Share

The Beginning

Penulis: ekaphrp
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-19 09:40:19

Seminggu berlalu..

Jakarta Selatan, Indonesia. 

Sore itu langit tak lagi bercahaya. Awan gelap—mulai menyelimuti seluruh penjuru kota. Sang gemuruh saling bersahutan hingga memberi sensasi menakutkan. Hujan memang belum turun, namun aroma tanah mulai menelisik ke rongga hidung seseorang. Anjani terus berdiri diatas tanah kosong. Memandang lurus papan nama yang berdiri diatas tiang, “Barathaland Group,” gumamnya. 

Sesaat matanya terpejam. Ia tak mampu mempercayai bahwa tanah itu milik keluarga Arjuna. Tanah yang dulunya pernah berdiri sebuah bangunan dengan segala kenangan indah di dalamnya. 

“Aku bahkan tidak punya tempat untuk mengingat kenangan bersama mereka,” gumamnya, lirih.

Langit seolah tak mendukung, semilir angin kencang disertai rintik hujan membasahi. Anjani bergeming. Ia tak berniat melangkah pergi. Tubuhnya masih meminta untuk tetap tinggal dan mengenang masa-masa indah bersama kedua orang tuanya.

“Kau—Anjani Samitha?” 

Tiba-tiba suara berat mengejutkannya. Seketika gadis itu menoleh. Ia menatap serius kedua pria disana. Tubuhnya tidak terlalu besar, namun cukup terlihat menakutkan. Anjani bergidik ngeri. 

“Hmm—kalian siapa?” Anjani balik bertanya dengan suara bergetar. 

“Kami dari Krediby ingin menagih hutang keluargamu,” ujar salah seseorang dari mereka. 

“Huh? Apa? A-aku tidak merasa ada hutang dengan kalian.”

“Kau bisa jelaskan nanti,” ujar salah seorang dari mereka. 

Anjani melangkah mundur saat salah satu dari mereka ingin menariknya. 

Tubuhnya mulai bergetar. Ia mencoba menghindar dengan mencoba melewati mereka. Namun, seseorang menahan lengannya. 

“Sebelum kami bertindak keras, mari ikut dengan kami!” seru pria itu. 

Anjani tak memiliki pilihan lain, meski tubuhnya bergetar hebat, meski rasa takut menyelimuti, namun ia tak menunjukkannya dengan sangat jelas. Ia pun berjalan di depan keduanya lalu masuk ke sebuah mobil Alphard Vellfire hitam.

***

Detik jam berlalu tanpa sepatah kata pun terucap. Seorang pria paruh baya kini memandanginya dari atas kepala hingga ujung kaki, membuat Anjani merasa tidak nyaman. Suasana sangat tidak mendukung. Ia cemas bercampur takut. Dilihatnya secarik kertas di atas meja bertuliskan surat pernyataan mendiang ayahnya. Anjani beberapa kali menarik nafas mencoba setenang mungkin. Rasanya jantung gadis itu hampir berhenti berdetak. Matanya memerah. Kegugupannya ia tutupi dengan meremas jemari cantiknya.  

“Bima Sadjiwa, itu nama mendiang ayahmu, ‘kan?” tanya pria paruh baya tersebut. 

Anjani hanya memandang dengan wajah pucat. 

“Apa yang harus kulakukan—” gumamnya dalam hati.

Genggaman tangan gadis itu semakin erat. Jantungnya semakin berdebar lebih kencang.

“Kau tidak perlu khawatir, Nona. Aku tidak akan menyakitimu. Hanya jika kau bisa melunasi hutang-hutang tersebut.”

“Aku masih tidak mengerti.” Anjani menggelengkan kepalanya. “Dan aku tidak yakin bahwa ayahku akan meminjam uang kepada lintah darat sepertimu,” timpalnya dengan sangat berani. Tak disangka kalimat itu berhasil lolos dari bibirnya yang bergetar.

“Ini adalah tanda tangan kontrak yang disetujui oleh mendiang ayahmu. Sisa hutang beserta bunga masih ada empat ratus lima puluh juta,” tegas pria itu. 

“Bagaimana bisa aku yakin itu asli atau palsu?”

