#MPS
Part 25 Ada Apa Denganmu, Rosi?"Jadi kamu malu ngakuin aku? " tiba-tiba Preti membuka suaranya dan berjalan mendekati mas Arga yang berdiri di tengah-tengah teras.Suasana semakin riuh dan tegang. Sudah seperti drama di ikan terbang. Tapi, kenapa harus di rumahku, sih?Wanita berambut yang hampir sepinggang itu kini menatap serius suaminya, yang tak lain adalah mantan suamiku. Preti pun berkacak pinggang seakan menantang suaminya sendiri."Bu-bukan gitu Pret, ta-tapi, " jawab mas Arga gugup. Keringat dingin mulai mengucur dari pelipis wajahnya."Pulang! " bentak Preti tepat di depan wajah mas Arga.Wajah mas Arga berubah merah madam. Antara marah dan malu. Ia sendiri tak bergeming diperlakukan demikian pada Preti. Tanpa basa-basi pun Preti dengan cepat menarik tangan mas Arga dan berjalan meninggalkan kerumunan."Huuu!! ""Dasar! ""Anak sama ibu sama aja! "Sorak-sorai para ibu-ibu pu#MPSPart 26"Rosi! " panggilku lagi. Kali ini dengan menggoyangkan tubuh mungilnya agar ia terbangun. Keteraluan. Bisa-bisa ia membuatku dan umi panik karena ulahnya yang ternyata tidur dengan menggunakan headset di telinganya. Pantas saja kami panggil-panggil namanya sejak tadi tak ada jawaban. Rosi perlahan membuka matanya. Mengucek-uceknya dan dalam sekejap ia mengubah posisinya menjadi duduk. Kaget karena tiba-tiba aku dan umi yang sudah berada dihadapannya. Rosi membuka headset yang ia pakai. "Mbak Fira, Umi, " ucapnya dengan senyum nyengir tanpa dosa. Ku letakkan kedua tanganku pada pinggangku. Berusaha meredam emosi yang sempat tersulut. "Ku pikir kamu mati. ""Hus! " umi menyenggol lenganku. "Maaf Mbak, " ucapnya lagi. Ah, sepertinya Rosi sudah kembali dengan sifat aslinya. Baguslah, itu artinya ia tak lagi bersedih atas apa yang menimpanya. Memar-memar di wajah maupun di lengannya pun sudah b
#MPS Part 27 Musyawarah Tapi, kenapa pihak mas Arga belum datang? Bahkan Tama pun tak kelihatan batang hidungnya. Jangan-jangan mereka ... Ah, tidak mungkin. Aku yakin mereka tidak ingin masuk penjara dan jadi bulan-bulanan warga lagi. Padahal aku sendiri sudah berdandan dengan lebih dari biasanya. Stelan gamis modis, dengan polesan make up tipis, agar tak kalah dengan si tukang perampas laki orang. Meskipun kata umi, aku memang jauh lebih baik dari Preti. Ah, itu 'kan kata umi. Tapi aku percaya, sih, umi tak pernah berbohong soal itu. Hampir setengah jam aku dan yang hadir menunggu, bahkan ku lihat ada beberapa warga yang sudah jajan es teh sampai dua kali, tapi pihak mas Arga belum ada tanda-tanda juga. Sepuluh menit berlalu ... "Assalamualaikum. " Kami semua yang ada menoleh kearah pintu utama aula, dimana ternyata Tama sudah ada di depan pintu. "Waalaikumsalam. " Balas kami para hadirin serempak. Lega jug
#MPS Part 28 Fira's Shop. "Lantas mau Anda ingin membalasnya?" tanya pak lurah pada Preti."Tentu," balas Preti bersemangat. "Dia dulu menaburkan bubuk cabai di pah*ku. Dan aku mau membalasnya sekarang juga. Dihadapan semua orang!" Preti mengeluarkan sebotol kecil berisikan bubuk cabai dari tasnya.Seketika suasana di aula kembali riuh. Para hadirin yang ada saling berbisik. Samar-samar aku pun mendengarnya."Duh, kasihan Fira, ya," kata seseorang dari arah belakang."Wah, gil* istri barunya Arga tuh," timpal yang lainnya. Heboh.Aku terperanjat mendengar perkataannya. Apa dia sudah tak waras? Bagaimana mungkin dia berpikiran untuk menaburkan bubuk cabai di pah*ku? Sementara aku memakai gamis untuk menutup auratku. Kalaupun bisa tak seharusnya dilakukan dihadapan para orang."Silakan." Pak lurah menyilakan Preti, dan ia pun berjalan kearahku dengan pelan seraya memberikan senyuman menyeringai. Nafasku naik turun. Ku gelengkan kepalaku perlahan. Seakan masih tak percaya apa yang aka
