Home / Lainnya / Selamat Malam Duniaku / Perjalanan hidup baru

Share

Perjalanan hidup baru

Author: Dewanu
last update Huling Na-update: 2021-08-27 12:15:33

Mira memasukkan beberapa setel pakaian yang dimilikinya. Tidak lupa handuk, sabun mandi dan pasta gigi. Inilah pertama kali ia akan menempuh perjalanan jauh. Jakarta - Bandung baginya perjalanan terjauh seumur hidupnya.

"Jam berapa Andres akan menjemputmu?" tanya Tante Vina.

"Satu jam lagi Tante," Mira duduk disamping tantenya di tepi dipan. Tangannya meraih Ais yang sejak tadi memperhatikannya mengemas pakaian. Adel kemudian ikut duduk disampingnya.

"Kakak, kakak harus hati-hati ya!" ucap Adel yang kini usianya menginjak dua belas tahun.

"Iya. Adel juga harus hati-hati dalam bergaul. Ingat, kakak bekerja untuk kepentingan Adel bukan?" Adel mengangguk.

Mereka berpelukan sebelum berpisah. Tante Vina tak hentinya meneteskan air mata melihat Mira mengangkat tas pakainnya. Terdengar suara mesin mobil yang berhenti di depan rumahnya. Itu pasti suara mo ol Om Andres.

"Sudah siap?" Andres menyapa mereka dari dalam mobil, dan membuka bagasinya. Mira meletakkan tasnya dan berjalan hendak membuka pintu belakang tapi Andres melarangnya.

"Duduklah di depan!" perintahnya.

Mira sedikit gugup karena ini pertama kali naik mobil mewah dalam hidupnya. Andres tersenyum membaca kegugupan Mira.

"Tidak apa-apa, kamu akan suka nanti," katanya sambil melajukan kendaraannya.

Mercedes Benz GLC class itu merangsek pelan diantara kepadatan jalan di Jakarta. Mira bersyukur karena bisa merasakan kesejukan walaupun jalanan macet. Naik angkot sangatlah menyiksa karena harus kepanasan dan berdesakan.

"Jadi orang kaya memang enak." batinnya.

"Kita ke Pasar Baru dulu ya Mir," Andres menegur Mira yang sejak tadi berdiam diri.

"Mau apa Om?" Ia refleks bertanya begitu. Andres hanya tersenyum. 

Mira hanya mengikuti saat Andre memasuki sebuah Mall yang menjual aneka macam pakaian.

"Sepertinya ini cocok untukmu," Andres mengambil beberapa setel pakaian. Dan meminta Mira untuk mengganti pakaian miliknya. 

"Tapi Om, Mira tidak bisa menerima ini. Mira belum bekerja, bagaima membayar pakaian ini nanti?" tolak Mira.

"Kalau mau diterima bekerja, kamu harus memakai pakaian yang layak Mira. Bahkan semuanya! Dan pilihlah pakaian dalam juga!" Andreas menegaskan agar Mira tidak mengelak.

"Pakaian dalam?" lirihnya. Namun ia tak berani bertanya lagi.

Dirasa cukup, Andres melanjutkan perjalanan. Sesekali diliriknya gadis yang duduk disampingnya. "Mira memang cantik." batinnya. Ia melihat bagaimana pakaian itu membalut Mira dengan sempurna. Tubuh langsing semampai ditambah paras wajahnya membuat Andres selalu mencuri pandang.

"Kamu cocok memakai baju itu," Andres membuka percakapan. Warna pink dengan hiasan renda di lingkar kerahnya. Bentuk dress selutut itu sangat cocok dikenakan Mira.

"Baju ini terlalu mahal untuk Mira Om," Mira tersipu dengan pujian Andres. 

"Apakah masih jauh Om?" tanya Mira kemudian saat hari mulai gelap. 

"Iya Mir, jalanan macet dimana-mana begini. Ini kita baru mau masuk Bandung," katanya.

Rasa kantuk mulai menghinggapi Mira, ditambah kilasan AC yang dingin membuatnya ingin memejamkan mata.

Didalam tidurnya Mira merasa ada yang menyentuh bibirnya, sentuhan yang hangat. Ia juga merasakan belaian dipipinya. Rasa kantuk mengalahkan batinnya yang ingin melihat apakah itu mimpi atau nyata.

