Sudah dua hari masih belum ada kabar tentang Angga kekasihnya, sedangkan Pak Seno semakin lama menjadi semakin dingin. Keduanya terjadi secara bersamaan, Agatha sungguh sedih seolah-olah seperti tengah ditinggalkan oleh kedua orang yang dia sayangi.Dia yang tak bersemangat untuk bekerja dan bahkan Agatha juga tak memiliki selera makan sama seperti tadi pagi. Dirinya hanya memakan beberapa sendok sarapan yang sudah disiapkan oleh sang Nenek.Waktunya makan siang, Agatha kini tetap saja berada di ruangannya. Dia lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan mempekerjakan tugasnya yang belum selesai.Hingga dirinya merasa terganggu dengan suara ketika pintu yang terus saja berulang-ulang.Tok!Tok!Tok!Ruangan Agatha sengaja dirinya kunci sebab dia tak ingin ada orang yang mengganggunya, namun sepertinya sama saja masih tetap ada orang yang mengganggu dirinya. Dengan malas dan berjalan tergontai-gontai untuk membuka pintu. Ceklek!Agatha membulatkan matanya terkejut melihat seseora
Angga yang terlihat posesif dengan Agatha karena banyak sekali pria yang melihat kekasihnya ketika keluar dari mobil. Dirinya bahkan tak segan-segan mengumbar kemesraan agar orang-orang yang menatap Agatha itu tahu kalau Agatha adalah miliknya."Angga kamu kenapa si dari tadi cemberut aja?" ucapnya dengan bingung ketika melihat Angga yang menekuk wajahnya terus-menerus. "Ini semua karena kamu Agatha, bisa tidak kamu itu jangan cantik-cantik seperti ini?" Mendengar pertanyaan Angga yang memintanya untuk tak berpenampilan cantik membuat Agatha mengerutkan keningnya."Coba kamu lihat deh, banyak sekali pria yang terpesona dengan kecantikan kamu!" cetus Angga sehingga membuat Agatha terkekeh. Kekasihnya terlihat begitu menggemaskan ketika cemburu dengan dirinya. Agatha hanya menggelengkan kepalanya saja. Dan akhirnya mereka pun sampai di sebuah restoran yang sudah dipesan pribadi. "Angga, apa kamu yang memesan ini untukku?" tanya Agatha dengan terharu melihat tak ada orang satu pun d
Kenapa Sela memberikan pertanyaan seperti itu? Agatha yang sebenarnya sudah menebak akan terjadi sesuatu hal, karena dirinya merasakan hal yang buruk akan terjadi. Lihatlah semua perasaannya benar, dan sekarang dirinya terjebak hingga tak tahu harus menjawab apa."Pertanyaan kamu jangan menjerumus pada masalah pribadi Sela," ucap Seno dengan datar melarang Sela untuk bertanya-tanya mengenai hal pribadi kepada Agatha."Kenapa? Apakah ada peraturan kalau kita tak boleh bertanya tentang pribadi? Jadi say aja loh," ucapnya dengan tersenyum namun hal tersebut membuat Angga marah.Crank!Gelas yang berisi air putih milik Angga, telah dilemparkan olehnya sendiri. "Sepertinya kamu sengaja," cetus Angga dengan marah."Siapa yang sengaja? Aku hanya mengikuti permainan saja. Lagi pula Agatha diam saja dan belum menolak. Jadi ceritakan saja Agatha!""Aku... aku... aku... maaf, aku tak bisa menceritakannya," ucap Agatha dengan mengambil gelas kecil yang sudah dituangkan minuman beralkohol. Hal itu
