Share

Dimana Istri Barumu ?

Penulis: OptimisNa_12
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-28 01:47:30

Part 7 Dimana istri barumu?

[Malam ini aku nginep di rumah abah dulu, mas nggak usah jemput]

Ku kirim pesan W* untuk mas Arga, sesuai perintah abah.

[Iya, Dek]

***

Waktu menunjukkan 19.30, sembari makan malam, aku, abah, umi dan keluarga kecil mas Sholeh menunggu kedatangan pakde Rudi.

Ya, malam ini kami akan melakukan rencana yang sudah disusun abah.

Derrt ...

Pesan W* ku terima dari Lela. Ia ku minta untuk mengawasi mas Arga sejak pesan W* ku kirimkan padanya sore tadi. Lela memberitahukan bahwa mas Arga pergi sejak usai mahgrib tadi. Entah kemana, yang jelas tidak memakai helm, jaket atau perlengkapan jika akan pergi jauh. Hanya berpakaian biasa.

Sudah dapat ku simpulkan, bahwa mas Arga pasti pergi ke rumah ibunya. Tentu ini bagus. Penggrebekan malam ini akan disaksikan juga oleh keluarga mas Arga.

"Assalamualaikum. "

Terdengar salam dari luar, itu pasti pakde. Mas sholeh pun tanpa diminta ia bergegas meninggalkan makanannya dan membukakan pintu.

Kami pun menyusul langkah mas Sholeh. Sementara mbak Lita tetap diam karena masih menyuapi Fatih, anaknya.

Pakde datang dengan seseorang yang kami para warga sekampung tahu siapanya dirinya. Pak Agus. Salah satu bawahan pakde di kantor.

Abah mempersilakan pakde juga pak Agus duduk di ruang tamu. Aku, umi dan mas Sholeh pun ikutan bersama.

"Ngomong kamu, Gus! " ujar pakde pada bawahannya yang duduk di sebelahnya.

Pak Agus tampak ketakutan, dengan wajah yang menunduk sejak kedatangannya tadi. Bahkan raut wajahnya juga terlihat risau dan gelisah.

"Ma-maaf, Pak Budi dan keluarga, sa-saya, minta maaf, " ucap pak Agus tergagap. Ia benar-benar terlihat ketakutan.

"Wess, lama kamu, Gus, biar saya saja yang jelasin, " sahut pakde.

Pakde menjelaskan panjang lebar apa yang dimaksud dengan permintaan maaf dari bawahannya tersebut. Dimana, ternyata pak Agus adalah orang yang membantu mengurus syarat-syarat pernikahan mas Arga dengan Preti, dan uang sebesar dua juta sebagai penutup mulutnya. Astaghfirullah.

Alasannya, kenapa pak Agus sampai menerima suap tersebut, dikarenakan desakkan anaknya yang sedang membutuhkan tambahan biaya untuk membayar kuliah.

"Pantes, waktu itu dia minta tanda tangan saya di surat pengantar, perihal pernikahan juga, tapi salahnya saya nggak nanya siapa yang mau nikah. Soalnya waktu itu saya sedang diburu-buru waktu mau ke kecamatan, " tutur pakde.

"Maafkan saya, Mbak Fira. Saya menyadari kesalahan saya, dan saya akan kembalikan uang dua juta itu ke mas Arga. Saya nggak mau ngasih uang haram untuk pendidikan anak saya, " jelas pak Agus.

Abah menghela nafasnya. Beliau tampak sedikit syok mendengar penjelasan dari teman sekantornya itu.

Bagaimana tidak, hampir setiap hari abah dan pak Agus bertemu. Pak Agus pun tak menampakkan gelagat yang mencurigakan.

Tepi kenyataan sungguh pahit. Teman sekantornya malah membantunya merusak rumah tangga anaknya.

"Saya khilaf, Pak, tolong maafkan saya, " pak Agus terus saja memohon maaf. Kali ini ia berlutut dikaki abah yang duduk di hadapannya. Membuat abah sedikit terkejut.

"Nasi sudah menjadi bubur. Kami InsyaaAllah akan memaafkanmu, asal memang kamu benar-benar bertaubat, " kata Abah seraya berusaha membangkitkan pak Agus.