Andres memandang wajah yang terlelap itu. Ia menghentikan mobilnya perlahan ditempat yang sepi. Mira tampak sangat letih.

Andres mendekati wajah itu, lalu menc*um bibir ranum milik Mira sangat perlahan. Menelusuri pipi lembut dengan jemarinya, Ia sangat mengagumi kecantikannya.

Tiba-tiba Mira bergerak membuat Andres cepat mengambil dan menyalakan handphone. Seolah dia sedang sibuk dengan handphonenya.

"Apakah sudah sampai Om?" tanya Mira.

"Belum, kita istirahat sebentar disini. Om capek juga loh Mir," dalihnya.

Mira melihat ke sekeliling yang sangat sepi. Lalu melihat Om Andres yang bersedekap menyandarkan punggungnya dengan mata terpejam. "Tampaknya Om Andres benar-benar letih." Diapun melanjutkan tidurnya karena rasa kantuknya belum hilang.

"Kamu dibawa bang Andres ya?" seorang wanita masuk tanpa mengetuk pintu. 

"Iya Mbak, semalam baru nyampe,"

"Panggil aku Lilis, kita seumuran kok." Lilis menelisik Mira dari ujung rambut sampai kaki."Kamu lumayan cantik, cepatlah mandi karena kamu akan bertemu seseorang di hotel."

"Hotel?" Mira terkejut.

"Iya hotel, kamu akan dikenalkan dengan Nyonya Cherry pemilik kafe ini. Kalau kamu gak memenuhi syarat kamu gak akan diterima."

"Ooh" Mira melongo mendengarkan Lilis berbicara. Dia mengira akan langsung bekerja tanpa harus ribet kesana kemari." Seistimewa itukah pekerja kafe?" batinnya

Lima setel baju yang diberikan Andres dicobanya. Dia ingin memenuhi kualifikasi seperti apa yang disebutkan Lilis tadi. Cantik, ramah, percaya diri, ia tidak yakin tetapi akan dicobanya.

Didepan cermin semua baju itu tampak sangat seksi dipakainya. Itu membuatnya risih. Akan tetapi tidak ada lagi pakaian yang lebih baik dari itu. Mira harus berusaha percaya diri untuk bisa bekerja.

"Perfaicto!" Lilis memutar tubuh Mira."Kalau kamu mau uang, kamu hanya perlu cantik seperti ini!" ujarnya. "Mobil utusan Nyonya Cherry sudah datang. Pergilah!" kata Lilis kemudian.

Lagi dan lagi Mira di buat heran. Bekerja di kafe apa yang harus bertemu sampai ke hotel. Namun demi percaya kepada Om Andres dirinya hanya menurut. Lagipula ia sangat diuntungkan dengan pakaian-pakaian indah itu sebelum benar-benar bekerja.

Sopir yang membawanya menuntunnya ke Lift lantai empat. Pria tambun itu mengetuk pintu dengan nomor kamar 57. Seseorang membuka pintu dan mempersilahkan mereka masuk.

Didalam ruangan itu terdapat seorang wanita kurus berlipstik tebal. Mata lebar dengan riasan mencolok. Mira yakin wanita inilah yang disebut Nyonya Cherry. Sangat sesuai dengan namanya, dengan potongan rambut membulat seperti buah ceri ditambah riasan yang dominan warna merah.

"Namamu Mira?" suara Nyonya Cherry terdengar serak dan berat.

"Ya Nyonya."

"Berapa usiamu?"

"Delapan belas tahun Nyonya."

Nyonya Cherry memutari Mira.

"Kamu memang cantik. Tapi adakah yang memaksamu untuk bekerja?" tanya wanita itu.

"Tidak nyonya, ini atas kemauan saya," jawabnya pelan.

"Baiklah, aku menginginkan kamu bekerja di club malam. Kudengar kamu membutuhkan gaji yang besar untuk membiayai adikmu. Jadi bekerjalah dengan baik,"

Mira merasa tak enak ketika mendengar ucapan club malam tadi, tapi seakan mulutnya terkunci.

"Keluarkan dia!" wanita itu memberi perintah agar pegawainya membawanya pergi dari ruangan itu.

Mira sedikit aneh dengan pekerjaan yang ditawarkan. Bahkan wanita itu mengetahui bagaimana butuhnya dia terhadap "uang". Namun ia hanya bisa pasrah.

