Home / Romansa / Selamanya Kamu / 03 Bertemu Lagi

Share

03 Bertemu Lagi

Author: sairentogaaru
last update Last Updated: 2022-01-27 14:26:56

Di musim liburan tengah tahun, hotel-hotel di Bali dibanjiri oleh para turis seperti biasanya. Posisi sebagai asisten HRD yang didapatkan Grace setelah bekerja bertahun-tahun di sini menuntutnya selalu sibuk. Meskipun ia tidak terlibat langsung dalam penanganan para tamu, pekerjaannya tetap lebih banyak daripada biasanya. Terutama ditambah semakin berkembangnya hotel yang membutuhkan lebih banyak karyawan baru dan berkualitas.

Kecekatan Grace sejak tahun pertama bekerja langsung ditangkap oleh Mario, sang manajer HRD. Sebelum mendapatkan posisi sebagai asisten pria itu, ia selalu diminta untuk ikut dalam rapat-rapat dengan General Manager (GM).

Sesuai dengan jadwal, pertemuan singkat dalam rangka pergantian posisi GM dengan orang yang baru diadakan pagi ini pukul sepuluh. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan para manajer, sekaligus para asisten mereka. Maka Grace datang menjemput Mario di ruang kantornya.

"Kamu kelihatan beda. Lebih cantik hari ini," puji Mario begitu melihat asistennya.

Mengenakan blus biru muda dan rok hitam selutut bukan hal yang baru bagi Grace. Ia tidak menemukan apa yang berbeda dari sebelumnya. Tetapi perkataan Nita bahwa atasannya ini memiliki rasa terhadapnya memberitahunya alasan di balik pujian basa-basi itu.

"Ah, terima kasih." Grace tersenyum simpul. Ia berusaha tetap menunjukkan rasa hormat meskipun tidak terlalu suka dipuji begitu.

Mario membuka tangannya sebagai tanda untuk berjalan. Kemudian Grace berjalan di sisinya dengan elegan menuju ke ruang pertemuan. Keduanya berpapasan dengan beberapa manajer lain beserta para asisten mereka di perjalanan dan saling menyapa.

Meskipun manajer-manajer yang ada tidak didominasi oleh gender tertentu, para asisten mereka adalah wanita seluruhnya. Masing-masing senantiasa menunjukkan penampilan terbaik. Sebisa mungkin dari ujung kepala sampai kaki ditempeli oleh barang-barang bermerk. Grace adalah satu-satunya yang paling tidak mempedulikan hal itu. Karena itulah ia dijadikan bahan gunjingan.

"Grace, penampilan di-upgrade dikit napa? Nggak level banget kalau jalan sama Mario."

"Kok bisa ya Mario pilih cewek kaya dia jadi asisten?"

"Dia kirim pelet ke Mario kali ya?"

Namun karena gunjingan semacam itu sudah menjadi makanan sehari-hari Grace, baik di depan maupun di belakangnya, telinganya menjadi kebal. Toh ia tahu persis bahwa level intelegensi mereka justru ada di bawahnya.

"Kenapa AC-nya di sini nggak dingin sih?" Seorang wanita berambut pendek yang merupakan manajer keuangan berkomentar saat masuk ke dalam ruangan. "Siapa kek bilang ke bagian maintenance. Si Chief Engineering mana?"

Tidak ada yang terlihat peduli, bahkan wajah mereka menunjukkan keengganan untuk melakukannya sesuatu tentang hal ini. Sifat seperti inilah yang membuat Grace muak.

Untung saja, Mario berbeda dari yang lain. Ia cukup peduli terhadap hal-hal kecil seperti ini, terutama karena ini berkaitan dengan karyawan. Meskipun pada akhirnya ada tugas-tugas baru yang diserahkan pada sang asisten.

"Grace, minta tolong kamu bisa bantu urus ini sebentar?" pinta Mario.

Tanpa mengeluh, Grace bangkit dari kursinya dan berjalan keluar dari ruangan. Ia berdiri tidak jauh dari pintu untuk menelepon Chief Engineering, seorang pria paruh baya yang berperilaku paling normal dalam jajaran manajer. Diberitahukannya apa yang terjadi dan akhirnya mendapatkan solusi untuk masalah ini.

Sekembalinya Grace ke ruangan, ia memberitahukan hasil dari panggilan singkat tadi pada Mario. Sebagai asisten semata, ia tidak memiliki hak untuk berbicara kepada para manajer. Lebih tepatnya karena ia dianggap remeh.