Anjani hampir saja beranjak dari duduk jika saja sebuah ancaman tidak terlontar dari mulut pria itu. “Kau boleh saja pergi! Namun, kemanapun kau pergi, kau akan selalu dalam pengawasan kami, Nona manis,” 

Deg. Jantungnya berhenti sepersekian detik. Mencoba menetralkan ketakutannya yang telah memuncak. Ia sungguh tak tahu, mendiang kedua orang tuanya meninggalkan sebuah hutang yang cukup besar. Sejak kapan? Bagaimana bisa? Alasan yang belum bisa ia terima. 

“Lalu aku harus apa?” Anjani menyerah. 

“Aku akan memberimu waktu tiga puluh hari untuk melunasi semuanya.”

“...” 

Tak ada jawaban dari gadis itu. Ia tertunduk lemas. 

“Jika tidak, kau bisa bekerja untukku, sweety.” Pria paruh baya itu melemparkan senyum sembari menatap tubuh Anjani dengan genit. 

***

Pagi itu, di sela-sela meeting seseorang tengah sibuk memandangi ponselnya. Seperti ada hal yang dicemaskan, wajahnya terlihat tidak tenang dan sesekali ia membenarkan posisi duduknya. Ditengah perdebatan, gadis itu sama sekali bergeming. 

“Baiklah, rapat kita tunda dulu. Kalian boleh melanjutkan pekerjaan,” ujar Arjuna mengakhiri rapatnya. 

Diliriknya sang sahabat yang tengah cemas. “Kau ada masalah, Naomi?” 

Orang itu langsung menoleh. Wajahnya terlihat bingung. Matanya memandangi ke seluruh penjuru ruangan dan ia baru sadar bahwa rapat telah berakhir. 

“Eung?” 

“Aku tanya, kau ada masalah?” tanya Arjuna memastikan.

“Ah, itu—” 

Naomi mendekati Arjuna yang tengah duduk di kursi pimpinan rapat. Ia pun berdiri disisinya, menceritakan segala kecemasannya. Sejak dua hari lalu, Anjani tak memberikan kabar padanya. Bahkan sejak gadis itu menginjakkan kaki kembali ke Indonesia. Naomi merasa ada yang tak beres. Hatinya mengatakan sesuatu pasti terjadi padanya. Namun, betapa bodoh hingga ia tak tahu dimana tempat tinggal Anjani saat ini.

“Aku bingung. Panggilan tak dijawab dan gadis itu belum memberitahuku tinggal dimana saat ini. Sedangkan aku tahu bahwa dia tak punya siapapun disini.”

Wajah Naomi terlihat putus asa. Arjuna mengernyitkan dahi. Berusaha menerka apa yang terjadi. 

“Apa kau tahu saat ini dia dimana?”

Arjuna sontak menoleh. 

“Bukankah kalian terikat kon—”

“Hssst!” 

Arjuna berdesis. Pria itu berisyarat bahwa tak boleh ada yang tahu tentang hal tersebut. Ia pun melirik Kris.

“Tolong Arjuna. Aku punya firasat yang tidak enak tentang gadis itu.” Naomi memohon. Sedangkan Arjuna masih bersikap dingin.

“I’ll try my best.”

***

Ting! 

Suara pintu lift terbuka. Arjuna melangkah dengan mantap. Wajahnya tampak serius menyusuri lorong apartemen siang itu. Langkah kaki seolah mengisi kesunyian. Sesekali pria itu melihat jam tangannya. Ia menyesali mengapa harus terlibat hal yang membuatnya sibuk selain pekerjaan. 

Tiba di unit A808, Arjuna pun menekan bel yang terletak di sisi kiri pintu. Sekali, dua kali, hingga kesekian kali tak ada jawaban. Ia lantas merogoh ponsel yang tersimpan dibalik saku jasnya, menekan nama ‘Anjani’ hingga muncul nada tunggu, namun hal serupa terulang, tak ada jawaban. Sekali lagi ia mencoba menghubunginya, ditengah kesunyian ia mendengar samar-samar, bahkan hampir tak terdengar, bahwa ada suara ponsel yang berdering. Ia pun mengernyitkan dahi. 

“There is something wrong!” gumamnya. 

