Beranda / Romansa / Secret Reunion / 6. Membuat Estefan Marah

Share

6. Membuat Estefan Marah

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-01 23:53:12

Kaluna tidak dapat membantah, meskipun dia sangat ingin melakukannya. Namun, tatapan tajam Estefan seakan mengunci bibir Kaluna rapat-rapat hingga tidak dapat mengucapkan sepatah katapun untuk membantahnya.

Padahal melawan kata-kata guru adalah keahlian Kaluna selama ini.

Sebaliknya Estefan juga tahu kalau Kaluna mulai terdesak olehnya, dan itu adalah awal yang bagus untuk permulaan.

Sebagai seorang guru, mana mau Estefan dikalahkan oleh muridnya sendiri.

"Mulai kapan bimbingannya?" tanya Kaluna dengan wajah malas.

"Minggu depan," jawab Estefan tegas. "jangan lupa datang tepat waktu."

Kaluna menarik napas panjang, sementara Estefan menyuruhnya untuk kembali ke kelas.

Lama-lama menyebalkan juga guru satu itu, batin Kaluna dalam hatinya. Guru lain tanpa pikir panjang pasti akan langsung menendangnya dari sekolah dan dia akan dengan senang hati hengkang detik itu juga.

Sisa pelajaran di kelas hari itu Kaluna habiskan dengan memikirkan cara supaya Estefan mau langsung menendangnya dari SMA Oasis daripada harus mengikuti bimbingan khusus seperti ini.

"Yohan, ayo kita berantem lagi?" ajak Kaluna dengan nada seakan mengajak untuk bermain.

Yohan mengerutkan alisnya dengan heran.

"Berantem?" ulang Yohan tidak mengerti. "Buat apa? Mau bikin alasan biar kita dapat hukuman lagi kayak waktu itu?"

Kaluna menganggukkan kepalanya dengan terus terang.

"Syukur-syukur aku langsung dikeluarkan dari SMA Oasis," ujar Kaluna. "Jadi aku nggak perlu ikut pembinaan atau bimbingan macam-macam itu."

Yohan berputar dan menaruh kedua kakinya di atas bangku.

"Kalau kamu mau keluar dari sekolah ini, kamu tinggal keluar aja." Yohan berkomentar. "Ngapain harus nunggu dikeluarkan sama pihak sekolah?"

Kaluna ikut menaikkan kedua kakinya yang jenjang di belakang Yohan.

"Masalahnya kalau aku yang keluar atas keputusan sendiri, ibaratnya aku yang menyerah menghadapi peraturan sekolah." Kaluna menjelaskan lambat-lambat. "Beda cerita kalau pihak sekolah yang mengelurkan aku, itu artinya mereka yang menyerah."

Yohan mendengus.

"Memang ada rumus begitu?" komentarnya tanpa menoleh. "Kamu tinggal bikin Pak Stefan marah sama kamu, sampai dia langsung mengeluarkan kamu dari sekolah ini tanpa pikir panjang lagi."

Kaluna terdiam sambil berpikir. Tentu saja dia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat keributan di sekolah, tapi herannya Estefan masih mau mengurus masalahnya meskipun dengan gaya dinginnya yang khas.

"Mungkin aku kurang nakal," gumam Kaluna sambil menganggukkan kepala, membuat Yohan memicingkan matanya karena heran.

"Kamu murid lama kan di sini?" tanya Kaluna antusias kepada Yohan. "Kamu pasti tahu sedikit tentang Pak Stefan."

Yohan tidak menyahut.

"Hal apa sih yang paling bikin dia marah sampai bisa mengeluarkan siswa dari sekolah?" tanya Kaluna ingin tahu. "Kamu pasti mengertilah."

Yohan menolehkan wajahnya dengan enggan.

"Nggak tahu juga," ucap Yohan sambil mengangkat bahunya. "Kalau kata anak-anak sih Pak Stefan itu nggak suka disepelekan ... tapi wajar kan, mana ada guru yang mau disepelekan?"

