Home / Fantasi / Secret of Federlin / Pengganti Hearthsoul

Share

Pengganti Hearthsoul

Author: Mii Natha
last update Last Updated: 2022-01-08 00:10:48

"Para pengganggu?" Gael memiringkan kepalanya, bertanya dengan penasaran.

Caesar menatapnya lama sebelum memalingkan wajahnya. Sedangkan Lui, menjawab tanpa mengubah rautnya, "orang-orang dari wilayah barat Federlin, Oorzecyria."

"Apa Kau pernah mendengar Hearthsoul?" Lui tidak menjelaskan lebih lanjut, sebaliknya memberikan pertanyaan.

Ingatan Gael berputar pada pertemuan pertamanya dengan Caesar. Jika tidak salah ingat, benda yang tidak sengaja ia hancurkan disebut Hearthsoul oleh Caesar.

"Hearthsoul adalah energi alam yang berkumpul menjadi energi spiritual besar untuk diserap oleh Monstrous Realm. Karenanya, Hearthsoul merupakan kekuatan pendukung besar bagi Monstrous Realm dalam mengatur dan melindungi Federlin.

"Sayangnya, karena kedatangan orang-orang dari Oorzecyria, segalanya menjadi kacau. Oorzecyria mencuri sumber daya Monstrous Realm. Hearthsoul perlahan lenyap karena alam tidak mampu lagi menghasilkan energi spiritual, yang mana membuat Monstrous Realm menjadi melemah dan dipaksa tertidur. Hal ini dimanfaatkan penguasa Oorzecyria untuk memperkuat dan memperluas wilayahnya. Beberapa wilayah kecil Federlin yang juga membutuhkan energi alam sebagai pendukungnya, hancur."

Setiap kata yang terucap dari bibir kecil itu, Gale mendengarkan dengan saksama. Mendengar penjelasan tentang Hearthsoul, membuat rasa bersalah muncul di hatinya.

Dia telah menghancurkan sesuatu yang sangat penting!

"Karena itu," Lui kembali berucap, " Federlin membutuhkan pengganti Hearthsoul. Dan Kau adalah yang paling cocok untuknya. Di antara para penduduk Federlin juga manusia, energimu lah yang hampir setara dengan Hearthsoul."

Caesar yang sedari tadi diam mendengarkan, angkat bicara dengan nada memprotes, "bahkan jika pengecut ini dapat menggantikan Hearthsoul, dia tidak cukup kuat sama sekali."

Yang disebut pengecut tersedak, melirik ke arah Caesar beberapa kali dengan enggan.

"Tenang saja, aku sudah memikirkan caranya. Gale Lavonsier, Kau akan masuk ke Scootharts, sekolah sihir terbaik di Thvacyria. Dan Caesar akan menjadi pendampingmu," Lui membalas. Dia berputar-putar di udara dengan ceria.

Kedua orang yang mendengarkan membatu, berusaha mencerna ucapan itu sebelum secara bersamaan meludahkan, "apa?!"

Gale tidak terlalu mengerti apa yang terjadi setelahnya. Dia dimasukkan ke sebuah ruangan yang memiliki satu tempat tidur besar di tengah ruangan. Di sebelahnya terdapat ruangan lain yang bisa Gale pastikan sebagai kamar mandi.  Dibandingkan dengan tempat tinggalnya, ruangan ini empat kali lipat lebih besar.

Dinding-dindingnya sama seperti ruangan sebelumnya, terbuat dari kaca, menampakkan kegelapan malam dengan cahaya bulan jatuh ke dalam ruangan dengan bebas. Beruntung bagi Gale karena lantainya dilapisi oleh karpet berbulu halus berwarna putih bersih, sehingga ia tidak harus mencoba menghindari lantai.