"Bapak, Ibu semuanya, kita pindah ke ruangan sebelah ya," ujar Mario meneruskan perkataan Grace.

Gerutuan dan decakan kesal diperdengarkan. Tetapi mau tidak mau mereka harus pindah karena ketidaknyamanan di ruang tersebut.

Mario bertukar pandang dengan Grace seraya tersenyum kecil dan mengedikkan bahu. "Biasalah ya," ucapnya.

Grace pun mengangguk pelan. Ia kemudian berjalan mengikuti Mario menuju ke ruang sebelah.

Setiap orang menempatkan diri di tempat yang sekiranya nyaman untuk mereka, yang mana tidak dekat dengan pimpinan. Mereka lebih suka sibuk dengan HP masing-masing. Karena itulah Grace dan Mario yang duduk tepat di posisi paling ujung meja, dekat kursi pimpinan.

"Selamat pagi." Pria berjas hitam agak gemuk berjalan dengan tegapnya memasuki ruangan, diikuti oleh seorang pria lainnya yang tampak lebih muda.

Masing-masing berdiri di tempatnya, melupakan kegiatan mereka sebelumnya. Para manajer dan asistennya yang sibuk sendiri kini berusaha tampak perhatian dan memberi hormat, sebagai salah satu cara untuk mencari muka di depan pimpinan.

Grace tidak bisa langsung menoleh ke arah kedua pria itu karena posisinya yang membelakangi pintu masuk. Namun ketika semua mata para wanita di sana tertuju ke ujung meja dengan ekspresi takjub, ia pun segera mengalihkan pandangannya ke sumber penyebab kekaguman itu.

Hampir-hampir Grace tidak percaya akan apa yang dilihatnya. Pria itu tampak sangat familiar hingga mulutnya lepas kendali. "Evan?" ucapnya lirih tetapi bisa didengar oleh beberapa orang yang ada di dekatnya, termasuk Mario yang menoleh heran padanya.

Datar. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan raut wajah pria itu. Tidak ada ekspresi terkejut di wajahnya seperti yang ditunjukkan Grace. Hanya tatapan singkat diberikan sebelum ia mengalihkan pandangan ke arah di depannya.

'Ih? Kaku amat? Dia beneran Evan kan? Atau jangan-jangan cuma mirip?' Grace berpikir keras, tetapi tetap berharap bahwa pria di sebelahnya itu adalah sahabatnya.

"Silakan duduk." Roger, GM yang lama mempersilakan. Ia pun duduk bersebelahan dengan penggantinya. "Seperti yang sudah Anda semua ketahui, saya harus mengambil alih hotel ini setelah pemilik sebelumnya, papa saya, meninggal dua bulan lalu. Karena itu posisi sebagai GM di sini akan digantikan oleh sahabat saya. Perkenalkan, ini Bapak Evan William."

Tuh kan! Ini Evan. Grace membuktikan bahwa perkataannya benar.

Evan bangkit dari kursinya untuk memberi hormat sebentar pada semuanya. Tanpa banyak bicara, ia kembali duduk.

"Jadi segala urusan yang biasanya Anda laporkan dengan saya, mulai hari ini dan seterusnya akan di-handle oleh Pak Evan," lanjut Roger, menatap satu per satu para manajer yang ada. "Baik. Saya tidak akan berlama-lama di sini. Selanjutnya saya serahkan kepada beliau." Ia beranjak dari kursinya dan menepuk bahu penggantinya.

Evan mengangguk seraya memberi hormat singkat ketika pemilik perusahaan yang baru meninggalkan tempat.

"Pak Evan, ingin minum apa? Biar OB[1] buatkan." Sang manajer keuangan kembali bersuara, berbuat seolah-olah dia sendiri yang akan melakukannya.

Setengah tangan Evan terangkat, menunjukkan penolakan halus. "Tidak, terima kasih. Saya akan langsung pada intinya agar kita bisa kembali bekerja tanpa berlama-lama di sini," ujarnya, memperlihatkan ketegasannya sedari awal.

Semuanya memperhatikan dengan seksama meskipun kebanyakan mendongkol dalam hati. Tentu saja mereka mengeluh diam-diam melihat sikap semacam itu. Terutama karena GM yang baru lebih muda dari para manajer tersebut.

"Karena sekretaris eksekutif Pak Roger adalah istrinya sendiri, posisi sekretaris untuk GM kosong. Saya perlu posisi ini untuk segera diisi. Mohon bantuannya merekomendasikan seseorang yang menurut Anda terbaik dari setiap departemen. Mereka akan melewati tes yang saya buat sendiri. Yang berhasil lolos akan mengisi posisi ini," jelas Evan.