Kaluna menarik napas, dia sudah berharap kalau dia akan mendapatkan jawaban yang memuaskan dari Yohan tapi ternyata tidak.

"Kamu nggak kenal baik sama Pak Stefan kalau begitu," komentar Kaluna dengan nada malas. "Aku tebak dia pasti nggak terlalu akrab sama murid-muridnya."

"Mana aku tahu," sahut Yohan sambil menoleh kembali ke depan. "Pak Stefan itu ke kelasku cuma buat mengajar matematika, dia bukan wali kelasku juga."

Kaluna menarik napas, dia jadi berpikir keras supaya bisa memancing kemarahan Estefan hingga membuatnya dikeluarkan dari sekolah.

***

Kaluna sedang menyantap roti panggangnya ketika Ola muncul.

"Tante, ayo sarapan!" ajak Kaluna sambil melambaikan rotinya.

"Kamu belum juga berangkat?" sahut Ola heran sambil melirik arlojinya. "Jam segini baru sarapan?"

Kaluna mengangguk dengan mulut penuh. Dia menenggak segelas susu kemudian membersihkan bibirnya dengan sehelai tisu.

"Aku berangkat, Tante!" seru Kaluna sambil melambaikan tangannya.

Meskipun jam sudah sangat mepet, tapi cewek itu tetap santai menumpang mobil pribadinya dan tidak mau repot menyuruh sopirnya untuk mengebut di jalanan.

"Santai saja, Pak. Utamakan keselamatan berkendara," ujar Kaluna dari tempat duduk belakang.

"Tapi Non ...."

"Nggak apa-apa, santai." Kaluna menyahut enteng. Mengebut juga percuma, pikirnya. Dia sudah pasti terlambat datang ke sekolah.

Benar saja, gerbang SMA Oasis sudah terkunci rapat ketika Kaluna tiba di sekolah.

Begitu sopir pribadinya berlalu pergi, Kaluna nekat memanjat pintu gerbang sekolahnya meskipun dengan susah payah.

Hop!

Kedua kaki jenjang Kaluna berhasil mendarat mulus di halaman sekolah yang sepi karena murid-murid sudah berada di kelas masing-masing. Cewek itu cepat-cepat berlari ke arah kelasnya sendiri tanpa membuang waktu lagi.

"Tunggu!"

Sebuah suara dingin menghentikan gerakan tangan Kaluna yang terjulur hendak memegang handel pintu, membuat cewek itu menoleh dan kedua matanya seketika melebar.

"Pak Estefan ...?"

Bibir Kaluna terkatup rapat saat Estefan melangkah mendekatinya dengan ekspresi sedingin es batu.

"Siapa yang kasih izin kamu untuk masuk kelas?" tanya Estefan tajam. "Kamu terlambat masuk ke sekolah ...."

"Pak Guru juga telat," sahut Kaluna sambil meringis. "Kita samaan kan? Kalau Bapak tepat waktu, pasti sudah dari tadi Pak Guru masuk kelas ...."

"Kaluna!" tegur Estefan geram.

Beberapa anak yang sudah berada di dalam kelas, tak urung berdiri dan mengintip dari celah jendela diam-diam.

"Cari mati itu si Luna ...."

"... wali kelas sendiri dilawan ...."

Estefan heran sekali dengan sikap salah satu anak kelasnya yang sudah salah tapi masih percaya diri menghadapinya.

"Kan saya cuma bilang apa adanya," Kaluna masih berani bicara. "Pak Guru datangnya barengan saya, jadi yang telat siapa? Kita berdua."

Estefan benar-benar geram dengan kelakuan Kaluna hari ini.

"Kamu tetap berdiri di luar kelas sampai pelajaran saya selesai," perintah Estefan dengan nada supertegas dan mata menyipit tajam dari balik kacamata yang dia kenakan.

Kaluna terdiam sebentar, Estefan pikir dia akan merasa sedikit menyesal karena telah meremehkan dirinya sebagai seorang pengajar, tapi ternyata ....

