Halo, semuanya.
Maaf kalau beberapa hari ini author tidak bisa update seperti biasa karena author sedang sangat sibuk mengurus pekerjaan real life, namun begitu pun author akan tetap berusaha untuk update di waktu senggang author.Untuk itu, dimohonkan pada readers terlove semuanya agar bersedia menunggu dengan sabar bab selanjutnya yang pasti akan membuat kalian geregetan.Dan untuk readers setia yang selalu menanti update terbaru novel ini, author ucapan terimakasih banyak.Dan, kalian yang ikut dalam event Ramadhan Berkah Penulis Berbagi terpilih di bawah ini:1. @Indah_Carolina2. @Snjan3. @ ValleyUntuk segera membuat Vidio kalian mengenai apa yang membuat novel ini adalah novel yang wajib banget kalian baca dan kalian rekomendasikan. Ketika upload, jangan lupa tag author ya❣️Setelah misi selesai, author akan langsung DM kalian dan segera mengirimkan hadiah yang author janjikan.Itu saja pengumuman untuk hari ini, terimakasih banyak semuanya. Sampai nanti~♥️♥️♥️Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari dan Dinara sudah tidur dalam keadaan lelah. Arka terbangun dari istirahatnya dan segera membuka borgol serta penutup mata Dinara. Pergelangan tangan Dinara berbekas merah.Arka berlalu dengan tubuh telanjangnya untuk mengambil obat salep dan mengoleskannya pada pergelangan tangan Dinara. Arka merasa bersalah dan juga sedih. Tapi rasa takut Arka lebih besar terhadap Dinara. Arka takut kehilangan Dinara. Arka tidak pernah siap untuk itu. Diam-diam Arka menangis tanpa suara membayangkan Dinara pergi meninggalkannya lagi.Arka berusaha menenangkan diri dengan menarik nafas panjang. Kemudian Arka segera berlalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak lama, Arka keluar dari kamar mandi membawa sebuah handuk basah yang sudah diperas.Perlahan Arka membersihkan tubuh Dinara dari atas hingga bawah dengan sangat detail membuat Dinara terkejut dan terbangun."Kamu ngapain?" Tanya Dinara setengah sadar dan duduk."Aku lagi bersihin badan kamu.
Malam hari.Dinara terlihat sedang asik melakukan panggilan vidio dengan orang tuanya untuk memamerkan rumah barunya. Sedang tak jauh dari posisi Dinara, Arka terlihat sedang sibuk dengan ponselnya seraya sesekali Arka melirik Dinara. Tak lama, setelah panggilan berakhir Dinara berjalan keluar dari rumahnya dan ingin melihat apakah di sekitar rumahnya ada tempat untuk belanja bahan pangan karena Dinara ingin memasak untuk makan malam mereka. Sayangnya Dinara tidak dapat melihat pedagang yang berjualan bahan pangan di sana.Untuk malam ini, terpaksa Dinara harus memesan makanan dari luar karena Dinara juga malas keluar rumah. Dengan lesuh Dinara berjalan kembali ke dalam kamar.“Untuk makan malam kita pesan aja ya, Sayang. Aku mau pesan bakso, enak tuh kayaknya dimakan malam-malam dingin begini. Oh ya, besok aku juga mau belanja perlengkapan rumah ya. Dan ngomong-ngomong soal anak... Jujur, maaf aku belum siap. Aku masih terlalu takut dan trauma. Rasa itu terlalu menyakitkan, kamu tau,
Setelah makan malam singkat Arka dan Dinara berakhir dengan keheningan, sekarang kedua orang ini sudah kembali ke dalam kamar. Sebelumnya Arka juga sudah memastikan jika semua pintu dan jendela sudah terkunci rapat dan aman. Dinara sengaja menyibukkan diri dengan ponselnya sambil menunggu Arka tertidur tapi tetap saja rencana Dinara untuk tidak melayani Arka harus gagal karena Arka memanggilnya untuk tidur. "Sayang, istirahat di sini. Kenapa kamu selalu duduk di sana?" Dinara terpaksa menurut karena tidak ingin membuat Arka marah. Arka sangat menakutkan ketika dia marah. Oleh sebab itu sebisa mungkin Dinara jangan sampai membuat Arka marah apalagi setelah perdebatan mereka tadi.Dinara dengan malas berjalan menuju ranjang dan menyimpan ponselnya ke atas nakas. Dinara mulai menaiki ranjangnya dan masuk ke dalam selimut. Dinara tidak bisa membiarkan suasana terus hening dan canggung seperti ini. Dinara mengambil remote tv dan mulai menyalakan tv seraya Din
Dinara merasa beruntung dan lega karena tadi malam Dinara tepat datang bulan. Walau biasanya mood Dinara buruk ketika sedang datang bulan, maka hari ini Dinara beruntung bisa menghindari untuk melayani Arka selama 1 minggu ke depan sedang di sisi lain, Arka terlihat kusut nan masam karena Arka harus berpuasa selama seminggu.Bukan hanya itu, Arka kesal karena Dinara belum mengalami pembuahan oleh benihnya. Setelah ini Arka harus lebih gencar lagi untuk menembakkan rahim Dinara dengan banyak benih berkualitas premiumnya. Arka dan Dinara sudah kembali ke rumah Arka tadi pagi karena Dinara niatnya akan pergi membeli perabot baru untuk rumah barunya sedang Arka tidak dapat menemani Dinara karena Arka akan kedatangan tamu penting. Terpaksa Arka membiarkan Dinara pergi tanpanya, namun tetap saja, Arka menyuruh Clarisa untuk menemani Dinara.Ini kesempatan bagus untuk Dinara bisa pergi berdua dengan Clarisa karena itu akan membuat mereka lebih bebas untuk berbicara tanpa harus takut diawasi