Memang benar, nasi sudah menjadi bubur. Mas Arga sudah terlanjur menikah dengan Preti. Dan, aku pikir ini tidak sepenuhnya salah pak Agus, karena ia hanya menjalankan tugasnya untuk membantu mas Arga, meskipun caranya salah.

"Sekarang saja Pakde. Fira sudah dapat kabar dari Lela, kalau Arga sudah pergi dari tadi, " ujar mas Sholeh.

Kakakku ini memang terlihat tak sabaran ingin mendatangi mas Arga. Raut wajahnya saja sudah seperti terpenuhi emosi yang memuncak.

Namun, masyaaAllah, mas Sholeh tetap diam ketika pak Agus mengakui kesalahannya. Ia tetap menjaga sikapnya, mungkin ia kasihan melihat pak Agus yang memang sedari tadi tak berani mengangkat kepalanya.

"Yawis, ayo! " pakde pun bersemangat. Ia bangkit dari kursinya lalu berjalan keluar.

"Umi, Fira pamit, tolong doakan Fira, ", kataku seraya mencium takzim tangannya, lalu memeluknya.

Kami pun mengikuti langkah pak Lurah, kecuali umi. Beliau menunggu di rumah ditemani mbak Lita.

Kami berangkat menggunakan mobil pakde menuju rumah bu Darmi, ibu mertuaku.

Perjalanan memakan waktu sekitar sepuluh menit. Karena rumah orangtuaku terletak di perbatasan kampung, sementara ibu mertuaku tak jauh dari kantor kelurahan yang berada di tengah-tengah kampung, namun dekat dengan jalan utama yang menghubungkan satu kecamatan dengan yang lainnya.

Kami pun sampai. Mobil langsung masuk ke halaman rumah ibu mertua. Dan benar saja, seperti dugaan kami sebelumnya. Terlihat motor matic milik mas Arga terparkir di depan teras rumah ibunya.

Mas Sholeh juga sudah di wanti-wanti sama abah, untuk menahan emosinya jika bertemu mas Arga. Karena tujuan kami datang, untuk meluruskan masalah. Memberi pelajaran, bahwa perbuatan mereka salah dengan menikahkan mas Arga yang sudah jelas-jelas beristri. Menikahnya diam-diam pula.

Pakde turun duluan bersama pak Agus. Aku, mas Sholeh juga abah menunggu sejenak di dalam mobil.

Setelah mengucap salam, dan ibu pun membukakan pintu depan. Tak terlalu jelas apa yang mereka obrolan, namun ku rasa mereka hanya berbasa-basi. Tapi, raut wajah ibu seperti gelisah manakala melihat pak Agus yang datang bersamaan dengan pakde.

Tak lama setelah itu, mas Arga muncul dari dalam. Membersamai mereka yang masih berdiri di depan pintu.

Aku, mas Sholeh juga abah, pun bergegas keluar dari mobil. Berjalan kearah mereka.

"Fira? Abah? Sholeh? " ujar mas Arga ketika melihat kami.

Mas Arga mengulurkan tangannya hendak mencium punggung tangan abah, namun dengan cepat abah menangkisnya. Begitu juga dengan aku, tak sudi aku menyalaminya seperti biasanya.

Dadaku rasanya sesak melihat pemandangan ini. Emosiku tiba-tiba sudah di ubun-ubun rasanya. Ingin sekali aku memaki-maki lelaki yang masih menyandang status suamiku ini.

"Mana istri barumu? " tanpa basa-basi abah menodong pertanyaan demikian pada mas Arga.

Mas Arga dan ibu seketika terperanjat mendengarnya. Sampai-sampai Tama dan istrinya pun keluar menghampiri kami.

"I-istri? Maksud Abah? " mas Arga tergagap.

Suasana tiba-tiba menjadi tegang. Dan abah, tak pernah ku jumpai beliau semarah ini.