Sebagai manajer HRD, Mario dengan cekatan menyahut, "Baik, Pak. Kami akan segera membuat pengumuman mengenai hal ini."

"Terima kasih. Tolong sekaligus cantumkan dalam pengumuman bahwa semua kandidat harus melampirkan CV masing-masing yang dikirimkan melalui email GM seperti biasanya," kata Evan seraya bangkit berdiri. "Sekian pertemuan pagi ini. Silakan kembali bekerja." Tanpa menunggu yang lain berkomentar, ia berjalan pergi meninggalkan ruangan.

Grace tidak begitu saja membiarkan sang sahabat lolos. Ia ingin berbicara dengan Evan. Maka ia minta diri pada Mario untuk keluar lebih dulu. Setelah mendapat izin yang mau tidak mau diberikan oleh atasannya, ia berlari mengejar GM baru itu.

"Evan!" seru Grace dengan suara yang ditahan. Ia berjalan secepat yang ia bisa untuk mendekati sahabatnya. "Evan, tunggu!"

Setelah berjalan agak jauh Evan berhenti tiba-tiba hingga Grace menabraknya dari belakang.

"Aduh!" Grace mengelus-elus kepalanya, lalu mengeluh, "Mendadak amat sih berhentinya."

"Maaf, Nona. Jika Anda tidak akan berbicara mengenai pekerjaan, silakan kembali dan jangan ganggu saya," sergah Evan, menghentikan niat Grace saat itu juga. "Dan, tolong panggil saya Pak Evan. Anda hanyalah seorang asisten manajer, dan saya GM di sini."

Grace menampakkan kerutan demi kerutan di dahinya. Ia sangat heran akan sikap sahabatnya. Tidak mungkin Evan tidak tahu siapa dirinya. Penampilannya tidak banyak berubah daripada sebelumnya. Makeup sederhananya tidak akan benar-benar merombak wajahnya seperti operasi plastik.

"Kamu nggak mungkin lupa kan siapa aku, Van?" Grace menanyakannya untuk mengonfirmasi. Ia mendongak pada pria yang bertambah tinggi dibandingkan beberapa tahun lalu itu.

Evan tidak mengomentari pertanyaan itu. "Permisi." Begitu saja ucapannya sebelum ia berbalik pergi dengan dinginnya.

"Seriusan? Kenapa sih dia? Amnesia? Gegar otak? Yah, kaya di sinetron dong," ujar Grace dalam gumaman pada dirinya sendiri. "Tapi dia sebut namaku. Artinya dia tahu siapa aku dong." Ia menatap punggung sang sahabat sampai menghilang dari pandangannya.

"Grace!" Suara Mario berseru dari kejauhan membawanya kembali pada kenyataan. "Ayo kembali. Kita punya pekerjaan penting kan dari Pak Evan?"

Grace mengangguk lalu kembali bersama-sama dengan Mario ke arah kantor departemen HRD. Tetapi ia masih terus berkutat pada perubahan sikap sahabatnya yang begitu mengusik pikirannya.

'Gimana caranya untuk cari tahu ada apa sama Evan ya? Nggak mungkin sikapnya tiba-tiba sedingin ini sama aku. Sama sekali bukan Evan banget. Kira-kira apa ya yang bisa aku lakuin?'

Untuk kedua kalinya kepala Grace menabrak punggung seseorang. Kali ini milik atasannya, Mario.

"Duh, maaf, Pak," ucap Grace singkat tanpa benar-benar merasa bersalah.

Mario menaikkan sebelah alisnya, bertanya-tanya dalam hati kenapa asistennya begitu. Hanya saja ia menahan diri hingga tidak menanyakannya. "Grace, tolong bikin pengumuman tentang permintaan Pak Evan ya di forum departemen global. Sesegera mungkin harus sudah published." Itulah yang akhirnya justru keluar dari mulutnya.

Seakan ada bohlam lampu di samping kepalanya yang diiringi oleh efek suara 'ding!', kedua mata Grace terbuka lebar. "Ah! Iya, betul." Hanya saja responnya bukan terhadap perintah Mario untuknya melainkan sebuah rencana yang akan diambilnya berkenaan dengan Evan. "Sampai nanti, Pak!"

Melihat tingkah lucu asistennya, Mario menggeleng-geleng dan tersenyum sebelum masuk ke dalam ruangannya.

