“Kenapa kalian terus bertambah? Kalian tidak tahu kalau aku sudah cukup sibuk sekarang!”
Baru saja bertemu Tania sudah meneriaki Alvare dan Alden. Roth yang kebetulan berdiri di belakang Kyra, selamat dari omelan. Akan tetapi, itu pasti hanya sementara saja.
“Kenapa dengan kami?” Alden menyuarakn protes. Ia baru datang setelah sarapan tidak menyenangkan di rumah Kyra. Sekarang ia malah disalahkan untuk alasannya yang sama sekali tidak dimengertinya. “Jangan sembarangan menuduh,” katanya ketus.
Telunjuk Tania melesak sampai ked ahi Alden. Kepalanya mendogak karena pemuda itu lebih tinggi beberapa centimeter darinya. Matanya melotot untuk mengekspresikan kemarahan. “Kenapa kalian tidak memilih sekolah lain di Raven sebagai tujuan, ah? Kenapa harus sekolahku? Gara-gara itu banyak sekali murid seperti kalian yang datang di tengah semester seperti ini. JANGAN TERTAWA!” pekik Tania pada Roth yang terkekeh.<
Sulit. Alvare dengan terang-terangan menghindarinya. Grenada tidak tahu alasan yang jelas. Walaupun begitu, pemuda itu masih tetap saja menaruh perhatian padanya. Memang tidak terang-teranga, tetapi ia yakin.“Kalau terlalu dekat dengan mereka bisa ada masalah, loh,” tegur Grenada.Hanya ada Kyra di meja tempat biasa orang-orang itu berkumpul. Radk menghilang untuk mengurus sesuatu yang dilaporkan Liod. Karena ia sudah minta izin pada tuannya itu, Radk mempercayakan pengawasan Kyra padanya.“Apa?” tanya Kyra pura-pura tak paham.Grenada mendengus, tapi ia sama sekali tak kesal. Ia paham betul apa yang dirasakan Kyra. Ia juga takut pada Radk dan tidak bisa menebak apa yang akan dilakukan tuannya. Kadang-kadang tuannya begitu kejam, lalu tiba-tiba menjadi baik seperti ini. Namun, ia tahu hal baik tidak pernah terjadi jika menyangkut dengan Radk.“Aku tidak bersimpati apapun yang akan terjadi pada kalian. Aku bahkan tidak
Jiwanya terasa tebakar tiba-tiba saat tangan Kyra terulur dan kemudian melekat erat di pipi pemuda bernama Roth. Radk bertanya-tanya apa yang bisa dilakukan untuk itu semua. Ia bisa mendapatkan bayangan bahwa sedikit lagi bukan hanya kedua tangan Kyra saja yang menempel di sana. Memikirkan apa saja yang bisa terjadi, otak Radk serasa meledak dan ketika sadar ia sudah ada di depan Kyra mengantikan Roth.Kyra tidak suka dengan tindakannya. Ia tak begitu peduli. Tidak pernah ada kejadian di mana orang yang sama menyukai apa yang dilakukan Radk walau itu dilakukan untuk membela. Baik Kyra ataupun Eleanor tidak pernah menganggap dirinya lebih dari teman. Walau begitu, ia masih tetap saja ingin memiliki mereka.“Tidakkah menurutmu kamu harus membayar sedikit atas kesalahan orang yang kamu sayangi?”Radk sangat yakin kalau ia boleh meminta seperti ini. Tidak inilah yang ingin dilakukan sejak lama, mengambil apa yang menjadi miliknya. Ia meliha
Kyra menoleh ke kiri dan ke kanan. Di mana ia sekarang? Ia tidak kenal dengan tempatnya termenung. Lebih dari itu, kini ia bahkan tidak ada di kamarnya. Telapak kakinya digelitik rerumputan yang basah. Langit gelap dan udara terasa cukup dingin di kulitnya.Tiba-tiba Kyra dikagetkan dengan kemunculan seorang gadis kecil yang menggunakan gaun tidur. Gadis itu berjalan dengan cepat menuju ke arahnya hingga Kyra tidak bisa menghindar. Kyra mundur dan terjatuh di rerumputan dan berteriak menyuruh gadis kecil tersebut berhenti. Namun, gadis kecil yang mengunakan gaun tidur tersebut hanya menembusnya. Kyra tercenung karena kejadian tersebut.“Aku datang.”Kyra tersentak mendengar suara manis. Ia menoleh dan medapati gadis tersebut berdiri tak jauh darinya. Wajahnya yang cantik dan imut tersenyum dan bersinar pelan. Gadis tersebut sedang berbicara dengan seseorang.“Kamu bicara padaku?” Kyra bertanya pelan dan tidak mendapat jawaban. Ia j
Tugas yang diberikan oleh Radk pada Liod terdengar sama sekali tidak sulit. Namun, untuk melaksanakannya tidak bisa dibilang mudah. “Kamu harus menjemput tuan putriku!” perintah Radk yang terdengar riang membuat ia sama sekali tak menyangka jika si tuan putri di kelilingi banyak orang.“Mari kuperkenalkan … dia Liod!” Grenada terlihat senang.Sejak lama gadis yang dibawa Radk dari sebuah masa setelah dirinya diangkat menjadi pelayan abadi Radk tersebut memiliki dendam padanya. Menurutnya Radk terlalu dermawan pada roh yang sama sekali tidak memiliki kekuatan seperti Grenada. Namun, ia tidak pernah bisa memprotes apa yang dilakukan tuannya.“Dia … ayahmu?” Tania yang bertanya. Matanya beralih dari Grenada dan Liod beberapa kali dan mengeleng setiap kali hal itu terjadi. Ia tidak mau bersikap kurang ajar, tapi Grenada dan Liod memang tidak mirip. Jadi tidak bisa dikatakan Ayah dan anak.“Bukan!”