Perasaanku bercampur aduk. Deg-degan. Apa yang akan abah lakukan pada mereka? Sementara kita semua mengetahui bahwa mas Arga menikah lagi secara sah agama juga negara.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Djono Family
hhhhmmmmmmmmmmmm
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
apa nanti Arga mengaku tuh udh menikah lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Kemunculan Sang Pelakor

    Part 8 Kemunculan Sang Pelakor"Kami sudah mengetahuinya, nggak perlu lagi kamu sembunyikan," kata abah.Mas Arga sekilas melempar pandangannya pada ibunya. Dan, setelah itu muncullah wanita muda, berambut panjang lurus hampir sepinggang, dengan stelan kimono dress berwarna marun. Preti."Saya istri barunya, kenapa?" tanya Preti seraya memasang wajah angkuh.Huh, tetiba dadaku sesak kembali. Amarah ingin rasanya ku ledakkan saat ini juga, apalagi melihat tingkah Preti yang tak ada sopan santunnya.Dengan cepat aku menghampiri Preti yang berdiri di samping mas Arga. "Kenapa kamu bilang? Rasakan ini karena sudah merusak rumah tanggaku!" Aku menarik dengan kerasa rambut panjangnya."Aaaaw! Lepaskan! Dasar perawan tua!" Preti berusaha melepaskan tanganku.Suasana mendadak jadi gaduh. Ibu mertuaku dan mas Arga pun berusaha menghentikan ulahku. Sementara yang lainnya hanya diam menonton."Ya ampun Fira, lepaskan, Nduk, kasihan Preti.""Fir, sudah, Fir, maafkan Mas."Mendengar kata maaf dari

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-03
  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Pisah Ranjang

    Part 9 Pisah Ranjang!"Ingat Fir, pernikahan mereka memang sah dimata agama, tapi tidak secara hukum, karena kamu sebagai istri pertama tidak mengetahuinya. Dan lagi, meskipun ada surat pengantar dari kelurahan, tapi itu tanpa sepengetahuan saya selaku kepala desa. Kapanpun kamu mau, kita bisa langsung proses secara hukum, karena pernikahan mereka itu bisa dibilang ilegal, bisa di pidanakan. Ingat itu," tutur pakde menasihatiku ketika kami sampai di rumah abah.Awalnya aku memang tak mengetahui jika pernikahan mas Arga bisa dipidanakan. Karena pernikahan mereka begitu meriah, ditambah pak Agus yang membantu mereka membuat surat pengantar dari kelurahan, jadi menurutku pernikahannya sah secara hukum.Namun, berkat postingan FB dari seseorang yang lewat di berandaku beberapa hari yang lalu, aku jadi mengetahuinya. Meskipun awalnya aku sedikit ragu dengan informasi tersebut, hingga akhirnya aku go*gling dan ternyata benar.Selain itu, aku juga bertanya pada pakde Rudi tentang hukum terse

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Pembalasan

    Part 10 Pembalasan"Mas berangkat kerja dulu, ingat, jangan cari gara-gara, " ucap mas Arga pada Preti yang berdiri di teras depan. "Iya, iya, " balas Preti dengan nada malas. Sebelum meninggalkan Preti, mas Arga mencium keningnya. Aku yang melihatnya dari dalam entah kenapa jadi kesal sendiri. Ah, nggak mungkin kalau aku masih cemburu pada Preti. Waktu memang terbilang masih sangat pagi. Jam 06.00 mas Arga sudah harus berangkat bekerja karena shif pagi. Dan biasanya akan sampai di rumah sekitar jam 15.00.Aku menghampiri Preti yang masih berdiri di teras melihat kepergian mas Arga. "Kemasi barang-barang dan segera angkat kaki dari sini! " ujarku berdiri tepat di sampingnya. "Apa hak mu mengusirku? Aku juga istri mas Arga di sini, " balasnya seraya melipatkan kedua tangannya di dadanya. "Ini rumahku. Pergi atau ku teriaki maling?! ""Teriak aja, orang juga nggak akan berpikir ada maling secantik dan sexy aku, " balas Preti menyombongkan fisiknya. Padahal, kalaupun aku memakai pa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Pembalasan, lagi

    Part 11 Pembalasan, lagi"A-ampun, Fir, ampun, " mohonnya. "Rasakan ini! " ujarku dengan menaikkan nada seraya perlahan demi perlahan ku arahkan mata gunting tersebut kearah wajahnya. Membuat mata Preti semakin membulat besar. "Aaaaaakkk!!" Preti berteriak sekencang-kencangnya seraya menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Lepaskan dia!"Bruugh!"Aargh!" Aku terpelanting ke sisi dinding kamar karena mas Arga yang tiba-tiba muncul.Prank!Aku membuang gunting tersebut ke sisi lain. Lalu berdiri dan menatap tajam kearah mas Arga yang memeluk Preti."Nggak akan ku biarkan ini, nggak akan!" Ku tunjuk mereka dengan wajah penuh emosi. Lalu melangkah meninggalkan mereka."Memangnya kamu bisa? Kamu hanya mengandalkan jabatan di keluargamu, ya, kan?"Langkahku terhenti ketika sudah berada di dekat pintu karena mendengar perkataan mas Arga.Ku balikkan bandanku menghadap mereka. Ku sunggingkan sudut bibir kananku. "Kalau mereka bisa membantuku menjebloskan kalian ke penjara, kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Mengajakku Pulang