Sementara itu, Grace bergerak secepat kijang menuju ke mejanya. Ia segera mengetikkan pengumuman yang diminta di forum. Sekitar sepuluh menit kemudian pengumuman itu sudah terunggah.

Dengan tekad yang bulat ingin mendaftar sebagai sekretaris eksekutif untuk GM, Grace mengirimkan CV beserta sedikit informasi lainnya melalui email. Ia begitu bersemangat dan bahkan merasa yakin bahwa Evan akan memilihnya.

Namun yang terjadi setelahnya membuat Grace sangat mendongkol. Sebuah balasan email dari sang GM membuat dirinya begitu geram.

[Yang terhormat Nona Grace Melody. Aplikasi Anda tidak bisa saya terima. Lowongan ini tidak diperuntukkan bagi asisten manajer. Salam, Evan William.]

"Ah!" Tanpa sadar Grace berseru mengerang hingga teman-teman sejawatnya menatapnya penuh keheranan. "Maaf." Kemudian ia kembali duduk.

Datang entah dari mana, Nita duduk menyebelahi Grace. "Lo sakit apa gimana sih?" tanyanya.

Grace mengambil KTP dari dalam dompetnya lalu memberikannya pada Nita. "Nit, coba bandingin wajah aku di situ sama yang sekarang. Apa beda banget sampai kamu nggak bakalan ngenalin aku?" tanyanya balik, menghiraukan pertanyaan retoris koleganya yang sebelumnya itu.

Bergantian menatap foto KTP usang Grace dengan wajah asli pemiliknya, Nita tiba-tiba tertawa.

"Eh? Kesambet ya? Napa sih?" Grace menepuk lengan Nita kesal.

"Lo culun banget sih di sini," ujar Nita mengejek. Ia menirukan ekspresi datar kawannya itu seperti yang tampak di KTP.

Grace memiringkan kepalanya sedikit. "Jadi kamu bilang aku yang sekarang beda banget dari yang di KTP itu?" Ia menyimpulkan.

Nita mengangguk. "Kaya habis operasi plastik," jawabnya kemudian tertawa terbahak-bahak lagi.

"Nggak usah lebay deh. Pasti ada mirip-miripnya kan?" Grace tidak termakan oleh candaan kawannya. Ia tahu bahwa satu-satunya yang membedakan figurnya di foto KTP dan yang sekarang hanyalah makeup tipisnya.

Desahan diperdengarkan oleh Nita. Ia menyadari keseriusan di wajah Grace. "Iya. Nggak yang segitu berubahnya. Mungkin gue bakalan pangling di awal bentar," ucapnya. "Emang kenapa sih lo tanya gitu?"

"Kamu bakalan nggak percaya deh pasti."

"Try me."

"Dia akhirnya balik."

"Dia siapa?"

Grace mengambil foto Evan yang selalu dibawanya itu dan menunjukkannya pada Nita. "Dia," katanya.

Sontak kedua manik mata Nita terdesak maju, menampakkan ketidakpercayaannya. "Seriusan lo?"

Grace mengangguk lemas dengan bibir manyun menghiasi wajahnya. "Iya. Tapi ada yang aneh sama dia. Sifatnya berubah. Nggak kaya dulu," ucapnya. "Dan aku harus selidiki masalah ini."

Nita berdecak-decak heran. "Kompleks amat sih cerita lo sama dia? Udah lama menghilang, sekalinya muncul dia berubah. Capek dah dengernya," katanya. "Tapi terus lo mau apa?"

Senyuman kecil di ujung bibir Grace tercetak. "Ada lah. Yang pasti aku bakalan bikin dia balik lagi kaya Evan yang dulu," ucapnya.

[SK]

Keterangan:

[1] Office boy

Halo! Sejauh ini bisa ngikutin nggak? Comment yaaaa 💕

Related chapters

  • Selamanya Kamu   04 Kompetisi

    Tidak diberi kesempatan untuk mencoba tidak berarti kalah. Grace tidak mau menyerah begitu saja. Ia memang tidak bisa mengikuti tes untuk menjadi asisten GM, tetapi ia punya jalan lain.Grace berhasil membujuk banyak pegawai dari berbagai divisi untuk menjadi kandidat asisten GM. Dengan begini Evan merasa kewalahan jika mengerjakannya sendirian. Maka bantuan dari HRD dibutuhkan untuk menyeleksi para kandidat.Awalnya Nita lah yang diminta untuk turun tangan dalam tes ini. Akan tetapi setelah meyakinkan Mario bahwa ia bisa melakukannya lebih baik, Grace pun mengambil alih tugas. Sudah mengerti apa yang gadis itu rencanakan, sang kolega pun tidak menolak.Waktu pendaftaran hanya dibatasi satu hari. Semua data kandidat yang mendaftar sudah terkumpul. Sesuai persyaratan yang diajukan oleh Evan, Grace menyortir para pendaftar. Cukup banyak yang harus gugur dalam tahap seleksi administratif.Tersisa sepuluh kandidat dari delapan puluh tujuh pendaftar. Grace kin