"Tidak apa-apa kalau itu perintah dari Pak Guru!" sahut Kaluna dengan wajah ceria. Cewek itu bergegas menjauh dari pintu kelas dan mengisyaratkan Estefan untuk masuk ke dalam.

Beberapa murid yang tadi berdiri untuk menguping seketika belingsatan kembali ke bangkunya sendiri-sendiri begitu Estefan melangkah memasuki kelas. Tampang dingin sang guru muda itu sukses membuat nyali murid manapun ciut saat melihatnya.

Sementara itu Kaluna berdiri bersandar dengan santai di tembok pembatas sambil memainkan ponselnya, seakan tidak terbebani dengan hukuman yang harus dia pikul sepagi ini.

"Buka buku materi halaman tiga puluh," perintah Estefan yang langsung dilaksanakan murid-muridnya tanpa sepatahkatapun suara. "Baca dan pahami, setelah itu kerjakan satu soal di bawahnya."

Semua anak serentak menundukkan kepalanya dan membaca dalam hati sesuai perintah guru sekaligus wali kelas mereka. Sedangkan Estefan menoleh ke luar kelas untuk memastikan jika Kaluna masih berdiri seperti yang dia perintahkan.

Bersambung -

Bab terkait

  • Secret Reunion   7. Terimalah Perasaan Saya!

    Kaluna sedang asyik bermain ponsel saat sebuah tangan terulur dan mengambil ponsel itu darinya. "Pak Guru ...?" Kaluna terkejut sedikit. "Siapa yang suruh kamu main ponsel?" tanya Estefan dingin sambil memandang Kaluna. "Saya suruh kamu berdiri.""Sudah, Pak." Kaluna mengangguk sambil menegakkan tubuhnya. "Kamu pakai rok mini lagi?" tanya Estefan menyelidik sambil menyapukan pandangannya ke arah rok Kaluna yang panjangnya hanya sampai di atas lutut. "Kamu tidak bisa memahami instruksi saya dengan baik?"Kaluna hanya nyengir sendiri, dia justru heran karena Estefan baru menyadarinya sekarang. Padahal dia sudah kembali mengenakan rok mininya lagi sejak beberapa hari yang lalu. "Masalahnya begini, saya ambil yang tercepat di lemari." Kaluna beralasan. "dapatnya yang ini."Estefan menarik napas, dia bukan orang yang sabar sebenarnya. Namun, profesinya sebagai seorang guru menuntutnya memiliki kesabaran dalam menghadapi murid-muridnya. "Ponsel kamu saya sita," kata Estefan datar. "Dan

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-02
  • Secret Reunion   8. Teror Sang Mantan

    Senin itu Kaluna masuk sekolah seperti biasanya, sambil bertanya-tanya dalam hati apakah Estefan sudah tiba di kantor guru dan bersiap mengingatkannya tentang sisa hukuman yang harus dia kerjakan selama seminggu penuh. “Luna!” Terdengar suara Yohan memanggil saat Kaluna sedang berjalan di koridor. “Gimana urusanmu sama Pak Stefan?”Kaluna memandang Yohan sekilas dan tidak yakin jika harus membagikan pengalamannya berurusan dengan Estefan. Sejak pengkhianatan yang dilakukan Rara kepadanya dulu, Kaluna sudah tidak percaya lagi dengan yang namanya teman. Karena itulah dia tidak pernah berminat menjalin pertemanan dengan siapapun di sekolah-sekolah sebelumnya.“Pak Estefan benar-benar konsisten sama ucapannya,” kata Kaluna tanpa menghentikan langkahnya. “Aku heran dia belum juga mengeluarkan aku dari sekolah.”“Kan aku sudah bilang, mendingan kamu mengundurkan diri sendiri,” komentar Yohan sambil menaikkan sebelah alisnya. ”Ngapain harus nunggu Pak Stefan yang mengeluarkan kamu?"“Aku ka

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-03
  • Secret Reunion   9. Apa yang Pak Guru Lakukan?