Perlahan pantatnya didudukkan untuk merasakan betapa lembut dan empuk kasur di bawahnya. Kembali mengingat kata-kata yang diludahkan Caesar padanya sebelum ia meninggalkannya sendirian, "aku akan menjemputmu pagi-pagi besok. Kau harus sudah siap sebelum aku datang, jika tidak....." matanya yang tajam menembus langsung ke belakang kepala Gale.

Kelanjutan dari kalimatnya tidak diucapkan. Namun, Gale dapat merasakan niat buruk jika ia tidak melakukan keinginan pria bertopi cowboy itu.

Tubuhnya direbahkan. Pikirannya melayang pada percakapannya dengan Lui. Banyak pertanyaan melintas di kepalanya yang akhirnya harus ia simpan erat-erat, mencari waktu tepat untuk menemukan jawabannya atau malah tidak akan pernah bisa menemukan.

Berguling-guling beberapa kali sambil bergumam pelan, "makhluk jadi-jadian itu benar-benar akan memasukkanku ke sekolah sihir? Yang benar saja? Aku bahkan belum menyetujui permintaan anehnya."

Sambil terus mengoceh tentang kesebalannya, matanya terkulai. Dia menguap sebelum akhirnya jatuh ke dalam kegelapan tak berujung. Sebelum terlelap, samar-samar ia merasakan seseorang berdiri di sebelah kasurnya, menatapnya dalam sunyi.

Ketika Gale bangun, sinar matahari terang menyorot wajahnya lembut. Mulutnya terbuka lebar, menguap. Tangannya mengusap pelan matanya, diikuti perubahan posisinya yang berbaring menjadi terduduk.

Mengamati sekitarnya dengan wajah mengantuk dan kosong selama beberapa detik sebelum mendapatkan kembali kesadarannya. Teringat jika dirinya bukan berada di dunianya sendiri. Dia cepat-cepat bangun dan bergegas mencuci mukanya saat kata-kata Caesar kembali mengebor ingatannya.

Tepat setelah ia mencuci muka, pintu terbuka. Sosok tinggi dengan wajah tegas yang akrab masuk. Pria itu terlihat sama seperti sebelumnya, hanya saja ada satu hal yang membedakan. Warna rambutnya.

Sebelumnya, warna hitam pekatlah yang menghiasi helai-helai rambut tertutup topi. Sekarang, tergantikan oleh merah membara. Menjadikan sosoknya dipenuh dengan agresivitas tinggi.

"Oh, Kau sudah siap." Caesar mengangkat alisnya tinggi-tinggi. "Sayang sekali, aku tidak bisa melakukan sebuah tindakan padamu," dia berbicara dengan raut penuh kekecewaan yang jelas. Tangan berototnya bergerak menyugar rambutnya penuh kesombongan.

"......" Apa yang ingin dia lakukan?

Mereka berhasil keluar dari menara hitam putih itu diselingi dengan perkataan tak mengenakan dari Caesar. Gael yang sudah menjadi kebal, hanya menganggapnya lalu dan acuh tak acuh saat ia menatap lingkungan baru di sekitarnya.

Pohon-pohon berwarna biru indah menghiasi sepanjang jalan yang mereka lalui. Matanya terasa segar dengan pemandangan yang disediakan alam. Terkadang beberapa anak-anak lewat dengan membawa keranjang bambu. Setiap kali berpapasan dengan dirinya, anak-anak itu akan menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Walaupun tidak terlalu mengganggu, tapi membuatnya merasa diintimidasi secara halus.

"Apa yang akan Kita lakukan?" Kakinya terasa lelah berjalan hampir satu jam tanpa istirahat. Sedangkan yang ditanyai, melirik sekilas. Jelas tidak terlihat jejak kelelahan di wajah pria itu.

"Keperluanmu. Kau hanyalah seorang manusia tak berguna, jadi membutuhkan beberapa item pendukung selama di Scootharts."

"Scootharts adalah sekolah sihir, bukan? Apakah manusia sepertiku bisa mengikuti?" Gale menanyakan pertanyaan yang sedari tadi terus mengganggunya.