    Last Updated : 2022-02-03
  • Selamanya Kamu   05 Berusaha Terus

    Dari sepuluh kandidat yang sudah diuji, hanya terdapat dua orang yang memenuhi standar Evan. Yang satu laki-laki dan lainnya perempuan. Keduanya sama-sama unggul dalam hal administratif—salah satu kemampuan terpenting sebagai sekretaris, tetapi mereka harus bisa mengikuti cara kerja sang GM. Dari hasil tes psikologi, mereka berdua tergolong dalam tipe pekerja yang dominan melankolis, terlalu berhati-hati. Situasi ini berbanding terbalik dengan Evan, sang koleris yang sangat gesit, cocok menjadi seorang pemimpin. Setiap pekerjaan yang ia lakukan selalu diselesaikan dengan cepat. Ia bukan tipe orang yang berlambat-lambat. Hal ini ingin dimanfaatkan oleh Grace untuk bisa mendapatkan posisi sekretaris itu. Ia belum mau berhenti berjuang. Otak briliannya itu memberinya sebuah ide untuk berbicara mengenai kelemahan para kandidat dengan Evan

    Last Updated : 2022-02-04
  • Selamanya Kamu   06 Terlalu Cuek

    Evan tidak mau menghabiskan banyak waktu untuk menyeleksi sekretaris eksekutif yang baru. Setelah kedua kandidat tersisa melewati ujian terakhir, ia memilih yang laki-laki karena terbukti lebih unggul. Hal ini jelas menutup kesempatan bagi Grace sama sekali untuk menggagalkannya.Namun Grace yakin bahwa ia tetap punya akses untuk terhubung dengan sahabatnya, baik menjadi sekretarisnya atau tidak. Lagi pula ia adalah seorang asisten manajer HRD yang akan senantiasa berurusan dengan GM.Hari itu berjalan seperti biasanya. Hampir tidak ada yang berbeda. Grace selesai mengerjakan semua tugasnya hari itu dan bersiap untuk pulang."Grace, lo beneran nggak ikuthangoutmalam ini?Friday nightloh ini." Nita berusaha membujuk koleganya yang selalu menolak

    Last Updated : 2022-02-05
  • Selamanya Kamu   07 Dapat Kesempatan

    Sudah sekitar dua bulan lebih semenjak Evan menjadi GM di hotel ini. Belum ada perubahan berarti dari setiap usaha yang Grace kerahkan untuk mematahkan sikap dinginnya.Yang terjadi justru pekerjaannya bertambah banyak. Perombakan sistem di sana sini serta pergantian staf juga dilakukan. Mau tidak mau Grace jadi terforsir bekerja dan menjadi terlalu lelah untuk mengejarnya.Terlepas dari keinginan memajukan hotel, Evan memiliki tujuan lain yaitu menjauhkan Grace darinya. Untuk beberapa waktu terakhir usahanya cukup berhasil. Ia merasa cukup senang.Tetapi entah bagaimana melihat Grace cukup sering dijemput oleh lelaki yang tampak begitu akrab dengannya itu menimbulkan perasaan aneh di benak Evan. Pasalnya Grace yang ia kenal tidak mudah bergaul sedekat itu dengan laki-laki. Sebelum ia

    Last Updated : 2022-02-06
  • Selamanya Kamu   08 Lebih Agresif

    "Berhenti." Emosi Grace naik ketika Evan tidak memberikan jawaban. "Berhenti aku bilang!"Evan tidak mempedulikannya. Ia tetap menjalankan mobilnya."Kamu bilang kita nggak bisa bersahabat lagi kaya dulu, jadi tolongstopmobilnya. Aku mau turun," ucap Grace memaksa. Namun perutnya terasa tidak nyaman sehingga ia memilih untuk memakai nada rendah. "Please, Evan."Evan menghentikan laju mobilnya, tetapi ia mengunci sentral semua pintu mobil sehingga tidak bisa dibuka.Setelah Grace melepaskan sabuk pengamannya, ia mencoba membuka pintu tapi tidak bisa. "Buka kuncinya," perintahnya."Grace. Denger. Kita memang nggak bisa lagi kaya dulu. Tapi bukan berarti ak

