Kedua tangannya terus saja memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit, entah mengapa itu bisa terjadi lagi dan kini dalam pikirannya terus saja terbayang-bayang sesuatu. Seno tak mengerti apa itu. Tangannya yang tak bisa diam untuk memukul terus wajahnya hingga membuat Agatha terbingung apa yang terjadi dengan bosnya itu."Bapak... Pak Seno kenapa si?" tanyanya dengan bingung sambil menyentuh tangannya untuk menghentikan apa yang sedang dilakukan Pak Seno. Sebab kepalanya akan terasa sangat sakit dipukul-pukul seperti itu. "Sudah Pak hentikan!""Arghh... arghhh.... " Teriak dengan kencang karena rasa sakit yang dia rasakan, wajahnya bahkan kian memerah. Pandangannya semakin lama terus memudar dan apapun yang dilihatnya terus bergoyang. Hingga akhirnya pandangnya gelap dan dia pun terjatuh pingsan.Bruk!"Pak Seno... Bapak kenapa? Ayo bangun!" ucap Agatha dengan menepuk-nepuk pelan pipi bosnya itu. Namun hasilnya Pak Seno tetap saja menutup mata dan Agatha sontak berlari begitu saja
Bertengkar dengan memperebutkan pria yang sama, siapa sangka jika dirinya bertemu dengan teman dulu ketika kuliah. Dia mengenali siapa yang bersama dengan Pak Broto tadi, Sela teman atau lebih tepatnya bukan teman karena mereka tak pernah berbagi cerita. Dan untungnya Sela tak mengenali dirinya karena saat ini Agatha tengah menyamar sebagai Akira kekasih Seno."Kamu siapa wanita gatal? Aku ini kekasih Seno, jadi mohon minggir!" ucap Akira yang hendak kembali masuk ke dalam karena sebelumnya dia dihalangi, namun justru kembali dihalangi dengan tubuh Sela."Gila kamu ya, siapa yang gatal? Aku ini calon Istrinya, kalau tak percaya tanya saja sama Om Broto. Jadi aku tak mengizinkan wanita gila seperti kamu masuk," jawabnya dengan tatapan yang tajam.Agatha tertawa kecil, mungkin Sela pikir dia saja yang bisa seperti itu. Agatha pun bisa menjadi gila, walau dirinya kini tengah menyamar sebagai Akira namun dirinya tetap memiliki sikap yang sama dengan Agatha."Dih orang gila kok teriak gila
Seno yang saat ini tengah tersenyum karena kehadiran Agatha bahkan sampai menunggunya hingga Agatha tertidur di ruang rawatnya. Seno masih merasa bingung kenapa dirinya hanya dengan melihat senyuman Agatha tiba-tiba saja kepalanya terasa sakit. Tidak mungkin bukan jika senyuman Agatha berduri tajam?Brak!Dia yang tengah melamun, namun terkejut dengan kedatangan Ayahnya dan terlihat marah besar. Mungkinkah kemarahan Ayahnya karena melihat Agatha?"Ayah kenapa membuka pintu dengan kasar tidak tahu apa ini rumah sakit?" celetuk Seno dengan kesal."Jawab jujur Seno ya! Tadi Ayah melihat Agatha berpakaian sama dengan Akira," ucap Ayah Seno sehingga membuat Seno sendiri pun terkejut.Seno terdiam, apa sang Ayah sudah mengetahuinya? Lalu bagaimana caranya Seno menjelaskan mengenai jika Agatha adalah Akira begitu juga sebaliknya. Mungkinkah ini saatnya semua rahasianya itu terbongkar kalau pada dasarnya dia dan Akira atau Agatha ialah pacar pura-pura."Seno jangan diam saja kamu! jawab!" A