Agatha yang sedang menangis setelah melihat anak kecil laki-laki itu. Dia yang berada di dalam mobil dengan menangis dalam diam justru rupanya di dengar oleh Angga. Bahkan dirinya sampai terkejut dengan pertanyaan Angga."Aku tidak apa-apa Angga, aku hanya mengingat Ibu saja," jawab Agatha dengan menghapus air matanya. Angga mengangguk, mereka yang sedang dalam perjalanan namun terjebak dalam kemacetan. Pagi seperti ini memang jalanan lebih banyak di akses oleh orang-orang yang berangkat bekerja. "Apa masih lama Angga?" tanya Agatha karena merasa takut jika dirinya akan kena marah saat terlambat sebab Pak Seno yang sekarang sudah berbeda."Sepertinya masih, namun tenang saja kamu tak usah khawatir aku akan berbicara dengan Seno nanti."Agatha menganggukkan kepalanya, memang kejadian semalam murni kesalahan kekasih Pak Seno yang memaksa Agatha dan Angga untuk bermain permainan bodoh itu sehingga membuat Agatha mabuk berat. Dia tahu pasti akan ada terus menerus pertanyaan yang menjeba
Agatha saat ini tengah dirawat di rumah sakit. Dia yang mengalami dehidrasi membuat dua orang pria tampan mengkhawatirkan dirinya."Apa yang sudah anda lakukan terhadap kekasih saya?" tanya Angga dengan sorot mata yang begitu tajam. Terlihat dengan jelas kalau Angga marah dan masih tidak bisa menerima apa yang dia lihat tadi."Saya hanya bantu saja, lagi pula belum tentu dia benar-benar mencintai kamu," jawab Seno terkekeh meremehkan Angga.Mencoba untuk menahan amarahnya demi Agatha, dia tak mau terjadi pertengkaran di rumah sakit ini apalagi dirinya berada di ruang rawat Agatha. Dia takut menimbulkan keributan dan membuat Agatha terganggu.Tangan Angga yang sudah mencengkram kuat kerah kemeja Seno, terlepas begitu saja ketika melihat knop pintu yang terputar.Ceklek!"Bagaimana keadaan Agatha?" tanya Nenek Agatha yang datang bersama dengan Hago."Agatha dehidrasi Nek, dia juga belum makan dan minum sejak tadi pagi," jawab Angga dengan menundukkan kepalanya. Dia yang merasa bersalah k
Tak pandai berkelahi itulah Seno, dia yang sudah habis babak belur oleh Angga dan bahkan para karyawannya tak ada yang berani memisahkan, begitu juga dengan Sela yang justru menelepon Pak Broto Ayah Seno.Melihat Seno yang terkapar lemas membuat Angga tersenyum. Dia mengeluarkan kertas yang berada di balik jasnya. "Mulai saat ini Agatha sudah mengundurkan diri menjadi sekretaris di perusahaan ini!" cetus Angga dan langsung saja melangkah pergi.Rasanya dia sungguh senang karena bisa melampiaskan amarahnya. Sejak kemarin Agatha melarangnya untuk melakukan sesuatu. Dia yang awalnya hanya ingin memberikan surat pengunduran diri Agatha, justru terbawa emosi karena mengingat dan terus terbayang bagaimana Agatha yang tertidur di atas paha Seno.Dia kembali mengingat pertengkaran yang terjadi antara dirinya dan Agatha kemarin di rumah sakit."Aku itu harus profesional Angga," ucap Agatha yang mencoba membuat Angga tak ikut campur dengan urusannya.Angga yang terus saja keras kepala dan memin
Terkejut dengan Pak Broto yang tiba-tiba saja menampar Agatha sehingga membuat Angga marah. "Agatha kamu baik-baik saja?" tanya Angga dengan menyentuh pipi kanan Agatha yang mendapatkan tamparan."Aku tidak apa-apa," jawab Agatha yang tadinya merasa kesal namun justru dia mencoba untuk bersabar.Angga yang terlihat kesal langsung saja melangkah menghadap Pak Broto yang berwajah tegas."Bapak tangannya tak pernah disekolahkan ya? Ingat semua orang tahu siapa Bapak, jaga sikap ya Pak!" celetuk Angga dengan ucapan yang begitu lantang.Agatha mencoba membuat agar Angga tak memakai kekerasan karena Pak Broto adalah orang tua, terlebih lagi jika nanti dia sudah sangat marah maka mungkin bisa saja Pak Broto akan habis ditangan Angga."Kau yang seharusnya jaga sikap dengan saya, tahu kan siapa saya? Kamu harus menghormati saya Angga!""Anda bukan siapa-siapa yang harus saya hormati Pak Broto, hanya karena uang saya pun juga punya."Keduanya yang terlihat saling tatap-tatapan satu sama lain,
