Beranda / Romansa / Sekretaris Sang Presdir / Part 61. Menunya Nasi Goreng

Share

Part 61. Menunya Nasi Goreng

Penulis: Loyce
last update Terakhir Diperbarui: 2024-04-15 19:17:59

Bersaing secara sehat. Itulah yang Elang tunjukkan kepada Pijar ketika dia ingin mendapatkan perempuan itu. Elang tidak akan mengganggu Pijar ketika perempuan itu bersama dengan Noah, tetapi dia akan mendekat sedekat yang dia bisa ketika Pijar sendirian.

Setelah dia meminta kepada orang tuanya untuk melamarkan Pijar untuknya, baik Gema maupun Almeda segera mendengus panjang.

“Semua itu butuh proses, Lang. Nggak bisa main lamar anak orang gitu aja. Terlebih lagi, kamu memiliki dosa besar kepada Pijar yang perlu kamu selesaikan terlebih dulu. Yang terpenting bagi kamu sekarang adalah kamu bisa berdamai lebih dulu dengan Pijar baru kami bisa urus sisanya.” Itulah yang dikatakan oleh Gema malam itu.

Elang ingin memaksa, tetapi dia tahu yang dikatakan oleh sang ayah memang benar. Masih ada banyak hal yang perlu dia selesaikan dengan Pijar. Sekarang yang perlu dilakukan adalah mendekati Pijar sebagai mana mestinya. Mendapatkan maaf yang benar dari gadis yang dicintainya.

Elang mengeluar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Indarini Rini
sumpah apaan itu lang,yg ada kamu bucin dr dulu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sekretaris Sang Presdir   Part 62. Si Otoriter

    “Sampai kapan dia akan bersikap seenaknya seperti itu?” Pijar mencuci piring bekas makannya dengan sedikit kasar. Mengomel seorang diri dengan bibir cemberut. Mendapatkan sumpah dari Elang setelah dia memasakkan makan malam untuk lelaki itu adalah hal yang sangat menyebalkan. Rasa lelah yang menggelung tubuhnya itu kini semakin terasa berat. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Elang sudah berdiri di depan rumah Pijar dengan membawa piring yang semalam dia bawa. Ekspresi dinginnya tercetak di wajahnya seperti biasa. “Kamu udah sarapan?” tanya Elang kepada Pijar. Pijar menerima piring itu tanpa mengatakan apa pun, meletakkannya di ruang tamu, lalu dia kembali keluar dan menutup pintu rumahnya. Tidak juga menjawab pertanyaan Elang. “Jar, aku bicara sama kamu.” Elang menarik tangan Pijar yang akan pergi. “Kamu udah sarapan?” Dengan menahan rasa kesalnya, Pijar menjawab singkat. “Udah.” “Nggak ngajak aku?” Elang mengernyit dalam. Ingatan Pijar memutar memori yang sudah dipendam sel

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-15
  • Sekretaris Sang Presdir   Part 63. Cinta Tak Harus Memiliki

    “Tadinya aku mau jemput kamu untuk makan malam bersama. Kebetulan, orang tuaku ada datang ke kota ini sekarang. Sepertinya hari ini kamu nggak bisa, mungkin lain kali saja.” Noah sama sekali tidak menunjukkan kemarahan atas sikap Elang yang seenaknya sendiri. Dia juga tidak terlihat tersinggung sama sekali. Meskipun dia melihat tangan Pijar digenggam dengan erat seolah enggan dilepaskan, Noah mengerti kalau dia belum memiliki wewenang untuk melarang Elang melakukan itu. “Lang, bisa kamu lepaskan tanganku?” Pijar tidak ingin menjadi gadis bodoh yang mau takluk begitu saja dengan sikap Elang. “Kenapa?” Dengan wajah menyebalkannya itu dia pura-pura tak paham. “Takut ada yang cemburu?” Pijar melepas paksa meskipun rasa pedih di tangannya terasa luar biasa. Dia mengusap tangan itu dengan lembut karena terlihat kemerahan. “Berapa hari orang tua Mas ada di Jakarta?” tanya Pijar dengan lembut. “Kurang lebih semingguan. Belum pasti sih sampai kapan, soalnya sambil liburan.” Noah terseny

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • Sekretaris Sang Presdir   Part 64. Ketahuan

    Elang memacu mobilnya dengan kecepatan penuh. Dia pasti mendapatkan sumpah serapah dari pengguna jalan lain, tetapi siapa yang peduli karena bagi Elang dia perlu melampiaskan rasa kesalnya. Sampai di apartemen, dia menendang kaki sofa untuk mengeluarkan rasa kesal yang menyumbat akal sehatnya. “Kenapa semuanya menjadi rumit begini?” Elang berteriak pada keheningan yang mencekam. “Aku beneran nggak bisa kehilangan kamu lagi, Pijar. Kamu nggak akan paham perasaanku.” Melemparkan tubuhnya di atas sofa, lelaki itu menarik napasnya panjang. Memejamkan matanya erat, memijat pelipisnya dengan kuat seolah dia ingin mengurai rasa sakit yang tiba-tiba muncul di kepalanya. “Sembilan bulan bukan waktu yang singkat. Kalau aku melakukan tes DNA saat bayi itu masih di dalam kandungan, kasihan dia.” Kali ini meja lah yang menjadi sasarannya dengan menendang beda itu sampai bergeser dari tempatnya. Mengambil rokok dari undakan meja, Elang keluar menuju balkon. Menyalakan rokok itu dan menyesapnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Sekretaris Sang Presdir   Part 65. Memilih Pergi

    “Lang, jaga ucapanmu. Bagaimanapun Manda adalah seorang perempuan.” Almeda membentak putranya yang sudah berbicara sembarangan. “Kamu harus bisa menghargai dia. Hargai perasaannya.” “Menghargai perasaannya? Lalu bagaimana denganku, Ma? Aku mendapatkan tuduhan yang tidak masuk akal seperti ini dan itu merugikanku.” “Sudah!” Gema menengahi. “Elang, secepatnya kamu harus menikahi Manda. Semakin lama perut Manda akan membesar dan itu akan menjadikan aib untuknya.” Elang beranjak dari sofa. “Keputusanku tetap sama. Aku nggak akan menikah dengan Manda. Kalau Mama dan Papa mendesakku, maka aku memilih meninggalkan Indonesia. Aku akan membawa Pijar ikut bersamaku apa pun yang terjadi.” “Astaga!” Gema benar-benar dibuat pusing dengan tingkah sesuka Elang. Di mata orang tuanya, Elang bersalah dan seharusnya lelaki itu tidak bersikap seperti sekarang. “Lang, kamu paham nggak sih kalau kamu ini menghamili anak orang. Ada anakmu yang di dalam perut Manda.” “Aku nggak akan memaksa Papa dan Mam

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18
  • Sekretaris Sang Presdir   Part 66. Cek Kehamilan

    “Bagaimana informasi yang kamu dapatkan, Dam?” “Untuk tes DNA janin dalam kandungan, setidaknya harus berusia 14 minggu, Pak.” Adam berdiri di depan Elang dan menunggu perintah selanjutnya dari lelaki itu. Elang tampak berpikir dan menghitung kira-kira berapa minggu kandungan yang ada di dalam kandungan Manda sekarang. Elang yakini kalau itu belum ada 14 minggu. Lelaki itu benar-benar hampir frustasi memikirkan masalah si bayi ini. Dia tidak ingin terjebak dalam masalah ini terlalu lama. Secepatnya dia ingin mengakhirinya. “Kamu boleh pergi.” Elang tidak bisa mengambil keputusan sekarang karena dia tahu jika kehamilan Manda masih belum genap empat belas minggu. “Baik, Pak.” Adam berjalan keluar dari ruangan Elang dan meninggalkan bosnya seorang diri. Elang beranjak, lalu keluar dari ruangannya. “Meeting apa pun yang perlu saya temui, cancel semuanya dan reschedule. Saya akan pergi sekarang.” Elang tidak memerlukan jawaban dari Adam sama sekali ketika dia berlalu. Masuk ke dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-19
  • Sekretaris Sang Presdir   Part 67. Tak Ada Maaf