    Last Updated : 2022-02-07
  • Selamanya Kamu   09 Oktober 31

    Ada berbagai macam cara yang Grace terus lakukan dalam melaksanakan 'Operasi Menggangu Evan' setiap harinya. Mulai dari hal kecil seperti mengambil pekerjaan OB untuk membawakan minuman untuk Evan sampai mengurus segala sesuatunya di departemen HRD yang memerlukan kontak dengan GM.Banyak desas-desus mengenai tindakan Grace yang semakin terlihat ini. Di antaranya adalah menggoda pimpinan untuk mendapatkan promosi. Sementara subjek pembicaraan justru tidak mempedulikannya, sang kolega terdekat sudah mengomel selama satu jam terakhir."Tenang aja, Nit. Semua bakalan baik-baik aja. Kalau memang sampai terdesak banget, baru aku akan buka kalau Evan itu sahabat aku." Grace menyahut dengan santai.Nita memasang wajah datar sambil memperdengarkan desahan. "Lo tuh emang ngeyel ya anaknya," tuk

    Last Updated : 2022-02-08
  • Selamanya Kamu   10 Berpikir Ulang

    "Grace, kamu kelihatan belum sehat loh." Indah, sang bunda tampak khawatir melihat putrinya masih lemas.Di sepanjang akhir minggu Grace paling banyak menghabiskan waktu dengan berdiam diri di dalam kamar. Paling jauh ia akan duduk di teras rumahnya. Ia berusaha memulihkan dirinya agar kenangan buruk itu tidak mengusik pikirannya. Pasalnya ia perlu fokus bekerja, terutama pada tiga bulan terakhir sebelum tahun berganti."Grace nggak papa, Bun. Lihat nih, udah bisa senyum lebar kan?" Grace mempertontonkan deretan gigi rapinya.Indah menggeleng-geleng heran akan kegigihan Grace. Ia tahu betul sang putri tidak pernah ingin membuatnya khawatir. Namun yang mengherankan, gadis itu memang membuktikannya. Kesedihan yang dialaminya berlalu dengan cepat dan senyuman semringah akan datang kembali

    Last Updated : 2022-02-09
  • Selamanya Kamu   11 Berhenti Paksa

    "Jadi cewek nggak punya harga diri banget sih si Grace? Mana nggak sopan gitu panggil Pak Evan pakai nama doang.""Iya. Dia pikir Pak Evan mau sama dia? Baru juga dikasih kesempatan bicara sekali udah ngelunjak.""Cewek rendahan, tinggal di kampung. Nggak level banget kali sama Pak Evan yang lulusan Oxford."Ucapan-ucapan itu semakin membabi buta diperdengarkan dalam beberapa hari berikutnya. Bukan hanya di belakang Grace, tetapi juga di depannya. Ia semakin merasa muak dijadikan bulan-bulanan. Emosinya hampir-hampir meledak dan fokusnya jadi sempat teralihkan. Namun ia masih bisa menahan diri untuk memproklamirkan dirinya sebagai sahabat lama Evan.Beruntung Mario adalah manajer yang bijaksana. Sedari awal ia sudah menciptakan atmosf

    Last Updated : 2022-02-10

Latest chapter

  • Selamanya Kamu   Ekstra 02 : Masa Depan

    Ekstra 02 : Masa DepanMengurus kepindahan dan beberapa hal lain rupanya memakan banyak waktu. Barulah pada bulan Februari sang pengantin baru mendapatkan kesempatan untuk melakukan bulan madu. Namun siapa sangka pandemi yang tidak disangka-sangka menyerang seluruh bumi di awal tahun 2020? Beruntung Evan dan Grace bisa kembali ke Indonesia tepat sebelum pemerintah menutup perbatasan Indonesia.Rumor tentang kejatuhan perekenomian sektor pariwisata sudah ada di sana sini. Sebagai pekerja hotel, Evan dan Grace sangat terlibat mengatasi masalah ini. Terutama setelah pemilik hotel berkata bahwa harus ada pemangkasan pekerja di setiap cabang hotel demi mempertahankan kelangsungan bisnis.Selama beberapa bulan berikutnya, mereka pun harus bekerja lebih keras. Sebagai akibatnya, pasangan suami istri yang baru ini mengalami tantangan dalam mendapatkan keturunan. Program kehamilan sudah pasti menjadi solusi yang terbaik. Namun di sisi lain mereka juga harus mempert