    Part 12 Mengajakku Pulang"Tunggu, Mas, " ku lepaskan tangan mas Sholeh ketika kami sampai di teras. "Apa lagi? " tanyanya kebingungan. "Sebentar, " tanpa menjawab pertanyaannya, aku bergegas kembali masuk ke dalam rumah. Hatiku masih terasa panas karena mereka mencoba mencelakaiku, merusak barang daganganku. Meninggalkan mereka begitu saja, oh, tidak bisa. Aku berjalan langsung masuk ke kamarku tanpa memperdulikan mas Arga yang masih berdiri di ruang tengah bersama Preti tak jauh darinya."Mau apalagi kamu, Fir?" tanya mas Arga ketika aku keluar dari kamar.Ku hentikan langkahku tak jauh dari mereka. "Bereskan semua!" titahku menunjuk lantai yang basah. "Kamu, bersihkan kamar mandi tanpa ada sisa minyak sedikit pun!" tambahku seraya menunjuk wajah Preti."Nggak!" bantah Preti.Ku majukan satu langkah kakiku. Menatap tajam mata Preti. "Aku rasa kamu nggak ingin hidup di penjara, kan?" kataku lirih penuh penekanan.Ia pasti tahu arah maksud perkataanku. Tampak Preti menahan kesal d

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Menebak-nebak memang susah

    Part 13 Menebak-nebak memang susah"Pergi dari sini! " usir abah dengan tegas menunjuk arah luar. "Abah, Arga mohon, Bah, izinkan Fira pulang bersama Arga, " mas Arga memohon, menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya. Aku yang melihat pemandangan itu pun geli dibuatnya. Sungguh, beruntungnya aku sudah menggugatmu, mas. Kau tak punya malu meskipun sudah mengkhianatiku. "Saya bilang pergi, pergi! " abah mengulanginya lagi tanpa memperdulikan permohonan mas Arga. Mas Arga pun diam, terlihat raut pasrah di wajahnya, ia lalu mengalihkan pandangannya kearahku. "Fir, ingat calon anak kita, " katanya memelas. "Apa alasanmu mengajakku pulang? Sudah bosan dengan Preti? Atau ingin lebih menyakitiku, hah!? " "Akan ku jelaskan nanti .... ""Sekarang! " potongku dengan lantang. "Fira ...," mohonnya lagi. Sungguh, semakin melas sekali wajah mas Arga. Semakin risih pula aku melihatnya. "Aku akan pulang asal sudah ada sertifikat tanah milikku, " ucapku memberi syarat yang membuat ma

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Perjanjian Unfaedah

    Aneh. Pesan yang ku kirimkan lewat nomor WA umi langsung centang dua, meskipun belum dibaca. Ku bandingkan dengan pesan yang ku kirim lewat nomor WA ku sendiri. Ternyata .... Ternyata memang dia sudah kembali on, terlihat dari pesanku yang sudah centang dua juga namun masih berwarna abu-abu. Alias belum dibaca. Sementara pesan yang ku kirim lewat ponsel umi, hanya ia abaikan begitu saja. Karena jelas-jelas ia telah membaca pesanku. Huh. Jadi makin penasaran, kan.***Dua hari berlalu ...[Kamu siap-siap, aku jemput kamu sore ini, Dek] Mataku sekejap membulat besar tak kala membaca pesan dari mas Arga pagi ini. Sampai-sampai aku membacanya berulang kali, berharap aku salah baca, namun nyatanya tidak.Ku letakkan kembali ponselku di atas nakas, ku abaikan pesan dari lelaki yang menggoreskan luka dihatiku ini. Bergegas keluar kamar menyusul sarapan abah dan umi."Sore nanti, kan? Yasudah, buruan hubungi mas mu," titah umi setelah ku sampaikan pesan dari mas Arga. Seperti rencana kem