Tanpa mengalihkan pandangannya, Caesar mengangkat bahu tak acuh. Dia sama sekali tidak tertarik untuk menjelaskan.

"Kita sampai." Dua kata yang ditunggu-tunggu mencapai telinga Gael yang sudah pasrah karena kelelahan dan menundukkan kepalanya sepanjang jalan. Dia segera mendongak, menatap di mana mereka berada saat ini.

Rumah kecil yang sebatas hidungnya memasuki pandangan. Dia hampir berpikir jika di depannya adalah mainan jika saja Caesar tidak menunduk dan mengetuk pintu kayu yang terpasang pada rumah mungil itu

Sahutan terdengar dari dalam. Pintu terbuka, menampakkan sosok kecil yang mengingatkannya dengan Lui. Tingginya hanya sebatas dadanya. Perbedaannya adalah penampilan. Jika Lui memiliki wajah bayi, sosok di depannya adalah kebalikannya. Matanya sangat sipit dan kulitnya kendor, seperti akan terlepas kapan saja.

Sosok itu tersenyum melihat kehadiran dua tamunya, menampakkan giginya yang ompong. "Caesar, sudah lama Kau tidak datang ke mari."

Yang tak terduga, Caesar membalasnya dengan suara hangat, suatu hal yang tidak pernah ditunjukkan pada Gale. "Aku memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan."

Mata sipit itu beralih menatap seseorang yang berdiri di belakang Caesar. Dia berjalan mendekat dengan kedua tangan di belakang punggung. Berhenti di depan Gale, mengamati sejenak dengan tatapan terkejut. Bau amis yang pekat menguar dari mulutnya saat ia berseru, "Ervent?"

Related chapters

  • Secret of Federlin   Pertemuan dengan Hobbit

    "Sudah sangat lama aku tidak pernah melihat Ervent," sosok itu masih terus berbicara dengan kata yang asing bagi Gale. Sedangkan Caesar, hanya menatap tak acuh pada tatapan Gale yang meminta pertolongan. "Bagaimana bisa ada Ervent di sini? Bukankah portal antar dimensi telah ditutup sejak lama?" Sosok itu mengitari Gale. Sesekali juga menyentuh bagian tubuhnya. "Dia adalah pengganti Hearthsoul yang Kau ramalkan. Lui memintaku menjemputnya kemarin," suara yang diharapkan terdengar. Caesar meliriknya sejenak sebelum kembali berkata, "kami ke sini untuk membeli beberapa barang." Akhirnya makhluk kerdil itu melepaskan Gale. Dia berbalik ke rumah mungilnya dan dengan suasana hati yang baik memberi isyarat pada dua tamunya agar mengikuti. Mereka berdua tidak masuk, hanya berdiri di depan pintu dengan dahi berkerut. Menyadari kesalahannya, Vryollin, nama makhluk kerdil itu, tertawa terbahak-bahak. Suaranya tercekik seperti tikus yang mencicit.

    Last Updated : 2022-01-13
  • Secret of Federlin   Scootharts

    "Usiaku sudah 19 tahun. Bagaimana bisa aku masuk ke sekolah? Sudah terlalu tua untukku, bukan?" Bisik Gale cemberut. Dia berdiri dengan kesusahan karena beban di tangannya.Di depannya adalah gerbang besi raksasa saat Gale menyadari suatu hal yang ia lupakan. Caesar turun dari kereta kuda diikuti dirinya dengan bawaan penuh di tangan kanan kirinya. Kusir yang mengendarai kereta memastikan penumpangnya sudah turun dan segera pergi. Dia menarik tali kekangnya dan segera, kuda yang menjadi penariknya berlari cepat, mengeluarkan suara ketukan tak berirama. Kereta kuda itu semakin menjauh dan menghilang di antara pepohonan lebat.Jika sebelumnya Gale berpikir sekolah sihir, Scootharts akan berada di kota besar, pemikirannya meleset jauh. kenyataannya, Scootharts yang dimaksud berada di tengah hutan, dikelilingi oleh pohon-pohon rimbun. Tidak ada yang lain selain hijau dan hitamnya kegelapan. Akan jauh lebih baik jika berada di pinggiran kota. Setidaknya bukan hanya kesunyia

    Last Updated : 2022-02-02
  • Secret of Federlin    ''Bisakah Aku Pulang?''