Kepergian Pak Angga kemarin wajib untuk dibahas oleh Agatha, entah apa yang bisa terjadi sehingga membuat Angga kekasihnya pergi begitu bahkan tanpa pamit.Hari ini dia kembali mulai bekerja, dirinya yang sedang duduk di depan layar komputer tiba-tiba saja terganggu dengan kedatangan Pak Seno. Untung saat ini tak ada Angga, karena jika tidak hubungannya akan menjadi sedikit retak lagi.Tok!Tok!"Masuk!" ucap Agatha dengan tersenyum, namun senyuman itu perlahan luntur saat dirinya melihat seorang wanita bersama dengan Pak Seno.Wanita yang sama di rumah sakit justru membuat Agatha bertanya-tanya, kenapa wanita itu disini? Dan bahkan bersama dengan Pak Seno karena seharusnya Pak Seno tak bersama dengan wanita gila itu."Agatha ini perkenalkan Sela. Kamu pasti sudah tahu bukan kalau namanya Sela, dia calon Istri saya," jawab Seno tersenyum sambil menatap Sela.Apa-apaan ini? Bukankah kemarin Pak Seno benci dan tak menyukai Sela? Lalu sekarang apa rasa sukanya sudah ada untuk Sela, secep
Sudah dua hari masih belum ada kabar tentang Angga kekasihnya, sedangkan Pak Seno semakin lama menjadi semakin dingin. Keduanya terjadi secara bersamaan, Agatha sungguh sedih seolah-olah seperti tengah ditinggalkan oleh kedua orang yang dia sayangi.Dia yang tak bersemangat untuk bekerja dan bahkan Agatha juga tak memiliki selera makan sama seperti tadi pagi. Dirinya hanya memakan beberapa sendok sarapan yang sudah disiapkan oleh sang Nenek.Waktunya makan siang, Agatha kini tetap saja berada di ruangannya. Dia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan mempekerjakan tugasnya yang belum selesai.Hingga dirinya merasa terganggu dengan suara ketika pintu yang terus saja berulang-ulang.Tok!Tok!Tok!Ruangan Agatha sengaja dirinya kunci sebab dia tak ingin ada orang yang mengganggunya, namun sepertinya sama saja masih tetap ada orang yang mengganggu dirinya. Dengan malas dan berjalan tergontai-gontai untuk membuka pintu. Ceklek!Agatha membulatkan matanya terkejut melihat seseora
Angga yang terlihat posesif dengan Agatha karena banyak sekali pria yang melihat kekasihnya ketika keluar dari mobil. Dirinya bahkan tak segan-segan mengumbar kemesraan agar orang-orang yang menatap Agatha itu tahu kalau Agatha adalah miliknya."Angga kamu kenapa si dari tadi cemberut aja?" ucapnya dengan bingung ketika melihat Angga yang menekuk wajahnya terus-menerus. "Ini semua karena kamu Agatha, bisa tidak kamu itu jangan cantik-cantik seperti ini?" Mendengar pertanyaan Angga yang memintanya untuk tak berpenampilan cantik membuat Agatha mengerutkan keningnya."Coba kamu lihat deh, banyak sekali pria yang terpesona dengan kecantikan kamu!" cetus Angga sehingga membuat Agatha terkekeh. Kekasihnya terlihat begitu menggemaskan ketika cemburu dengan dirinya. Agatha hanya menggelengkan kepalanya saja. Dan akhirnya mereka pun sampai di sebuah restoran yang sudah dipesan pribadi. "Angga, apa kamu yang memesan ini untukku?" tanya Agatha dengan terharu melihat tak ada orang satu pun d
Kenapa Sela memberikan pertanyaan seperti itu? Agatha yang sebenarnya sudah menebak akan terjadi sesuatu hal, karena dirinya merasakan hal yang buruk akan terjadi. Lihatlah semua perasaannya benar, dan sekarang dirinya terjebak hingga tak tahu harus menjawab apa."Pertanyaan kamu jangan menjerumus pada masalah pribadi Sela," ucap Seno dengan datar melarang Sela untuk bertanya-tanya mengenai hal pribadi kepada Agatha."Kenapa? Apakah ada peraturan kalau kita tak boleh bertanya tentang pribadi? Jadi say aja loh," ucapnya dengan tersenyum namun hal tersebut membuat Angga marah.Crank!Gelas yang berisi air putih milik Angga, telah dilemparkan olehnya sendiri. "Sepertinya kamu sengaja," cetus Angga dengan marah."Siapa yang sengaja? Aku hanya mengikuti permainan saja. Lagi pula Agatha diam saja dan belum menolak. Jadi ceritakan saja Agatha!""Aku... aku... aku... maaf, aku tak bisa menceritakannya," ucap Agatha dengan mengambil gelas kecil yang sudah dituangkan minuman beralkohol. Hal itu
