Hatiku berdebar kencang saat melihat Alvian, suamiku tercinta, melangkah kembali ke rumah setelah 5 tahun menghilang. