Share

Bab 44. Saling Diam

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Ampun, Pak. Reina sudah tidak kuat!” Wanita itu terlihat ngos-ngosan. Mengatur nafasnya yang tidak beraturan.

Keringat membasahi wajah dan rambut membuatnya semakin bertambah cantik. Namun Regan menyadari sesuatu.

“Astaga. Maafkan aku, Reina. Kamu baru saja masuk rumah sakit. Tidak seharusnya berlari-larian seperti ini.”

“Pak Regan juga sama.” Reina tidak mau kalah. Sesungguhnya ia juga memiliki rasa khawatir terhadap suaminya. Hanya saja Regan sangat pandai menutupi rasa sakit pada tubuhnya.

“Baiklah, tunggu sebentar. Akan aku ambilkan air putih. Ayo, duduk dulu di dalam.” Regan memapah tubuh Reina.

Namun saat memasuki kediamannya itu, mereka melihat Jeffan dan Alice sedang berada di ruang tamu. Gadis itu sedang menikmati sesuatu.

“Eh, Kak Regan sudah pulang!” dapat Alice bernada manja seperti biasanya.

Regan melirik ke arah Jeffan. “Pantas saja tidak ada yang menjemput kami. Ternyata sedang sibuk pacaran di sini.”

“Kak Regan apa-apaan sih?! Siapa yang pacaran!” protes Alice
Rich Mama

Mimpi buruk atau kenyataan buruk nih?????

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 45. Jadi Sensitif

    “Lagi mode marah, diturutin saja Pak Bos,” bisik Jeffan. Lelaki itu terkekeh pelan. Ia senang dan merasa lega karena tidak duduk di dekat Alice. Sementara Regan merasa diremehkan. Bisa-bisanya ia dipermainkan oleh keadaan. Regan menggeram pelan. Ia meremas tangannya sendiri. ‘Kamu kalau lagi ngambek sangat menyebalkan, Reina!’ Meski merasa kesal, Regan tidak punya pilihan lain. Sepertinya ucapan Jeffan memang benar. Ia akan menanti mood istrinya agar membaik seperti sedia kala. Seperti saat itu yang terlihat sangat manis. ‘Apakah hanya di saat keadaan terdesak saja dia mau bermanis-manis denganku? Aku harus menjadi lelaki nomor satu yang dibutuhkan Reina. Tidak boleh ada lelaki lain.’ Reina berjalan terlebih dulu. Ia duduk di dekat jendela pesawat. Di depannya ada Alice yang sudah siap melakukan perjalanan menyenangkan itu. Mungkin lebih tepatnya hanya menyenangkan bagi Alice karena sukses membuat Regan duduk di sampingnya. “Nggak sia-sia deh datang ke tempat yang sama dengan m

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 46. Luluh

    Kedua mata Reina melotot seketika. “Dasar mesum!” Wanita itu memukuli dada Regan. Membuat beberapa penumpang lain menatap ke arah mereka. “Reina, pelankan suaramu! Lihatlah, semua mata tertuju kepada kita.” Bola mata Reina bergerak ke kanan dan ke kiri. Kini ia merasa sangat malu. Lalu wanita itu dengan perlahan berucap, “Sorry.” Regan langsung merangkulnya posesif. “Well, she is my wife.” Para penumpang hanya menatap heran dan kembali pada kesibukan masing-masing. “Maaf, Reina. Aku hanya bercanda.” Regan membela diri. Reina kemudian duduk membelakanginya. “Mungkin sekarang giliranku untuk tidur.” Regan merentangkan kedua tangannya. Sengaja tangannya itu mengenai dada istrinya. “Pak Regan!” Mata Reina kembali melotot tajam. Tetapi Regan sudah tampak tertidur pulas. Entah benar atau hanya pura-pura. “Menyebalkan!” umpat Reina kesal. Sementara Alice justru mendekap tubuh Jeffan. Ia merasa ada yang aneh saat mencium aroma parfum yang berbeda. Kedua mata Alice terbuka. Ia melihat

