Hari sudah gelap. Walau pun sekarang sudah masuk awal musim semi, udara masih terasa dingin. Makanya Linden segera keluar untuk memanggil Shiena. Kalau perempuan yang sudah memberinya seorang putri yang cantik itu menolak, ia siap bertengkar kembali. Untuk saat ini hanya hal itu menghubungkan mereka menurut Linden. Akan tetapi, bukan berarti ia dan Shiena saling membenci. Jauh di lubuk hati yang paling dalam ia sangat mencintai wanita yang dinikahi belasan tahun lalu itu. Ia juga tahu Shiena masih mencintainya.
“Shiena!” panggilnya sambil mendorong pintu hingga terbuka. Namun, wanita yang dipanggilnya tidak ada di teras.
Ia yakin melihat wanita itu hilir mudik saat akan masuk ke dapur untuk menyiapkan minuman tadi. Bahkan saat ia berteriak pada Roth dan Alden yang membuat keributan di atas, Shiena masih berdiri di teras.
“Shiena, ke mana kamu!” Ia menyisir teras hingga sisi kanan. Dipikirnya mungkin Shiena ada di sana untuk membuang sampa
Ia bisa saja mencoba kabur. Hanya saja ia tidak tahu apa yang bakal terjadi jika mencoba. Maka Shiena hanya mengikuti arahan orang-orang yang menjemputnya secara paksa dari rumah. Ia memejamkan mata, tidak mengenali bangunan yang dituju. Tadi mereka berhenti di antah berantah arah utara kota dan berjalan kaki menuju sebuah tanah lapang yang berbatu-batu.Aku tidak tahu ada tempat seperti ini, batin Shiena sambil memperhatikan sekeliling.Pintu masuk ke dalam berada di sela bebatuan besar, makanya akan sulit untuk menemukannya. Namun, untuk orang-orang yang menjadikan tempat ini markas, tentu tidak akan sulit. Setelah melewati lorong sempit, Shiena akhirnya bertemu dengan sebuah lubang besar yang datar dan kering. Jika diibaratkan sebuah rumah, ini pasti adalah ruang tamu. Di ujung lainnya lubang tersebut ada belasa jalan seperti yang di pintu masuk. Kalau diperhatikan akan terlihat jelas kalau jalan-jalan tersebut dibuat, bukan terbuat secara ala
Kyra tidak bisa membendung tangisannya. Ia tidak bisa tenang sampai Shiena benar-benar bisa ditemukan. Ia tidak punya gambaran selain Radk yang akan menculik mamanya. Namun, Alvare bilang bukan pemuda itu pelakunya. Maka mau tak mau Kyra jadi percaya.“Jangan menangis, mamamu pasti baik-baik saja,” kata Linden. Ditariknya putri yang baru saja ditemui belakangan ke dalam pelukan.“Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Mama, Pa?” tanya Kyra mulai terisak.Ia merasa seluruh pertahanannya melemah ketika berada dalam pelukan Linden. Ia bisa menjadi anak kecil saat bersama papanya ini.“Tidak.” Pelukan Linden menjadi lebih erat. “Mamamu akan baik-baik saja,” tambahnya.Kyra tahu kalau papanya juga khawatir pada Shiena. Mereka baru bertemu setelah sekian lama. Bahkan, beberapa hari ini pembicaraan mereka dihiasi pertengkaran. Linden berusaha meminta maaf pada Shiena. Jadi tak mungkin perasaan papanya itu baik
Akan datang seorang yang menjadi pasangan sang kegelapan. Ia merengut dunia gelap yang melindunginya dan kemudian memperkenalkan dunia yang penuh cahaya. Ia akan memperkenalkan rasa menjadi manusia, sebelum memeluk sang kegelapan selamanya.Telinga Kyra berdenging. Ia membuka mata dan menemukan dirinya melihat seorang gadis kecil. Mereka pernah bertemu sebelumnya. Dia adalah Eleanor.Jadi kamu adalah cahaya?Kyra mengingat-ingat kembali kenapa Radk mengejar Eleanor sampai sejauh ini. Suara di dalam kepalanya tadi kembali terngiang. Seseorang yang lahir untuk menjadi pasangan sang kegelapan. Mata Kyra terpaku pada gadis cantik yang sedang menari-nari bersama kunang-kunang. Dalam hati ia bertanya pada Eleanor, kenapa kamu meninggalkan Radk?“Eleanor?”Suara anak kecil terdengar dari belakang Kyra. Ia melintas begitu saja menembus Kyra. Di tangannya ada sekuntum bunga yang bersinar
Kyra menolak untuk diantar sampai rumahnya. Ia meminta diturunkan di depan sekolah dan dari sana menaiki bus menuju rumahnya. Selama perjalan, ia memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan jawaban kalau-kalau salah satu dari orang-orang yang menunggu di rumah bertanya.Hanya saja, langkahnya terhenti tepat di depan pagar rumahnya yang terbuat dari kayu. Ia tidak kenal dengan orang berdiri dengan jubah aneh di luar sana. Apa mungkin pengikut Radk? Kyra membatin. Langkahnya menjadi pelan segera.“Aku selalu ingin bertemu denganmu, keponakan.”Keponakan? Kyra mengali ingatannya segera. Mama tidak pernah membicarakan seorang pun sanak keluarganya dengan Kyra. Jadi dipanggil seperti itu membuat ia menjadi curiga. Status “Orang jahat” langsung melekat pada pria yang cabang jangutnya sudah mulai tumbuh dan terlihat sedikit bungkuk itu. Dibandingkan dengan tampilan Radk, pria ini lebih cocok disebut penyihir.
