Beranda / Romansa / Second Destiny (Indonesia) / Bab 13: Taman Hiburan

Share

Bab 13: Taman Hiburan

Penulis: Renko
last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-13 19:12:38

Aku datang lebih dulu dan menunggu di depan taman hiburan. Tidak lama untuk menunggu kedatangan Savana. Dari jauh hal pertama yang menarik perhatianku adalah ekspresi Sunny yang begitu girang. Sepertinya anak kecil itu sangat menantikan hari ini.

Setelah sampai di hadapanku, Savana berkata, "Apa kau menunggu lama?"

Aku menggelengkan kepala pelan. Hanya lima belas menit seharusnya bukan waktu yang lama. "Aku belum lama ini datang. Ah," aku menunjukkan apa yang ada di dalam genggaman, "aku sudah memesan tiketnya. Kita bisa masuk ke taman hiburan sekarang."

Savana terlihat sedikit terkejut sekaligus menyayangkan sesuatu. “Padahal kau tidak perlu sampai seperti itu. Hari ini adalah ulang tahun Sunny dan aku memintamu untuk datang menemani. Sudah seharusnya aku yang membelikan tiket."

Tiket hiburan yang aku genggam kini membuatku teringat akan suatu hal. Untuk membeli tiket hiburan yang terbilang ti

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 14: Permen Kapas Kuda

    Sunny masih tersedu, tetapi perhatiannya sudah teralih. Perlahan tangisan mulai memudar dan tangannya tidak lagi sering mengusap air mata."Dari permen kapas itu, kita bisa mendapatkan kuda yang sangat besar," sambungku memperagakan kata 'besar' menggunakan kedua tangan."Apakah yang paman ... katakan ... itu benar?" ucap Sunny masih sedikit tersedu."Tentu saja!" Aku menunjuk salah satu stan yang mana menjual permen kapas. "Kita bisa mendapatkannya di sana. Apa kau menginginkannya?"Sunny menganggukkan kepala, lalu aku menggenggam tangannya untuk pergi. Hanya saja langkah anak kecil yang ingin aku bawa memberat dan membuatku segera menolehkan kepala. Saat ini aku melihat Sunny yang kini melihat ke satu titik. Di sana ada Savana yang sedang menelepon."Ada apa?""Sunny tidak boleh makan permen," ucapnya dengan tampang sedih.Tidak lama kemudian tampak Savana mengham

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-13
  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 15: Sebuah Tamparan

    Aku melebarkan kedua mata sambil menatap ke arah Savana yang terlihat sama terkejutnya denganku. Jika begitu, aku tidak mungkin salah dengar. Sunny benar-benar memanggilku dengan sebutan yang menurutku mustahil. Selama ini aku berpikir akan sulit membuat Sunny menerima kehadiranku, tetapi nyatanya tidak seburuk itu."Pa-paman Papa?""Sunny, sekarang sudah waktunya untuk istirahat. Ayo, kita sikat gigimu lebih dulu," ajak Savana tiba-tiba. Aku merasa kalau dia sengaja mengalihkan perhatian.Aku duduk saja memperhatikan mereka berlalu pergi membawa permen kapas kuda menuju kamar. Entah aku harus senang karena anak dari wanita yang aku sukai menerimaku atau aku harus sedih karena tidak terlihat kata 'setuju' di ekspresi wajah Savana. Meskipun begitu aku cukup senang karena Sunny tidak lagi bersedih di hari ulang tahunnya.Lama menunggu akhirnya Savana muncul dan menutup pintu kamar lambat-lambat. Dari gerakannya tampak

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-19
  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 16: Wanita Pengganggu

