#MPS #GNPart 48 Pernyataan Tama dan RumiTama pun melirik istrinya yang berada di sebelahnya. Mereka berdua terlihat tegang dan juga gugup dalam menjawab pertanyaan mas Abdullah yang terdengar sederhana. "Mbak Fira kami cuma mau ngasih tau kalau sebenarnya .... " Rumi menahan bicaranya sampai membuatku menatap serius kearahnya."Gak usah bertele-tele. Ngomong yang jelas! Kalian 'kan paham kami sedang memperjuangkan nyawa seseorang," tandas mas Sholeh yang mulai menunjukkan ketidaksabarannya. Kakakku ini memang selalu menjadi garda terdepan ketika diriku sedang bermasalah. Dengan raut wajah yang terlihat ragu Rumi berusaha untuk membuka suara. "Sebenarnya .... " "Sebenarnya semua yang dikatakan bulik Joko pada kalian itu bohong," ujar Tama memotong ucapan Rumi yang seketika membuat kami terkejut mendengarnya. "Bohong gimana maksudnya?" tanya mas Abdullah seraya lebih mendekat pada Tama. "Kami tau, kalau sekarang kalian sedang mencari ibu saya karena tuduhan yang dilontarkan bulik
#MPS #GNPart 49 Menghadap bu JokoNamun karena belum mempunyai bukti yang cukup kuat, maka kami memutuskan untuk mencari tahu dengan menemui bu Joko secara langsung. Tentunya bukan secara blak-blakan melainkan dengan sedikit permainan yang ku pastikan jika bu Joko benar pelakunya, ia takkan bisa berkutik.***Sesampainya di rumah bu Joko, ia sudah bersiap dengan stelan rapinya menunggu kedatangan kami di depan rumah. Namun sayangnya aku dan mas Abdullah memutuskan untuk membatalkan kepergian kami ke Jogja. Kata Tama bu Darmi dan lainnya termasuk Rosi memang pergi namun tidak ke Jogja melainkan ke tempat lain. Dan mobil yang dimaksud bu Joko hanyalah karangan belaka. Sebab bu Darmi sekeluarga pergi menggunakan sepeda motor masing-masing. Ini semua sudah ku tanyakan kepastiannya pada pakde Rudi yang mana ia telah meminta anak buahnya menjaga jalan keluar dari perkampungan ini. "Kok turun?" tanya bu Joko ketika melihatku turun dari mobil dan bukan memintanya untuk masuk. Namun bukann
#SKDY Part 50 Tuduhan yang membuahkan hasilNamun jika terbukti benar bu Joko adalah pelakunya aku tak akan memberinya ampun, namun jika tuduhan ini salah, mungkin seumur hidup aku tak berani kembali muncul di hadapannya. "Pelakunya adalah ... Orang yang terbilang cukup dekat denganku," kataku sembari tersenyum tipis pada bu Joko. Menurut mas Abdullah aku memang harus berlagak menekan disetiap perkataan yang ditujukan pada bu Joko agar kami tahu apakah bu Joko menyembunyikan sesuatu dari kami. Dan saran suamiku itu sepertinya membuahkan hasil yang bagus, sebab setiap kalimat yang ku ucapkan pada bu Joko menunjukkan perubahan ekspresi pada wajahnya.Mungkinkah benar bu Joko dalang dibalik penculikan bayiku? "Sayangnya pelakunya belum kami temukan karena dia berhasil kabur. Tapi alhamdulillahnya Alsa sudah ditangan kami sekarang," ujar mas Abdullah yang sejak tadi terdiam. "Oh, syukurlah kalau begitu ... " ujar bu Joko lega. "Apa?" sahutku pura-pura tak mendengar ucapan bu Joko ba
Aku pun lantas menelepon mas Sholeh guna memintanya untuk sesegera mungkin menyusul kami. Juga berpesan untuk mengajak Arif untuk melanjutkan rencana berikutnya. Sebab, sebelumnya mas Sholeh sudah mengabarkan kalau Arif mau membantu kami bahkan tanpa ancaman sedikit pun. Katanya ia juga ingin membuktikan apakah ibunya itu sampai hati bertindak sejauh ini. Apalagi belakang ini bu Joko sering bepergian sendiri tanpa mau diantar seperti biasanya. Sekarang tinggal aku, mas Abdullah dan Tama kembali beraksi mengejar mobil yang membawa bayi yang ku yakini adalah Alsa. Sementara urusan bu Joko kami menyerahkannya pada mas Sholeh dan lainnya. Semoga saja bu Joko belum pergi sebelum kedatangan mas Sholeh dan Arif ke warung makan tersebut. Mobil berwana hitam tersebut terus melaju menyusuri jalanan menuju kota. Mas Abdullah yang memegang kemudi pun berinisiatif untuk mempercepat lajunya hingga bisa menyalip mobil tersebut. Dan itu adalah hal yang mudah bagi suamiku, sebab aku tahu kemampuann