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 47. Sangat Nikmat

    “Kamu pintar ya, meluluhkan hati Oma. Baiklah Oma mau makan sekarang.” “Nah gitu dong, Oma. Reina 'kan jadi semangat.” Keduanya tersenyum. Oma Regina menepuk pelan pundak Reina. Ia senang diperhatikan seperti itu. Tidak seperti Justin ataupun Claudia yang selalu mengabaikannya. Di dekat pintu Regan menyaksikan pemandangan yang menarik tersebut. Ia ikut terharu atas jerih payah sang istri meluluhkan hati omanya. “Tidak salah aku memilih Reina sebagai istriku. Dia terlihat tulus merawat dam menyayangi Oma. Bagaimana Oma bisa sesayang itu kepada Reina? Apakah ada alasan lain?” Regan terdiam memikirkan rasa penasarannya terhadap sikap Oma. “Lebih baik aku kembali ke kamar. Menanti istriku di sana.” Regan tidak jadi masuk ke kamar Oma Regina. Ia meminta seorang pelayan membuatkan secangkir kopi untuknya. Sambil menunggu Reina kembali, lelaki tampan itu membuka laptopnya. Menyiapkan secara matang untuk meeting esok hari. Ia yakin Reina akan kesulitan dan butuh bantuannya. “Dia sanga

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 48. Kejadian Di Masa Lalu

    Malam telah berganti pagi. Reina langsung memberikan sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab oleh Regan. “Semalam Pak Regan ke mana saja?” tanya Reina penuh selidik. Kedua matanya memperhatikan sang suami dari atas sampai bawah. Menyelidiki apakah ada bekas lipstik wanita lain di bajunya. “Em, itu ... aku tidak bisa tidur, Sayang. Karena Tiger ngambek.” “Lalu?” Reina masih tidak percaya. “Aku berkeliling hingga kelelahan. Dan berakhir tertidur di apartemenku. Apakah kamu tidak percaya? Hem?” Regan mencolek hidung sang istri. Entah mengapa perasaan Reina jadi tak enak. Ia memiliki prasangka buruk terhadap suaminya. “Baiklah, Reina percaya. Sebaiknya sejarah Pak Regan segera mandi. Kita siap-siap untuk melakukan perjalanan ke luar kota.” Regan menepuk keningnya. “Astaga! Aku hampir lupa, Sayang. Maaf, ya?” ucapnya manja. Namun hal itu membuat Reina merasa kesal. Ia merasa Regan telah berbeda. “Pak Regan tidak perlu meminta maaf. Reina tunggu di ruang makan.” “Reina, tunggu, S

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 49. Menikah?

    Sejak tiba di hotel tempat menginap, CEO tampan itu tidak sempat memberi kabar kepada Reina. Regan sibuk mempersiapkan segalanya bersama sang asisten hingga melupakan ponselnya. Sementara di rumah, Reina justru tak sabar mendengar kabar terbaru dari suaminya itu. Beberapa kali Reina terlihat mondar-mandir dengan memegangi handphone. Namun sayangnya ia terlalu gengsi untuk bertanya terlebih dahulu. “Kenapa, Reina? Ada masalah? Kamu pasti sangat mengkhawatirkan Regan, ya? Tenang saja. Dia pasti tidak akan macam-macam di sana,” terang oma yang berusaha menenangkan cucunya. Reina hanya tersenyum tipis. Ia tidak ingin semakin memperkeruh keadaan. Kini Oma Regina dan Reina telah berada di dalam kamar. Dokter mengatakan jika keadaan Oma Regina semakin membaik. Dan sang oma yakin jika semua itu berkat Reina. Tak lama kemudian seorang pelayan datang membawakan menu makan siang. “Oma, makan siang dulu, ya? Setelah ini nanti Oma harus tidur siang. Seperti kata Pak Dokter. Oma, harus banyak-

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 50. Tega Sekali

    Jeffan benar-benar tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Angel. Tetapi ia butuh tanda tangan itu. “Bagaimana Jeffan? Kamu tidak mau mengecewakan Regan bukan?” tanya wanita tersebut santai sambil memainkan rambutnya yang panjang. “Tapi kenapa harus saya?” tanya Jeffan memastikan. “Suatu hari nanti pasti kamu akan tahu sendiri. Ini hanya pura-pura, Jeffan. Aku tidak menuntut apapun darimu. Hanya sebuah status saja.” Jeffan terdiam cukup lama. Agaknya ia benar-benar berpikir keras agar tidak salah langkah. Sementara Regan masih berkendara di tengah ramainya jalanan kota. Beberapa kali ia harus terjebak macet hingga waktunya harus banyak tertunda agar tiba di rumah. Di saat Regan merasa kesal karena harus terkena macet kembali, tiba-tiba ponselnya berdering. Ia pikir yang menghubungi adalah Reina. Ternyata tebakannya salah. “Papa? Tumben sekali dia menghubungiku. Apakah ada hal penting?” Dengan malas ia mengangkat telepon itu. “Ada apa, Pa?” “Cepat pulang, Regan. O

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 51. Sendirian?

