Angga yang terlihat posesif dengan Agatha karena banyak sekali pria yang melihat kekasihnya ketika keluar dari mobil. Dirinya bahkan tak segan-segan mengumbar kemesraan agar orang-orang yang menatap Agatha itu tahu kalau Agatha adalah miliknya."Angga kamu kenapa si dari tadi cemberut aja?" ucapnya dengan bingung ketika melihat Angga yang menekuk wajahnya terus-menerus. "Ini semua karena kamu Agatha, bisa tidak kamu itu jangan cantik-cantik seperti ini?" Mendengar pertanyaan Angga yang memintanya untuk tak berpenampilan cantik membuat Agatha mengerutkan keningnya."Coba kamu lihat deh, banyak sekali pria yang terpesona dengan kecantikan kamu!" cetus Angga sehingga membuat Agatha terkekeh. Kekasihnya terlihat begitu menggemaskan ketika cemburu dengan dirinya. Agatha hanya menggelengkan kepalanya saja. Dan akhirnya mereka pun sampai di sebuah restoran yang sudah dipesan pribadi. "Angga, apa kamu yang memesan ini untukku?" tanya Agatha dengan terharu melihat tak ada orang satu pun d
Kenapa Sela memberikan pertanyaan seperti itu? Agatha yang sebenarnya sudah menebak akan terjadi sesuatu hal, karena dirinya merasakan hal yang buruk akan terjadi. Lihatlah semua perasaannya benar, dan sekarang dirinya terjebak hingga tak tahu harus menjawab apa."Pertanyaan kamu jangan menjerumus pada masalah pribadi Sela," ucap Seno dengan datar melarang Sela untuk bertanya-tanya mengenai hal pribadi kepada Agatha."Kenapa? Apakah ada peraturan kalau kita tak boleh bertanya tentang pribadi? Jadi say aja loh," ucapnya dengan tersenyum namun hal tersebut membuat Angga marah.Crank!Gelas yang berisi air putih milik Angga, telah dilemparkan olehnya sendiri. "Sepertinya kamu sengaja," cetus Angga dengan marah."Siapa yang sengaja? Aku hanya mengikuti permainan saja. Lagi pula Agatha diam saja dan belum menolak. Jadi ceritakan saja Agatha!""Aku... aku... aku... maaf, aku tak bisa menceritakannya," ucap Agatha dengan mengambil gelas kecil yang sudah dituangkan minuman beralkohol. Hal itu
Agatha yang sedang menangis setelah melihat anak kecil laki-laki itu. Dia yang berada di dalam mobil dengan menangis dalam diam justru rupanya di dengar oleh Angga. Bahkan dirinya sampai terkejut dengan pertanyaan Angga."Aku tidak apa-apa Angga, aku hanya mengingat Ibu saja," jawab Agatha dengan menghapus air matanya. Angga mengangguk, mereka yang sedang dalam perjalanan namun terjebak dalam kemacetan. Pagi seperti ini memang jalanan lebih banyak di akses oleh orang-orang yang berangkat bekerja. "Apa masih lama Angga?" tanya Agatha karena merasa takut jika dirinya akan kena marah saat terlambat sebab Pak Seno yang sekarang sudah berbeda."Sepertinya masih, namun tenang saja kamu tak usah khawatir aku akan berbicara dengan Seno nanti."Agatha menganggukkan kepalanya, memang kejadian semalam murni kesalahan kekasih Pak Seno yang memaksa Agatha dan Angga untuk bermain permainan bodoh itu sehingga membuat Agatha mabuk berat. Dia tahu pasti akan ada terus menerus pertanyaan yang menjeba
Agatha saat ini tengah dirawat di rumah sakit. Dia yang mengalami dehidrasi membuat dua orang pria tampan mengkhawatirkan dirinya."Apa yang sudah anda lakukan terhadap kekasih saya?" tanya Angga dengan sorot mata yang begitu tajam. Terlihat dengan jelas kalau Angga marah dan masih tidak bisa menerima apa yang dia lihat tadi."Saya hanya bantu saja, lagi pula belum tentu dia benar-benar mencintai kamu," jawab Seno terkekeh meremehkan Angga.Mencoba untuk menahan amarahnya demi Agatha, dia tak mau terjadi pertengkaran di rumah sakit ini apalagi dirinya berada di ruang rawat Agatha. Dia takut menimbulkan keributan dan membuat Agatha terganggu.Tangan Angga yang sudah mencengkram kuat kerah kemeja Seno, terlepas begitu saja ketika melihat knop pintu yang terputar.Ceklek!"Bagaimana keadaan Agatha?" tanya Nenek Agatha yang datang bersama dengan Hago."Agatha dehidrasi Nek, dia juga belum makan dan minum sejak tadi pagi," jawab Angga dengan menundukkan kepalanya. Dia yang merasa bersalah k