  • Selamanya Kamu   Ekstra 01 : Masa Lalu

    [12 September 2008]“Dua es kelapa muda spesial untuk pelanggan setia Mbok yang paling imut.” Dahayu membawakan dua buah minuman khas kafenya untuk Grace dan Evan yang kembali datang pada akhir minggu. Kedua pemuda itu langsung mengambil untuk mereka masing-masing. “Sebenernya Mbok penasaran sih. Kalian berdua itu pacaran ya?”Mendengar hal itu, masing-masing spontan bereaksi terkejut. Grace menyemburkan minumannya yang sudah ada di mulut sementara Evan terbatuk-batuk.“Eh, aduh. Kenapa jadi gini kalian?” Dahayu menepuk-nepuk punggung keduanya. “Kaget ya sama pertanyaan Mbok?” Ia terkekeh-kekeh geli.“Iya lah. Dari mana coba Mbok pikir begitu? Kami berdua tuh sahabat deket.” Grace yang tidak mengalami masalah dengan tenggorokannya menjawab.Evan menoleh pada Grace setelah batuknya mereda. “Ya tapi maklum Mbok pikir gitu. Kita berdua soalnya deket banget,” ujarnya memikirkan alasan yang paling mungkin. “Mana tiap minggu ke sini untuk nonto

  • Selamanya Kamu   45 Dua Menjadi Satu (Final)

    [8 Desember 2006]"Loh, kamu nggak ngumpulin tugas, Grace? Kan Bu Diana bilang ini untuk tugas akhir semester satu? Nanti kamu nggak dapat nilai kelas seni rupa loh."Sebuah gantungan kunci yang terbuat dari resin bening dengan setengah cangkang kerang terjebak di dalamnya tergeletak manis di atas tumpukan buku teks. Grace mengamatinya dengan senyuman lebar, merasa puas melihat hasil kerja kerasnya. "Udah kok. Aku bikin dua," sahutnya."Kenapa bikin dua?""Nggak tahu. Kepingin aja. Siapa tahu gantungan ini bisa bawa kebahagiaan untuk seseorang." Grace asal menjawab. Ia mengangkat gantungan itu di depan wajah sebelum memasukkannya ke dalam saku jaketnya. "Aku pulang duluan ya."Grace berjalan meninggalkan ruang kelasnya yang masih cukup ramai dengan anak-anak kelas delapan. Sementara yang lainnya masih bisa bersenang-senang dengan kawan-kawannya sehabis sekolah, ia harus segera pulang ke rumah. Sang bunda memerlukan bantuannya untuk

  • Selamanya Kamu   44 Tengah Malam

    Tinggal beberapa jam lagi sebelum hari yang ditunggu-tunggu tiba. Demi mempermudah semuanya, Grace menginap di hotel tempatnya bekerja bersama dengan sang bunda. Tentu saja sebagai calon istri seorang GM di hotel tersebut, ia mendapatkan sebuah akses khusus. Semua yang bertugas menjadikannya seorang ratu sehari juga akan berada di sana sekitar pukul empat pagi keesokan harinya.Hanya saja Grace tidak bisa tidur. Ia terus gelisah, tidak tahu apa yang menjadi penyebabnya. Kata Indah hal itu wajar bagi seorang calon pengantin. Namun ia merasa ada hal lain yang mengganjal."Tapi kamu harus coba tidur, Grace. Besok bakalan jadi hari yang panjang." Indah memberikan wejangan sambil menepuk-nepuk bahunya sendiri. "Bunda juga udah agak ngantuk, pegel dikit juga, habis bikin kue sama Rosa."