Agatha yang sedang membuat susu untuk Hago namun tertunda karena ucapan Hago yang mengatakan kalau Angga sedang marah, namun dengan siapa? Tidak mungkin dengan Hago karena setahu Agatha kalau kekasihnya itu adalah pria yang amat menyukai anak kecil."Dengan siapa Hago?""Orang Mama, aku tidak tahu... eh aku ingat, dia yang waktu itu di rumah sakit," jawab Hago dengan ucapan lucunya.Dan yang ada dipikiran Agatha hanya ada Pak Seno karena selain keluarganya Pak Seno lah yang ada di rumah sakit bersama dengan seluruh keluarganya.Sontak Agatha pun menggendong Hago dan berjalan ke depan untuk memastikan benar atau tidak itu Pak Seno.Dia yang telah sampai di depan dan ternyata dugaannya benar kalau orang yang dimaksud dengan Hago adalah Pak Seno. Dengan cepat Agatha melangkah dan memisahkan pertengkaran yang akan terjadi diantara dengan mereka."Stop, jangan ada pertengkaran!" ucap Agatha sambil menggendong Hago. Sedangkan keduanya terkejut dengan kedatangan Agatha secara tiba-tiba itu.
Dia yang hendak melangkah ke kamarnya. Namun, diurungkan karena melupakan suatu hal. "Aku lupa untuk berbicara dengan Agatha, dia harus membeli susu untuk Hago besok pagi," ucap nenek Agatha takut jika cucunya nanti berangkat pagi-pagi buta dan dia tak saling berpapasan. Walau sudah tua tetapi nenek Agatha sanggup melakukan apapun dengan sendiri. Namun, berbeda jika dia sakit nanti. Dan lagi pula dengan adanya Hago dapat membuatnya tak merasa kesepian. Dia yang saat ini tengah melangkah menuju kamar Agatha tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara Agatha yang menangis. "Agatha menangis, apa yang terjadi?" ucapnya bertanya dengan dirinya sendiri. Dia yang mengubah raut wajahnya menjadi sangat Khawatir terhadap cucunya takut hal yang tak terduga terjadi di dalam. Namun, dirinya mendengar suatu kalimat yang diucapkan oleh Agatha. Dan dengan cepat juga wajahnya yang tadi khawatir berubah menjadi marah. Brak! Pintu yang dibuka dengan kasar olehnya membuat Agatha terkejut. Mel
Masih bingung dengan jawaban yang harus dia berikan, Agatha tak tahu harus menerima Angga atau tidak. Dia yang masih saja memikirkan ucapan Seno mengenai perasaan Seno saat malam itu, sedangkan dirinya baru saja tadi pagi melihat Seno sudah berpaling dengan wanita lain. Dan lagi pula dia tak mungkin menolak Angga yang sudah mempersiapkan ini semua. Tidak lama kemudian Agatha terkejut dengan kedatangan Neneknya dan juga Hago yang berada di tempat ini juga."Kalian berdua ada disini?""Iya, kami telah menyaksikannya sejak tadi," jawab Nenek Agatha sehingga membuat Agatha tersenyum. Dia pun memeluk Neneknya dan membisikkan sesuatu kepada sang Nenek."Apa jawaban yang harus aku berikan?" tanya Agatha dengan suara pelan."Terima saja!" jawab Sang Nenek sehingga membuat Agatha terdiam.Jawaban keduanya saling bertolak belakang. Neneknya yang menyetujui jika Angga menjadi calon Suami Agatha sedangkan Agatha masih bimbang. Namun ketika dia melihat wajah Neneknya dan Hago tampak bahagia membua