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09
  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Perjanjian Surat ke Dua

    #MPSPart 15 Surat Perjanjian ke DuaAh, tidak mungkin Rosi pemilik nomor itu. Ku tepis pikiranku itu jauh-jauh dan fokus kembali ke selembar kertas di atas meja ini."Aku akan tanda tangan, tapi katakan padaku sejujurnya, bagaimana kalian mendapatkan uang untuk menebus sertifikat itu?"Ya, aku sangat penasaran dengan itu. Jika benar tujuan awal mas Arga dan keluarganya menebus sertifikat itu yang senilai 50 juta, hanya untuk aku supaya tanda tangan dua surat perjanjian yang bagiku itu unfaedah.Jelas unfaedah. Surat pertama sudah selesai ku tanda tangani, dan yang kedua ini, bisa ku manfaatkan dulu agar aku tahu alasan dibalik upaya mas Arga dari membuatnya. Walaupun pada akhirnya, aku sudah tahu bahwa kedua surat tersebut tidak akan ada gunanya bagiku. Dan pastinya akan membuat mereka menyesal di kemudian hari. "Kami meminjam uang di bank," jawab mas Arga. Sontak membuatku terperanjat mendengarnya. Demi sebuah tanda tanganku mereka melakukan gali lubang tutup lubang. Astagaaa ...

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-09

Bab terbaru

  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Last Chapter

    #MPSPart 80 Last ChapterKu alihkan pandanganku pada kedua orang tuaku. "Abah dan umi yang menyarankan Rosi untuk masuk pondok ya?"Mendengar pertanyaanku abah dan umi malah saling melempar senyum dengan ekspresi wajah yang aku tak bisa memahaminya. Kalau pun memang mereka yang menyarankan Rosi untuk pergi ke pondok, mengapa hal itu harus disembunyikan dariku? Sebegitu besarkah mereka menginginkanku untuk benar-benar menjauhi Rosi? Atau adakah hal lain yang disembunyikan oleh kedua orang tuaku itu?"Abah dan umi gak cuman menyarankan, Mbak. Beliau juga yang memasukanku ke sana dan membiayai kebutuhanku selama di pondok," ujar Rosi lagi. "Tepatnya abah patungan sama Tama. Jadi Tama dan istrinya juga ada andil soal biaya pondok juga kebutuhan Rosi," sela abah yang membuatku menoleh kearahnya. "Terus kenapa selama ini abah gak bilang sama aku?" tanyaku penasaran. Di titik ini aku merasa sedikit kecewa dengan keputusan abah yang tidak memberitahukanku tentang Rosi. Malah yang ada beli

  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Pertemuan Setelah Satu Tahun

    #MPSPart 79 Pertemuan Setelah Satu TahunKetakutanku semakin menjadi-jadi ketika mas Abdullah sudah turun dari mobilnya dan melihat keberadaan Tama dan Rumi yang sudah berdiri di dekatku. Jatungku mendadak berdegup kencang berharap semuanya baik-baik saja dan tidak ada keributan sama sekali. Dan saat mas Abdullah sudah berhadapan dengan Tama dan Rumi, hal yang tak ku sangka-sangka pun terjadi. Ya, aku melihat mas Abdullah yang tampak ramah dan biasa saja terhadap Rumi juga suaminya. Bukan di situ saja, aku juga dikejutkan dengan kedatangan abah yang tiba-tiba pulang padahal masih di jam kerja. "Sudah datang semua?" tanya abah yang juga tampak biasa saja. Aku semakin bingung melihat sikap mas Abdullah dan abah yang seperti ini. Meskipun dilain sisi aku juga merasa senang lantaran kedua orang yang ku sayangi itu seperti sudah tak ada lagi rasa benci terhadap anak dan menantu dari bu Darmi tersebut. "Abah? Mas?" ku lihat wajah abah dan suamiku secara bergantian. Mas Abdullah dan a