    "Luna di dalam Pak, saya tidak macam-macam kok!” ucap Dewangga cepat-cepat. “Saya mengajak Luna reuni tadi ... Kami teman lama di sekolahnya yang dulu ....”“Reuni yang berakhir di apartemen?” tukas Estefan. “Kamu pikir saya bodoh? Kaluna tidak mungkin ke sini tanpa kamu paksa, kan?"Dewangga menelan ludah.“Maafkan saya Pak,” katanya. “Saya menyesal ....”“Keluar sekarang, saya mau cari Kaluna.” Estefan mengusir sambil menerobos masuk ke kamar untuk menjemput muridnya. Dilihatnya Kaluna sedang berbaring tidak sadarkan diri di tempat tidur, dengan seragam sekolah lengkap, sementara rambut panjangnya tergerai menutupi sebagian bantalnya. Bibir mungil dan sebagian wajah Kaluna juga memerah, dengan dua kancing seragam bagian atasnya sudah terbuka. Estefan mengaitkan kancing seragam Kaluna hingga menutup, kemudian berusaha membangunkannya. "Kaluna?” panggil Estefan. “Kaluna, bangun!”Kaluna hanya mengerang sebentar tanpa merespons panggilan gurunya. "Kaluna, apa pantas kamu berada di k

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-04
  • Secret Reunion   10. Pesona Estefan

    Estefan menoleh dan mendengus melihat Kaluna masih saja mendesaknya.“Pak Guru, saya ... saya tidak tahu apa yang sudah terjadi di antara kita ...” Kaluna melipat kedua tangannya dengan mimik memelas. “Tapi saya mohon jangan ceritakan ini pada siapapun di sekolah, Bapak boleh minta bayaran berapa pun yang Bapak mau, tapi tolong jangan cerita apa-apa.”Estefan mengernyitkan dahinya saat mendengar permohonan Kaluna barusan. Dia harus susah payah menahan tawanya ketika Kaluna berkata akan memberinya bayaran.“Kamu berani bayar saya berapa memangnya?” tanya Estefan sambil memandang Kaluna. “Lebih tinggi dari gaji saya sebagai guru?”“Saya bisa membayar berapapun yang Bapak mau,” janji Kaluna. “Asal Bapak tidak cerita apa-apa tentang kejadian tadi sama teman-teman saya.”Estefan memandang Kaluna lebih serius, dia tidak mengerti kenapa muridnya itu bisa begitu yakin bahwa dirinya akan mau menerima bayaran untuk tutup mulut soal kejadian tadi. “Kita sepakat saja ya Pak,” kata Kaluna akhirnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-05
  • Secret Reunion   11. Mulai Hampir Gila

    “Tante jangan membuatku merasa cuma jadi beban hidup Tante selama ini,” ucap Kaluna. “Lagipula aku nggak mau menikah sama orang asing yang nggak aku cintai.”“Bukan maksud tante menganggap kamu sebagai beban, Lun. Justru tante sedang berusaha merancang masa depan yang baik buat kamu," kata Ola menggebu-gebu. “Percaya sama tante, Luna.”Kaluna memegang keningnya, dia tidak mengerti dengan keinginan tantenya yang tiba-tiba begini.Kaluna tahu bahwa Ola harus merawatnya setelah ayah dan ibunya meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil, tapi dia juga tahu bahwa ada setumpuk uang yang ditinggalkan kedua orang tuanya sehingga Ola tidak perlu merasa terlalu terbebani. Jadi, untuk apa Ola mulai mendesaknya untuk menjodohkannya di usia yang sebegini mudanya?Di kediaman orang tuanya, Estefan juga sedang menghadapi desakan yang sama dari Vivian. "Rey, kenalan saja dulu. Menikahnya bisa kapan-kapan," bujuk Vivian. "Bu, aku sibuk mengajar. Aku masih bisa mencari jodoh saat aku benar-benar s