    Aku memang masih bergantung pada orang tua, akan tetapi bukan berarti aku tidak berusaha memeras keringat. Sebisa mungkin aku ingin meringankan beban kedua orang tua dengan bekerja sambil menempuh pendidikan. Tidak seharusnya tingkatakanku begitu buruk.Namun, sudah sulit seperti itu, bukan berarti aku mendekati Savana karena ingin mencukupi kebutuhan. Tujuanku murni karena perasaan yang aku punya padanya. Bahkan, satu persen pun tidak pernah terpikirkan untuk mengambil keuntungan dari hubungan kami.Kini berganti aku yang menekan-nekan dada Jacob. "Kau memang menang dalam segi materi. Sayangnya materi bukan satu-satunya hal yang paling dibutuhkan dalam sebuah hubungan. Aku memang kerikil kecil dan kerikil kecil ini juga bisa membuatmu terpeleset."Tatapan Jacob semakin marah, ditambah dia menyingkirkan tanganku dengan kasar dan membuat kemarahan semakin jelas terlihat. Sepertinya kemarahan yang Jacob punya sudah terbakar, tetapi

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-19
  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 17: Luapan Perasaan

    Aku duduk dengan canggung bersama Rose di salah satu meja. Semua orang di sekeliling kami berpakaian formal layaknya memiliki integritas tinggi. Tidak berbeda dengan apa yang menempel di tubuhku. Namun, dibandingkan hal itu, aku tertarik pada para tamu yang hadir di restoran yang mana duduk secara berpasang-pasangan. Didukung oleh ruangan yang didesain seolah menjadi latar tempat kencan.Menu makanan dihidangkan tanpa kami pesan terlebih dahulu. Berbeda dengan Rose yang tampak santai-santai saja, justru otakku dipenuhi oleh tanda tanya besar. Sampai saat ini belum ada jawaban yang aku dapatkan dari Rose mengenai keberadaan kami. Hingga para pegawai yang menghidangkan makanan pergi, baru aku memiliki kesempatan untuk berbicara dengan tenang."Apa—""Wah, semua terlihat sangat menggiurkan! Aku tidak sabar untuk memakan semua hidangan ini!"Aku menghentikan tangan yang akan bergerak mengambil sepotong daging, lalu berk

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 1: Pelanggan Tetap

    Embusan angin mengayunkan rambut sebahu seorang wanita di Union Street. Waktu seakan-akan terjeda, mempersilakan Hunter untuk menikmati parfum beraroma manisnya karamel dan hangatnya sebuah pertemuan. Inilah yang dilakukan Savana di tengah kota yang penuh dengan kesibukan, menuntun seorang wanita renta hingga mencapai seberang jalan. Dari pemandangan itu awal permulaan Hunter terpesona dengan sosok Savana. "Terima kasih banyak," ucap sang nenek. "Bukan apa-apa. Sampai jumpa lagi besok," ucap Savana, menundukkan kepala seraya tersenyum sebelum beranjak pergi. Jantung Hunter masih berdegup kencang, semakin menggila ketika melihat bagaimana cara Savana tersenyum. Memang wanita idaman dan tipenya; cantik, tulus, dan pekerja keras. Kenapa dia bisa tahu kalau Savana pekerja keras? Karena wanita itu adalah salah satu pelanggan tetap di tempat dia bekerja paruh waktu. Ada saatnya Savana merasa kacau di depan laptop, ada pula saatnya melangkah terburu-buru seolah tidak ada jeda di dalam hi

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-15
  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 2: Menantikan Pertemuan

    Bagaikan membuka gerbang kemenangan, celah pintu lemari semakin membentang lebar. Aku menghirup aroma yang menyejukkan ini. Rasanya membuatku tidak bisa menahan diri lagi. Suasana hatiku sangat bagus."Savana, aku tidak menyangka jika kau akan mengajakku pergi berkencan," nada suaraku rendah berucap seperti seorang pria yang berkarisma.Sehelai kemeja menemani langkahku berhadapan dengan cermin, "Baiklah. Aku akan menyetujuinya. Tapi jangan salahkan aku jika kau terpesona padaku," ucapku sedikit tersipu malu, kemudian menyapu rambutku seraya berkata, "Karena aku adalah Hunter, seorang lelaki tampan."Suasana hening sebentar sebelum aku tertawa geli. Aku sulit menahan bagaimana senangnya hatiku. Tidak ada yang tahu betapa aku sangat menantikan hari ini. Berjumpa dengan Savana!Aku mengenakan kemeja, lalu memadukannya dengan sweter berwarna abu-abu. Rambutku sudah tertata rapi. Bahkan khusus untuk hari ini aku sampai