Karena seorang wanita hubungan seorang Ayah dan anaknya hancur. Seno yang tak terima jika wanita yang dia cinta dihina seperti tadi. Agatha bukanlah wanita selalu saja berpikiran mengenai harta, dia wanita tulus yang menerima seseorang dengan apa adanya. "Jika Ayah terus mengatakan hal buruk tentang Agatha, maka aku tidak akan lagi menginjakkan kaki di tempat ini sekali pun Ayah memaksaku!" ucapnya dalam Seno berusaha mengancam Ayahnya agar tak terus-menerus mengatakan hal buruk mengenai Agatha. Keluarganya yang sudah hancur tanpa ada seorang Ibu dan Seno hanya dibesarkan oleh Ayah yang keras kepala dan tak memiliki hati. Walau sikap Seno tidak jauh berbeda dari Ayahnya, namun dia masih memiliki hati dan berpikir keras tentang perasaan seseorang. Kini Seno tak akan lagi melangkahkan kakinya dan menginjakkan rumah milik sang Ayah. Rumah yang dulu banyak kenangan bahagia ketika saat-saat bersama dengan Ibunya dan keluarganya termasuk dibilang keluarga harmonis, akan tetapi dalam
Mendengar suara bising dari meja yang tak jauh dari tempatnya, dan ketika Seno memutarkan pandangannya dia melihat seseorang yang saat ini berada di dalam hatinya itu tengah berdiri, bahkan suara yang tadi dia dengar berasal dari wanita tersebut."Kenapa ada Agatha? Apa dia bertengkar dengan Angga atau mungkin dirinya cemburu melihat aku bersama dengan Dinda?" tanyanya dalam hati. Bukan hanya Seno saja yang melihat Agatha, Ayah Seno pun juga mengetahui keberadaan Agatha di tempat yang sama.Kepergian Agatha membuat Pak Broto tersenyum, tanpa rencananya semua berjalan dengan lancar. Sedangkan Seno justru merasa bingung dengan Agatha tadi. Dia sontak berdiri dan ingin hendak mengejar Agatha, namun sesuatu menahan langkahnya."Mau kemana kamu? Cepat duduk!" ucap Ayah Seno dengan mencekal tangan.Mendengar itu Seno tak bisa mengelak, dia telah membuat janji terhadap Ayahnya dana akan selalu menuruti ucapan Sang Ayah tanpa membantahnya sedikit pun.Dia sebenarnya masih menganggung malu deng
Tak tahan dengan dirinya selalu saja disebut dan dipandang buruk oleh Pak Broto dan jika dia melawannya pun tak akan menjadi masalah sebab dirinya sudah tak bekerja di tempat perusahaan milik Pak Broto.Wajah Agatha yang terlihat marah besar sontak langsung saja melemparkan Pak Broto dengan segelas air putih yang berada di depan matanya.Byur!Pakaian yang terlihat mewah kini sama di depan mata Agatha ketika melihat sudah lusuh dan basah karena air yang disiram olehnya. "Sebelumnya maaf Pak jika saya melakukan hal yang baru saja saya lakukan. Seharusnya Bapak itu sadar, sudah tua jangan berbuat dosa dengan ucapan yang keluar dari mulut Bapak itu."Sedangkan seorang pria tua yang saat ini berada dihadapan Agatha terlihat marah karena dirinya yang biasa dihormati justru dihina, bahkan orang yang menghina dia adalah wanita bawahan seperti Agatha."Kamu bagi keluarga saya hanyalah debu, sesuatu yang harus dihilangkan atau dibersihkan. Bahkan karena debu seluruh keluarga mendapatkan penyak
Berjalan dengan hati-hati dan tanpa suara agar tak ada yang menyadari kepergiannya. Agatha yang saat tadi berteleponan dengan Pak Seno dan dia sungguh terkejut saat Pak Seno sudah berada di dekat rumahnya. Agatha antara percaya ataupun tidak, namun tak ada salahnya jika dia melihat. Kini dirinya sudah berhasil berada diluar rumah tanpa sepengetahuan siapapun. Udara yang sejuk menusuk kulitnya yang begitu putih dan mulus. Menggunakan pakaian tidur dengan sebuah sendal berbulu."Dimana Pak Seno? Apa mungkin dia hanya berbohong dan mengerjai aku?" tanya Agatha sambil melihat ke berbagai arah. Dia sebenarnya sedikit merasa tak yakin jika Pak Seno benar-benar berada di rumahnya, karena sekarang itu sudah menunjukkan jam satu malam.Agatha yang terus-menerus melihat-lihat dia tersentak kaget saat melihat seorang pria bertubuh tinggi dengan menggunakan topeng badut. Tubuhnya tiba-tiba saja menjadi kaku dan wajahnya terlihat sangat pucat."Siapa kamu?" tanya Agatha dengan gemetar ketakutan.