Sekali lagi Radk hanya bisa berdiri dan menatap kepergian Kyra. Apa sekarang sudah waktunya menyerah? Ia tidak tahu bertanya pada siapa. Rasanya pertanyaan yang muncul begitu saja tersebut mengelitik sesuatu di dadanya. Eleanor pernah berkata benda yang tergelitik di dada disebut hati. Namun, ia bukan manusia. Ia harusnya tidak memiliki yang namanya hati.“Apa seharusnya aku menghancurkan Raven saja seperti Mahrazh?”Kepalanya disandarkan di kaca jendela. Ia sendiri tidak memiliki alasan untuk menghancurkan. Ia menghancurkan negeri asal Eleanor karena sudah menyebabkan gadis itu bunuh diri. Radk menghancurkan Mahrazh karena sudah membuatnya tak bisa bertemu dengan potongan jiwa Eleanor. Apa alasannya?Deg!Tiba-tiba ia merasakan nyeri di dada. Ia memandang sekitar dan tidak menemukan apapun yang bisa membuatnya sakit. Ia mulai menduga Kyra dalam bahaya karena sesuatu. Ia langsung meralat dugaannya. Bukan Kyra yang dalam bahay
“Bisa kalian jelaskan padaku kenapa dia ada di sini?” Linden berbisik di telinga Alvare dan Roth.Ia baru saja kembali dari luar dan melihat Radk duduk nyaman di kursi ruang tengah, Di tambah lagi ada seorang pria tua yang berdiri di belakangnya. Ia benar-benar tak paham apa yang sebenarnya terjadi.Alvare menghentikan Linden yang akan mengusir Radk. “Akan saya jelaskan, bisa ikut sebentar?” tanyanya sopan.Memang saat ini Radk terkesan tenang. Akan tetapi, bisa saja dengan sedikit goncangan, ketenangan malah berubah menjadi badai. Maka itu untuk sementara persoalan Radk bisa sedikit diabaikan. Apalagi ada masalah lain yang lebih mendesak.Alvare menceritakan semua yang diketahui tanpa ada yang disembunyikan. Ia melihat ekspresi Linden berubah-ubah. Awalanya takut dan kemudian marah.“Jadi dia tahu di mana Shiena?”Alvare mengangkat bahu. Bukan seperti itu yang tadi dijelaskan. “Dia bilang kemungkina
Mungkin di antara semua orang yang ada di rumahnya, hanya Radk yang punya kepekaan lebih kenapa Kyra menjadi murung. Ia memang sejak awal murung, tapi sekarang lebih kacau lagi. Karena itu, begitu Kyra tak menghabiskan makan malam dan menghilang naik ke lantai atas, Radk menyusulnya dan memeluknya dari belakang.“Apa yang …?” Kyra memprotes dan mendorong Radk menjauh.Namun, ia tidak lagi ada di dalam kamar. Ia bahkan tidak kenal tempatnya berada kini. Hanya saja, tempat itu membawa suatu kenangan di dalam hatinya. Perasaan damai menjalar dari ujung kakinya dan mengelitik dada.“Kita bertemu di sini,” kata Radk. Ia melepaskan tangannya dari kedua bahu Kyra dan menjauh. Padangannya berputar melihat sekitar dan kemudian jatuh pada satu titik.Kyra yang awalnya tidak mau tahu di mana pertama kali Radk bertemu dengan Eleanor, menoleh ke arah tatapan Radk berhenti. Hatinya mencelos. Dirinya tidak pernah kemari, teta
Grenada tidak datang ke sini karena kesepian. Bahkan Alden yang polos tahu. Namun, dugaannya terlalu buruk.“Dia jatuh cinta padamu, kan?” katanya pada Alvare saat mereka hanya berdua saja. Beberapa detik sebelum Roth bergabung, tapi tidak menghentikan keduanya kembali berbicara.“Itu tidak seperti yang kamu pikirkan,” kata Alvare.Grenada tidak jatuh cinta padanya. Malah sebaliknya, gadis itu dendam setengah mati pada Alvare. Entah kenapa ia merasa Grenada sendang merencanakan sesuatu yang tidak baik. Alvare bermaksud mencegah gadis itu tengelam lebih dalam lagi.“Jangan menyangkalnya. Aku bisa melihat di matanya.”Rasanya Alvare ingin menampar Alden, tapi ia tak melakukannya. Sejak terlahir kembali ke sini, ia akan menjadi saudara kembar yang baik. Ia benar-benar akan melakukannya dan sudah bertekad. “Tidak, aku tidak melihatnya seperti itu,” kata Alvare kembali mengelak.Alden