Kaugnay na kabanata

  • Selamat Malam Duniaku   Klub malam

    "Apa yang kita kerjakan di klub malam itu?" Mira mendesak Lilis untuk menceritakan seperti apa klub malam itu. Lilis yang sedang mengenakan stoking melirik Mira sebentar."Nanti kau akan tahu sendiri," jawabnya santai."Tapi aku ingin tau sekarang!" Mira memohon."Tentu saja melayani tamu yang ingin minum sambil menikmati musik atau tarian kalau ada yang menari.""Hanya mengantar minuman bukan?" Lilis mengangguk."Ayo, cepatlah pakai stokingmu dan baju yang sudah aku pilihkan tadi!"Mira akhirnya diam dan menuruti perintah Lilis. Lilis telah meriasnya dengan riasan yang lebih ringan dari dirinya.Lilis mendekati Mira berhadapan dengannya "Aku akan membocorkan sesuatu kepadamu. Kita sudah berada disini, jadi usahakan untuk tidak membuat keributan kalau kamu tidak mau dapat masalah!" Mata Lilis menjurus kearah Mira. Tampaknya itu adalah hal yang harus Mira ingat.Mira memperhatikan cara Lilis membawa dan menyajikan mi

    Huling Na-update : 2021-08-27
  • Selamat Malam Duniaku   Ferdian

    Ferdian mengeluarkan seluruh uang dan dompet yang ada di dalam pakaian Bobby pria botak itu."Apa yang kau lakukan?" Mira heran dengan apa yang dilakukan Ferdian terhadap temannya sendiri."Apakah kau baik baik saja?" tanyanya.Mira mengangguk lemah."Ingatlah kata-kataku dengan baik, katakan pada Cherry bahwa ada seseorang yang merampoknya. Setelah itu tunggulah aku besok malam di meja yang sama!" Ferdian mengucapkan perlahan, dan menatap Mira yang sudah lemah."Kamu harus mengingat kata-kata ini dengan baik, percayalah padaku! Kamu tidak akan bisa keluar dari sini begitu saja, jadi berhati-hatilah!" Mira hanya mengangguk. Dia hanya membutuhkan sedikit harapan untuk bisa selamat malam ini. Dan dia akan mencoba mempercayai pria itu.Ferdian mengenakan topeng itu lagi. Mira terpaku melihat pria botak yang masih pingsan di lantai. Namun tak lama kemudian ia ingat pesan Ferdian untuk segera melaporkan kejadian ini sebagai perampokan

    Huling Na-update : 2021-08-28
  • Selamat Malam Duniaku   Apakah aku harus melayanimu?

    Mira terusik dengan suara dengkuran seseorang. Badannya juga terasa pegal karena duduk terlalu lama tertidur di dalam mobil. Perlahan Mira membuka matanya mencari arah suara dengkuran seorang pria. Mira tersadar bahwa dia sedang bersama seorang pria bernama Ferdian. Sayup-sayup terdengar suara deburan ombak dihadapannya, ia tak bisa melihat dengan jelas karena masih gelap. Mira melihat angka yang tertera didalam jam digital di mobil itu. Waktu masih menunjukkan pukul tiga dini hari.Emmmhhh!Mira pura-pura memejamkan mata saat melihat gerakan pada tubuh Ferdian. Dia tidak mau kepergok sedang memperhatikan tidurnya."Kalau capek, kamu bisa tidur di belakang," tiba-tiba Ferdian berkata.Mira terpaksa membuka mata dan melihat ke arah Ferdian. "Tidak perlu, sepertinya aku sudah tak mengantuk lagi." mereka terdiam."Kemana kita akan pergi?" tanya Mira."Kerumahku," jawab Ferdian singkat."Kerumahmu? Jangan bercanda Om, tolong turunkan saja