Agatha yang sedang menangis setelah melihat anak kecil laki-laki itu. Dia yang berada di dalam mobil dengan menangis dalam diam justru rupanya di dengar oleh Angga. Bahkan dirinya sampai terkejut dengan pertanyaan Angga."Aku tidak apa-apa Angga, aku hanya mengingat Ibu saja," jawab Agatha dengan menghapus air matanya. Angga mengangguk, mereka yang sedang dalam perjalanan namun terjebak dalam kemacetan. Pagi seperti ini memang jalanan lebih banyak di akses oleh orang-orang yang berangkat bekerja. "Apa masih lama Angga?" tanya Agatha karena merasa takut jika dirinya akan kena marah saat terlambat sebab Pak Seno yang sekarang sudah berbeda."Sepertinya masih, namun tenang saja kamu tak usah khawatir aku akan berbicara dengan Seno nanti."Agatha menganggukkan kepalanya, memang kejadian semalam murni kesalahan kekasih Pak Seno yang memaksa Agatha dan Angga untuk bermain permainan bodoh itu sehingga membuat Agatha mabuk berat. Dia tahu pasti akan ada terus menerus pertanyaan yang menjeba
Sebentar lagi akan siang hari. Namun, kenapa Agatha tak keluar kamar juga, apa itu terjadi karena kejadian semalam? Lantas Bagaimana dengan pekerjaan Agatha sedangkan sejak tadi Angga terus saja menelepon dirinya. "Kenapa Agatha tak keluar kamar, bagaimana jika Angga bertanya nanti? Tak mungkin aku memberitahukan kalau Agatha marah karena hal itu," ucapnya dengan bingung karena Angga sebentar lagi akan datang ke sini untuk menjemput Agatha sedangkan Agatha sejak tadi tak keluar kamar."Nenek, Mama Agatha mana? Hago ingin makan dengannya," ucap Hago dengan berjalan mendekati nenek Agatha."Sepertinya Mama kamu sedang kelelahan, jadi jangan ganggu dia dulu ya sayang!" jawab sang nenek dan untungnya Hago adalah anak yang mudah mengerti."Kalau begitu Hago nonton dulu sambil menungggu makanan yang Nenek buat," ucapnya tersenyum gemas dan pergi menuju ruang keluarga.Rumah Agatha yang hanya te
Wajah panik dan khawatir apa yang akan terjadi dengan Agatha saat ini. Walau hanya luka kecil saja pada bagian pelipisnya karena batu yang mengenai Agatha itu tidak begitu besar. Namun, tetap saja dia merasa takut jika sesuatu lebih buruk lagi terjadi terhadap wanita yang Seno cinta itu.Seno tak membawa atau memberitahukan siapa pun mengenai kondisi Agatha yang saat ini berada di kamarnya. Dia bahkan setelah melihat kejadian itu langsung saja membawa Agatha pergi dari rumah Agatha, dan tentu saja Agatha tak menolak karena Agatha pingsan bahkan sampai saat ini. Dilakukan Seno saat inu hanya memandangi wajah Agatha yang tengah di periksa oleh dokter."Bagaimana Dok? Apa tidak ada sesuatu yang buruk kan?" tanya Seno dengan raut wajah bingungnya. Tentu saja Dokter itu menggelengkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Seno, memang tak ada yang terjadi terhadap Agatha dikarenakan Agatha hanya terdapat luka saja pada keningnya dan darah yang keluar itu sudah dibersihkan hingga bagian kepala
