak-anak saya. Saat ini, saya berharap anak-anak saya dapat mencapai semua impian mereka. Saya berharap Jens dapat merevitalisasi bisnis keluarga kami. Saya berharap keinginan Baby Zetty agar tidak ada lagi rasa sakit dan penderitaan di dunia menjadi kenyataan. Saya harap keinginan Baby Robbie agar tidak ada lagi perpisahan dalam keluarga menjadi kenyataan juga. Pria itu tertegun. Pistol di tangannya sedikit miring. “Nyonya Angeline, orang kaya sepertimu menjalani kehidupan mewah yang bebas dari kekhawatiran. Bagaimana Anda bisa memahami penderitaan orang biasa seperti kami? Anda tidak bermaksud apa pun yang Anda katakan kepada saya sekarang, kan? Angeline berkata, “Aku akan mati. Mengapa saya berbohong kepada Anda

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 2666

    Angeline berkata, “Meskipun Jens masih muda, Whitty tidak lagi dalam usia yang matang. Whitty telah menunggu Jens selama bertahun-tahun. Ia harus mendapatkan sesuatu sebagai balasannya.”Tuan Ares tetap diam. Tetapi, masih ada ekspresi tidak menyenangkan di wajahnya.Saat melihat ekspresi wajah Tuan Ares, Whitty langsung berkata, “Ayah, Mommy, Jens, dan aku tidak terburu-buru untuk menikah. Jens telah memutuskan untuk menikah setelah punya karier yang stabil.”Tuan Ares tampak tenang.Jenson berdiri dan memberi tahu Tuan Ares, "Ayah, aku ingin menikah dengan Whitty."Tuan Ares melirik Jens dan bertanya, "Apa alasan di balik keputusanmu melakukannya?"Jenson berkata, "Aku mencintainya."Bibir Tuan Ares sedikit terangkat. Kepribadian Jens tidak hanya mirip dengannya, tetapi pandangannya tentang cinta juga mirip dengannya.Mengingat betapa gigihnya ia saat mengejar Angeline ketika masih muda, Tuan Ares tahu ia tidak bisa menghentikan Jenson.Hubungan ayah dan anak akan terpengaruh kalau i

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 2665

    Tuan Ares menatap Angeline tanpa berkata-kata. Pada saat ini, cinta kenangan mereka terlintas di benaknya.Ia pernah mencintai seseorang dengan sangat dalam. Ia bisa melawan orang tuanya untuk Angeline juga.Tuan Ares menghela napas dan berkata, "Kau benar-benar tidak bisa menjaga anak-anakmu di sisimu begitu mereka dewasa."Angeline menatap Tuan Ares yang putus asa di depannya. Hatinya terluka untuk Tuan Ares. Ia mengulurkan tangan untuk memegang tangan Tuan Ares. Tuan Ares tersenyum padanya saat Angeline menghangatkan tangannya. Ia berkata dengan nada pengertian, "Angeline, kau tetap yang terbaik."Angeline tersenyum dan berkata, “Tentu saja, aku yang terbaik. Itu karena aku satu-satunya orang yang akan tetap di sisimu sampai akhir. Gale adalah takdir bagi Angel, dan Finn juga merupakan takdir bagi Zetty.”Tuan Ares berkata, “Baiklah, berhentilah menggodaku. Aku mengerti."Ya, cinta berada di atas segalanya di dunia.Itulah tradisi Keluarga Ares.Tuan Ares sangat mencintai Angeline.

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 2664

    Tetapi, ketika Angeline mengetahui tentang pernikahan Grayson dan Andy, ia bersikeras mengadakan pernikahan akbar untuk mereka.Angeline dan Tuan Ares memanggil Andy. Angeline berbicara dengan suara menyentuh, “Andy, aku selalu memperlakukanmu seperti putri kandungku. Sekarang setelah kau menikah, aku akan menikahkanmu seolah kau putriku.”Angeline menyerahkan satu set perhiasan, kartu bank, dan kunci pada Andy. Ia berkata, “Andy, meskipun Zetty sudah menikah, kami tidak mengadakan pernikahan besar untuknya. Aku tidak tahu bagaimana keluarga lain menikahkan putri mereka. Karena kau perempuan, kau akan merasa aman setelah punya properti sendiri. Kau akan punya kebebasan sendiri setelah punya mobil sendiri. Kau akan berusaha berdandan setelah punya perhiasan sendiri.”Andy menangis, "Terima kasih, Mommy."Angeline memeluk Andy dan menepuk punggungnya sambil berkata, “Jangan menangis. Kau harus sering kembali untuk berkunjung di masa depan."Baik."Setelah Angeline selesai bicara, Tuan Ar

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 2663

    Whitney menyerahkan amplop itu pada Andy dan berkata, "Nona Laurel memintaku untuk menyerahkan ini padamu."Andy perlahan membuka amplop di bawah tatapan ingin tahu para saudari. Spesimen jakaranda jatuh dari amplop.Air mata memenuhi mata Andy ketika ia melihatnya.Semua saudari menangis.Whitney berkata, “Aku tidak tahu apa artinya bagimu, tapi aku kira Laurel ingin menyampaikan sesuatu pada kalian semua karena ia ingin aku menyerahkannya padamu. Apa kau mengerti apa yang ingin ia katakan padamu?”Andy berteriak keras, “Ini adalah sumpah darah yang kami buat di Divisi Intelijen Militer. Ketika kami bersumpah untuk menjadi saudari, Daisy menyebutkan meskipun nasib kami telah ditentukan sebelumnya di kehidupan ini dan kami tidak bisa memutuskan berapa lama kami bisa hidup, kami bisa menunggu saudari di akhirat setelah kematian. Kami harus menunggu semua orang berkumpul sebelum reinkarnasi. Kami kemudian bisa bereinkarnasi sebagai saudari di kehidupan kami selanjutnya.”Whitney tersentu