    “Kamu akan membawaku ke mana, Lang?” Elang yang sudah tidak memiliki kesabaran untuk berbicara dengan Manda itu sama sekali tak menjawab pertanyaan perempuan itu. Dia terus memacu mobilnya dengan cepat agar dia sampai tempat tujuan. Setelah Elang tahu jika Manda memang tidak hamil, kemarahan yang dipendam di dalam hatinya pun menguar begitu saja. Ekspresinya seperti mafia kejam yang ingin menghabisi lawannya. Seandainya Elang memiliki pistol, dia mungkin sudah menembak Manda detik itu juga. “Kalau kamu nggak berhenti, aku akan melompat.” Manda pikir dengan dia mengatakan itu, hati Elang akan luluh. Pintu mobil bahkan sudah terkunci dengan rapat dan mana mungkin dia bisa membukanya. Manda terlihat sangat ketakutan. Setelah ini, dia pasti akan mendapatkan amukan dari Elang dan mungkin saja, lelaki itu akan membuat hidupnya sangat buruk. Manda pasti berpikir, apa yang akan dilakukan oleh Elang kepadanya? Mereka sampai di depan rumah orang tua Elang. Tanpa banyak basi-basi, Elang kel

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Sekretaris Sang Presdir   Part 68. Namanya Juga Elang

    “Kalian bicaralah. Aku yang akan menghandle meetingnya.” Leo memberikan izin kepada Pijar sebelum perempuan itu menolak. Leo tampaknya tahu jika Elang sedang tidak dalam mood yang baik. Ekspresi lelaki itu menunjukkan semuanya. Jika Elang sudah marah, maka itu hanya akan membuat orang-orang di sekitarnya ketakutan. Terlebih jika sudah seperti ini. Jika kemarahannya tidak tersalurkan, itu hanya akan membuat orang lain yang terkena imbasnya. Leo tahu betul bagaimana tabiat kakaknya. Pijar pun mengangguk dan meminta agar Elang dan Manda mengikutinya. Akan lebih nyaman kalau mereka berbicara di ruangannya. “Jadi, apa yang ingin kalian katakan?” tanya Pijar ketika mereka sudah sampai di ruangannya, “pastilah itu sangat penting. Kalian akan segera menikah?” Perempuan itu tidak mempersilahkan tamunya untuk duduk. Dia pun hanya berdiri dan menatap kedua orang tersebut. Pijar tidak bisa memungkiri jika perasaannya hancur ketika ucapan itu keluar dari mulutnya. Tidak bertemu dengan Elang be

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-20
  • Sekretaris Sang Presdir   Part 69. Merasa Dipermainkan

    “Kalau kamu terus berteriak, saya pastikan kamu tidak akan selamat!” Sebelum keluar dari mobil, peringatan itu diberikan oleh Elang kepada Manda agar perempuan itu tidak terus berteriak. Manda sudah seperti kehilangan kekuatannya untuk memohon ketika dia ditarik oleh Elang keluar dari mobil. Dia dibawa ke sebuah hotel yang pernah Manda gunakan untuk menjebak Elang. “Lang, kalau kamu mau aku berlutut di depanmu, aku akan melakukannya. Tapi, tolong jangan lakukan ini kepadaku.” “Diam!” Elang terus menarik Manda untuk masuk ke dalam salah satu kamar. Dan itu juga kamar yang sama saat kejadian menjijikkan itu terjadi. Elang melepaskan Manda dan mendorong perempuan itu ke depan seorang lelaki paruh baya yang tengah duduk di sofa dengan gaya angkuh. “Aa … nggak! Aku nggak mau. Lepaskan!” Manda berteriak ketika lelaki itu memeluk pinggangnya dengan erat dengan senyum penuh kelicikan. Adam yang hanya menjalankan perintah itu hanya diam karena tidak mengerti apa pun. Dia hanya ditugaskan