Dia yang hendak melangkah ke kamarnya. Namun, diurungkan karena melupakan suatu hal. "Aku lupa untuk berbicara dengan Agatha, dia harus membeli susu untuk Hago besok pagi," ucap nenek Agatha takut jika cucunya nanti berangkat pagi-pagi buta dan dia tak saling berpapasan. Walau sudah tua tetapi nenek Agatha sanggup melakukan apapun dengan sendiri. Namun, berbeda jika dia sakit nanti. Dan lagi pula dengan adanya Hago dapat membuatnya tak merasa kesepian. Dia yang saat ini tengah melangkah menuju kamar Agatha tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara Agatha yang menangis. "Agatha menangis, apa yang terjadi?" ucapnya bertanya dengan dirinya sendiri. Dia yang mengubah raut wajahnya menjadi sangat Khawatir terhadap cucunya takut hal yang tak terduga terjadi di dalam. Namun, dirinya mendengar suatu kalimat yang diucapkan oleh Agatha. Dan dengan cepat juga wajahnya yang tadi khawatir berubah menjadi marah. Brak! Pintu yang dibuka dengan kasar olehnya membuat Agatha terkejut. Mel
Masih bingung dengan jawaban yang harus dia berikan, Agatha tak tahu harus menerima Angga atau tidak. Dia yang masih saja memikirkan ucapan Seno mengenai perasaan Seno saat malam itu, sedangkan dirinya baru saja tadi pagi melihat Seno sudah berpaling dengan wanita lain. Dan lagi pula dia tak mungkin menolak Angga yang sudah mempersiapkan ini semua. Tidak lama kemudian Agatha terkejut dengan kedatangan Neneknya dan juga Hago yang berada di tempat ini juga."Kalian berdua ada disini?""Iya, kami telah menyaksikannya sejak tadi," jawab Nenek Agatha sehingga membuat Agatha tersenyum. Dia pun memeluk Neneknya dan membisikkan sesuatu kepada sang Nenek."Apa jawaban yang harus aku berikan?" tanya Agatha dengan suara pelan."Terima saja!" jawab Sang Nenek sehingga membuat Agatha terdiam.Jawaban keduanya saling bertolak belakang. Neneknya yang menyetujui jika Angga menjadi calon Suami Agatha sedangkan Agatha masih bimbang. Namun ketika dia melihat wajah Neneknya dan Hago tampak bahagia membua
Karena seorang wanita hubungan seorang Ayah dan anaknya hancur. Seno yang tak terima jika wanita yang dia cinta dihina seperti tadi. Agatha bukanlah wanita selalu saja berpikiran mengenai harta, dia wanita tulus yang menerima seseorang dengan apa adanya. "Jika Ayah terus mengatakan hal buruk tentang Agatha, maka aku tidak akan lagi menginjakkan kaki di tempat ini sekali pun Ayah memaksaku!" ucapnya dalam Seno berusaha mengancam Ayahnya agar tak terus-menerus mengatakan hal buruk mengenai Agatha. Keluarganya yang sudah hancur tanpa ada seorang Ibu dan Seno hanya dibesarkan oleh Ayah yang keras kepala dan tak memiliki hati. Walau sikap Seno tidak jauh berbeda dari Ayahnya, namun dia masih memiliki hati dan berpikir keras tentang perasaan seseorang. Kini Seno tak akan lagi melangkahkan kakinya dan menginjakkan rumah milik sang Ayah. Rumah yang dulu banyak kenangan bahagia ketika saat-saat bersama dengan Ibunya dan keluarganya termasuk dibilang keluarga harmonis, akan tetapi dalam
Mendengar suara bising dari meja yang tak jauh dari tempatnya, dan ketika Seno memutarkan pandangannya dia melihat seseorang yang saat ini berada di dalam hatinya itu tengah berdiri, bahkan suara yang tadi dia dengar berasal dari wanita tersebut."Kenapa ada Agatha? Apa dia bertengkar dengan Angga atau mungkin dirinya cemburu melihat aku bersama dengan Dinda?" tanyanya dalam hati. Bukan hanya Seno saja yang melihat Agatha, Ayah Seno pun juga mengetahui keberadaan Agatha di tempat yang sama.Kepergian Agatha membuat Pak Broto tersenyum, tanpa rencananya semua berjalan dengan lancar. Sedangkan Seno justru merasa bingung dengan Agatha tadi. Dia sontak berdiri dan ingin hendak mengejar Agatha, namun sesuatu menahan langkahnya."Mau kemana kamu? Cepat duduk!" ucap Ayah Seno dengan mencekal tangan.Mendengar itu Seno tak bisa mengelak, dia telah membuat janji terhadap Ayahnya dana akan selalu menuruti ucapan Sang Ayah tanpa membantahnya sedikit pun.Dia sebenarnya masih menganggung malu deng