Tak pandai berkelahi itulah Seno, dia yang sudah habis babak belur oleh Angga dan bahkan para karyawannya tak ada yang berani memisahkan, begitu juga dengan Sela yang justru menelepon Pak Broto Ayah Seno.Melihat Seno yang terkapar lemas membuat Angga tersenyum. Dia mengeluarkan kertas yang berada di balik jasnya. "Mulai saat ini Agatha sudah mengundurkan diri menjadi sekretaris di perusahaan ini!" cetus Angga dan langsung saja melangkah pergi.Rasanya dia sungguh senang karena bisa melampiaskan amarahnya. Sejak kemarin Agatha melarangnya untuk melakukan sesuatu. Dia yang awalnya hanya ingin memberikan surat pengunduran diri Agatha, justru terbawa emosi karena mengingat dan terus terbayang bagaimana Agatha yang tertidur di atas paha Seno.Dia kembali mengingat pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan Agatha kemarin di rumah sakit."Aku itu harus profesional Angga," ucap Agatha yang mencoba membuat Angga tak ikut campur dengan urusannya.Angga yang terus saja keras kepala dan memin
Terkejut dengan Pak Broto yang tiba-tiba saja menampar Agatha sehingga membuat Angga marah. "Agatha kamu baik-baik saja?" tanya Angga dengan menyentuh pipi kanan Agatha yang mendapatkan tamparan."Aku tidak apa-apa," jawab Agatha yang tadinya merasa kesal namun justru dia mencoba untuk bersabar.Angga yang terlihat kesal langsung saja melangkah menghadap Pak Broto yang berwajah tegas."Bapak tangannya tak pernah disekolahkan ya? Ingat semua orang tahu siapa Bapak, jaga sikap ya Pak!" celetuk Angga dengan ucapan yang begitu lantang.Agatha mencoba membuat agar Angga tak memakai kekerasan karena Pak Broto adalah orang tua, terlebih lagi jika nanti dia sudah sangat marah maka mungkin bisa saja Pak Broto akan habis ditangan Angga."Kau yang seharusnya jaga sikap dengan saya, tahu kan siapa saya? Kamu harus menghormati saya Angga!""Anda bukan siapa-siapa yang harus saya hormati Pak Broto, hanya karena uang saya pun juga punya."Keduanya yang terlihat saling tatap-tatapan satu sama lain,
Agatha yang sedang membuat susu untuk Hago namun tertunda karena ucapan Hago yang mengatakan kalau Angga sedang marah, namun dengan siapa? Tidak mungkin dengan Hago karena setahu Agatha kalau kekasihnya itu adalah pria yang amat menyukai anak kecil."Dengan siapa Hago?""Orang Mama, aku tidak tahu... eh aku ingat, dia yang waktu itu di rumah sakit," jawab Hago dengan ucapan lucunya.Dan yang ada dipikiran Agatha hanya ada Pak Seno karena selain keluarganya Pak Seno lah yang ada di rumah sakit bersama dengan seluruh keluarganya.Sontak Agatha pun menggendong Hago dan berjalan ke depan untuk memastikan benar atau tidak itu Pak Seno.Dia yang telah sampai di depan dan ternyata dugaannya benar kalau orang yang dimaksud dengan Hago adalah Pak Seno. Dengan cepat Agatha melangkah dan memisahkan pertengkaran yang akan terjadi diantara dengan mereka."Stop, jangan ada pertengkaran!" ucap Agatha sambil menggendong Hago. Sedangkan keduanya terkejut dengan kedatangan Agatha secara tiba-tiba itu.
Jika Agatha tak memikirkan itu sangat mustahil baginya, iya Agatha saat ini tengah memikirkan mengenai ucapan Seno tadi. Kenapa baru sekarang? Lalu kemarin kemana saja, dan apa maksud Seno tadi kalau dia memiliki alasan untuk tak berbicara dengan Agatha. Jujur Agatha merasa sangat penasaran dengan alasan Pak Seno."Apa aku harus bertanya apa alasannya?" ucap Agatha yang saat ini berada di dalam kamar.Dia sungguh bimbang dalam menentukan sebuah keputusan. Dirinya benar-benar bingung, disisi lain Agatha penasaran namun disisi lain juga dia takut jika Angga marah dan dia merasa kecewa terhadap dirinya."Aku harus pergi sekarang dan mengajak Pak Seno bertemu," celetuk Agatha bersiap-siap dan mengirimkan pesan kepada Pak Seno menyempatkan waktu untuk bertemu dengan dirinya.Sudah tengah malam namun Agatha tak takut untuk pergi keluar dan lagi pula dia hanya berjalan tak jauh dari rumahnya yaitu disebuah taman. Agatha yang mengajak Pak Seno untuk bertemu di taman dekat daerah rumahnya. Hin