Tak pikir panjang, Arjuna menekan pin kamar itu. 

808080 bep! 

Suara pintu terbuka. 

“Tsk! Bahkan dia tidak mengubah pin unit ini.” 

Langkah kakinya tergesa. Arjuna menemukan sosok gadis tertidur sambil meringkuk di sofa. Ia mendekatinya. 

“Anjani,” ujarnya pelan, namun sang empunya nama tak menjawab. Pria itu pun berlutut di sisi sofa, memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.

“Hei, kau bisa mendengarku?” tanya pria itu sekali lagi, Arjuna tampak ragu menyentuh gadis itu. Jemarinya terasa kaku. Akhirnya, Arjuna berusaha membangunkannya dengan mengoyakkan tubuh Anjani pelan, seketika gadis itu terkejut. Ia gegas terduduk dan bangun dari tidurnya, wajahnya dipenuhi ketakutan. 

“Tenang—ini aku, Arjuna.” 

Melihat gadis itu sangat ketakutan, Arjuna mendongakkan wajah Anjani. 

“Ya Tuhan, tubuhnya panas sekali,” batin Arjuna. 

“K-k-kau?” 

Anjani menghamburkan tubuhnya, memeluk Arjuna yang masih berlutut di hadapannya, erat, seolah tak ingin lepas. Sedangkan pria itu terlihat sangat kebingungan.

“Tolong aku!” pinta gadis itu, lirih. 

Terdengar suara getar bercampur isak tangis mengiringi. Dan Arjuna, satu-satunya yang masih tak mengerti dengan situasi ini. 

“Tenanglah, aku akan membantumu.” Ia membiarkan Anjani menangis dalam dekapannya.

30 menit berlalu..

Arjuna melirik gadis itu dari pantry yang terlihat langsung ke sofa ruang tamu. Sesekali ia memandangi gadis yang masih meringkuk dengan berbalut selimut. Ia mengaduk teh dengan pelan sambil menerka apa yang sedang gadis itu pikirkan. Setelahnya ia pun mendekat, memberikan secangkir teh hangat untuk gadis tersebut.

“Thank you,” ujar Anjani. 

Arjuna duduk disisi gadis itu, menatap mata sembab dan wajah kacaunya. Ini tak seperti gadis yang ia lihat pertama kali. 

“Apa yang bisa aku bantu?” tanya Arjuna, to the point. 

Anjani menoleh. 

Memandang pria yang kini duduk tepat di sisinya. Anjani sungguh malu memandang wajah Arjuna. Tak lama, ia pun terisak, kembali teringat ancaman lintah darat itu. Ia terjebak dan tak tak tahu menahu soal hutang mendiang ayahnya, namun ia harus menanggung semua itu. Anjani merasa ini semua tak adil baginya. 

“Tolong bantu aku—” ujarnya menggantungkan ucapan.

“Apa?”

“A-aku tak tahu sejak kapan ini terjadi, tapi, orang tuaku meninggalkan hutang yang sangat besar,” lanjutnya dengan suara parau.

Mengingat pekerjaan Anjani sebelumnya. Gadis itu tak mungkin bisa melunasi hutang tersebut. “Mereka menagih padaku, sedangkan aku tak tahu apa-apa.” Dengan susah payah Anjani mencoba mengungkapkan kenyataan yang terjadi padanya. Sedangkan Arjuna, ia hanya bergeming, memandang kosong wajah gadis itu. 

“Jika dalam tiga puluh hari aku tak bisa lunasi hutang tersebut, aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan padaku.”

Kini jemarinya bergetar. Air mata mengalir tanpa diperintahkan. Malu. Ia merasa harga dirinya runtuh. Entah apa yang dipikirkan Arjuna saat ini, Anjani tak lagi peduli, sekalipun harus di cap sebagai gadis matre

Tak banyak bertanya, Arjuna pun langsung menyetujuinya. Ia hanya mampu memandang gadis itu dengan iba. 

“Setelah ini, Kris akan mengantarmu ke rumah sakit.” Arjuna beranjak dari duduknya dan berlalu.