Entah dibawa kemana dirinya oleh Angga, Agatha benar-benar merasa bingung sebab dia tak kembali pulang ke rumah melainkan ke suatu tempat yang begitu asing baginya."Angga kita kenapa ke tempat ini?" tanya Agatha saat melihat sebuah hotel besar. Dia yang tak tahu jika dibawa ke tempat seperti ini sebab selama perjalanan dirinya tertidur. "Tak apa-apa, kita akan bermalaman yang lama disini!" Angga berucap, namun terlihat dari raut wajah marah Angga, beberapa kalimat yang diucapkan itu melainkan sebuah perintah."Aku menolak Angga, aku ingin pulang!" Agatha menolak ajakan Angga dengan keras.Melihat sang kekasih yang berani membantahnya membuat Angga sungguh kesal.Plak!Tamparan keras mengenai pipi kanan Agatha. "Kenapa menampar aku Angga? Kau berubah!" Teriak Agatha dengan merasa sangat kecewa melihat Angga yang kasar.Selama bertahun-tahun pacaran dulu dia tak pernah melihat Angga bersikap kasar seperti ini, namun sekarang Angga benar-benar dengan berani menampar dirinya."Maaf Agat
Raut wajahnya terlihat begitu kesal, bahkan sejak tadi sudah banyak orang yang menjadi korbannya. Dia yang marah karena mendengar pembicaraan Agatha dengan Angga begitu jelas, bahkan sebuah suara yang paling membuat Seno marah."Kalian itu kerja apa si? Kenapa seperti ini saja masih salah?" ucap Seno dengan suara yang membentak sehingga membuat semua orang pada takut."Maaf Pak, kami sepertinya sudah benar. Apa yang harus diperbaiki lagi ya?" tanya salah satu dari merekalah dengan ketakutan."Periksa yang teliti, pakai mata sama otak!" Seno yang biasanya dingin dan datar namun kini bersikap begitu kasar.Semuanya pun mengangguk dan pergi meninggalkan ruangan Seno. "Arghhh... kenapa si?" ucap Seno berteriak. Sebentar lagi tunangannya akan segera terlaksana, dan sedangkan dia masih menunggu apakah Agatha memiliki perasaan atau tidak terhadap dirinya. Jika iya Seno akan memperjuangkan tanpa peduli jika Agatha sudah memiliki kekasih. Namun jika tidak dia tidak akan memperjuangkan Agatha
Bersembunyi dari banyak orang tentang kehamilannya. Dia telah berencana untuk tak menggugurkannya dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Setiap hari hidup sendiri, yang awalnya dia pikir menghindari orang-orang akan mudah baginya, namun dia mengalami kesulitan karena tak ada orang yang bisa diminta tolong oleh dirinya. Dia yang dengan sengaja mengasingkan dirinya sendiri. Dan ketika kandungannya sudah besar, dimana dia akan tahu kapan kelahirannya membuat Agatha kembali pulang ke rumah. Itu pun karena perintah Ibunya yang khawatir dengan keadaan Agatha. Hingga dia sampai di rumah banyak orang yang membicarakan tentang dirinya. Agatha yang menyebarkan berita kalau dia sudah menikah dan Suaminya meninggal dunia namun tak ada satu pun yang percaya dan semua menganggap jika Agatha hamil diluar nikah. Memang itulah kenyataannya.Hingga dimana dia berusaha keras untuk melahirkan anaknya, perjuangannya yang dilakukan baginya telah sia-sia. Sang bayi tak selamat dan meninggal, hal itu