“Apa yang kamu butuhkan?” Tanya Dinara antara bingung, curiga dan khawatir karena Arka memberinya tatapan nakal. “Jangan aneh-aneh deh kamu, aku lagi mens loh.” Sambung Arka yang mengira kalau Arka akan mengajaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak boleh mereka lakukan saat ini.“Kamu tuh dasar jorok otaknya. Aku kan gak ajak kamu untuk ‘itu’. Aku mau minta tolong sama kamu buat pijitin aku.” Arka tersenyum gemas dan mengejek Dinara seraya Arka menyentil pelan dahi Dinara. “Sini, ini semua badanku rasanya pegel.” Kali ini Arka berlalu naik ke atas ranjang dengan posisi terlungkup dan setelah Arka sudah dalam posisi siap, Arka segera memanggil Dinara yang terlihat bengong lagi dengan menatap tangannya.Dinara dengan senyum canggung dan langkah ragu ikut menyusul Arka untuk memijat tubuh Arka. Belum apa-apa dan Dinara baru saja memegang punggung Arka tapi Arka yang memang sangat lelah hari ini dengan segudang kesibukannya tanpa sadar segera tertidur.Dinara berhenti setelah Arka tidak
“Clarisa, kenapa leher ini? Apa kamu sedang alergi atau apa? Dan leher kamu ini, kenapa kamu tutup pakai fondation tebal?” Dinara yang curiga pada Clarisa segera bertanya pada Clarisa tentang tanda merah itu sedang Clarisa yang ditanyai malah terlonjak kaget dan berbalik menatap Dinara. “Oh, Bu Dinara, iya ini memar habis olahraga.” Clarisa berbohong pada Dinara dan untungnya Dinara langsung percaya. “Baiklah, ngomong-ngomong Clarisa, kamu coba belajar dekatin Pak Arka, kamu goda dia, pelan-pelan aja, biar kita mudah nanti jebaknya. Kalau bisa, kamu cari tau asetnya ada berapa banyak, apa aja dan dimana aja.” Dinara sedikit membungkuk dan berbisik pada Clarisa tanpa menoleh agar tidak ada orang lewat yang curiga. “Bagaimana caranya Bu? Kan Bu Nara juga tau kalau Pak Dimas selalu nempel sama Pak Arka. Kalau saya ketahuan, habislah saya, Bu.” Clarisa terlihat takut dan juga ragu.“Pinter dikit dong. Kamu kan kerja, sekretaris juga wajar kalau dekat sama bos. Masalah Pak Dimas gampang
Di rumah Clarisa.Hardiansyah dan Sandra sudah sampai di rumah Clarisa dan mereka terlihat sedang duduk berdua di ruang tamu untuk mengobrol seraya mereka menunggu Clarisa pulang dari kantor beberapa jam lagi. Hardiansyah tidak bisa pergi kemanapun saat ini karena Hardiansyah belum dapat mempercayai Sandra. Terpaksa Hardiansyah harus berdiam diri di rumah Clarisa seraya saling bertukar kabar dan mengirim pesan pada Clarisa sedang Sandra yang tidak punya ponsel dan merasa bosan lebih memilih untuk pergi ke ruangan yang memiliki tv.Tanpa meminta ijin lebih dulu, Sandra langsung saja menyalakan tv tersebut dan terkejut ketika tv tersebut menyala dan langsung menampilkan sebuah adegan panas di atas ranjang. Segera Sandra menoleh ke arah Hardiansyah yang juga terkejut karena mendengar suara aneh dari tv tersebut."Apa yang kamu lakukan?" Tanya Hardiansyah bingung namun netranya dan netra Sandra malah terkunci."Aku tidak tau. Aku bosan, mau nonton tv tapi malah tiba-tiba vidio ini muncul
Arka sudah pergi bekerja sedang Dinara masih asik berbaring di atas ranjang seraya memainkan ponselnya. Ponsel Dinara berbunyi ketika Dinara tengah menonton sebuah vidio edukasi bisnis dari ponselnya dan itu adalah sebuah pesan singkat.Dinara menutup sejenak vidio yang sedang ia tonton dan beralih membaca pesan singkat yang ia terima dari Clarisa tersebut."Bu Nara, kalau bisa ajak Pak Arka ke rumah sakit. Kita harus dapatkan sample spermanya untuk melanjutkan rencana kita. Tapi sebelum itu kita harus membawanya ke rumah sakit." Dinara menyerngitkan dahinya heran dengan pesan singkat Clarisa tersebut yang seolah mengaturnya. Dan Dinara juga bingung kenapa mereka harus mendapatkan cairan itu. Itu cukup menjijikkan dan juga memalukan.Bagaimana cara Dinara mengajak Arka ke rumah sakit dan mendapatkan cairan itu? Arka pasti curiga. Tapi, Clarisa ada benarnya juga. Mereka harus mempersiapkan semuanya bersamaan dengan pergerakan Dinara untuk merebut aset Arka.Tanpa Dinara ketahui bahwa