“Maafkan aku, Naomi. Aku butuh bantuannya. Aku tak bisa membatalkan kontrak ini,” gumam Anjani melihat kepergian Arjuna.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rubby
Kenapa gak doi aja sih yg anter ke rumah sakit wakaka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Rival

    Diruang kerja, Arjuna memandang satu kartu nama bertuliskan “Krediby”, salah satu perusahaan pinjaman dengan suku bunga yang super tinggi. Ia kembali teringat ketika Anjani meringkuk sambil memohon pertolongannya. Kasihan, pikirnya. Gadis itu harus menanggung beban dari lintah darat seperti mereka. Tak lama, pria itu meremas kartu nama dengan geram.“Target pasar mereka memang kalangan menengah ke bawah. Mereka memberikan pinjaman tanpa syarat, akan tetapi mereka mengambil keuntungan dari peminjam yang sulit membayar karena bunga diatas rata-rata,” tutur seseorang dihadapan Arjuna. “Kurang ajar, ini namanya pemerasan!” Arjuna memandang tajam ke depan. “Sudah banyak korban yang terjerat. Mereka yang menjadi korban harus membayar jaminan entah itu dengan uang atau dengan tubuh mereka.”Prank! Suara gebrakan meja terdengar keras. Jadi itulah mengapa Anjani begitu ketakutan saat kali terakhir mereka bertemu. Apakah gadis itu mendapatkan ancaman yang sama? Arjuna menerka. “Bereskan me

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-20
  • Sebatas Pernikahan Bisnis   The Married Life

    Setelah memutuskan menikah dicatatan sipil, Arjuna dan Anjani hidup bersama dalam satu atap untuk mengenal satu sama lain. Tepatnya, di sebuah apartemen pemberiannya. Malam itu, Arjuna menghampiri Anjani yang tengah menonton tv di sofa ruang tamu. Ia menyodorkan secarik kertas berisi perjanjian lanjutan. “Hmmm—”Anjani menoleh. Ia menengadahkan wajah sambil memandang Arjuna yang masih berdiri. “Ini perjanjian lanjutan after we got married.” Dengan balutan piyama navy, Arjuna beranjak duduk disebelah gadis itu yang mana secara hukum sah sebagai istrinya. “Setidaknya ada lima pasal yang perlu kita bahas.” Anjani memandang serius. Ia meraih secarik kertas yang sedari tadi terabaikan olehnya.“Pertama, meski secara hukum pernikahan ini sah, kita akan tidur di kamar yang berbeda. Aku akan tidur di kamar utama dan kau di kamar tamu.” Arjuna mengambil jeda. “Kedua, dilarang mencampuri privasi masing-masing. Ketiga, setiap akhir pekan kita berusaha untuk makan malam bersama Nenek. Keempa

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Hot Isu

    Pagi itu Arjuna menemui Nyonya Nirwasita di kediamannya. Jam sibuk kerja kini sudah tak dihiraukan olehnya sejak terlibat dengan Anjani. Si pekerja keras yang ambisius itu kini menjadi si pria yang hanya memikirkan cara agar menguasai semua tahta kerajaan keluarganya, Barathaland Group. “Ada apa denganmu, Sayang? Kau terlihat tidak bersemangat?” Nyonya Nirwasita menghampiri cucunya yang tengah bersandar di sofa. Wajahnya terlihat kusut dan keningnya mengkerut. Sejak bertengkar dengan Anjani kemarin, ia memutuskan untuk pergi. “Nek, apa kau marah jika aku jujur padamu?”Alis Nyonya Nirwasita menyatu. Tatapan matanya, menghunus Arjuna dengan tajam. “Tentang apa?” Arjuna menoleh. Ia memandang neneknya dengan wajah ragu. Sejujurnya, tentang pernikahan sipil itu, ia mengambil langkah yang terlalu jauh. “Aku dan Anjani—” Arjuna menggantungkan ucapannya. Bingung harus memulai darimana, Arjuna tak mampu melanjutkan ucapannya.“Ada apa dengan kalian?” Wajah cemas tergambar dari raut sang ne

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-21
  • Sebatas Pernikahan Bisnis   I’m Sorry!