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-21

Bab terbaru

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 26. Final

    Pernikahan itu tidak mewah seperti yang diinginkan oleh Ruby sebelumnya. Namun, bisa dirasakan begitu khidmatnya acara akad nikah tersebut. Tamu yang datang benar-benar hanya teman dekat dari dua belah keluarga sehingga acara itu sungguh begitu nyaman.Sepanjang acara, Orion tidak melepaskan Ruby sama sekali. Entah itu dengan menggenggam tangannya, memeluk pinggangnya, atau hanya menempelkan bahunya dengan bahu Ruby. Lelaki itu seolah tidak ingin ditinggalkan oleh Ruby. Acara itu hanya berjalan dua jam, tetapi Orion merasa dia lelah luar biasa.“Pa, Ma, aku pamit.” Ruby berdiri di depan anggota keluarganya untuk pergi dari rumah dan tinggal berdua dengan Orion. Mereka bahkan tidak ingin seharipun menginap di rumah orang tua Ruby.“Kamu baik-baik, ya. Sekarang kamu sudah menjadi istri. Yang nurut sama suami. Kalau ada sesuatu yang dirundingkan dan jangan asal ambil keputusan sendiri,” pesan ibunya dengan mata berkaca-kaca.“Iya, Ma. Aku ngerti.” Ruby mengangguk dan tidak lagi banyak bic

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 25. Cincin Berlian

    Ruby tampak anggun dengan dress navy di bawah lutut. Rambutnya diurai dengan model curly, make up tipis menghiasi wajahnya. Keseluruhan penampilannya begitu cantik luar biasa. Sebelumnya dia tak pernah berpenampilan seperti ini. Tentu saja hal itu membuat Orion tampak terpesona. Senyum tipis penuh makna itu terlihat di bibirnya. Dua keluarga itu duduk berhadapan untuk membicarakan masalah pernikahan. Pada akhirnya, hubungan yang dianggap tidak akan bertahan lama itu ternyata akan berakhir di pelaminan. “Untuk mengikat keduanya, kami sudah menyiapkan cincin pertunangan untuk mereka. Maaf kalau sebelumnya kami tidak mengatakan apa pun terkait ini, tapi, akan lebih baik kalau mereka tunangan lebih dulu.” Pijar meletakkan kotak cincin di atas meja dengan keadaan terbuka. Dua cincin berkilauan itu terlihat. Satu cincin bertahtakan berlian itu tampak begitu mewah dan indah. Cincin itu diperuntukkan untuk Ruby dan satu cincin polos tentu saja untuk Orion. “Bu Pijar, bukankah ini terlalu

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 4. Si Penguasa

    “Pasti ada hal penting yang ingin dr. Daniel katakan kepada kami sehingga jauh-jauh datang ke kantor kami.” Elang menyambut dengan baik kedatangan Daniel. Setelah mengetahui jika Elang adalah seorang CEO, lelaki itu tampaknya mengubah pandanganya tentang Orion. Dia belum tahu mendalam tentang Orion dan keluarganya dan hanya dengan semua ini saja dia sudah terkejut luar biasa. Daniel mengangguk sebelum berbicara. “Ruby menerima tawaran Orion. Dia mau menikah dengan Orion dan saya diminta Papa untuk menemui Pak Elang untuk membicarakan tentang ini. Kapan keluarga kami bisa datang ke kediaman Pak Elang untuk membahas pernikahan?” Elang menatap Orion yang juga tengah menatapnya dengan serius. Dia tak memiliki apa pun untuk dikatakan. Lelaki itu hanya diam seolah masih mencerna setiap kejadian yang terjadi hari ini. “Kalau memang ingin membicarakan pernikahan, kami saja yang akan datang. Sekalian melamar secara resmi.” Elang menjawab dengan lugas dan tegas. “Tidak, Pak. Bapak dan kelu