    Gale duduk termenung dengan pandangan kosong, mengamati wanita berambut biru yang berjalan mondar-mandir sembari membawa setelan berwarna hijau tua. Dia terkadang mengangkat setelan itu saat menatap Gale, seolah membandingkannya dengan tubuh Gale. Kemudian wanita itu mendesah kecewa, menggeleng dan bergumam, ''tidak cocok.''Kaki yang tidak pernah merasa lelah itu melangkah menuju lemari tua berwarna cokelat dan membukanya. Ajaibnya, lemari yang hanya berukuran sedang itu memiliki ruang luas dan berbagai setelan mewah memenuhinya. Kali ini, Charlie mengambil setelan berwarna biru muda dan mencocokannya dengan penampilan Gale. Matanya berbinar, dengan gembira ia bersenandung.''Bagus, ini cocok untukmu!''Tanpa kata-kata, Charlie menarik Gale, yang sedang memegang cangkir, untuk berdiri dan memaksanya mengganti pakaian. ''Ayo, ayo! Jangan menunda waktuku lebih lama,'' desaknya tak sabar. Gale yang tidak punya pilihan, hanya bisa menuruti. Begitu setelan biru muda

    Last Updated : 2022-03-15
  • Secret of Federlin   Penjaga Federlin, Dewi Lurette

    ''Kamar asrama? Belum disiapkan,'' kata seorang pria bertelinga panjang. Tangannya membalik-balik buku tebal yang berisi daftar siswa asrama. ''Eh? Tapi sebelumnya kepala sekolah Fradleniz sudah mengaturnya untukku,'' jawab Gale dengan bingung. Caesar berjalan mendekat, mengambil alih buku tebal dari pria bertelinga panjang itu. Dia membalik-balikannya sebentar sebelum mengembalikannya. ''Siapa yang berjaga di sini sebelumnya?'' ''Itu Ellyn. Dia menjaga di sini sebelumnya, lalu bertukar denganku setelah mendapatkan panggilan.'' Pria bertelinga panjang itu melanjutkan, ''Mungkin dia lupa menambahkanmu ke daftar.'' Pria itu mendongak dan menatap Gale. Kedua orang itu kemudian pergi setelah Caesar memberi pesan untuk menyiapkan satu kamar. Pria bertelinga panjang itu menggaruk kepalanya bingung sembari menatap buku tebal di tangannya, ''sangat aneh. Biasanya Ellyn tidak pernah lupa.'' ''Apakah Kau juga tinggal di sini?'' tanya Gale penasaran. Dia

    Last Updated : 2022-03-22
  • Secret of Federlin   Apa Jenismu?

    Bukan tanpa alasan Gale membanting pintu di depannya. Hanya saja kondisi di balik pintu membuatnya terkejut setengah mati. Dibandingkan dengan ruangan kelas, keadaannya lebih mirip dengan pasar yang dipenuhi sekumpulan preman. Meja-mejanya tersebar tak beraturan dan 'sekumpulan preman' itu duduk di tengah-tengah ruangan sambil memainkan sesuatu.''Apa yang Kau lakukan di sini? Cepat masuk!'' Sentakan keras di bahunya membuat Gale terdorong ke depan. Gale menoleh patah-patah dan menemukan pria kurus tinggi berkacamata perak menatapnya tajam. Pakaiannya lusuh dan wajahnya tak terawat, dipenuhi jambang tipis di sekitar dagunya. Hanya dengan sekali pandang, kelesuan dan kemalasannya dapat dirasakan.Pria itu membuka pintu di depannya setelah mendorong Gale ke samping. Sama seperti sebelumnya, tidak ada yang peduli dengan suara engsel pintu yang berderit. Begitu pria tinggi itu memukul meja dengan keras, perhatian 'para preman' di sana teralihkan. ''Rapikan!'' tanpa salam s

    Last Updated : 2022-03-23
  • Secret of Federlin   Bukan Jenis Kelamin?