  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Bertemu Kembali

    #MPSPart 79 Bertemu KembaliKu lihat wajah umi yang sudah kembali normal. "Fira gak salah dengar 'kan?" tanyaku pada umi. "Selesai sarapan terus siap-siap. Ikut umi pergi," kata umi lalu melanjutkan lagi aktivitasnya. Seperti akan mendapatkan sebuah jawaban dari rasa penasaranku, aku pun dengan hati yang senang lantas mengikuti langkah umi dengan bersemangat. ***"Kenapa kita ke sini, Mi?" tanyaku keheranan. Sebab ternyata umi mengajakku ke rumah bu Darmi yang masih sepi. Entah apa alasan yang mendasari ibuku itu membawaku kembali ke tempat yang bagiku pernah memiliki kenangan pahit terhadapnya. "Sebentar, ya," kata umi. Umi pun mengetuk pintu utama rumah ini. Dan beberapa detik kemudian pintu pun terbuka. Aku cukup terkejut ketika mengetahui Rumi yang keluar dari rumah tersebut. Ia tampak masih seperti dulu dan keadaannya juga terlihat lebih baik. "Ya Allah, mbak Fira?" Rumi tampak terkejut ketika melihat diriku yang berdiri di hadapannya. "Kamu sehat, Mbak?" Rumi memelukk

  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Satu Tahun Berlalu

    #MPSPart 78 Satu Tahun BerlaluPanggilan telepon pun berakhir. Dan sayangnya sampai di detik terakhir panggilan tersebut aku belum sempat mendengar suara Rosi lantaran kata Rumi ia sudah tertidur setelah lelah menangis karena kepergianku tadi. Mendengar hal itu entah mengapa tiba-tiba kedua mataku berkaca-kaca. Sungguh, rasa bersalah mendadak menguncang batinku. "Rosi, semoga kamu selalu baik-baik saja ya," batinku dengan rasa sakit yang teramat dalam. ***Beberapa hari berlalu dan aku tak lagi mendengar kabar tentang keluarga bu Darmi termasuk bagaimana keadaan Rosi. Baik diriku ataupun Rumi pun sama sekali tak saling memberi kabar yang berkaitan dengan Rosi. Selain saran dari abah beberapa waktu yang lalu, mas Abdullah juga dengan tegas memintaku untuk benar-benar berhenti menghubungi Rosi. Bahkan sekedar bertanya pada tetangga atau mencari tahu melalui media sosial pun tak diperbolehkannya. Meski berat namun aku juga tak punya kuasa apa-apa. Aku hanya bisa menurut apa yang su

  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Saran dari Abah

    #MPSPart 76 Saran dari Abah"Kita gak perlu pengakuan, Mas!" sergah tama yang membuatku dan lainnya menoleh kearahnya. "Langsung laporkan saja!" tandasnya lagi. Mendengar hal itu spontan mataku menoleh kearah bu Darmi yang tercengang melihat sikap anaknya itu. Dalam hati aku berkata, "kalah sudah kamu, Bu!""Gak!" bu Darmi beranjak dari tempat duduknya. "Tama, jangan jadi anak durhaka kamu!" tunjuk bu Darmi pada anak keduanya itu dengan mata melotot yang amat menyeramkan. Lalu jari telunjuk bu Darmi berubah kearahku dan mas Abdullah. "Dan kalian, pergi dari rumahku sekarang! Pergi!" usir bu Darmi tanpa ampun untuk kami. Aku menoleh kearah wajah suamiku yang sepertinya memang sudah kehilangan rasa bersabarnya. "Kita pergi!" kata mas Abdullah seraya menarik tanganku lalu berjalan keluar rumah. "Mbak Saudah, tolong jangan pergi, Mbak!" teriak Rosi saat aku mulai berjalan meninggalkan ruangan. Ia hendak berlari guna mencegahku, namun dengan cepat ibunya menahan tubuhnya yang menyebab

  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Kemunculan Rosi

    #MPSPart 75 Kemunculan RosiDan di titik inilah aku bisa kembali tersenyum penuh bangga pada suamiku. Sebab, ku yakini sebentar lagi kebenaran antara bu Darmi atau Rosi akan terungkap. Beberapa detik setelah mas Abdullah berkata demikian, aku mendengar langkah kaki yang berjalan kearah kami. Rosi secara tiba-tiba muncul di hadapan kami semua dengan tatapan tajam yang mengarah ke ibunya sendiri. Melihat Rosi yang seperti itu sontak membuat suasana menjadi tegang kembali. Entah apa yang akan diperbuat Rosi sampai-sampai ia bisa memberanikan diri untuk keluar. Merasa suasana tidak kondusif aku pun berusaha memberikan senyuman manis kearah Rosi ketika ia melirikku. Meskipun sebenarnya dalam hati takut juga kalau anak itu tiba-tiba berbuat diluar dugaan. Namun di sisi lain aku juga berharap senyuman yang ku berikan bisa sedikit meredamkan amarahnya yang tampak sudah diujung kepala. Cukup lama Rosi membuat kami tertegung melihat kondisinya yang seperti itu. Dan benar saja, tiba-tiba ta