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 23. Kenyataan yang Baru Diketahui

    “Aku sudah memutuskan untuk menikah. Nggak peduli kalau hanya menjadi ibu rumah tangga.” Setelah memikirkan selama berhari-hari, akhirnya Ruby mengambil keputusan dan mengatakan kepada keluarganya. setelah makan malam, dia mengumpulkan empat anggota keluarganya untuk diajak berbicara serius. Baginya semua akan sama saja. Dia sekarang terkurung di rumah besar orang tuanya tanpa melakukan apa pun. Semua yang dia mau sudah tersedia dan sekedar menginginkan es krim saja sudah tersedia. Ruby sudah merasa lelah dengan semua yang terjadi sekarang. Biarlah dia menikah dan menjadi istri Orion. Dia tidak pernah apa keputusannya menikah muda adalah keputusan yang tepat, tetapi baginya ini lebih baik. “Aku sudah memikirkan secara matang dan mendalam. Aku akan menikah dengan lelaki yang bisa memberikan aku banyak cinta dan Orion adalah orang itu.” Ruby menatap satu per satu keluarganya. Bisa dilihat bagaimana mereka tampak terkejut yang berusaha ditutupi. Rahang sang ayah tampak mengerat, pun d

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 22. Tiba-tiba Dilamar

    Seluruh anggota keluarga Ruby dibuat terkejut dengan kemunculan Orion di rumah mereka. Orion tidak datang sendiri melainkan bersama dengan kedua orang tuanya. Lelaki itu seolah ingin menunjukkan keseriusannya kepada Ruby atas hubungannya dengan gadis itu. Ayah Ruby tentu saja menerima kedatangan mereka dengan santun selayaknya tuan rumah menerima tamu. “Maafkan kami, Pak, kalau kedatangan kami mengejutkan Bapak dan keluarga.” Elang mengawali. “Tujuan kami ke sini tak lain adalah untuk itikad baik kami dalam hubungan Orion dan Ruby.” Ruby yang juga berada di sana pun terlihat terdiam tak mengatakan apa pun. Elang adalah bos besar dan dia bahkan tidak pernah berhadapan langsung dengan lelaki itu sejauh dia bekerja di Infinity. Namun, sekarang lelaki itu tiba-tiba datang dan membicarakan masalah hubungan putranya dengan mantan karyawannya. Sungguh, dalam bayangan Ruby pun dia tak pernah menyangka hari ini akan tiba. “Orion mengatakan jika dia sangat mencintai Ruby dan tidak siap jika

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 21. Terlalu Singkat

    Total sudah dua bulan Orion tidak bertemu dengan Ruby. Jangan tanyakan bagaimana rindunya lelaki itu kepada sang pujaan hati. Setelah dia mendapatkan alamat rumah orang tua Ruby, alih-alih segera mendatangi rumah gadis itu, dia justru terus memutar ucapan sang ayah di dalam kepalanya. Dia selama ini tidak pernah mendapatkan penolakan dalam hal apa pun. Tentu saja ada sebuah ketakutan yang muncul di dalam hatinya jika orang tua Ruby akan menolaknya mentah-mentah. Oleh karena itu, dia belum berani ambil resiko. Namun, semakin dia merasakan rindu itu menggebu, semakin tidak bisa dia mengendalikan emosinya. Hampir setiap hari dia marah kepada orang-orang di sekitarnya. “Silakan, Mas.” Orion terhenyak ketika seorang pelayan datang membawa pesanan makan siangnya. Dia mengangguk dan berterima kasih kepada pelayan tersebut sebelum memulai makan. Merasa ada yang memperhatikan, Orion mendongak dan seperti ada tamparan di wajahnya, tepat di depannya ada Ruby yang menatap ke arahnya. Orion den