    'Boom!'Bunyi ledakan ringan terdengar diikuti asap hitam yang mengepul. Gale terbatuk dan tangannya bergerak mengibaskan asap hitam yang menyesakkan pernapasannya.''Sial, gagal lagi!'' keluh seseorang di samping Gale. Wanita itu mengusak rambut pendeknya, yang malah membuatnya makin berantakan. Matanya bergerak, melirik Gale yang masih menutupi mulut serta hidungnya. ''Ah, maaf, maaf,'' sesal wanita itu dengan raut tak bersalah, atau lebih tepatnya acuh tak acuh sambil menyingkirkan tungku di hadapannya.Gale tidak tertarik untuk mempersalahkannya dan kembali fokus pada racikannya. Berbeda dari sebagian besar murid yang hampir meledakkan tungku mereka, Gale bisa dibilang melakukan dengan baik meskipun ini kali pertama ia mencoba. Tangannya mengusap keringat tipis di dahinya. Memasukkan ramuan ungu setelah memastikannya sesuai dengan buku panduan di meja. Cairan dalam tungku berubah menjadi hijau terang, menandakan jika ramuannya berhasil.''Wah

    Last Updated : 2022-03-25
  • Secret of Federlin   Ujian Hari Pertama

    ''Masih ada waktu dua jam. Lanjutkan!'' Begitu kata 'lanjutkan' jatuh, keadaan kembali sunyi. Masing-masing kembali fokus pada tungku di hadapan mereka. Suasananya terlalu serius, bahkan hembusan napas pun tak terdengar. Hanya suara 'blup blup' dari cairan yang dipanaskan di atas api, membuktikan jika lingkungan sekitar hidup.Meskipun Gale sudah menyelesaikan bagiannya, namun keseriusan di sekitarnya membuat dirinya terhanyut. Tangannya gatal ingin bereksperiman dan menciptakan sesuatu yang lain. Beberapa kali membalik-balik buku panduan tebal, Akhirnya Gale menyerah pada keinginannya. Mengambil beberapa helai daun ungu, menghaluskannya menjadi serbuk kasar dan memasukannya ke dalam tungku. Dia mengaduk beberapa putaran hingga serbuk kasar daun larut dalam cairan panas.Bunyi 'blup' serta gelembung-gelembung panas naik ke permukaan. Aroma menyebar seiring dengan uap yang dihasilkan. Sayangnya, dibandingkan aroma manis sebelumnya, aroma yang dihasilka

    Last Updated : 2022-03-27
  • Secret of Federlin   Jebakan yang Tak Disangka

    ''Ternyata Kau hebat juga dalam menargetkan,'' puji Sydney setelah kembali bertemu. Matanya memancarkan kilau kekaguman. Gale tertawa kaku. Sangat berlebihan baginya dipuji seperti ini.''Omong-omong, karena tadi Kau sudah membantuku, aku juga akan membantumu,'' ucap Sydney penuh kegirangan. Dia merebut kertas kaku dari tangan Gale sebelum bisa dihentikan. ''Kau belum menumukan satu bahan pun?!'' Sydney membelalakkan matanya.Biasanya, saat bahan yang tertera di daftar ditemukan, bahan itu akan dicoret secara otomatis, menandakan jika bahan sudah ada di tangan pencari. Namun, di kertas Gale tidak ada satupun bahan yang dicoret, yang artinya Gale masih tidak memiliki bahan apapun di tangannya.Bahkan seorang anak kecil pasti akan menemukan setidaknya satu! Sydney menoleh ke arah Gale, seolah meminta penjelasan. Gale menundukkan kepalanya karena malu. Jelas saja, dia sudah berkeliling hampir satu jam, namun tidak berhasil mendapatkan hasil. Oh, sa