    Senja berganti malam. Arjuna terdiam di kursi kekuasaan ditengah gelap gulitanya ruangan. Hanya ada sinar rembulan yang menembus dari kaca ruangan tersebut. Berkali-kali ia menghela nafas sambil memikirkan apa yang terjadi. Ia berpikir, dulu hidupnya tentram dan damai. Namun, saat ini kehidupannya berubah 360 derajat. Keterlibatan Anjani dalam perebutan tahta berbuah malapetaka. Bukan ia tak tahu konsekuensinya dan bukan pula ia ingin menyalahkan keadaan, namun ia hanya tak memikirkan lebih jauh tentang rencananya. Arjuna merasa bodoh. Tak lama, derap langkah kaki membuyarkan lamunannya. Arjuna mendongak. Ia melihat sosok gadis menggelengkan kepala sambil mengejeknya. “Kau baik-baik saja, Tuan?” tanya gadis itu, tertawa tipis. Ia menatap tajam lalu membuang wajahnya. “Jika saja kau lebih tanggap, mungkin semua tak akan seheboh ini,” cicit Arjuna yang masih kesal. Lagi-lagi kesalahan dilimpahkan pada Naomi, Sekretaris perusahaannya. Setahu Arjuna, Naomi pribadi yang bisa menger

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Konferensi Pers

    “Jadi apa rencana kalian selanjutnya?”Nyonya Nirwasita bergantian memandang Anjani dan Arjuna yang tengah menikmati makan malam. Mereka saling membisu di tengah meja itu. Arjuna melirik Anjani yang masih terus mengunyah. Meski sudah berbaikan, pria itu merasa Anjani masih bersikap dingin terhadapnya. “Arjuna, Anjani, kalian mendengarkan, Nenek?” Sekali lagi, Nyonya Nirwasita memastikan dan disaat itu pula keduanya menoleh.“Ya, Nek?” Lantas mereka saling memandang, tak disangka mereka bisa sekompak itu. Nenek pun terkekeh hingga membuat keduanya tersipu malu. “Tentang kabar berita itu ... bukankah lebih baik jika kita adakan pesta pernikahan?”Seketika Anjani tersedak. Mukanya memerah karena menahan makanan yang hampir menyumbat saluran nafasnya. Ia pun terbatuk. Arjuna yang duduk bersebelahan segera memberikan air minum, menuntun gadis itu lalu mengusap punggungnya. “Kau baik-baik saja?” tanya Arjuna dan Anjani hanya mengangguk. “Rasanya terlalu terburu-buru, Nek.” Arjuna menge

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Wedding Day..

    Malam itu, gemerlap bintang berkelip diatas langit, seolah bersorak atas kebahagiaan di sana, bulan yang terlihat bulat sempurna pun kontan menyinari pelaminan. Kini para tamu undangan silih berganti berdatangan, memasuki area lahan berukuran satu hektar tersebut. Di sekelilingnya telah terdapat beberapa media yang akan meliput. Pesta pernikahan yang diadakan di kediaman Nyonya Nirwasita, bersifat semi intimate, di mana hanya dihadiri beberapa rekan bisnis, keluarga inti, dan beberapa awak media. Lahan taman yang lebih terlihat seperti lapangan golf tersebut telah didekorasi dengan konsep rustic romantic. Pelataran beige sepanjang tiga meter membentang jalan dihiasi standing flower menuju pelaminan. Barisan kursi dan meja panjang telah tertata rapih di sisi kanan kiri pelataran tersebut. Beberapa orang yang sudah hadir telah memenuhi kursi tamu yang telah disesuaikan. Mereka siap menyambut kedatangan mempelai malam itu. Sambutan tepuk tangan menggema diiringi musik romantis yang berp

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-23
  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Jangan Mengusikku...