Ia dibawa keluar kota. Kyra membatin begitu saat melihat plang selamat tinggal yang pernah dilihat pula saat berkendara ke Mahrazh dulu. Jadi itu ke Mahrazh lagi? Ia sedikit kesal menyadari tempat ke mana akan pergi. Namun, saat ini ia tidak bisa melakukan apa-apa. Kyra juga tidak punya kesempatan untuk menghubungi seseorang.“Masih jauh?” tanyanya gamang.Liod yang berkendara dengan tenang di depan menjawab “Ya” dan kembali berkonsentrasi dengan kendaraannya.Kyra hanya menoleh ke samping dan menikmati pemandangan savana. Beberapa tanaman yang tidak dikenalnya tumbuh di dekat pagar pembatas jalan. Begitu mobil berbelok, Kyra menyadari bukan Mahrazh tempat tujuannya sekarang. Ia akan bertanya kembali, begitu melihat sebuah bangunan besar yang sedikit tak terawatt ada depan mereka. Ia tidak tahu tentang bangunan tersebut.“Silakan turun, Tuan Putri.”Kyra terkejut begitu mendengar permintaan
Hari sudah gelap. Walau pun sekarang sudah masuk awal musim semi, udara masih terasa dingin. Makanya Linden segera keluar untuk memanggil Shiena. Kalau perempuan yang sudah memberinya seorang putri yang cantik itu menolak, ia siap bertengkar kembali. Untuk saat ini hanya hal itu menghubungkan mereka menurut Linden. Akan tetapi, bukan berarti ia dan Shiena saling membenci. Jauh di lubuk hati yang paling dalam ia sangat mencintai wanita yang dinikahi belasan tahun lalu itu. Ia juga tahu Shiena masih mencintainya.“Shiena!” panggilnya sambil mendorong pintu hingga terbuka. Namun, wanita yang dipanggilnya tidak ada di teras.Ia yakin melihat wanita itu hilir mudik saat akan masuk ke dapur untuk menyiapkan minuman tadi. Bahkan saat ia berteriak pada Roth dan Alden yang membuat keributan di atas, Shiena masih berdiri di teras.“Shiena, ke mana kamu!” Ia menyisir teras hingga sisi kanan. Dipikirnya mungkin Shiena ada di sana untuk membuang sampa
Ia bisa saja mencoba kabur. Hanya saja ia tidak tahu apa yang bakal terjadi jika mencoba. Maka Shiena hanya mengikuti arahan orang-orang yang menjemputnya secara paksa dari rumah. Ia memejamkan mata, tidak mengenali bangunan yang dituju. Tadi mereka berhenti di antah berantah arah utara kota dan berjalan kaki menuju sebuah tanah lapang yang berbatu-batu.Aku tidak tahu ada tempat seperti ini, batin Shiena sambil memperhatikan sekeliling.Pintu masuk ke dalam berada di sela bebatuan besar, makanya akan sulit untuk menemukannya. Namun, untuk orang-orang yang menjadikan tempat ini markas, tentu tidak akan sulit. Setelah melewati lorong sempit, Shiena akhirnya bertemu dengan sebuah lubang besar yang datar dan kering. Jika diibaratkan sebuah rumah, ini pasti adalah ruang tamu. Di ujung lainnya lubang tersebut ada belasa jalan seperti yang di pintu masuk. Kalau diperhatikan akan terlihat jelas kalau jalan-jalan tersebut dibuat, bukan terbuat secara ala
Kyra tidak bisa membendung tangisannya. Ia tidak bisa tenang sampai Shiena benar-benar bisa ditemukan. Ia tidak punya gambaran selain Radk yang akan menculik mamanya. Namun, Alvare bilang bukan pemuda itu pelakunya. Maka mau tak mau Kyra jadi percaya.“Jangan menangis, mamamu pasti baik-baik saja,” kata Linden. Ditariknya putri yang baru saja ditemui belakangan ke dalam pelukan.“Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Mama, Pa?” tanya Kyra mulai terisak.Ia merasa seluruh pertahanannya melemah ketika berada dalam pelukan Linden. Ia bisa menjadi anak kecil saat bersama papanya ini.“Tidak.” Pelukan Linden menjadi lebih erat. “Mamamu akan baik-baik saja,” tambahnya.Kyra tahu kalau papanya juga khawatir pada Shiena. Mereka baru bertemu setelah sekian lama. Bahkan, beberapa hari ini pembicaraan mereka dihiasi pertengkaran. Linden berusaha meminta maaf pada Shiena. Jadi tak mungkin perasaan papanya itu baik