Sandi pun menjelaskan secara detail rencananya pada kami yang membuatku tercengang. Bagaimana tidak rupanya ia begitu peduli pada kami dengan memastikan Alsa adalah bayi kami yang hilang sekaligus ingin menjebak bu Joko agar mengakui kejahatannya. "Terima kasih." Mas Abdullah mengulurkan tangan kanannya pada Sandi yang kemudian ia sambut uluran tangan tersebut lalu mereka berpelukan. Aku dan Putri pun melakukan hal yang demikian sembari saling melempar senyum. Sebelum memulai rencana Sandi menelepon bu Joko terlebih dahulu guna memastikan keberadaannya masih di warung makan tempat mereka bertemu tadi. Dengan dalih karena ada suatu hal yang akan dibicarakan maka Sandi meminta bu Joko untuk menunggu kedatangannya yang akan kembali lagi. "Dia masih disana," kata Sandi setelah menutup teleponnya. Aku pun menghela napas lega karena akan ada peluang untuk menguak kejahatan yang dilakukan bu Joko padaku. Meski rasanya masih tak percaya mengingat sejak dulu bu Joko sering membantuku.Kami
#MPSPart 52 Mengajak Bu JokoCukup lama kami menunggu, namun entah Arif ataupun Sandi juga tak kunjung keluar atau bahkan memberi kabar. Sampai-sampai aku sempat khawatir jika anak muda itu ketahuan oleh bu Joko kalau salah satu diantara mereka menjadi mata-mata kami. "Kok, lama banget, sih?" ujarku cemas. "Sabar," balas mas Abdullah yang lalu diiyakan yang lainnya. Ah, ternyata mereka tak mengerti perasaanku. Andai saja Alsa tak bersama mereka aku juga takkan secemas ini. Huh."Iya tapi ini lama banget. Mana laper lagi. Astaghfirullah, mas ... depan warung makan tapi kenapa perut ini sampe kelaparan." Entahlah, tiba-tiba saja aku suka mengeluh. Mungkin efek samping karena habis melahirkan. Lagipula dari sekian banyak orang yang membersamaiku memang tak ada yang merasa lapar? Mendengar keluhanku yang mungkin sudah membuat gatal telinganya, lantas mas Abdullah pun mengeluarkan ponselnya. Ia ingin memesankan makanan untukku dari warung makan di depan kami secara delivery order. Du
#MPS Part 53 Kesempatan dari SandiBu Joko sepertinya tak mengenaliku sebab aku menggunakan masker penutup wajah yang disarankan Sandi. Katanya aku akan menjadi kejutan di akhir perjalanan kami menuju suatu tempat yang kami peruntukkan untuk bu Joko. Namun dari sorot matanya yang sepintas ku lihat dari kaca spion depan, bu Joko seperti menaruh curiga padaku. Duh, semoga saja ia tak menyadari bahwa orang yang berada di depannya adalah aku. Syukurlah, saat hampir sampai di tempat tujuan bu Joko sama sekali tak mencurigaiku. Nyatanya selama perjalanan ia tak sekalipun bertanya tentangku. Mungkin ia tak berani lantaran pertanyaannya yang pertama tadi saja tak ada yang menjawab. Ditambah Sandi juga sudah memeringati agar tak banyak berbicara. "Loh, ini?" bu Joko terbelalak ketika mobil Sandi memasuki area kantor kepolisian. "Kenapa, Bu?" tanya Putri. Ia masih bersikap berpura-pura lembut agar bu Joko tak mencurigainya. "Kenapa kesini?" tanya bu Joko yang kini sangat terlihat ketakuta
#MPSPart 54 Kantor PolisiIngin sekali memarahi mas Abdullah dan abah karena mereka aku harus menghentikan aksiku. Aksi yang mana aku sangat suka dengan peran ini. Sebab sangat berbeda dengan kepribadianku. Tetapi mau tak mau aku harus mengurungkan niat untuk tidak memarahi dua lelaki yang berharga dalam hidupku ini. Jika tidak yang ada aku malah kena balik serangan dari mereka. Kan menyedihkan. Sandi ternyata sudah kembali dari kantor polisi dan meminta kami untuk segera membawa bu Joko masuk ikut dengannya. "Jangan dikasari," peringat Abah saat aku hendak membuka pintu mobil. Dengan wajah sedikit kecut aku pun menurut apa yang dikatakan abah. Biarpun sebenarnya malas juga jika harus bersikap baik pada orang yang sudah jelas berbuat kejahatan pada keluargaku. Ditambah kebohongannya yang memfitnah orang lain sehingga membuatku hampir ikut percaya pada ucapannya. "Keluar!" perintahku pada bu Joko yang kini terlihat sangat menyedihkan. Terdiam dengan raut wajah ketakutan juga kece