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-18
  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 3: Pendengar Savana

    Aku tidak beranjak dari posisiku. Lebih memilih untuk menyerahkan kantong kertas mini cantik pada Savana di depan pintu rumah saja.Melangkah jauh sampai ke dalam, bukan tindakan yang baik ketika kami baru saja mengenal, bukan? Meskipun bagiku kami tidak hanya satu kali bertemu, akan tetapi bagi Savana mungkin sebaliknya.Savana meraih kantong yang disodorkan, kemudian mengeluarkan benda yang terdapat di dalamnya. Ada gurat kelegaan yang tampak di wajah itu."Maafkan aku harus membuatmu datang sendiri untuk mengantarkan ponselku. Seharusnya aku yang menjemput, tapi suatu kejadian membuatku tidak bisa datang. Ayo, masuklah ke dalam dan biarkan aku menuangkan teh hangat untukmu.""Tidak perlu. Aku akan langsung perg

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-22
  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 4: Berteduh dari Hujan

    Aku mendapatkan sif siang hari ini. Sepanjang perjalanan menuju tempat bekerja, pikiranku tidak berhenti mencemaskan kejadian kemarin. Savana enggan menjawab pertanyaanku yang menginginkan agar kami semakin dekat.Padahal pertemuan pertama kami seharusnya berjalan baik, akan tetapi keinginanku telah membuat semuanya menjadi kacau. Apa yang dipikirkan Savana tentangku setelah kemarin? Mungkinkah aku dicap sebagai lelaki aneh yang ingin mendekati seorang gadis?Aku meremas rambutku dengan frustrasi, "Kau sangat bodoh, Hunter."Gerakan tanganku berhenti ketika melihat pemandangan baru di depan mata. Seorang anak kecil tengah menatapku dengan ekspresi datar. Terlebih dari pemandangan itu, aku juga melihat Savana. Mereka berdua saling bergandengan tangan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-25

Bab terbaru

  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 17: Luapan Perasaan

    Aku duduk dengan canggung bersama Rose di salah satu meja. Semua orang di sekeliling kami berpakaian formal layaknya memiliki integritas tinggi. Tidak berbeda dengan apa yang menempel di tubuhku. Namun, dibandingkan hal itu, aku tertarik pada para tamu yang hadir di restoran yang mana duduk secara berpasang-pasangan. Didukung oleh ruangan yang didesain seolah menjadi latar tempat kencan.Menu makanan dihidangkan tanpa kami pesan terlebih dahulu. Berbeda dengan Rose yang tampak santai-santai saja, justru otakku dipenuhi oleh tanda tanya besar. Sampai saat ini belum ada jawaban yang aku dapatkan dari Rose mengenai keberadaan kami. Hingga para pegawai yang menghidangkan makanan pergi, baru aku memiliki kesempatan untuk berbicara dengan tenang."Apa—""Wah, semua terlihat sangat menggiurkan! Aku tidak sabar untuk memakan semua hidangan ini!"Aku menghentikan tangan yang akan bergerak mengambil sepotong daging, lalu berk

  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 16: Wanita Pengganggu

    Aku memang masih bergantung pada orang tua, akan tetapi bukan berarti aku tidak berusaha memeras keringat. Sebisa mungkin aku ingin meringankan beban kedua orang tua dengan bekerja sambil menempuh pendidikan. Tidak seharusnya tingkatakanku begitu buruk.Namun, sudah sulit seperti itu, bukan berarti aku mendekati Savana karena ingin mencukupi kebutuhan. Tujuanku murni karena perasaan yang aku punya padanya. Bahkan, satu persen pun tidak pernah terpikirkan untuk mengambil keuntungan dari hubungan kami.Kini berganti aku yang menekan-nekan dada Jacob. "Kau memang menang dalam segi materi. Sayangnya materi bukan satu-satunya hal yang paling dibutuhkan dalam sebuah hubungan. Aku memang kerikil kecil dan kerikil kecil ini juga bisa membuatmu terpeleset."Tatapan Jacob semakin marah, ditambah dia menyingkirkan tanganku dengan kasar dan membuat kemarahan semakin jelas terlihat. Sepertinya kemarahan yang Jacob punya sudah terbakar, tetapi