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-06
  • Secret Reunion   12. Pembinaan (2)

    Ola begitu berambisi untuk mengatur pertemuan Kaluna dengan putra dari salah seorang kenalannya, sementara Hendra justru terlihat tidak mau ikut campur dengan rencana yang disusun istrinya untuk sang keponakan. “Apa menurutmu ini tidak terlalu buru-buru? Keponakan kita masih sekolah.” komentar Hendra. “Kamu terlalu berambisi ....”“Shh!” desis Ola. “Kamu lihat, Luna baru bisa mendapatkan semua harta orang tuanya kalau dia sudah menikah. Setidaknya kita harus menemukan calon suami yang mau kita ajak kerja sama.”Hendra mengangguk saja karena dia merasa bahwa itu sudah urusan keluarga sang istri.Jadilah Ola mengatur sendiri pertemuan itu tanpa meminta izin Kaluna terlebih dahulu. Kaluna sendiri begitu heran saat sang tante tiba-tiba mengajaknya ikut arisan yang diadakan di rumah salah seorang teman. "Kok tumben aku diajak, Tante?" tanya Kaluna dengan wajah heran."Biar kamu sekali-kali melihat dunia luar," jawab Ola beralasan. "Tante mau kamu sedikit berbaur dengan orang lain seperti

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-07
  • Secret Reunion   13. Menguping di Toilet Guru

    Estefan hanya tersenyum singkat, tak lebih dari satu detik dan dia segera menarik tangannya sendiri sampai lepas dari genggaman Kaluna. "Ah, maaf ...!" "Kamu boleh pulang sekarang," kata Estefan datar seakan mengusir keberadaan Kaluna dari ruang kesiswaan. Kaluna mengangguk sopan sebelum akhirnya dia berlalu pergi meninggalkan Estefan yang sedang membereskan meja. "Lun, jangan lupa besok kamu harus ikut tante arisan." Ola mengingatkan ketika Kaluna tiba di rumah dengan diantar sopir pribadi. "Besok ...? Aku kira masih minggu depan!" Kaluna pura-pura lupa sambil meringis memandang tantenya. "Nggak ada alasan," sahut Ola sambil mencubit pelan pipi Kaluna. "Dunia luar itu indah, Lun. Jadi nggak ada salahnya kamu ikut tante arisan. Teman-teman tante kadang bawa anak mereka juga." Kaluna hanya diam mendengarkan, dia tahu alasan Ola lebih memilih mengajaknya daripada mengajak anaknya sendiri yang seorang laki-laki. "Malas banget ..." keluh Kaluna sambil menjatuhkan diri di tempat tid

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • Secret Reunion   14. Makhluk Paling Indah

    Ketika Ola begitu mengagumi penampilan Kaluna dengan kecantikannya yang luar biasa, Hendra justru terlihat ragu-ragu menyaksikan keponakan satu-satunya didandani layaknya perempuan dewasa.“Kamu sepertinya berlebihan, itu keponakan kamu sendiri lho!” komentar Hendra dengan berbisik saat Ola duduk di sampingnya. “Kamu jangan terlalu kelihatan berambisi di depan Luna ...”“Shh!” desis Ola, sebisa mungkin dia bicara tegas tanpa mengeluarkan suara. “Kamu lihat kan, Luna begitu anggun. Ya ampun Sayang, sini senyum sebentar.”Kaluna sempat memandang tantenya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Melihat Kaluna hanya duduk diam di belakang, Ola buru-buru mengingatkannya bahwa ini hanyalah acara arisan biasa. Setelah itu Ola segera mendesak suaminya untuk pergi mengantar mereka ke lokasi pertemuan.Di sepanjang perjalanan, Ola selalu menyuruh Kaluna untuk tersenyum lebih sering daripada biasanya. Lama-lama Kaluna jadi merasa janggal dengan sikap tantenya yang terlalu berlebihan untuk sebuah aca