    Last Updated : 2022-03-29

Latest chapter

  • Secret of Federlin   Tertangkap

    ''Tangkap pria berjubah biru dan rubah itu!'' Gale tidak tahu bagaimana ia bisa terjebak di situasi ini. Awalnya, saat mendengar seruan dari pria berjubah hitam, ia berniat melarikan diri. Namun, mendengar rengekan kecil dari rubah berekor delapan itu, membuat Gale tak tega meninggalkannya. Dan sepertinya, makhluk itu mengerti jika Gale berniat menolongnya. Terbukti saat Gale mengangkat tubuhnya. Ia diam saja dan tidak menyerang seperti sebelumnya. Setelah bermenit-menit berlari menaiki tangga serta orang-orang berjubah hitam yang mengejar di belakangnya, Gale mulai menyesali keputusannya. ''Sial, kenapa juga aku ikut campur dengan sesuatu yang tidak ada hubungannya denganku. Dan juga, kenapa tangga ini rasanya semakin panjang?'' Gale menghentikan langkahnya, terengah-engah dan merasa kelelahan. Ternyata rubah yang kelihatannya kecil, bisa menjadi beban yang sangat berat. Derap kaki terdengar semakin dekat dari mereka. ''Hei!'' Gale menggoyangkan rubah yang bersembunyi di balik j

  • Secret of Federlin   Rubah Putih

    ''Butterfly's Eye terjual kepada ruangan VVIP nomor 7.''Ruangan VVIP nomor 7 adalah tempat dimana Gale dan lainnya berada. Tak perlu dijelaskan siapa yang menawarkan harga tinggi untuk mendapatkan benda itu. ''Dasar gila! Untuk apa Kau membeli barang tak jelas semahal itu,'' umpat Caesar saat mendengarkan harga yang ditawarkan Fallona untuk mendapatkan Butterfly's Eye.Fallona mengibaskan rambutnya, tak sedikit pun tersinggung karena umpatan Caesar. ''Diamlah! Kau saja yang tidak tahu kegunaannya. Lagipula uangku sangat cukup untuk membeli lima benda itu.''Tak lama, pelelangan berakhir setelah MC memberikan kata penutup. Gale menyandarkan tubuhnya pada bantalan sofa dan menghela napas puas. Dia menatap Fallona yang kembali setelah mengurus pengiriman barang beliannya.''Omong-omong benda apa yang Kau beli itu?''''Kau penasaran?'' Fallona menjawab dengan nada main-main. Setiap kali Gale bertanya, wanita itu tidak bisa untuk tidak menggoda Gale terlebih dahulu.''Namanya Butterfly's

  • Secret of Federlin   Pelelangan

    Pusat kota adalah tempat terbuka yang penuh keajaiban. Begitu Gale turun dari kereta, dia disambut dengan sorakan-sorakan yang datang entah darimana. Merpati-merpati putih terbang di langit biru dengan memancarkan cahaya keemasan di ujung ekornya.''Sepertinya akan ada suatu pertunjukan,'' sahut Fallona saat melihat merpati terbang di atas kepalanya. Tangannya terangkat, menjangkau merpati putih itu. Hebatnya, merpati itu menurut dan bertengger tenang di bahunya.''Pertunjukan?''''Ya. Burung merpati ini sebagai pengingat jika sebuah pertunjukan akan berlangsung di sini.''Gale mengangguk, tanda mengerti. 'Mungkin aku bisa menontonnya nanti.'''Bagaimana kalau kita ke tempat pelelangan alat-alat sihir? Ada sesuatu yang ingin kudapatkan,'' kata Fallona sembari melepaskan merpati putih yang bertengger di bahunya. Gale memberikan suara persetujuan, sedangkan Caesar memutar matanya malas. Mereka bertiga melewati kerumunan, yang mana menyebabkan Gale hampir terseret. Untungnya, Caesar seg