Tak tahan dengan dirinya selalu saja disebut dan dipandang buruk oleh Pak Broto dan jika dia melawannya pun tak akan menjadi masalah sebab dirinya sudah tak bekerja di tempat perusahaan milik Pak Broto.Wajah Agatha yang terlihat marah besar sontak langsung saja melemparkan Pak Broto dengan segelas air putih yang berada di depan matanya.Byur!Pakaian yang terlihat mewah kini sama di depan mata Agatha ketika melihat sudah lusuh dan basah karena air yang disiram olehnya. "Sebelumnya maaf Pak jika saya melakukan hal yang baru saja saya lakukan. Seharusnya Bapak itu sadar, sudah tua jangan berbuat dosa dengan ucapan yang keluar dari mulut Bapak itu."Sedangkan seorang pria tua yang saat ini berada dihadapan Agatha terlihat marah karena dirinya yang biasa dihormati justru dihina, bahkan orang yang menghina dia adalah wanita bawahan seperti Agatha."Kamu bagi keluarga saya hanyalah debu, sesuatu yang harus dihilangkan atau dibersihkan. Bahkan karena debu seluruh keluarga mendapatkan penyak
Berjalan dengan hati-hati dan tanpa suara agar tak ada yang menyadari kepergiannya. Agatha yang saat tadi berteleponan dengan Pak Seno dan dia sungguh terkejut saat Pak Seno sudah berada di dekat rumahnya. Agatha antara percaya ataupun tidak, namun tak ada salahnya jika dia melihat. Kini dirinya sudah berhasil berada diluar rumah tanpa sepengetahuan siapapun. Udara yang sejuk menusuk kulitnya yang begitu putih dan mulus. Menggunakan pakaian tidur dengan sebuah sendal berbulu."Dimana Pak Seno? Apa mungkin dia hanya berbohong dan mengerjai aku?" tanya Agatha sambil melihat ke berbagai arah. Dia sebenarnya sedikit merasa tak yakin jika Pak Seno benar-benar berada di rumahnya, karena sekarang itu sudah menunjukkan jam satu malam.Agatha yang terus-menerus melihat-lihat dia tersentak kaget saat melihat seorang pria bertubuh tinggi dengan menggunakan topeng badut. Tubuhnya tiba-tiba saja menjadi kaku dan wajahnya terlihat sangat pucat."Siapa kamu?" tanya Agatha dengan gemetar ketakutan.
Entah dibawa kemana dirinya oleh Angga, Agatha benar-benar merasa bingung sebab dia tak kembali pulang ke rumah melainkan ke suatu tempat yang begitu asing baginya."Angga kita kenapa ke tempat ini?" tanya Agatha saat melihat sebuah hotel besar. Dia yang tak tahu jika dibawa ke tempat seperti ini sebab selama perjalanan dirinya tertidur. "Tak apa-apa, kita akan bermalaman yang lama disini!" Angga berucap, namun terlihat dari raut wajah marah Angga, beberapa kalimat yang diucapkan itu melainkan sebuah perintah."Aku menolak Angga, aku ingin pulang!" Agatha menolak ajakan Angga dengan keras.Melihat sang kekasih yang berani membantahnya membuat Angga sungguh kesal.Plak!Tamparan keras mengenai pipi kanan Agatha. "Kenapa menampar aku Angga? Kau berubah!" Teriak Agatha dengan merasa sangat kecewa melihat Angga yang kasar.Selama bertahun-tahun pacaran dulu dia tak pernah melihat Angga bersikap kasar seperti ini, namun sekarang Angga benar-benar dengan berani menampar dirinya."Maaf Agat