    Huling Na-update : 2021-09-01
  • Selamat Malam Duniaku   Dalam apartemen

    Ferdian membuka sebuah pintu dengan nomor sandi. Mira melihat kesana kemari. Kenapa lorong disana-sini sangat sepi. Di lift tadi mereka bertemu dengan penghuni lantai atas, tapi Ferdian tidak bertegur sapa dengan mereka."Pemukiman apakah ini?" Mira membatin."Tinit tinit" pintu terbuka."Masuklah!" Perintah Ferdian.Mira berjalan pelan memasuki pintu apartemen Ferdian. Hatinya hanya serasa galau saat pintu itu tertutup kembali."Itu ruanganmu!" Ferdian menunjuk pada sebuah pintu yang terbuka. "Diruangan itu ada almari yang banyak pakaian seukuranmu, pakailah sesukamu," lalu Ferdian berlalu dari hadapan Mira.Mira memasuki kamar dengan nuansa pastel itu, banyak foto-foto bergantungan disana. Mira bisa memastikan bahwa foto itu foto adik Ferdian karena mereka tampak sangat mirip. Di ujung kamar tersebut masih ada sebuah pintu lagi. Mira membukanya perlahan, iapun mengagumi semua yang terpajang didalam sana hingga tak terasa kakinya menu

    Huling Na-update : 2021-09-01
  • Selamat Malam Duniaku   Awal hidup baru

    Mira mengganti pakaiannya, sekarang ia mengenakan celana selutut dengan kaos berwarna putih. Padahal cacing diperutnya sudah meronta sejak tadi, tetapi siapakah yang bisa mengerti keadaannya saat ini? Mira berdiam di tepi tempat tidur, ia takut disalahkan jika keluar tanpa ijin. Tapi mana mungkin ia membiarkan dirinya mati kelaparan? Tidak! Aku harus berani menuntut hak mendapatkan makanan yang layak di dalam rumah ini! Tekadnya. "Mira! Ini makananmu!" Mira kegirangan di dalam hati. "Kenapa nggak dari tadi?" Ia ingin menjawab seperti itu, tapi nggak mungkin. Sepiring nasi lengkap dengan ayam goreng sudah menantinya. Mira bisa melihat Ferdian menyelesaikan sendokan terakhir di mulutnya. Lalu meneguk air putih dan bangkit dari kursinya saat Mira baru saja mendaratkan bokongnya. Ferdian bahkan bersendawa dengan suara keras setelah itu, membuat selera makan Mira menurun. "Menjijikkan!" Gumamnya. Mira sangat membenci orang yang bersenda

    Huling Na-update : 2021-09-16
  • Selamat Malam Duniaku   Peristiwa memalukan

    Ferdian merapikan kemejanya yang berwarna biru Turkish, lalu melepaskan satu anak kancing di bagian dada. Rambut coklat bergelombang hanya ia sela dengan jari-jari tangannya. Aroma parfum menguar ke seluruh walk and closed miliknya saat ia menyemprotkan parfum keluaran Lancome yang mengeluarkan aroma segar bunga Lilac dan lemon.Di kamar, Mira melihat jam yang menunjukkan pukul enam pagi."Haruskah aku mandi? Jam segini pastilah masih sangat dingin," gumam Mira. Ia sangat malas mandi sepagi itu, namun ia sangat takut dengan Ferdian. Sementara ia juga butuh untuk ke kamar mandi menyelesaikan hajatnya setiap pagi."Sial! Sudah jam enam lewat lima menit, masih tersisa lima menit lagi! Aku harus segera ke kamar mandi!" Mira berlari keluar kamarnya menuju kamar mandi. Syukurlah Ferdian belum keluar dari kamarnya. Dengan berjinjit Mira melewati pintu kamar Ferdian."Yaah, tahan dulu dong...," desakan ingin keluar sudah sangat terasa di ujung. Mira berusaha sekuat t

    Huling Na-update : 2021-09-24
  • Selamat Malam Duniaku   Kesibukan tambahan

    "Ah sial banget karena harus ngurusin yang beginian," gerutunya sambil memilih pembalut mana yang harus dia beli. Terlalu banyak merk yang berjajar di sana. Iapun mengambil keranjang dan memasukkan semua merek yang ada. Dia menghitung ada sekitar tujuh pack pembalut yang ia beli.Seorang wanita yang berdiri di sudut swalayan tampak memperhatikan Ferdian yang masih sibuk berbelanja. Ia juga membeli beberapa produk kecantikan yang barangkali dibutuhkan Mira. Sebab Ferdian tahu Mira tak membawa apa-apa."Kamu kayak emak-emak, Fer," sapa wanita itu yang ternyata Gea, teman masa kecilnya."Bisa dibilang begitu," jawabnya singkat."Apa yang kamu beli?" Gea mengintip isi kantong belanja Ferdian. "Pembalut? Emang kamu..." Gea melihatnya penasaran."Kenapa? Penasaran?" Ferdian berjalan cepat. Wajahnya datar tak bersahabat. Ia tak mau Gea semakin kepo."Fer, buat siapa?" teriaknya. Tapi Ferdian tak bergeming. Ia harus cepat sampai di rumah karena takut

    Huling Na-update : 2021-10-18
  • Selamat Malam Duniaku   Sejak kapan?

