The Day.
Crystal menatap dirinya dari pantulan kaca. Wajahnya terlihat semakin cantik ketika memakai riasan make-up tipis agar memiliki kesan natural. Ia memperlihatkan senyum manisnya. Bukankah ia harus bahagia? Karena hari ini, orang yang dicintainya akan menikah.
Bagian surai coklatnya digulung, dan menyisakan beberapa anak rambut yang dibiarkan jatuh menjuntai. Dan rangkaian bunga-bunga yang disusun memanjang menjadi hiasan surainya.
Lalu dressnya, sebuah dress cantik yang memperlihatkan belahan dada berwarna biru ke abu-abuan dengan lengan tipis yang panjang hingga menyentuh tanah begitu pas di tubuh Crystal. Apalagi bagian kanan dress yang membelah hingga paha membuatnya terkesan semakin seksi. Dan high heels berwarna kecoklatan dengan h
Kecelakaan yang terjadi pada Crystal, membuat pernikahan Austin dan Lauren dibatalkan secara sepihak. Austin lah yang membatalkannya tanpa banyak bicara. Padahal, hanya mengundur pelaksanaannya saja sudah cukup. Tetapi, Austin tidak mau–pria itu lebih memilih membatalkan membuat semua orang bertanya-tanya dalam hati, apa yang sebenarnya terjadi. Bagi Austin, ini seperti pertanda dari Tuhan. Setelah mengetahui semuanya, dan ketika ada kesempatan untuk membatalkan semuanya maka, lebih baik Austin melakukannya.Saat ini, Austin berdiri menunggu pintu ruang operasi terbuka. Xander, Izzy dan semua keluarganya ada di sini menunggu. Izzy juga tidak berhenti memangis, wanita itu berada di pelukan Xander. Pintu ruang operasi terbuka. Seorang perawat keluar dengan wajah cemasnya. “Pasien kekurangan darah. Dan stok darah AB sudah habis.” Kalimat perawat itu tentu sukses membuat seluruh orang yang ada di sana terkejut.Bagaimana bisa
“Ada sesuatu yang lebih penting dari ini semua.” Suara Hans mengintruksi semua orang.“Apa itu, Dad?” Izzy melepaskan pelukannya, lalu menatap Hans bertanya.Hans menghembuskan napasnya perlahan, lalu menatap semua orang yang berada di sini satu persatu. “Ini tentang Crystal.”“Kalian tidak perlu melakukan tes DNA, karena Crystal memanglah bukan anak kalian.”Tentu saja semua orang terkejut, Izzy bahkan sampai kehilangan keseimbangannya. Untung saja Xander dengan sigap menangkap tubuh istrinya itu. “Grandpabilang apa? Crystal bukan anak Mom dan Dad?” Austin mengulang akhir kalimat Hans.Hans mengangguk, tersenyum. Menatap Austin penuh arti, menepuk bahu pria itu pelan. Lalu mulai menceritakan apa yang sebenarnya yang terjadi di masa lalu.Di rumah sakit yang sama, H*****Hospital
"Tidak ada yang lebih membahagiakan ketika kebenaran perihal berita baik terungkap."-Sinner-🍑🍑🍑Izzy masih tidak percaya, wanita itu menatap Calvin dengan pandangan tidak terbaca. Kedua tangannya terangkat, menyentuh pipi Calvin––mengusapnya penuh kelembutan. "Aku sudah merasakannya ketika Crystal membawamu ke mansion pertama kali."Calvin tersenyum, meletakkan tangannya di atas tangan Izzy. Mata laki-laki itu berkaca-kaca. Tanpa banyak berkata, Izzy memeluk Calvin, membawa tubuh laki-laki itu ke dalam pelukannya. "Putraku ...," gumamnya penuh haru.Xander yang melihat itu mengusap matanya yang basah. Masih tidak percaya, tentu saja itu semua ini sulit diterima. Rasanya seperti ada di drama-drama yang ada di tv