    Di mansion, keluarga besar Admaja tengah berkumpul. Regan terlihat duduk menyendiri di sudut teras. Hal itu menarik atensi mama tirinya. “Pa ... lihat itu, Regan. Pasti dia sangat terpukul atas kematian omanya. Sementara sang istri justru ditahan di sel.” “Betul, Ma. Sebenarnya papa sangat tidak suka dengan istrinya itu. Papa seperti pernah melihatnya di masa dulu. Tapi siapa? Papa tidak begitu ingat.” “Bagaimana kalau kita dekatkan kembali sama Kimberly, Pa. Gadis itu 'kan sangat cantik, elegan, wajahnya blasteran. Nggak malu-maluin kalau diajak pergi ke pesta. Tidak seperti Reina.” “Sepertinya itu ide yang bagus, Ma. Mama masih sering komunikasi dengan Kimberly?” tanya Justin penasaran. “Tentu saja, Pa. Dia cerita beberapa waktu yang lalu ketemu sama Regan di depan klub malam. Lalu mereka—” Claudia sengaja menghentikan ucapannya. “Mama serius?” Justin membelalakkan kedua matanya. Ia tidak percaya jika Regan juga tertarik dengan perempuan itu. Tidak beda jauh dengan Justin sendi

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 52. Cemburu Berat

    Regan berkali-kali harus meminta maaf kepada Reina di dalam hatinya. ‘Maafkan aku, Sayang.’ Kali ini ia harus mengutamakan Alice terlebih dahulu. Regan takut jika adiknya kenapa-napa. Lelaki tampan itupun segera menelepon asisten kepercayaannya. Siapa lagi kalau bukan Jeffan. “Jeffan, ikut aku!” Ucapannya setelah telepon tersambung. “Ke mana, Bos? Ini tapi tidak bisa. Masih sibuk di kantor, Bos. Pekerjaan sangat banyak. Sepertinya hari ini harus lembur lagi.” Jeffan menjawab apa adanya. “Ya, sudah. Selesaikan saja tugasmu.” Regan memutuskan sambungan. Bergegas ia menjalankan mobilnya dengan kencang. Regan langsung masuk ke dalam apartemen milik adiknya. Ia berjalan cepat menemui Alice di kamarnya. Bersamaan dengan itu ada seorang laki-laki yang keluar dari kamar Alice.“Pak Regan ... kasihan Alice.” “Kamu siapa? Dia bilang hanya sendirian?” tanya Regan ingin tahu. “Saya temannya, Pak. Saya baru saja datang dan hendak mengambilkan air minum.” “Baiklah. Segera ambilkan.” Lela

Bab terbaru

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Spesial Part

    Hari pernikahan Xavier dan Karin telah tiba. Udara pagi terasa segar dan cerah, seakan menyambut kebahagiaan yang akan segera berlangsung. Keluarga dan sahabat berkumpul di sebuah taman indah yang telah dihias dengan bunga-bunga warna-warni dan lampu-lampu gemerlapan. Suasana penuh dengan tawa dan senyum. Regan dan Reina tiba lebih awal bersama bayi kembar mereka, Alana dan Bianca, yang tertidur pulas di kereta dorong. Mereka disambut oleh Olivia dan Danny yang sudah tak sabar menantikan momen bahagia itu. “Aku tak percaya Xavier akhirnya menemukan kebahagiaan bersama Karin,” ucap Reina dengan mata berkaca-kaca. “Dia memang pantas mendapatkannya,” jawab Regan sambil tersenyum, merangkul Reina yang terlihat anggun dalam gaun biru muda. “Kita semua pantas bahagia.” Tak lama kemudian, para tamu mulai berdatangan. Leon, mantan pacar Reina dan Karin juga hadir dengan pasangan barunya. Mereka tampak sangat bahagia, saling berpegangan tangan dan tertawa bersama. Leon menghampiri Reg

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 175. Hari Yang Dinanti

    Tanpa disangka, suatu hari Regan menemukan fakta baru yang mengejutkan. Saat itu, dia sedang bekerja di ruangannya. Berkas-berkas tersebar di atas meja ketika ponselnya berdering. Panggilan itu berasal dari salah satu anak buah kepercayaannya. “Ada apa, Roni?” tanya Regan sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. “Ada perkembangan baru, Pak Regan. Kami berhasil melacak beberapa transaksi mencurigakan yang berhubungan dengan Shadow Phoenix. Dan yang mengejutkan, ada keterlibatan Alex Ricardo di dalamnya,” lapor Roni. Regan terdiam sejenak, mencerna informasi tersebut. “Apa kamu yakin? Alex Ricardo? Bukankah dia masih berada di dalam penjara?” “Betul, Pak. Tapi tampaknya dia masih mengendalikan beberapa hal dari dalam penjara. Kami menemukan bukti bahwa beberapa anak buahnya masih menjalankan perintahnya dan menggunakan nama Shadow Phoenix untuk menyamarkan identitas asli mereka,” jelas Roni. Regan merasakan darahnya mendidih. “Teruskan penyelidikannya, Roni. Dan pastikan ki