    Mira yang ditanya begitu hanya bisa menatap Ferdian kaget. Ia tak menyangka Ferdian ada di rumah dan melihat apa yang dilakukannya."Itu karena, eh..Mira nggak pernah pakai mesin cuci Om," katanya sambil menunduk."Kamu selalu memanggilku Om,""Oh, maaf. Ferdian.""Ambil bed cover itu, aku akan mengajarimu menggunakannya," katanya kemudian.Mira berusaha mengangkat bed cover tersebut, tapi ia tak menyangka kalau bed cover tersebut sangat berat setelah bercampur air. Mira kewalahan mengangkatnya."Astaga! Air apa ini" Ferdian terkejut saat aliran air yang keluar dari bed cover membanjiri area mesin cuci."MIRAAA!!" teriaknya kesal. Betapa bodohnya gadis ini, dan betapa sialnya hidupnya kini.Kekacauan demi kekacauan telah tercipta seperti petaka baginya."Astaga! Aku tak pernah merasakan kekacauan ketika hidup bersama Vivin, tapi denganmu?" Ferdian mengambil bed cover yang diangkat Mira lalu memasukkannya kedalam mesin cu

    Huling Na-update : 2021-10-18

Pinakabagong kabanata

  • Selamat Malam Duniaku   Pulang

    Mira termenung, ia memikirkan tawaran Ferdian untuk bertemu dengan Tantenya dan juga adiknya.'Haruskah aku ceritakan semuanya? Menceritakan bagaimana aku hampir diperkosa si Botak lalu berakhir dibeli Ferdian?' Mira mengucek matanya, bibir tipisnya beberapa kali menjadi sasaran gigitannya sendiri. "Hei! Jangan mikirin yang enggak-enggak, aku udah bilang khilaf, tapi kamu masih diinget terus.""Hah? Maksudnya?""Tadi..."Ferdian menunjuk bibir Mira. "Kau menggigiti bibirmu, apa itu ciuman pertama kamu? Seolah kamu mengingat kejadian tadi. Nggak usah baperan, itu tak akan terulang lagi!" Wajah Mira bersemu merah, apa hal itu biasa dikalangan orang dewasa? Sehingga tidak segan-segan lagi untuk membahasnya? Itu sungguh memalukan baginya.Mira melengos, lalu bangkit meninggalkan Ferdian. Tapi Ferdian mengatakan sesuatu yang membuatnya berbalik melihatnya. "Oh ya, ini gaji bulan pertama aku bayar di mu

  • Selamat Malam Duniaku   Gadisku

    "Lagi?"Ferdian mengangguk. Tak ada cara lain karena ia sudah terlanjur mengatakan kepada ayahnya, ibunya dan juga Suroya. Apa jadinya kalau tiba-tiba mengatakan bahwa mereka sudah putus."Itu karena kau sepakat mengembalikan uang seratus juta itu hanya dengan berpura-pura menjadi pacarku.""Tuan Ferdian, apakah tidak ada cara lain?""Tidak Nona Mira, hanya itu yang bisa menyelamatkan dirimu dari hutang. Atau aku akan mengembalikan dirimu kepada Nyonya Cherry."Mira menyerah, ia tak bisa mengelak lagi."Oh ya, bagaimana dengan pakaianmu yang berantakan itu? Jangan sampai orang mengira aku melakukan hal-hal yang melampaui batas," cicit Ferdian yang tentu saja hal itu membuat Mira memutar bola matanya. Bukankah baru saja Ferdian melecehkan dirinya?*Mira memainkan ponsel yang baru saja diterimanya dari Ferdian. Bahkan Nomor pria itu sudah berada disana.Andai saja waktu itu dirinya sempat mengemas pakaian yang ada di rumah Elis, mungkin di