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 2662

    Jenson kemudian memerintahkan para pelayan untuk menggeledah setiap sudut dan celah Kebun Turmalin dan Ibukota Pemerintahan. Robbie sepertinya telah menghilang begitu saja. Tidak ada tanda-tanda ia di mana pun.Tuan Ares menghela napas setelah mendengar berita itu.Angeline menyerah setelah pencarian yang lama. Ia memberi tahu Jenson, “Jangan mencarinya. Ia sudah dewasa. Kita tidak bisa menahannya lagi. Jangan buang lebih banyak sumber daya manusia dan fisik untuk mencarinya. Kelola Kebun Turmalin dengan baik. Kau dan Whitty harus bertanggung jawab atas rumah tangga ini di masa depan.”Jenson menatap mata ibunya yang tenang. Meskipun ia penasaran kenapa ibunya, yang mencintai putranya lebih dari hidupnya sendiri, bisa bereaksi dengan tenang atas kepergian Robbie, ia menyimpan pertanyaan itu di dalam hatinya."Ya, Mommy."Setelah meninggalkan Chateau de Selene, Jenson kembali ke kamarnya dengan perasaan kesal. Whitty masuk ke kamarnya dengan secangkir teh panas dan meletakkannya di tang

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 2661

    Robbie mengangguk tegas.Setelah kesehatan Angeline pulih sedikit, Robbie segera mengunjunginya. Wajahnya tidak lagi memancarkan aura kekanak-kanakan. Wajahnya yang tampan memancarkan ketajaman yang mirip dengan ayahnya.Angeline tahu Robbie akan diliputi rasa bersalah selama sisa hidupnya setelah kejadian ini. Ia juga tahu ia akan mengubah kebiasaannya bermain-main dan tidak berpikir sebelum bertindak.“Mommy, ini semua salahku. Kalau aku tidak percaya begitu saja padanya, ia tidak akan punya kesempatan untuk merusak Kebun Turmalin,” kata Robbie. Ia dipenuhi dengan rasa bersalah pada diri sendiri.Angeline berkata, “Robbie, aku tahu apa yang kau pikirkan. Aku punya pemikiran yang sama sekarang.”Robbie tertegun. Ia melirik penuh penilaian pada ekspresi lemah dan lelah di wajah ibunya. Entah bagaimana, Robbie merasa kesal atas nama ibunya.Ternyata ia bukan satu-satunya yang tidak memperhatikan orang. Ibunya juga berada di kapal yang sama.Sama seperti dirinya, ibunya merasa sangat te

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 2660

    Jenson memutuskan untuk membangun kembali Kebun Turmalin dengan tema yang mendasari 'kenangan'. Robbie terdiam setelah melihat-lihat rencana desain."Jens, apa menurutmu aku telah melakukan dosa besar?" Robbie tiba-tiba menyuarakan pikirannya.Jenson menggelengkan kepalanya dan berkata, “Robbie, kau tidak ingin semua ini terjadi. Tapi, kau seharusnya sudah belajar dari pengalamanmu. Kau tidak bisa bersikap baik pada semua orang setiap saat.”Robbie mengangguk dan berkata, “Aku tidak mengerti arti di balik kata-kata ini di masa lalu. Aku mengerti sekarang."Jenson tertegun.Setelah Robbie meninggalkan tempat Jenson, ia mengunjungi kediaman Angel.Angel sekarang berusia sekitar tujuh tahun. Ia sangat tinggi dan matang secara mental. Oleh karena itu, ia sama sekali tidak terlihat seperti anak kecil.“Kakak, kudengar akhir-akhir ini suasana hatimu sedang tidak baik. Aku ingin mencarimu sejak beberapa waktu lalu. Tapi, lihat keadaanku saat ini. Bagaimana aku bisa keluar?” Angel melambaikan

  • Selamat Malam, Tuan Ares   Bab 2659

    Tuan Ares menatap Tiga Belas dengan dingin. Tatapannya tanpa cinta kebapakan yang selalu ia tunjukkan pada Tiga Belas.“Aku tahu kau punya motif tersembunyi ketika kau pindah ke Keluarga Ares saat itu. Tapi, aku tidak menyangka kau begitu jahat dan punya hati yang begitu kejam di usia yang begitu muda. Cinta dan pemujaan Angeline terhadapmu sama sekali tidak menghangatkan hatimu. Bagiku, kau bukan hanya pengkhianat. Kau tidak punya hati sama sekali.”Tiga Belas menatap Tuan Ares dengan kaget. Omelan Tuan Ares tampaknya membantu Tiga Belas memahami dirinya dengan lebih baik.“Kau menyakiti ayahku. Kau menyakiti ayahku. Itu sebabnya aku menguatkan hati dan memutuskan untuk membalas dendam pada Keluarga Ares,” teriaknya keras.Tuan Ares berkata dengan nada kasar, “Karma ada di dunia. Kenapa aku menyakitinya kalau ia tidak menculik anak-anakku? Kau tidak punya kemampuan untuk membedakan benar dan salah. Kau hanya membuat alasan untuk diri sendiri. Apa kau pikir kau masuk akal?”Tiga Belas

DMCA.com Protection Status