Sudah dua minggu Crystal tinggal di mansion keluarganya, begitupun dengan Calvin yang sudah tinggal di mansion Xander dan Izzy. Sudah dua minggu juga, hubungannya dengan Austin membaik, dan selama dua minggu juga Crystal merasakan mual setiap pagi.Seperti sekarang, wajahnya terlihat sangat pucat. Kedua tangannya berpegang pada dinding kamar mandi. Crystal menghembuskan napasnya perlahan-lahan. Sepertinya ia merasakan suatu firasat antara baik dan buruk. Berjalan perlahan menuju nakas, tangannya meraih segelas air mineral dan meminumnya. Sepertinya, ia harus ke dokter sekarang.Setelah mengganti pakaian, Crystal akan ke dokter dengan sopir yang mengantar. "Kau mau ke mana, sayang?" tanya Claire begitu melihat putrinya keluar dari kamar dengan pakaian yang rapi.Crystal menatap Claire, tersenyum. "Aku akan pergi keluar sebentar, Mama. Alana memintaku untuk mengantarkannya ke mall.""Ah begitu, baiklah. Hati
Halooo....Kisah Austin dan Crystal berlanjut sampai season II yap! Mari ikuti kisah mereka sampai akhir. Happy reading, and thx u guysss karena sudah membaca kisah mereka dari awal hingga akhir. Akan ada banyak kejutan, karena kebahagiaan mereka nggak datang begitu saja di sini *sedikit spoiler ㅋㅋㅋLika-liku kehidupan rumah tangga mereka, akan diuji nantinya. Tentu yang menguji authornya ya ㅋㅋㅋAku cuma menyarankan, siapkan hati dan tenaga kalian untuk season II. Karena kalian mungkin akan mengumpat ria, mengutuk kelakuan Austin yang agaknya brengsek ㅋㅋㅋLalu tisu jangan lupa. Mungkin juga kalian akan menangis karena merasakan apa yang dirasakan Crystal. Yaudah sekian aja pengumuman ini. Thx u....See u, pai-paiii
Dari jauh, Austin memandangi bahu Crystal yang memunggunginya. Gadis kecilnya, yang sekarang menjadi wanitanya. Kelahiran putranya bukanlah kesalahan. Tetapi waktunya yang tidak tepat. Dan karena itu, Crystal harus melakukan terapi dan membiarkan Crystal berbuat sesukanya.Dan ini semua salahnya. Seharusnya, Crystal tidak mengalami hal sulit di usianya yang masih begitu muda. Rumah tangga, yaitu menjadi istri dan seorang ibu. Padahal Austin tahu, cita-cita Crystal menjadi seorang pelukis sukses adalah impiannya sejak kecil. Lalu sekarang, belum saja Crystal memulai semuanya, Austin sudah menghancurkan impian istri kecilnya itu.Apalagi pengkhianatan yang dilakukannya. Membuat Crystal semakin down.Austin menghembuskan napasnya kasar, melangkahkan kakinya menghampiri Crystal yang sedang duduk di balkon dengan menghadap pemandangan berupa kebun di samping mansion mereka. Sejak melahirkan, Crystal banyak diam. Tetapi
“Bagaimana usahamu kabur? Apakah itu membuahkan hasil?” Crystal memasukkan es krim ke dalam mulutnya, pandangan matanya tidak lepas dari sosok di depannya. Sang kakak tercinta, Autumn Eija Oberoi.Autumn yang sejak tadi merasa diintimidasi oleh adiknya mendengus kesal merasa jengah. “Bisakah tidak menatapku seperti itu, dasar bumil menyebalkan.”“Memangnya kenapa dengan tatapanku? Aku merasa biasa saja,” balas Crystal dengan ringan.Autumn menghembuskan napasnya dengan pelan. “Sepertinya aku tidak salah dengan caraku. Mengingat bagaimana perlakuan pria itu terhadapku.”“Dia itu tunanganmu,” kata Crystal mengingatkan.“Tidak sebentar lagi, karena aku akan memutuskannya.”“Jangan gila, Kak!” seru Crystal menatap Autumn serius. “Sebenarnya ada apa dengan kalian?”&
"Banyak kurir berdatangan untuk mengirim barang. Dan aku mendapatkan pemberitahuan penarikan uang dari atmku. Kau membeli apa saja, baby?" Austin bersedekap dada, menatap Crystal penuh tanya meminta kejelasan."Gadis itu pulang dari kaburnya, dan mengacaukan semua. Kalian ini," decak Austin mengomel.Crystal yang tidak terima segera membuka suara. "Aku yang mengajak Kak Autumn untuk berbelanja. Bukan dia yang mengajakku.""Sama saja," balas Austin seakan masih tidak terima.Sebenarnya Austin tidak masalah jika Crystal menghabiskan uangnya sekalipun dan tidak menyisakan. Tetapi yang menjadi masalah, Austin hanya tidak suka jika Crystal membeli hal yang tidak bermanfaat dan berakhir terkelumpuk di gudang karena tidak dipakai."Hanya membeli perlengkapan bayi, dan b