  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 15: Sebuah Tamparan

    Aku melebarkan kedua mata sambil menatap ke arah Savana yang terlihat sama terkejutnya denganku. Jika begitu, aku tidak mungkin salah dengar. Sunny benar-benar memanggilku dengan sebutan yang menurutku mustahil. Selama ini aku berpikir akan sulit membuat Sunny menerima kehadiranku, tetapi nyatanya tidak seburuk itu."Pa-paman Papa?""Sunny, sekarang sudah waktunya untuk istirahat. Ayo, kita sikat gigimu lebih dulu," ajak Savana tiba-tiba. Aku merasa kalau dia sengaja mengalihkan perhatian.Aku duduk saja memperhatikan mereka berlalu pergi membawa permen kapas kuda menuju kamar. Entah aku harus senang karena anak dari wanita yang aku sukai menerimaku atau aku harus sedih karena tidak terlihat kata 'setuju' di ekspresi wajah Savana. Meskipun begitu aku cukup senang karena Sunny tidak lagi bersedih di hari ulang tahunnya.Lama menunggu akhirnya Savana muncul dan menutup pintu kamar lambat-lambat. Dari gerakannya tampak

  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 14: Permen Kapas Kuda

    Sunny masih tersedu, tetapi perhatiannya sudah teralih. Perlahan tangisan mulai memudar dan tangannya tidak lagi sering mengusap air mata."Dari permen kapas itu, kita bisa mendapatkan kuda yang sangat besar," sambungku memperagakan kata 'besar' menggunakan kedua tangan."Apakah yang paman ... katakan ... itu benar?" ucap Sunny masih sedikit tersedu."Tentu saja!" Aku menunjuk salah satu stan yang mana menjual permen kapas. "Kita bisa mendapatkannya di sana. Apa kau menginginkannya?"Sunny menganggukkan kepala, lalu aku menggenggam tangannya untuk pergi. Hanya saja langkah anak kecil yang ingin aku bawa memberat dan membuatku segera menolehkan kepala. Saat ini aku melihat Sunny yang kini melihat ke satu titik. Di sana ada Savana yang sedang menelepon."Ada apa?""Sunny tidak boleh makan permen," ucapnya dengan tampang sedih.Tidak lama kemudian tampak Savana mengham

  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 13: Taman Hiburan

    Aku datang lebih dulu dan menunggu di depan taman hiburan. Tidak lama untuk menunggu kedatangan Savana. Dari jauh hal pertama yang menarik perhatianku adalah ekspresi Sunny yang begitu girang. Sepertinya anak kecil itu sangat menantikan hari ini.Setelah sampai di hadapanku, Savana berkata, "Apa kau menunggu lama?"Aku menggelengkan kepala pelan. Hanya lima belas menit seharusnya bukan waktu yang lama. "Aku belum lama ini datang. Ah," aku menunjukkan apa yang ada di dalam genggaman, "aku sudah memesan tiketnya. Kita bisa masuk ke taman hiburan sekarang."Savana terlihat sedikit terkejut sekaligus menyayangkan sesuatu. “Padahal kau tidak perlu sampai seperti itu. Hari ini adalah ulang tahun Sunny dan aku memintamu untuk datang menemani. Sudah seharusnya aku yang membelikan tiket."Tiket hiburan yang aku genggam kini membuatku teringat akan suatu hal. Untuk membeli tiket hiburan yang terbilang ti