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20

Bab terbaru

  • Secret Reunion   50 Keputusan Terakhir

    Estefan mengepalkan tangannya."Dewa, stop! Aku akan lakukan apa pun untuk Yohan!" teriak Kaluna lagi.Dewangga tersenyum dan meminta temannya berhenti memukul Yohan."Kamu tunangan sama aku," kata Dewangga sambil menatap Kaluna. "Aku jamin semua pihak akan selamat tanpa perlu adanya pertumpahan darah, itu juga kalau dia mau kembali kepada Fiona."Kaluna terdiam dengan air mata yang masih menetes."Kamu tidak perlu melakukan itu, Luna ..." ucap Yohan dengan suara lirih. "Kamu harus benar-benar memilih ... orang yang kamu cintai ...."Kaluna menangis tersedu. "Aku tidak bisa membiarkan temanku dipukuli."Dewangga masih menatap Kaluna. "Kamu jawab sekarang atau ....""Aku mau tunangan sama kamu!" seru Kaluna. "Tapi lepaskan Yohan, Pak Reyvonda biar kembali sama adik kamu!"Estefan menatap Kaluna tidak percaya. "Jangan ngawur kamu!""Kita menikah pun, akan ada hati yang tersakiti!" kata Kaluna sedih. "Fiona juga harus mendapatkan kebahagiaan, sama seperti kita."Estefan mengepalkan tanga

  • Secret Reunion   49 Menyelamatkan Seseorang

    Fiona langsung menangis histeris ketika mendengar ucapan kakaknya.Dewangga memegang keningnya. Sudah hampir beberapa bulan ini Fiona jarang menangis, tapi kemunculan Estefan telah menghancurkan semuanya."Aku tidak percaya ini, Estefan tidak mau menemuiku!" raung Fiona dengan suara menyayat hati. "Apa salahku? Aku tulus menyukainya, aku tulus!""Aku tahu!" ucap Dewangga, hatinya tetap ikut tersakiti saat melihat Fiona sakit karena perasaannya terhadap Estefan tidak berbalas. "Aku akan paksa Estefan untuk menemui kamu!"Fiona masih menangis sesenggukan dengan Dewangga terus membelai punggungnya."Apa Tante masih yakin untuk menjodohkan aku sama Rey?" tanya Kaluna ketika bertemu Ola di meja makan. "Rey ternyata memiliki masa lalu yang rumit dengan adik Dewa."Ola memegang keningnya. Masalah menjadi semakin rumit, tapi dia merasa masih bisa memanfaatkan peluang yang tercipta karena permasalahan yang terjadi antara Kaluna, Dewa, dan juga Estefan."Kenapa Tante malah jadi terkesan sama De

  • Secret Reunion   48 Menolak Perasaan Fiona

    Estefan terdiam setelah mendengar jawaban Dewangga."Kamu kenal Fiona, Pak?" tanya Kaluna sambil memandang Estefan.Es krim di masing-masing tangan mereka mulai meleleh karena tidak segera mereka makan."Mana mungkin dia tidak mengenal adikku?" sela Dewangga dengan ekspresi diliputi kemarahan. "Dia yang bikin Fiona depresi sampai harus berhenti sekolah!"Kaluna memandang Estefan dengan penuh tanda tanya. "Pak, bisa jelaskan apa maksud Dewa ....""Nanti aku jelaskan," potong Estefan sambil menarik Kaluna pergi."Tunggu, di mana tanggung jawab kamu sebagai gurunya?" tanya Dewangga penuh emosi. "Kamu tidak pernah tahu bagaimana rasanya melihat Fiona menangis hampir setiap hari kan?"Estefan tidak menjawab dan tetap berjalan pergi bersama Kaluna."Kenapa kamu diam saja, Pak?" Kaluna melirik Estefan. "Dewa tidak akan berhenti sebelum mendapatkan apa yang dia inginkan.""Diamlah dulu," sahut Estefan tanpa menoleh."Aku bilang berhenti!" Dewangga terpaksa menarik lengan Kaluna untuk menghent

