Pagi hari yang cerah nan indah untuk Dinara dan Arka yang masih terlelap dalam indahnya mimpi mereka setelah tadi malam mereka saling sibuk untuk berperang dan hasil perang mereka terlihat seperti ini. Spray dan pakaian mereka terlihat kacau, namun mereka malah asik tertidur berpelukan di bawah selimut.
Dinara terbangun lebih awal dari Arka. Walau Arka menepati janjinya tadi malam dengan bermain lembut pada Dinara, tetap saja Dinara merasa jijik pada tubuhnya yang baru saja selesai dijamah oleh Arka hingga tubuh Dinara meninggalkan bercak merah abstrak.Kalau bukan karena rencana balas dendam, mungkin Dinara tidak akan rela melakukan semua ini dan membiarkan tubuhnya dinodai oleh Arka. Dinara menatap benci Arka yang masih memeluknya erat ini, namun setelah Arka bangun, Dinara segera mengubah raut wajahnya.“Pagi sayang,” sapa Dinara tersenyum ramah pada Arka.“Pagi, Sayangku. Kenapa bangun lebih awal? Ayo tidur lagi. Kamu pasti lelah,” gumUntungnya selama ini Dinara memang masih mengonsumsi beberapa obat dan juga suplemen. Jadi Arka tidak akan curiga jika Dinara memiliki obat tersebut. Dengan cepat Dinara membalas pesan penjual obat online tersebut lalu kemudian Dinara menyimpan ponselnya ke dalam tas dan mulai memakai pakaiannya sebelum Arka keluar dari kamar mandi. Begitu selesai, Dinara menunggu Arka yang baru saja keluar dari kamar mandi dan baru memulai pakaiannya agar terlihat romantis hingga beberapa saat kemudian mereka berjalan menuju meja makan untuk sarapan. Tak butuh waktu lama, kemudian mereka juga segera berangkat ke kantor bersama dengan Dimas yang baru saja muncul entah dari mana itu. Di kantor. Seperti biasa Arka dan Dimas terlihat tengah sibuk dengan urusan mereka sedang Dinara yang bersantai di sofa mulai terlihat bosan dan mengantuk hingga tanpa sadar Dinara yang memang lelah karena aktifitas fisik pada malam dan pagi hari tadi ketiduran. Beberapa m
“Loh, kok kamu uda pulang aja, Sayang?” Dinara tersenyum manja ke hadapan Arka yang seketika itu berhasil membuat Arka melupakan pertanyaannya tadi. “Iya kan sudah sore, Sayang. Sudah jam 5, aku juga kangen sama kamu.” Arka memeluk pinggang Dinara dengan kedua tangannya hingga tubuh mereka saling menempel. “Aku tau itu. Baiklah, sekarang kamu harus mandi dan bersiap-siap biar bersih dan segar. Aku akan buatkan kamu teh, oke?” Bujuk Dinara tidak betah dan merasa gerah dipeluk Arka dan ditatap Arka dalam seperti itu. Arka tersenyum mengangguk lalu mengecup dahi Dinara sebelum Arka melepaskan Dinara. “Baiklah, aku akan mandi. Bawa tehnya ke kamar. Aku butuh pijatan.” Pinta Arka kemudian masuk ke dalam kamar mandi sedang Dinara segera berlalu keluar dari dalam kamar menghela nafas lega. Dinara berjalan menuju dapur untuk membuatkan Arka teh. Dinara berniat memasukkan obat tidur ke dalam teh Arka agar setelah meminum teh Arka tidur dengan cepat
1 bulan kemudian. Obat kontrasepsi yang Dinara beli sudah habis dan Dinara harus mendapatkannya lagi bagaimanapun caranya. Dinara tidak ingin kebobolan kali ini dan akhirnya harus terikat kembali dengan Arka akibat kehamilannya. Dinara mengirim pesan kepada penjual obat yang sama dengan penjual obat yang waktu itu namun kali ini metode yang Dinara ingin berbeda karena Dinara takut ketahuan. Kali ini Dinara ingin agar obatnya dikirim dengan menggunakan jasa kirim dan Dinara juga meminta agar penjual obat tersebut mengirim obat dengan botol suplemen seperti yang Dinara miliki sebelumnya. Semuanya beres dan Dinara hanya perlu menunggu waktu dan mencari alasan untuk menjawab pertanyaan Arka nanti. “Sayang, hari ini kita ke rumah sakit kan?” Tanya Arka yang baru saja kembali dari olahraga pagi di hari weekendnya seperti biasa. “Gak usah Sayang, aku uda pesan ke apotek agar diantar ke rumah aja. Hari ini gak tau kenapa aku tuh males banget ngapa-ngapa
Sepulang dari rumah orang tuanya tadi, Dinara memilih untuk masuk ke dalam kamar lebih dulu dan segera menyembunyikan botol obatnya yang lain ke dalam tasnya. Setelah itu, Dinara memilih untuk tidur. Dinara berada di sebuah tepi pantai yang amat sepi dan juga tenang. Hanya suara desiran angin dan sahutan ombak yang terdengar menyapa telinga Dinara. Pasir putih lembut membalut kaki Dinara di sepanjang jalan Dinara. Dinara tidak tahu tempat apa ini dan kenapa dia sendirian di sana. Tak lama, suara berisik anak-anak belari, tertawa dan menangis mulai menghantui Dinara yang seketika itu segera membuat Dinara berlari mencari sumber suara itu. Entah sudah berapa lama dan berapa jauh Dinara berlari mencari-cari sumber suara itu hingga Dinara lelah, namun tidak ada yang bisa Dinara temukan. Dinara berusaha mencari seseorang yang berada di sana namun hasilnya juga sama. Dinara benar-benar sendirian. Dinara kesepian dan juga takut. Dinara butuh seseorang yang berdiri di sampingnya kini. Sia