    Suasana pagi tercipta begitu hangat, Nyonya Nirwasita tak henti-hentinya mengulas senyum. Kebahagiaannya kini terpenuhi, seorang cucu menantu yang menyayanginya sepenuh hati. Kala itu, matahari menyinari ruang makan yang berada di dekat kolam, pintu kaca yang terbuka membiarkan angin alam memberikan kesejukan di antara mereka. Anjani masih bergeming sambil menghabiskan sarapannya, sedangkan Arjuna sesekali melirik gadis tersebut. Ada yang berbeda dari gadisnya, wajah itu terlihat pucat dan sembab. “Kau baik-baik saja, Anjani?” Seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Arjuna, Nyonya Nirwasita menelan keheningan. Wanita itu memandang Anjani intens, menatap mata yang tak berani memandangnya. “Kau sakit?” Sejak tadi Anjani masih belum menjawab pertanyaan sang nenek, pikirannya entah ke mana. Sesungguhnya ia merasa sangat malu, perasaannya berkecamuk atas kebohongan-kebohongan yang telah dilakukan. Hatinya tak mampu mengelabui wanita yang terlampau baik terhadapnya, serta tak mampu membohon

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-24
  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Orang Baru

    Sepekan berlalu, rapat umum pemegang saham luar biasa segera berlangsung. Desas-desus terdengar bersahutan ketika “orang baru” muncul pada rapat kali. Gadis dengan long coat blazer biru dan accordion skirt navy, membuat seluruh mata memandang ke arahnya. Rambut yang sedikit digulung ke atas dengan poni tipis berserakan membuatnya tampak manis. Tak sedikit wanita yang hadir di sana iri dengan kecantikannya. “Baik ... Bapak, Ibu, kita mulai acara rapat hari ini.” Naomi memecah desas-desus itu. Seluruh peserta rapat kini menoleh ke arahnya yang tengah duduk di bangku pertama sayap kanan Arjuna. Meja persegi yang membentang sepanjang tiga meter terlihat padat meski ada dua atau tiga kursi yang kosong. “Mata acara RUPSLB hari ini yakni membahas dua hal diantaranya pertama pengangkatan dan pemberhentian Direktur Keuangan dan Manajemen Resiko—”Belum genap Naomi menyelesaikan ucapannya, seketika ruangan menjadi bising. Para pemegang saham bersahutan, mereka tidak percaya bahwa pimpinan ra

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-26

Bab terbaru

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Biarkan Dia Memilih …

    Di tengah perbincangan yang santai, ketiga gadis yang saling bersahabat mulai mengarah pada Anjani. Salah satunya, Naomi. Setelah Raina tertidur di stroller, Naomi tak henti mengamati kedekatan Sadewa dan Chayra di sisi tembok yang sedang mereka warnai. Meski gadis cilik di hadapannya itu sangat terlihat tenang dan fokus terhadap aktivitasnya, tapi Sadewa sesekali menggoda dengan menggores tinta ke pipinya.“Sadewa!”Suster dari keluarga Hoover pun menenangkan sang majikan, ia berlutut dan mengelus dada gadis cilik tersebut.Naomi dibuat penasaran dengan kedekatan itu. Tak sekali dua kali pula Kris mengatakan tentang perjodohan keluarga Barathawardana dan Hoover.“Jadi, benar?”Naomi mencondongkan tubuhnya seraya bertanya pelan. Sementara Kayla hanya mengamati kedua orang yang sudah

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Enam Tahun Kemudian

    “Sadewa apa yang kau lakukan! Kembalikan!”Seorang gadis cilik bermata biru mengerang kesal ketika anak laki-laki itu mengambil boneka dari tangannya lalu berlari mengelilingi ruangan tersebut. Wajahnya begitu bahagia mengerjai gadis sebaya yang rambutnya dikuncir dua.“Sadewa ….”Sang ibu yang tengah membantu bibi Sri di dapur mengingatkan dengan datar. Sementara ayah mereka tengah berdiskusi di ruang tamu. Ketika kedua anak itu saling berlari dan terus kejar mengejar melewati Arjuna dan Jarvis, senyum terbit diantara pria dewasa disana.Arjuna berhasil menangkap Sadewa yang melewati jalan kosong di hadapannya.“Hap! Tertangkap!” seru Arjuna.Sementara Chayra merajuk diatas pangkuan sang ayah.“Ayah ….”“Tidak apa-apa, Sayang. Sadewa hanya ingin bermain denganmu.”“Sadewa, kau tidak boleh seperti itu, ya, Nak.”Anjani yang baru

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Ya, Aku Berjanji!