  • Secret Reunion   47 Calon Suami Kaluna

    "Kalau kamu terpaksa, bilang saja terus terang." Rey alias Estefan mengemudi sembari berkomentar dengan nada datar seperti biasa.Kaluna melirik sebal kepada seseorang yang duduk di sampingnya itu."Sudah tahu kalau saya terpaksa, kenapa kamu—Pak ...? Argh, saya bingung harus panggil apa!" omel Kaluna yang tidak bisa lagi menahan diri.Ketika berada di sekolah, dia masih mampu untuk bersikap hormat dan sopan kepada Estefan sebagai gurunya. Namun, ketika sadar bahwa Rey yang duduk di sampingnya ini adalah orang yang dijodohkan dengannya, Kaluna serasa ingin mengamuk detik itu juga."Panggil saja sesuka hati kamu," kata Estefan tanpa memandang Kaluna. "Kamu yang di sekolah atau kamu yang ada di rumah kan sama saja."Kaluna mengembuskan napas keras."Itulah masalahnya!" Dia menjadi sangat emosional. "Saya jadi sulit untuk menghadapi seseorang yang terbiasa membagi dirinya menjadi dua kepribadian, lagipula kenapa sih harus menyamar?""Siapa yang menyamar?""Kamu!""Menyamar sebagai apa?""

  • Secret Reunion   46 Berubah di Saat Terakhir

    Sebagai bentuk protes keras terhadap ulah tantenya, Kaluna sengaja pura-pura sibuk dengan kegiatan sekolahnya supaya agenda kencan bersama Rey tidak direalisasikan. Bukan apa-apa, Kaluna sama sekali tidak tertarik untuk kencan dengan Rey atau siapa pun. “Lun, mau ke mana?” tanya Ola ketika melihat keponakannya yang sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tas. “Jangan bilang kalau kamu ada les tambahan? Tumben ....” Kaluna meringis dan tidak segera menjawab. “Kalau nggak ikut les, masa iya kamu mau main di luar?” tanya Ola sambil mendatangi Kaluna semakin dekat. “Kamu kan selama ini lebih suka berdiam diri di rumah, atau tante yang sudah salah kira?” Kaluna berdehem sebentar, setelah itu dia memandang sang tante. “Kalau aku nggak salah ingat, kegiatan sekolah aku memang sedang padat-padatnya ... Biasa, mau ujian tengah semester.” Kaluna menjelaskan. Ola mengerutkan keningnya dengan superheran. “Kamu ... sehat-sehat saja kan, Lun?” tanya Ola seraya menyentuh kening keponakannya. Dia

  • Secret Reunion   45 Ajakan Kencan

    Kalau bukan karena ingin mematuhi nasihat Ola, tentu Kaluna sudah sedari tadi mengusir Dewangga dari hadapannya."Oh ya, ngomong-ngomong kamu mau pergi ke mana, Lun?" tanya Dewangga lagi."Nggak ke mana-mana," jawab Kaluna tidak ramah. 'Yohan lama banget sih,' sambungnya dalam hati."Aku bisa kok antar kamu," ujar Dewangga lagi. "Atau kamu mau jalan-jalan dulu?"Kaluna tersenyum sinis."Apa sih yang bikin kamu yakin kalau aku mau pergi sama kamu?" tanya Kaluna sambil berkacak pinggang. "Karena kamu udah menerima kehadiran aku dan nggak mengusir aku lagi," jawab Dewangga penuh percaya diri. "Bagiku itu udah cukup membuktikan kalau kamu sebenarnya nggak sebenci itu sama aku ....""Alah, gombal!" sela Kaluna sinis. "Aku nggak peduli sama kamu, aku bisa aja sih usir kamu dari tadi kalau aku mau. Tapi buat apa sih, buang-buang energi aja."Dewangga langsung berubah sedikit ekspresi wajahnya setelah Kaluna bersikap sangar kepadanya. "Lun, tolonglah ..." bujuk Dewangga. "Nggak ada salahnya