  • Selamanya Kamu   43 Rekonsiliasi

    "Grace, terima kasih udah kasih Ayah kesempatan untuk bertemu dan bicara." Randy, masih tidak percaya bahwa ia akhirnya mendapatkan momen yang sudah lama ditunggu. Dengan pandangan mata yang sayu akibat air mata, ia menatap putrinya yang telah sekian lama terpisah darinya."Mama juga terima kasih sama Evan. Seharusnya dari awal Mama kasih tahu yang sebenarnya, supaya kamu nggak harus melewati semuanya sendirian." Rosa menyambung, mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap putra tunggalnya. "Juga maaf sekali lagi. Mama pikir menyimpan semuanya sendiri dan membiarkan kamu menyalahkan Mama itu pilihan yang baik."Bukan perkara mudah bagi Grace dan Evan untuk benar-benar melepaskan pengampunan. Rasa sakit di hati mereka tentu masih terasa, bak luka pasca operasi yang belum sepenuhnya sembuh. Memutuskan untuk mengadakan pe

  • Selamanya Kamu   42 Kisah Rahasia

    "Ciyehyang bulan depan udah sah jadi suami istri." Nita menyambangi Grace di jam istirahat setelah mendengar berita tentang penetapan tanggal pernikahannya dengan Evan. "Lo ... bakalan jadiin guebridesmaidkan? Kata orang kalau udah jadibridesmaidtiga kali, lo bakalan menikah habis itu." Grace langsung tertawa begitu mendengar ucapan Nita. "Eh, mana ada hal kaya gitu, Nit? Buktinya aja aku nggak pernah jadibridesmaidtapi bakalan nikah bulan depan," sanggahnya geli. Duduk bersebelahan dengan Grace di atas sofa kecil, Nita menyikutnya. "Songong amat dah nih anak," celetuknya. "Yah, bersyukur aja lo beruntung ketemu Pak Evan. Nggak kaya gue. Udah tunangan, hampir nikah, tapi tiba-tiba ditinggal tanpa jejak." Ia menghela napas panjang.

  • Selamanya Kamu   41 Mantan Teman

    Sikap kasar Anthony sedikit banyak mempengaruhi pikiran Grace. Bagaimanapun ia pernah dekat dengan lelaki itu; seseorang yang bahkan pernah membuatnya tertawa ketika Evan belum kembali. Setelah Ngaben sang ayah selesai, Anthony menghilang tanpa kabar. Akibat permasalahan yang melibatkan Anthony itu, Grace terpaksa mencari pengganti Nina untuk membantu menjalankan tokopastryIndah. Bukannya ia tidak mau lagi mempekerjakan gadis itu, tetapi keluarganya menarik diri dari berurusan dengan keluarga Grace. Itu bukan sesuatu yang mengejutkan, tetapi tetap saja menyedihkan bagi dirinya. Perlu diakui bahwa pengganti Nina tidak sekompeten dan secekatan gadis itu. Tetapi menemukan seorang yang jujur dan mau bekerja sebagai kasir sebuah toko kecil tidaklah mudah. Maka dari itu, Grace kembali meluangkan sed

  • Selamanya Kamu   40 Sukacita dan Dukacita

    Sinar matahari menembus masuk melalui celah tirai yang tidak tertutup sempurna. Dinginnya malam perlahan tergantikan oleh kehangatan matahari. Namun kenyamanan yang menyelimuti Grace membuatnya enggan untuk beranjak dari tempatnya. Tangannya bergerak hendak menarik selimut yang sedikit menjuntai ke lantai. Saat itulah ia merasakan suatu kejanggalan. Suhu AC dipasang paling rendah dan sinar matahari yang tidak langsung itu bukan sumber kehangatannya. Ketika matanya menjadi terang, jelaslah bahwa kini ada sebuah lengan yang menjadi bantalan kepalanya dan lengan lain memeluk pinggangnya dari belakang. Bahkan jemarinya bertautan dengan pemilik lengan tersebut. 'Astaga. Gimana ceritanya aku bisa disini?'Grace menarik selimut sedikit ke atas hanya untuk memeriksa apakah ia masih berpakaian utuh.

  • Selamanya Kamu   39 Perjalanan Bisnis

    Tugas khusus yang diberikan kepada Grace mengharuskannya untuk melakukan perjalanan singkat ke Lombok. Pasangan investor dari Spanyol menyambutnya dengan hangat, bak putri mereka sendiri; terutama sang wanita yang selalu menggelayuti tangannya sedari bertemu sampai tiba di resort indah di selatan Lombok.Adalah sebuah villa pribadi dengan tiga kamar dimana Grace, pasangan Dominguez serta sang pemilik hotel, Roger dan istrinya tinggal. Seperti yang seharusnya, dua kamar lain denganking bedditempati oleh kedua suami istri, dan Grace sendiri di kamar dengantwin beds. Tujuannya adalah memudahkan mereka bernegosiasi tetapi sekaligus saling membangun keakraban di tempat yang menyejukkan hati. Benar-benar tipikal orang Spanyol yang hangat, seperti yang sering Grace baca dari artikel-artikel budaya.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status