  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Pembelaan Bu Darmi

    #MPSPart 74 Pembelaan Bu DarmiAku tahu, suamiku memang terlihat tak peduli dengan Rosi namun dibalik sikapnya itu aku yakin kalau suamiku juga memiliki rasa empati yang tinggi terhadap gadis remaja tersebut. Terbukti dengan ajakannya besok ke rumah bu Darmi pasti mas Abdullah akan membantu Rosi menemukan jalan keluarnya. ***Lagi-lagi aku dan mas Abdullah kembali ke rumah bu Darmi. Dan entah mengapa kali ini rasanya agak sesak aku menginjakan kaki di rumah ini. Mungkin karena tiba-tiba aku teringat akan masa-masa aku yang seakan dibod*hi oleh keluarga mantan suamiku waktu itu. Kedatangan kami kembali disambut dengan penuh hangat oleh bu Darmi. Mungkin memang ada benarnya perkataan Rosi kala itu tentang ibunya tersebut, yakni dari sikapnya yang sangat baik dimana aku belum pernah mendapatkannya selama aku menjadi menantunya dulu. Setelah dipersilakan, mas Abdullah pun tanpa banyak berbasa-basi lantas mengatakan tujuan kedatangan kami pada bu Darmi juga anak-anaknya yang kebetulan

  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Keputusan Mas Abdullah

    #MPSPart 73 Keputusan Mas Abdullah Karena dilain sisi Rosi sendiri tak ingin melibatkan surat perjanjian antara dirinya dan ibunya jika kejahatan ibunya diketahui semua orang. Selain itu, ia juga memintaku untuk tidak mengatakannya lebih dulu tentang perubahan sikapnya ini terhadap ibunya. Ia takut jika ibunya akan berbuat yang tidak-tidak terhadapnya. "Rosi Rosi," kataku pelan sambil menggelengkan kepala saat melangkah keluar dari kamar Rosi. ***Sesampainya di rumah, ku jelaskan semuanya pada mas Abdullah tentang pembicaraanku pada Rosi tadi. Selain itu aku juga meminta nasihat pada suamiku itu untuk bagaimana aku harus bertindak selanjutnya. Mengingat permintaan Rosi yang amat membuatku bimbang. "Susah ini, sayang. Anak orang soalnya dan kita bener-bener gak ada hak buat bawa Rosi pergi," kata mas Abdullah. Mendengar respon suamiku itu mendadak membuatku lemas dan rasa pesimis kembali menyelimuti. Memang benar apa yang dikatakan mas Abdullah, tak mungkin kami membawa pergi an

  • Sebuah Kisah Usai Perceraian    Pengakuan Rosi 2

    #MPSPart 72 Pengakuan Rosi 2"Kenapa kamu gak bilang dari awal?" tanyaku. Karena menurutku jika bu Darmi memiliki tujuan demikian dan Rosi tahu itu bukankah seharusnya ia mengatakannya lebih awal? Kenapa harus berbelit-belit seperti ini. Ditambah lagi, jika bu Darmi menginginkanku mengapa setiap kali ia menemuiku untuk membicarakan masalah Rosi, Preti selalu ikut. Apa mungkin Preti tak tahu skenario yang dibuat ibu mertuanya? "Kenapa Ros?" desakku saat Rosi malah memilih membungkam mulutnya kembali. Rosi menatapku dengan raut wajah yang agak ragu. Meski begitu secara pelan-pelan ia pun mulai bercerita lagi. Rosi menjelaskan kalau sebenarnya ia ingin mengatakannya sejak awal. Tepatnya saat dimana kami bertemu di taman waktu itu. Tetapi ia ragu mengatakannya lantaran ia takut jika diriku tak mempercayai perkataannya.Apalagi hal tersebut berkaitan dengan keluarganya sendiri dimana selama ini keluarga bu Darmi dikenal sudah banyak melakukan perubahan lebih baik setelah bermasalah de

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status