  • Secret of Federlin   Lama Tidak Bertemu

    Kereta tiba-tiba berhenti selama tiga menit sebelum kembali bergerak. Sepertinya itu adalah pengecekan yang disebutkan oleh Fallona. Gale melihat keluar jendela dan menemukan jika kereta memasuki lingkungan yang tampak familiar di ingatannya. Dia sudah pernah kesini sebelumnya. Tepatnya sehari setelah ia datang ke Federlin.Tidak ada yang berubah dari tempat ini. Masih sama indahnya seperti sebelumnya. Pohon-pohon biru yang akrab masih berdiri tegak di sepanjang jalan yang dilalui. Ini adalah kali kedua Gale datang kemari, namun tetap saja ia takjub melihat keunikan warna dari daun-daun pepohonan itu.Manusia-manusia kerdil yang berjalan sambil membawa kayu di punggung, menghentikan langkah saat kereta kuda melewati mereka. Kepala-kepala kecil itu, satu persatu menoleh ke belakang menatapi kepergian kereta itu.Sangat jarang untuk melihat kereta kerajaan masuk ke desa ini. Hal ini membuat mereka saling memandang satu sama lain dengan raut penasaran di wajah berkerut mereka. Ada rasa a

  • Secret of Federlin   Sekarang Kau Mengerti, kan?

    Gale ragu-ragu menatap Caesar, sebelum matanya beralih ke Fallona. Dia dengan hati-hati membuka mulut dan mengeluarkan suara kebingungan, ''emm, itu.....''Fallona berdecak sebal, mengerti pertanyaan tersirat Gale. Jari telunjuknya yang ramping dan lentik menunjuk ke arah Caesar. ''Jangan terus-terusan menatapnya! Aku tidak tahu darimana asalnya pria ini, yang tiba-tiba datang dan ingin menggangu rencana kencan kita berdua. Sialan!''''Ke- kencan?'' wajah Gale sontak memerah mendengar kata kencan yang meluncur halus dari mulut Fallona tanpa hambatan. Di sampingnya, Caesar memberikan senyum mengejek. ''Kau sebaiknya bangun dari mimpimu terlebih dahulu. Oh, tidak, tidak. Kau benar. Aku memang berniat merusak 'rencana kencan' yang Kau sebutkan itu. Bukankah sudah kewajibanku menjauhkan seorang anak yang tidak tahu apa-apa dari pengaruh buruk?''Suara gertakan gigi yang jelas terdengar. Hanya mendegar suaranya saja, membuat Gale membayangkan gigi-gigi itu akan rontok di detik selanjutnya

  • Secret of Federlin   Rencana untuk Besok

    ''Omong-omong, apa yang terjadi dengan Sydney? Aku belum melihatnya selama beberapa hari,'' tanya Gale penasaran dengan keberadaan Sydeny yang tidak muncul di hadapannya selama beberapa hari terakhir ini.Bukan berarti dia senang jika bertemu dengan wanita gila itu. Hanya saja ia heran, mengingat kelakuan wanita itu yang entah mengapa sangat terobsesi untuk melukai Gale tidak menampakkan batang hidungnya sedikit pun.Fallona yang mendengar pertanyaan Gale menyesap teh terlebih dahulu sebelum menanggapi pertanyaan Gale. Dia menopang dagunya dengan gumaman pelan, seolah berpikir. Namun, tentu saja Gale tahu jika wanita itu hanya berpura-pura.Mengetahui rencananya gagal, Fallona hanya tertawa singkat sebelum memutuskan untuk benar-benar menjawab pertanyaan Gale, ''sebenarnya aku juga tidak terlalu tahu. Tapi kudengar dia dikeluarkan dari Scootharts, lagi.''Dengan penasaran Gale menatap Fallona saat mendengar penekanan pada kata terkahirnya. ''Lagi?''''Oh, Kau tidak tahu? Benar juga, K