  • Secret Reunion   44 Momen Melanggar Peraturan

    Estefan tidak segera menanggapi nasehat ibunya, terlebih lagi dia tidak bisa menerima kelakuan Kaluna yang diperbuatnya bersama Yohan di sekolah.Hari-hari seterusnya, Kaluna menjalani kehidupan sekolahnya seperti biasa. Diam-diam dia mengusung misi tersendiri untuk melanjutkan perang dinginnya dengan Estefan yang beberapa waktu lalu memberikan peringatan di kantor guru.Kaluna bertekad untuk tidak akan meninggalkan SMA Oasis satu langkah pun kecuali pihak sekolah sendiri yang lebih dulu menendangnya keluar.Hari itu mendadak murid-murid dipulangkan lebih awal karena para guru akan melangsungkan rapat, kelas Kaluna menjadi salah satu kelas yang paling bersemangat menerima kabar ini.“Asyik, pulang pagi ....”“Nongkrong dulu yuk di depan?”“Kopi aja, aku ikut!”Sebagian teman-teman Kaluna sibuk membuat acara seru alih-alih langsung pulang ke rumah, tapi dia memilih untuk mendengarkan dan sama sekali tidak berniat ikut bergabung.“Lun!” Kepala Yohan melongok melewati jendela kel

  • Secret Reunion   43 Kaluna Versi Dewasa

    “Masih satu setengah jam lebih, jangan sampai kita pingsan.” Kaluna beralasan. “Kamu juga boleh bersandar di punggung aku kok, nggak usah gengsi.”Yohan tentu tidak mau rugi, kini punggungnya ikut bersandar di punggung Kaluna hingga hukuman mereka berakhir saat bel istirahat berdering nyaring.“Gimana, bubar nggak nih?” tanya Yohan sambil menoleh. “Atau nunggu wali kelas kita yang suruh ...?”Kaluna menarik napas. Malu juga kalau dilihat murid-murid dari tingkat satu sampai tiga seperti ini, pikirnya.“Ini Pak Estefan ngapain dulu sih?” gerutu Kaluna. “Keburu kita jadi bahan tontonan banyak murid kayak begini.”Yohan mengedarkan pandangan ke arah murid-murid yang sebagian sudah keluar dari ruang kelas masing-masing. “Bodo amat lah,” komentar Yohan. “Aku sih bukan tipe senior yang jaim, jadi biarkan adik-adik tingkat itu melihatku apa adanya.”Kaluna melengos mendengar pengakuan Yohan, dia bersandar dengan nyaman di punggungnya dan memasang wajah tak peduli ketika beberapa muri

  • Secret Reunion   42 Persaingan Sengit Kaluna - Estefan

    Baik Kaluna maupun Yohan sama-sama menoleh dan melihat Pak Kemal berkacak pinggang dari koridor kelas satu, membuat mereka berdua nyengir tanpa rasa bersalah sama sekali.“Kamu, Kaluna! Saya akan laporkan ini kepada wali kelas kamu, Pak Stefan!” lanjut Pak Kemal lagi, setelah itu dia meneruskan langkahnya sementara Kaluna masih tergantung di gerbang dengan Yohan memegangi kedua pinggangnya.“Mampus deh kita ...” keluh Kaluna seraya berpegangan pada gerbang. “Yo, ini gimana ....”“Alah, biasanya juga kita sering kena hukuman.” Yohan menyahut tanpa mendongak, beberapa murid koridor sebelah kanan dan kiri mereka kini mulai menunjuk-nunjuk sambil nyengir tertahan karena melihat Kaluna yang tergantung di gerbang sekolah sedemikian rupa.“Bukan masalah itu!” tukas Kaluna sambil mengayunkan kedua kakinya. “Ini gimana cara turunnya maksud aku!”“Jangan nendang-nendang!” balas Yohan, kali ini terpaksa mendongak untuk memandang Kaluna. “Kayak bayi dalam kandungan aja kamu ....”“Ini aku t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status