“Untuk apa alat-alat ini?” Pikir Dinara merinding ngeri seraya meletakkan botol anggur dan juga borgol yang Dimas berikan di atas nakas. Dinara harus memberitahu Arka itu nanti. Tak lama, Arka keluar dari kamar mandi, segera Dinara memberitahu Arka tentang anggur dan juga borgol yang Dimas berikan. “Sayang, itu tadi Dimas kasih anggur sama borgol. Tapi emangnya kamu mau pergi sama Dimas? Kenapa? Kenapa pakai borgol? Bahaya loh itu,” ujar Dinara polos menunjuk ke arah botol anggur dan juga borgol yang ia letakkan tadi di atas nakas. “Aku gak akan kemana-mana dan borgol itu bukan benda tajam yang berbahaya, jadi tidak masalah. Kenapa? Bagaimana kalau kamu coba, sini.” Arka dengan senyum terpaksanya menarik Dinara hingga jatuh ke atas ranjang dan dengan cepat Arka memborgol kedua tangan Dinara sedang Dinara yang terkejut hanya bisa melongo bingung. “Kenapa aku? Lepaskan ah, aku gak suka candaan kamu begini.” Dinara panik menatap wajah menyeramkan Arka yang sudah berada di hadapannya t
Halo, semuanya. Maaf kalau beberapa hari ini author tidak bisa update seperti biasa karena author sedang sangat sibuk mengurus pekerjaan real life, namun begitu pun author akan tetap berusaha untuk update di waktu senggang author.Untuk itu, dimohonkan pada readers terlove semuanya agar bersedia menunggu dengan sabar bab selanjutnya yang pasti akan membuat kalian geregetan.Dan untuk readers setia yang selalu menanti update terbaru novel ini, author ucapan terimakasih banyak.Dan, kalian yang ikut dalam event Ramadhan Berkah Penulis Berbagi terpilih di bawah ini:1. @Indah_Carolina2. @Snjan3. @ ValleyUntuk segera membuat Vidio kalian mengenai apa yang membuat novel ini adalah novel yang wajib banget kalian baca dan kalian rekomendasikan. Ketika upload, jangan lupa tag author ya❣️Setelah misi selesai, author akan langsung DM kalian dan segera mengirimkan hadiah yang author janjikan.Itu saja pengumuman untuk hari ini, terimakasih banyak semuanya. Sampai nanti~♥️♥️♥️
Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari dan Dinara sudah tidur dalam keadaan lelah. Arka terbangun dari istirahatnya dan segera membuka borgol serta penutup mata Dinara. Pergelangan tangan Dinara berbekas merah.Arka berlalu dengan tubuh telanjangnya untuk mengambil obat salep dan mengoleskannya pada pergelangan tangan Dinara. Arka merasa bersalah dan juga sedih. Tapi rasa takut Arka lebih besar terhadap Dinara. Arka takut kehilangan Dinara. Arka tidak pernah siap untuk itu. Diam-diam Arka menangis tanpa suara membayangkan Dinara pergi meninggalkannya lagi.Arka berusaha menenangkan diri dengan menarik nafas panjang. Kemudian Arka segera berlalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak lama, Arka keluar dari kamar mandi membawa sebuah handuk basah yang sudah diperas.Perlahan Arka membersihkan tubuh Dinara dari atas hingga bawah dengan sangat detail membuat Dinara terkejut dan terbangun."Kamu ngapain?" Tanya Dinara setengah sadar dan duduk."Aku lagi bersihin badan kamu.
Malam hari.Dinara terlihat sedang asik melakukan panggilan vidio dengan orang tuanya untuk memamerkan rumah barunya. Sedang tak jauh dari posisi Dinara, Arka terlihat sedang sibuk dengan ponselnya seraya sesekali Arka melirik Dinara. Tak lama, setelah panggilan berakhir Dinara berjalan keluar dari rumahnya dan ingin melihat apakah di sekitar rumahnya ada tempat untuk belanja bahan pangan karena Dinara ingin memasak untuk makan malam mereka. Sayangnya Dinara tidak dapat melihat pedagang yang berjualan bahan pangan di sana.Untuk malam ini, terpaksa Dinara harus memesan makanan dari luar karena Dinara juga malas keluar rumah. Dengan lesuh Dinara berjalan kembali ke dalam kamar.“Untuk makan malam kita pesan aja ya, Sayang. Aku mau pesan bakso, enak tuh kayaknya dimakan malam-malam dingin begini. Oh ya, besok aku juga mau belanja perlengkapan rumah ya. Dan ngomong-ngomong soal anak... Jujur, maaf aku belum siap. Aku masih terlalu takut dan trauma. Rasa itu terlalu menyakitkan, kamu tau,