#MPS Part 29 Hilangnya Arga"Lah, apa hubungannya sama saya bu Joko?""Ya 'kan saya suruh hati-hati. Nggak paham apa?" Bu Joko terlihat sewot.Tiba-tiba Lela mengambil ponselku. "Kamu tanyain aja sama bu Joko soal pesan tadi," kata Lela menyerahkan ponselku."Katanya pesan nggak penting," balasku seraya meraih ponsel tersebut.Saat aku mulai membuka aplikasi WA, Lela dan bu Joko mendekatkan wajahnya ke layar ponselku. Kepo. "Ini beneran nomornya Preti ?" tanyaku seraya memperlihatkan isi pesan dari nomor yang menghubungiku berulang kali tadi. "Ah, nggak kelihatan, " bu Joko meraih ponselku. Mengamati pesan WA tersebut dengan seksama. Bu Joko lalu mengeluarkan ponselnya. Sepertinya ia sedang mencocokkan antara nomor di ponselku yang mengaku Preti dengan nomor Preti yang ia miliki. "Fir, lihat tuh, " Lela menunjuk kearah luar toko. Dari kejauhan terlihat Preti sedang berjalan kearah kami bersama
#MPS Part 30 Menyalahkanku? Seperti biasanya, toko hari ini lumayan ramai. Karena pengunjungnya juga buka dari para warga kampung sini, tapi juga dari luar bahkan ada yang tergabung dalam group resellerku di WA. “Firaaa ... !!”Aku menoleh kearah sumber suara, dimana ternyata bu Joko yang tengah berlari menghampiriku. Ada apa gerangan? Jangan-jangan minta diskon lagi. “Si ratu gosip datang, tuh,” kata Lela yang berdiri di sampingku.“Hus!” balasku seraya menyenggol lengannya.Bu Joko tiba dihadapanku. Seperti sebelum-sebelumnya ia membuat para pengunjung mengalihkan pandangannya kearahnya. Bu Joko mengatur nafasnya yang ngos-ngosan karena berlari.“Kenapa Bu?” tanyaku.“Si Arga.”“Iya, kenapa dia? Mati?” potong Lela yang tak sabaran.“Sembarang kalau ngomong! " tegur bu Joko seraya mengibarkan telapak tangannya di depan wajah Lela. "Si Arga udah pulang, terus kena semprot sama ibu dan istri
#MPSPart 31 Tamunya AbahBrugg!!"Astaghfirullah," ucapku pelan takkala seorang lelaki tak sengaja menyenggol paper bag yang ku bawa. Mungkin ini salahku juga karena aku berjalan sambil bermain ponsel. Ya, pagi ini aku ditugaskan umi untuk membeli beberapa makanan ringan tepatnya seperti jajajn untuk menjamu seseorang yang akan datang nanti malam. Tapi kenapa jajanannya seperti untuk anak kecil ya? "Maaf," kata lelaki yang menyenggolku tadi. Ia memunggut dua paper bag tersebut.Lelaki tersebut menyerahkan paper bag ku. Ia memberi senyum yang sejujurnya membuatku terkesima. Wajahnya teduh, berkarimastik, moodboster banget, masyaaAllah.Ditambah penampilannya yang memakai koko model pakistan, juga peci yang menutupi rambutnya. Ya Allah ... Andai dia jodohku."Astaghfirullah," lirihku yang membuyarkan lamunanku."Kenapa? Ada yang rusak barangnya ?" tanyanya yang terlihat kebingungan dengan sikapku."Ekh,
#MPSPart 32 Nama Lelaki itu ... Kini obrolan abah dan tamunya dilanjutkan di ruang tamu. Pak Irwan dan bu Sari. Itulah nama keduanya. "Ini anak-anakku. Ini Abdullah dan si cantik ini Aisyah. " Samar-samar ku dengar pak Irwan memperkenalkan anak-anak mereka. 'Oh, Abdullah namanya,' batinku ketika ku tahu bahwa nama lelaki yang mencuri perhatianku tersebut."Dan ini cucu pertamaku. Namanya Yusuf. Tampan 'kan seperti kakeknya, hahaha." Pak Irwan memperkenalkan seorang bocah laki-laki yang ku perkirakan usianya sepuluh tahunan, ia duduk di sebelah pak Irwan yang diikuti tawa hingga membuat pecah suasana. "Kalo gadis kecil ini cucu kedua kami, namanya Sofia, " kata bu Sari menunjuk gadis kecil yang sudah lebih dulu ku lihat tadi. "Masyaallah, namanya bagus, cantik seperti parasnya, " puji umi. Beliau terlihat terkesima dengan gadis kecil itu. "Kenalkan juga, ini Sholeh anak pertamaku, itu istrinya, dan si kecil ini
#MPSPart 33 DikhitbahAbah dan keluarga pak Irwan sudah kembali dari masjid. Abah pun langsung mengajak mereka ke ruang makan untuk makan malam yang sudah disiapkan sebelumnya. "Bagaimana Hamdan, sudah kau tanyakan pada anakmu? " tanya pak Irwan setelah makan malam selesai. "Belum, tapi ku pastikan ia takkan menolaknya. Iya, kan, Nduk? " Kali ini abah melihat kearahku. Ku telan salivaku. Netraku mengelilingi arah sekitar. "Ma-maksud Abah apa? Fira takut salah jawab, " balasku lembut. Jaim sedikit di depan tamunya abah. Meski sebenarnya aku tahu arah tujuan pertanyaan abah. Pasti seperti yang mbak Lita tuturkan tadi. Abah meneguk air di depannya. "Jadi, maksud kedatangan keluarga pak Irwan kemari, ingin mebgkhitbah kamu untuk anaknya, Abdullah, " tutur abah. Mendengar penuturan abah barusan, sejujurnya membuatku senang tak karuan. Tak menyangka rasanya bahwa lelaki yang mencuri perhatianku, yang baru ku lihat tadi pagi untuk pertama kalinya, ia datang kembali untuk mengkhitbahku.