    “Berjanjilah untuk bersikap hangat padaku ….”Di tengah nafas yang memburu, mata mereka saling memandang lekat.“Ya, aku berjanji!”Tak lama kemudian, Rama pun melanjutkan ciuman panas mereka. Bibir saling bertaut dibersamai saliva yang bertukar hangat membuat hasrat mereka kian membara. Rama tak lagi ingat bahwa ia takut akan sebuah komitmen. Gejolak primitifnya kian membara, membuat dirinya tak bisa mengendalikan naluri yang terus membawanya jauh. Mereka menyatu dengan cepat bersama suara indah yang menusuk ke telinga. Lambat laun, Kayla mulai merasa bahwa ia pun tak bisa menolak permainan itu. Jemarinya menyusuri kulit punggung sang pria, sesekali tanpa sadar ia mencakarnya kuat.“Ah!”Rama terus bergerak dengan tempo yang cepat seraya menciuminya tanpa ampun.“Hmmmmmp!”“I gonna crazy because of you, Kay ….”Di tengah desakan yang kian memunc

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Berjanjilah!

    Kayla melangkah dengan tergesa ketika lift telah mengantarkannya ke lantai dasar. Ia gegas melangkah dengan tergesa. Beberapa pegawai yang melihatnya langsung menundukkan kepala seraya menghormati. Ketika berhasil melewati pintu lobi yang berputar dan hampir menarik handle pintu mobil yang terparkir disana, seseorang menahan jemarinya.“Biar aku antar,” ucap pria itu.Kayla menatap tangannya yang hangat dalam genggaman. Lalu, ia menatap pria itu dengan dalam. Sungguh! Ingin rasanya ia mencaci. Namun, ia tak mampu lakukan itu. Faktanya gengsi wanita memang lebih besar. Dan Kayla, menyingkirkan genggaman itu dengan tangannya yang lain.“Tidak perlu.”Gadis itu hendak menarik kembali handle pintu tersebut. Namun, lagi-lagi tertahan.“Jangan keras kepala!”“Tsk!”Kayla berdecih sambil memalingkan wajahnya ke arah lain.“Jangan sok peduli!”

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Satu Bulan Sebelum Pernikahan

    “Kau mau mandi bersama?”Kris mengerlingkan mata pada gadis yang kini telah resmi menyandang status sebagai istrinya. Naomi yang tengah berbaring disisinya, lantas menoleh. Pipi pun jadi merona seketika. Ini bukan kali pertama—tapi mendengar pertanyaan itu membuat gemuruh jantungnya berdetak hebat.“Eung …”Tak butuh jawaban dari wanita itu. Kris langsung beranjak lalu membopong gadis itu hingga Naomi terpekik karena gerakan yang begitu tiba-tiba.“Kyaaaaaaaa!”Meskipun begitu, Naomi begitu merasa dicintai. Tak pernah menyangka bahwa pria yang selama ini bekerjasama dengannya sebagai rekan kerja, menjadi pasangan seumur hidupnya.Waktu berlalu begitu saja—entah sejak kapan mereka telah berada dalam kondisi yang polos dan saling berpangkuan di atas bathup. Meski udara dingin menusuk tulang, keduanya justru dibasahi oleh peluh yang bercampur dengan air busa di bathup ters

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Sebuah Perjanjian

    “Apa kau sudah menikah?” Jantung Rama seketika diremas, setiap kali bertemu orang dan di usianya yang menginjak kepala tiga—pertanyaan tentang pernikahan selalu mengiang di telinganya. Padahal, mereka ke tempat itu untuk membicarakan soal bisnis. Tapi, Tuan Hoover seolah memancing adrenalin-nya. Rama melirik ke arah Arjuna yang tersenyum tipis, seperti orang yang sangat bahagia atas penderitaan orang lain. “I-tuuuu,” gumam Rama. Sebenarnya ia bisa saja menjawab bahwa sudah ada calon dan akan segera melangsungkan pernikahan. Tapi bibirnya terasa kaku. “Sayangnya, aku tak mungkin memberikan putriku untukmu, Rama ….” “Apa?” “Apa?” Kontan Arjuna dan Rama membeliak. “Karena Chayra sudah milik Sadewa.” Lelucon macam apa itu, Rama hampir mencelos mendengar pernyataan Jarvis. Ternyata ia hanya bergurau. ‘Ya Tuhan … lelucon macam apa itu.’ Rama bermonolog lalu tersenyum tipis. Di tengah makan mal

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Lagi-Lagi Ditanya Kapan Menikah?