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 20. Dia Tak Sebanding

    Perjalanan cinta Orion sama sekali tidak mudah. Pertentangan itu bukan hanya muncul dari satu orang, tetapi satu keluarga Ruby. Orion memang belum pernah bertemu dengan ayah Ruby, tetapi dia pun yakin semua ucapan Daniel sudah mewakili ayahnya. Sekarang dia hanya menunggu sebuah keajaiban barangkali dia akan bertemu dengan Ruby tanpa disengaja. “Mas Orion.” Orion mendongak menatap dua orang yang ada di depannya. Dia memanggil dua orang tersebut untuk ke ruangannya. “Duduk!” perintahnya setelah itu. “Di antara kalian, apa ada yang tahu sesuatu tentang Ruby?” tanya Orion. “Kalian satu divisi dengan Ruby saya rasa mungkin ada sesuatu yang bisa kalian bagi tentang dia.” Dua orang itu saling menatap sebelum salah satu dari mereka menjawab. “Jujur saja selama kami bekerja bersama dengan Ruby selama ini, nggak pernah sekalipun dia bercerita tentang kehidupan pribadinya, Pak.” Orion sudah menduga jawaban itu yang diberikan. Namun, dia memilih untuk tidak berbicara lebih dulu. “Ruby itu ti

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 19. Ulah Aneh Ruby

    Seorang lelaki berbadan kekar berdiri di depan Ruby dengan wajah garangnya. Ruby tidak tahu kenapa ada lelaki asing itu di rumah orang tuanya, tetapi tiba-tiba saja dia mengingat ucapan ayahnya saat itu. Jika Ruby ingin ke mana-mana, maka ada seorang bodyguard yang akan menemaninya. Apa jangan-jangan ….“Namanya Brama.” Ayah Ruby tiba-tiba bersuara. “Dia yang akan menemani kamu ke mana pun kamu pergi. Kamu bisa jalan-jalan ke mana pun kamu mau dan Brama yang akan membayar semuanya. Papa sudah memberikan kartu debitmu kepadanya.” Ruby tahu kenapa ayahnya melakukan itu karena memang kartu debit yang diberikan kepadanya bahkan tidak diterima. “Aku nggak mau ke mana-mana.” Ruby berlalu dari hadapan sang ayah untuk pergi ke ruang makan. Ruby tidak berlama-lama mogok makan. Bagaimanapun dia tidak ingin mati secara mengenaskan hanya karena kelaparan. “Aku butuh HP-ku, Pa.” Ruby duduk di kursi makan. Menerima roti yang baru saja dibuatkan oleh ibunya. “Daniel bilang kalau kamu sudah dibel

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 18. Tidak Dalam Jangkauan

    “Semua urusan di kantormu sudah Abang selesaikan. Kamu per hari ini sudah nggak tercatat lagi sebagai karyawan Infinity.” Daniel baru saja pulang dari rumah sakit ketika melihat adiknya tengah melamun di halaman samping rumah dengan sebuah buku di tangannya. Lelaki itu meletakkan barang belanjaan di atas meja sebelum duduk di kursi berseberangan dengan kursi yang diduduki oleh Ruby. “Ini Abang belikan HP dan tablet baru buat kamu. Nomornya sudah ada dan kamu tinggal pakai.” Ruby melirik tanpa minat seolah dia tak membutuhkan itu. Untuk apa barang-barang mewah itu? Toh dia sebenarnya membutuhkan itu untuk bekerja. Sekarang semuanya sudah berakhir dan sudah tidak menyisakan apa pun lagi di dalam hidupnya. “Non Ruby, dipanggil untuk ke ruangan Bapak.” Belum satu terjawab, dia sudah diminta menghadap sang ayah. Betapa kakunya hidupnya sekarang. Ini adalah hal yang paling tidak disenangi ketika dia berada di rumahnya. Segalanya terasa begitu berat untuknya. Ruby beranjak untuk menemui

DMCA.com Protection Status