  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 12: Membayangkan Istri

    Aku tersentak ketika mendengar suara yang tidak tahu apa. Saat membuka mata, tanpa diduga aku sudah berbaring di sofa. Sepertinya aku tertidur setelah bermain dengan Sunny.Aku juga mendapati tubuhku ditutupi oleh selimut. Langsung saja aku bangun untuk melihat apa yang sedang terjadi di dapur karena suara yang membangunkanku asalnya dari sana.Pemandangan yang aku lihat adalah Savana. Sebenarnya aku sudah tahu jawaban akan kebingunganku, akan tetapi aku ingin memastikannya lagi. Ternyata benar kalau Savana sudah pulang.Kini Savana sibuk di dapur dengan penampilan yang menurutku sangat menawan. Rambut diikat, apron, dan pakaian rumahan. Savana menggetarkan hati dan jiwaku pada saat yang bersamaan. Pemandangan seperti ini membuatku menjadi tenang.Di saat itu pula Savana yang selesai mencicipi makanan, menolehkan kepala seolah baru saja menyadari keberadaanku, "Kau sudah bangun?"

  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 11: Bermain Kuda

    Aku mendapatkan pesan masuk dari Savana. Dia meminta bantuanku hari ini dan untuk yang ke-dua kalinya aku melihat sosok anak kecil yang berhasil mengguncang hidupku beberapa waktu lalu.Sampai detik ini tetap sama, Sunny memandangiku dengan ekspresi datar andalannya. Apalagi saat aku berinteraksi dengan Savana, kerutan kecil menghiasi wajah mungil itu. Sepertinya Sunny tidak begitu senang dengan kehadiranku di antara mereka."Maaf karena sudah menghubungimu tiba-tiba. Hari ini pegawai yang aku perkerjakan untuk mengawasi Sunny tidak bisa datang. Jacob tidak bisa dihubungi dan aku tidak tahu harus minta bantuan pada siapa selain dirimu."Aku melirik kembali pada gadis kecil yang tidak mengubah ekspresinya. Bagaimana cara agar Sunny tidak berekspresi seperti itu lagi? Apalagi kami akan menghabiskan waktu berdua saja sampai Savana selesai bekerja. Pasti akan sangat canggung karena kami yang tidak begitu saling mengenal.

  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 10: Keributan Kecil

    "A-aku kebetulan lewat." Alasan itu jelas tidak masuk akal untuk didengar. Mengalihkan suasana yang semakin canggung, aku kembali fokus pada tujuanku, "Savana sudah mengatakan agar kau segera pergi."Dari ekspresi itu Jacob tampaknya tidak senang dengan kehadiranku, "Kalau ada yang harus pergi, maka kau adalah orangnya."Memang benar di antara mereka, aku hanya orang asing yang tiba-tiba datang. Tetapi setelah Savana memberikan aku kesempatan, maka aku bukanlah orang asing lagi. Keberadaanku adalah bentuk dari perjuangan."Tidakkah kau mengerti kalau kau sudah ditolak? Pergilah sebelum kami memanggil polisi."Mata Jacob tampak merah setelah aku menyindirnya. Dia juga mengepalkan tangan seolah ingin melayangkan sebuah tinju padaku. Namun, aku sama sekali bergeming. Bagiku keberadaanku yang ingin membantu Savana, bukan sesuatu yang salah."Apa kau tidak mendengarnya? Savana ingin agar kau segera pergi

  • Second Destiny (Indonesia)   Bab 9: Cara Ilegal

    Mulanya aku hanya memperhatikan mereka saja dari kejauhan. Pintu gerbang terlihat bergerak menampakkan sosok cantik Savana. Tidak lama mereka berdiri di sana sebelum Jacob masuk pula ke dalam rumah.Aku bergegas mendekati pagar yang telah tertutup rapat. Hanya suara pintu rumah yang terdengar setelah itu. Bagaimanapun aku mencuri dengar tetap saja suasana hening. Akutidak bisa tahu aktivitas apa yang sedang mereka lakukan di dalam sana.Aku semakin gelisah lagi karenanya. Apalagi mengingat perlakuan buruk Jacob. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Savana? Apa yang harus aku lakukan untuk membantunya?Aku berjalan ke sana kemari sambil berpikir keras mencari jalan keluar. Sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk memanjat dinding. Aku beranjak ke sisi samping rumah mencari posi

DMCA.com Protection Status