    Memandang wajah Rama yang berubah pias membuat Kayla tersenyum dibalik Zivaa yang penuh mengisi layar ponsel itu. Zivaa dan Sadewa seolah sengaja membuat Rama tak berkutik dengan menggodanya.“Ayolah, Paman! Jangan membuat Bibi Kayla menunggu lebih lama lagi.”“Eung …”Di ujung panggilan video itu, terlihat Rama yang terus menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia terdengar menghela nafas berkali-kali.“Sudahlah, kalian jangan terus menerus menggoda Paman Rama.”Anjani meraih ponsel itu dari wajah Zivaa dan mengembalikannya pada Kayla. Ia lantas merebut Sadewa dalam genggaman sang ibu mertua.“Bu, biarkan Kayla berbicara dengan Rama. Mereka pasti saling merindukan,” goda Anjani.Lantas ia beranjak menuju kamar Sadewa.“Ayo, Bu!”Zivaa pun mengangguk dan berpindah dari ruang keluarga menuju kamar anak bayi itu. Setelah kedua orang itu berlalu dan menghilang dari pandangan. Kayla lantas menatap layar ponsel itu dengan senyum tak biasa.“Kau menertawakanku?” “Tidak. Hanya saja … lucu.”“Ap

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Bibi Kayla

    Dalam perjalanan menuju bandara, Rama tak berhenti diam. Ia terus mendengus sambil sesekali mengecek ponselnya. Hasrat yang belum tuntas dan rasa rindu pun sudah menggebu bahkan sebelum ia benar-benar meninggalkan tanah air. Arjuna yang sedari tadi mengamati, hanya bisa menggelengkan kepala. Dasar si keras kepala itu. Ia tidak ingin cepat-cepat menikahi wanita yang sudah jelas dicintai.“Baru saja bertemu, kau sudah rindu?”Rama pun menoleh hingga matanya bersirobok di udara dengan Arjuna.“Ya?”“Kau itu terlalu gengsi!”“Apa?”Tak lama suara gelak tawa memenuhi penjuru mobil. Arjuna terlihat begitu puas menertawai sang adik yang jelas-jelas tengah dilanda frustasi.“Ada yang lucu?” tanya Rama kesal karena ditertawai begitu saja.“Sikapmu yang lucu! Kau tidak ingin menikahinya cepat-cepat, tapi kau dengan lihai melakukan permainan di kantor. Aku sampai merinding—hih!”“Shut up!”Meski mereka pernah berseteru, tapi setiap kali Arjuna mengolok-olok Rama, tak ada lagi kecanggungan dianta

  • Sebatas Pernikahan Bisnis   Aku Akan Menikahimu, Secepatnya …

    “Apa kau setuju jika Sadewa dijodohkan dengan rekan bisnisku?”Mata gadis itu membola. Seketika Anjani terperanjat hingga tanpa sadar mendorong tubuh Arjuna menjauh.“Kau gila?”“Tenanglah!” seru Arjuna dengan senyum tak biasa, membuat Anjani semakin tak tenang. Bagaimana mungkin bayi yang belum genap sebulan sudah ingin dijodohkan? Apa suaminya ini gila?Anjani tak berhenti menggeleng sambil menatap mata sang suami dengan tajam.“Dia Tuan Hoover yang akan menginvestasikan dananya untuk proyek Paradise.”“Paradise?”“Ya, setelah semua sengketa clear tak ada alasan untuk menunda pembangunan bukan?”Anjani termangu. Tiba-tiba sorot matanya meredup. Bagaimanapun tanah itu, pernah berdiri sebuah bangunan yang penuh kenangan. Tapi, semua sudah berlalu. Anjani seharusnya tak lagi mengingat itu sementara ia sudah memiliki Arjuna dan Sadewa di sisinya.“Kenapa?”Arjuna seolah tahu apa yang dipikirkan oleh sang istri. Ia menengadahkan wajah sang istri lalu menangkup pipi serta mengusapnya lemb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status