  • Secret of Federlin   Tongkat Sihir

    Pagi hari berikutnya datang setelah hari melelahkan berakhir. Aktivitas pagi hari tetap berjalan seperti biasa, tidak terpengaruh oleh suasana pertandingan hari kemarin. Begitu juga dengan kelas pembelajaran serta kewajiban yang harus dilaksanakan.Mengingat tentang kelas, ini adalah hari pertama Gale di kelas barunya. Dia tidak bisa menahan perasaan gugup, apalagi mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Sambil menghembuskan napas, ia berpikir untuk menenangkan dirinya, setidaknya masih ada Jean.Namun, harapannya seketika harus dipatahkan oleh kenyataan di hadapannya. Gale memasuki ruang kelas barunya, memilih bangku di paling ujung belakang dan mengamati sekeliling, berusaha menemukan sosok kecil yang dikenalnya. Setelah beberapa saat kepalanya menoleh ke kanan kiri, dia tetap tidak bisa menemukan Jean.Beberapa sosok yang familiar memang tertangkap matanya, entah dari kelas sebelumnya ataupun yang menjadi anggota timnya saat pertarungan kemarin. Berbeda dengan saat ia pertama kali t

  • Secret of Federlin   Keputusan Terakhir

    Di sisi lain bangunan, di sebuah ruangan luas dengan sinar matahari mengintip dari celah tirai, dua sosok terlihat saling berhadapan, terlibat dalam percakapan serius. Salah satu duduk di kursi dengan menyilangkan kakinya, sedangkan yang lain berdiri tegak. Udara tegang mengisi ruang kosong di antara mereka, meskipun keberadaannya lebih didominasi oleh sosok yang berdiri diam. Charlie menyanggah dagunya saat ia tersenyum menenangkan. Tidak ada keseriusan di wajahnya seperti yang dimiliki oleh sosok di seberangnya, seolah ia hanya akan membicarakan tentang ramalan cuaca sembari menikmati teh lavendernya. ''Jangan terlalu tegang seperti itu. Bagaimana kalau duduk dulu dan makan beberapa camilan?'' Kemudian tawanya mengalun pelan, merasa geli dengan tawarannya. Menghadapi candaannya, Sydney tidak terpengaruh sedikitpun. Dia tetap berdiri tegak seperti patung dengan ekspresi sedingin lapisan es. Bahkan punggungnya lurus seperti anak panah. ''Baiklah, aku tidak akan bercanda lagi,'' set

  • Secret of Federlin   Kemenangan

    ''Kau tahu, kan, jika elemenku dengan seorang Caesar Hardenlez sangat berbeda. Elemen miliknya adalah sihir penyerang sedangkan milikku hanya sebagai pertahanan, yang artinya elemenku tidak digunakan untuk menyerang. Dan lagi, Kau ingat, peraturan tidak memperbolehkan kita untuk membunuh di arena pertarungan ini. Karena itu, jika sihir elemen penyerang digunakan untuk membuat jebakan seperti itu, sudah bisa dipastikan mereka akan mati. Elemen sihirku adalah yang paling tepat jika ingin membuat jebakan.''Gale mengangguk paham setelah mendengar penjelasan dari Jean. Sebelumnya, saat Caesar bergerak mendahuluinya dan membuat lingkaran api yang memerangkap lawan mereka, Gale cukup terkejut. Dia pikir, Caesar mengubah rencana dan bergerak langsung untuk menyerang sendirian.Namun, tidak lama, lingkaran api itu menghilang dan digantikan dengan elemen sihir milik Jean. Hal ini membuat Gale bertanya-tanya, mengapa Caesar tidak langsung membereskannya. Dan penjelasan lengkap dari Jean menjawa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status