  • Selamat Malam Duniaku   Negoisasi

    "Mira," Ferdian tercekat melihat Mira yang kacau balau. Matanya bengkak dan merah, begitu juga bibirnya seperti tersengat tawon. Rambutnya berantakan dan sebagian basah karena membasuh wajah, begitu juga pakaiannya terdapat noda lipstik di ujung kemeja dan lengannya, itupun sebagian basah karena air yang terciprat."Mira, maafkan aku," Ferdian menghampiri Mira dan menggenggam tangannya lembut. Tangan itu sangat dingin."Astaga, ayolah kemari aku buatkan minuman hangat untukmu," ajaknya sambil membimbing Mira ke meja kerjanya.Secangkir teh hangat telah berada di tangannya, lalu ia mengambil sendok untuk menyuapi Mira."Aku terlalu egois tadi, aku tidak bermaksud melecehkanmu tadi, itu karena aku tak punya cara untuk membuatnya pergi."Mira menerima suapan Ferdian."Bisakah aku kembali ke rumah tanteku? Aku sungguh ingin kembali," lirih Mira kepada Ferdian.Kalau Mira kembali ke rumah tantenya, bukankah peluang untuk bertemu Andres juga

  • Selamat Malam Duniaku   Pelecehan

    "Aku memang berkepala batu untuk mencintaimu, dan aku akan lebih keras lagi dalam mencintaimu Ferdian, bukankah itu adil? Adil karena aku dulu pernah bersalah kepadamu."MataSuroya melirik Mira, ia bisa tahu bahwa Mira masih gadis ingusan dan akan merasa minder kalau ia memprovokasi gadis itu. Ia akan melakukan apapun untuk membuat gadis itu menyerah."Cinta macam apa kalau bertepuk sebelah tangan?""Hmm, kita lihat saja nanti. Kalian sepertinya masih baru saling mengenal. Lihatlah gadis itu, sangat gugup di dekatmu." celoteh Suroya. "Aku rasa kau hanya bisa menyentuh tangannya bukan?" Suroya malah ingin tahu sedekat apakah mereka."Benarkah?"Kali ini Ferdian berbuat nekat, dengan sekali gerakan ia memeluk Mira dan mencium bibirnya. Ia bahkan dengan sengaja melumatnya dengan rakus di depan Suroya. Ferdian memamerkan bagaimana ciumannya sangat intens kepada kekasih barunya.Mira yang terkejut tak bisa berbuat apa-apa karena kua

  • Selamat Malam Duniaku   Mungkin kau akan bosan

    Ferdian menoleh kearah suara itu. Ah, ternyata adalah ibunda tersayang yang sedang mengalunkan suaranya. Padahal ia mengira bahwa Suroya yang akan datang menemuinya, ia sungguh sedang berakting seolah Mira adalah kekasihnya."Ehem, ehem," ibunya berdehem membuat Ferdian tersipu malu. Ini seperti senjata makan tuan."Kenapa ibu datang nggak nelpon dulu?" Ferdian mengomel."Emangnya Ibu harus selalu laporan kemana Ibu pergi, hah?" katanya sambil meletakkan kotak berisi kue-kue buatannya. Matanya mulai mencari sosok yang tadi dilihatnya sedang bermesraan dengan putranya. Ia sungguh datang disaat yang sangat tepat."Siapa namamu, Nduk?" Ibunya mendekati Mira."Saya Mira, Ibu.""Kamu bekerja disini?""Iya, Bu," jawabnya malu-malu, sesekali sudut matanya melirik Ferdian."Ooh begitu. Saya ibunya Ferdian, tidak perlu sungkan ya," katanya kemudian."Terimakasih, Bu," ujar Mira sedikit bergidik karena teringat bagaimana ibu Ferdian mendesak putran

  • Selamat Malam Duniaku   Kantor

    Turun dari mobil, mata Mira tertumpu pada bangunan megah di hadapannya. Entahlah berapa lantai dan milik siapa gedung ini dia belum tahu pasti. Beberapa layar besar menghiasi sisi depan gedung tersebut. Sepertinya tayangan iklan beberapa produk ternama tampil dalam tayangan tersebut."Ayo, jalanlah dengan cepat!" Ferdian memerintah Mira.Mira mengikuti langkah lebar Ferdian setengah berlari. 'Katanya, dia harus berpura-pura seperti kekasihnya, tapi lihat saja cara berjalannya yang nggak tahu aturan' batinnya."Ah ya, kesini sebentar!" Ferdian menunggu langkahnya, lalu dengan cepat tangannya meraih telapak tangan Mira. Ia menggandengnya dengan santai. Beberapa orang yang melihatnya seperti mengalihkan pandangannya pada genggaman tangan mereka membuat Mira sedikit risih."Kak, aku malu," lirih Mira kepada pria itu."Kau malu, atau mau?" godanya.Mira menarik tangannya, memberengut karena kesal. "Apa yang akan mereka pikirkan nanti?"