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 174. Berulang Kali

    Tanpa terasa, usia kehamilan Reina sudah memasuki trimester ketiga. Perutnya semakin membesar, membuatnya sulit menemukan posisi tidur yang nyaman. Setiap malam menjadi tantangan baru bagi Reina. Sementara Regan berusaha sebaik mungkin untuk membuat istrinya merasa nyaman dan bisa tidur nyenyak. Malam itu setelah mencoba berbagai posisi tidur dan tidak menemukan yang pas, Reina merasa frustasi. Ia berguling-guling di tempat tidur sambil menghela napas panjang. Regan yang melihatnya merasa kasihan dan ingin membantu. “Ada yang bisa aku lakukan, Sayang?” tanya Regan lembut. Ia duduk di tepi tempat tidur dan mengelus rambut istrinya. Reina menggeleng lemah. “Aku tidak tahu, Pak Regan. Aku sudah mencoba semua posisi tapi tetap saja tidak nyaman. Perutku terlalu besar.” Regan berpikir sejenak, lalu tersenyum. “Bagaimana kalau kita coba sesuatu yang baru? Tunggu sebentar.” Ia keluar dari kamar dan kembali dengan bantal-bantal tambahan. “Ayo, kita coba dengan bantal-banta

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 173. Tidak Punya Kekasih

    Pagi itu di kantor, suasana di ruang CEO terasa lebih sibuk dari biasanya. Regan tengah tenggelam dalam tumpukan dokumen dan panggilan telepon yang tak henti-hentinya. Di luar ruangan, para karyawan tampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sedangkan Reina pergi ke toilet sebentar untuk menyegarkan diri. Saat Reina keluar dari ruangan, pintu lift terbuka dan dua orang masuk ke lantai itu. Claudia dan Xavier melangkah dengan hati-hati menuju kantor CEO. Claudia tampak sedikit gugup, sementara Xavier berusaha tampak tenang meskipun jelas terlihat gelisah. Mereka mengetuk pintu dan menunggu sebentar sebelum mendengar suara Regan dari dalam yang mempersilakan mereka masuk. Ketika pintu terbuka, Claudia dan Xavier masuk dengan hati-hati. Regan yang tadinya duduk di balik mejanya langsung berdiri. Ekspresi wajahnya berubah dari fokus keheranan. “Mama Claudia? Xavier? Apa yang membawa kalian berdua datang ke sini?” tanya Regan dengan nada sedikit terkejut. Claudia mendekat de

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 172. Jangan Bersedih

    Saat kehamilan Reina menginjak usia lima bulan, Regan memutuskan untuk mengajak Reina jalan-jalan di taman kota. Hari itu cerah, dengan langit biru dan angin sepoi-sepoi yang membuat suasana terasa sejuk. Reina tampak sangat bahagia, mengenakan gaun hamil berwarna pastel yang membuat perutnya yang semakin membesar terlihat menawan. Regan tak henti-hentinya tersenyum, menikmati momen kebersamaan mereka. Mereka berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan taman yang indah. Banyak anak-anak bermain di taman bermain, pasangan-pasangan duduk di bangku menikmati suasana, dan para pedagang menjajakan makanan ringan di kios-kios kecil di sepanjang jalan setapak. “Ini hari yang sangat indah, ya?” ungkap Reina sambil menggenggam tangan Regan erat. “Ya, benar-benar indah,” jawab Regan, menatap istrinya dengan penuh cinta. “Aku senang kita bisa meluangkan waktu bersama seperti ini.” Mereka melanjutkan berjalan, berhenti sesekali untuk melihat bunga-bunga yang sedang mekar dan menikmati