  • Selamat Malam Duniaku   Menikahi?

    "Ibu, kenapa aku harus menikahi dia?""Hai! Jangan sembarangan ngomong ya! Apa kamu masih mau bermain-main? Ingat umur Ferdian? Usiamu sudah tak muda lagi. Apa kamu nggak kasian dengan ayah dan ibumu?"Ferdian jadi semakin frustasi."Apa kamu tidak memikirkan kami? Kamu adalah anak satu-satunya, seharusnya kamu sudah memberikan cucu untuk kami." Ibunya semakin mendesaknya."Ibu, ibu nggak ngerti apa-apa. Kenapa sih Ibu terus ngomong? Coba ibu dengar dulu alasanku.""Tidak. Ibu sudah tidak mau dengar alasan apapun lagi. Kalau kamu masih tidak ada keseriusan dengan gadis ini, kamu akan ibu nikahkan dengan Vina. Oke?"Ferdian mendengkus kesal. Bagaimana bisa nama itu disebutkan lagi?"Ibu, dia masih baru mulai meniti karir. Jadi tolong beri dia waktu," ujarnya asal-asalan."Jadi, dimana dia bekerja?"Ferdian mendapatkan pertanyaan yang bertubi-tubi. Sungguh menyebalkan. Bahkan jawaban yang ia berikan semakin membuat ibunya

  • Selamat Malam Duniaku   Rindu

    "Oke, kamu sudah tenang ya sekarang."Mira melirik Ferdian. Sebenarnya ia juga kasihan melihat Ferdian yang panik tadi, makanya ia berhenti menangis. Padahal lagi enak banget menangis meluapkan rasa kesal.Mengingat nama Andres dua benar-benar kesal dan trauma. Karenanya ia terpisah dengan keluarganya."Kak, aku rindu dengan Tante dan kedua adikku. Aku ingin sekali bertemu dengan mereka. Tapi Mira tahu Kakak nggak mengijinkan aku bertemu mereka. Dan lagi, Mira berjanji untuk memberi uang setelah mendapatkan kerja," ujarnya."Jadi kamu pergi dari rumah memang berniat untuk bekerja di kelab Cherry?" tanya Ferdian setengah membentak.Mira menunduk dalam. "Mira nggak tahu Kak, yang Mira tahu itu adalah kafe biasa.""Apakah Andres yang telah membawamu?"Mira mengangguk."Dimana kamu bertemu Andres?""Om Andres tinggal tidak jauh dari rumah Tante, Kak. Dia sudah seperti keluarga sendiri.""Bangsa*t! Jadi dia selal

  • Selamat Malam Duniaku   Siapa Andres

    "Berapa saudaramu?"Ferdian mengajak Mira ke sebuah minimarket. Ia kasihan dengan gadis itu dengan isi dompetnya yang hanya sepuluh ribu."Emm, kami tiga bersaudara Om," pelannya."Kau memanggilku Om lagi! Turunlah dari mobilku!" Ferdian menghentikan secara tiba-tiba karena Mira memanggilnya Om.Mira terhuyung, hampir saja terbentur dashboard."Tidak bisakah aku memanggilmu Kakak?" pinta Mira sedikit ragu.Ferdian menautkan alisnya. Panggilan itu membuatnya mengingat Vivin adiknya. Tapi mungkin itu masih lumayan daripada dipanggil Om, dia membenci Om Om yang identik dengan pria nakal'. Sebab, Mira memang bukan keponakannya."Baiklah, panggil aku Kakak. Aku benci dipanggil Om, kau tahu? Aku masih sangat muda."'Nggak nanya,' batin Mira."Apa yang akan kau beli?" tanya Ferdian kepadanya saat Mira sampai di depan minimarket."Aku?" Mira sedikit terkejut. Ia ingat uang itu hanya sepuluh ribu di dompetnya.

DMCA.com Protection Status