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 171. Nama Yang Indah

    Kehamilan Reina telah memasuki usia empat bulan dan perutnya mulai terlihat membesar. Setiap hari Regan semakin takjub melihat perubahan pada tubuh istrinya dan merasa tidak sabar untuk menyambut kehadiran anak mereka. Pagi itu Regan memutuskan untuk membawa Reina ke klinik untuk melakukan USG. “Sayang, hari ini kita akan ke klinik untuk melihat bayi kita,” ucap Regan dengan senyum lebar. Reina tersenyum bahagia, merasa tak sabar untuk melihat perkembangan bayinya. “Aku tidak sabar, Pak Regan. Pasti mereka sudah semakin besar sekarang.” Regan mengangguk. "Aku juga sangat bersemangat. Ayo kita bersiap-siap." Setelah bersiap-siap, mereka berdua berangkat ke klinik dengan penuh semangat. Dalam perjalanan, mereka terus berbicara tentang rencana masa depan dan bagaimana mereka akan merawat anak mereka. Regan menggenggam tangan Reina dengan erat, memberikan rasa tenang dan nyaman. Sesampainya di klinik, mereka disambut oleh dokter dan perawat yang ramah. “Selamat pag

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 170. Merasa Aman

    Reina berdiri di dekat jendela kamar, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Matanya menyapu pemandangan yang indah, tetapi pikirannya jauh dari sana. Di luar, matahari mulai terbenam, menyinari langit dengan warna-warna keemasan, tetapi dalam hati Reina, ada kegelapan yang sulit hilang. Regan, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian dari rumah mulai memperhatikan istrinya. Ia berjalan mendekat dan dengan lembut meletakkan tangannya di bahu Reina. “Ada apa, Sayang?” tanyanya dengan suara penuh perhatian. Reina tersentak dari lamunannya dan menoleh ke arah Regan. “Aku masih memikirkan Kak Amel,” jawabnya dengan suara lirih. “Aku merasa bersalah dan cemas tentang apa yang terjadi padanya.” “Sayang, kamu sudah melakukan yang terbaik. Kadang-kadang, kita tidak bisa mengendalikan semua yang terjadi di sekitar kita. Apa yang terjadi pada Amel adalah akibat dari pilihannya sendiri.” “Tapi, aku tetap merasa harus melakukan sesuatu,” lanjut Reina dengan nad

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 169. Selalu Ada Untukmu

    Linda dan Amel tampak berjalan menuju mereka. Kehadiran dua orang itu seakan membawa aura negatif. Amel, dengan tatapan jahat, mulai merencanakan sesuatu yang licik terhadap Reina. Linda dan Amel berpura-pura bergabung dengan kebersamaan keluarga Danny, tapi Amel dengan hati-hati mendekati Reina yang sedang berjalan di atas bebatuan. Amel mengatur langkahnya agar Reina terpeleset di atas batu licin. Namun, rencana jahat itu berbalik. Saat Amel mendorong Reina, dirinya sendiri yang kehilangan keseimbangan. Amel terjatuh keras di atas batu tajam. Semua orang terkejut dan bergegas menghampiri. Linda berteriak panik, “Amel! Apa yang terjadi?!” Regan, yang melihat situasi tersebut, segera memanggil bantuan. Amel tampak mengalami pendarahan hebat. Regan memeluk Reina erat-erat, memastikan dia baik-baik saja. “Kamu tidak apa-apa, Sayang?” tanyanya dengan penuh kekhawatiran. Reina mengangguk. “Aku baik-baik saja, Pak Regan. Tapi Kak Amel ... dia tampak sangat parah.” Ambulans segera

  • Sekretaris Kesayangan CEO   Bab 168. Mencelakai Reina

    Liburan keluarga besar ke pantai adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh seluruh anggota keluarga. Reina dan Regan memang telah merencanakan hal itu jauh-jauh hari. Hanya saja baru terealisasi saat ini. Dengan persiapan yang matang, mereka berangkat dari rumah dengan semangat tinggi. Olivia, Bi Nita, Danny, Rafa, Alya, dan Bi Siti bergabung dalam perjalanan tersebut, ikut memastikan tidak ada yang tertinggal. Mereka membawa perbekalan lengkap, termasuk makanan, minuman, mainan pantai, dan berbagai kebutuhan lainnya. Sesampainya di pantai, suasana langsung berubah menjadi ceria. Mereka menata tempat dengan menyiapkan tenda, menggelar tikar, dan menata makanan piknik. Rafa dan Alya segera berlari ke air, bermain dengan ombak dan tertawa riang. Danny dan Bi Siti membantu Olivia dan Bi Nita menyiapkan makanan. Regan dan Reina berkeliling, memastikan semuanya tertata dengan baik. “Ayah, jangan terlalu jauh, ya!” teriak Reina sambil melambai ke arah Danny yang sedang membawa ko

DMCA.com Protection Status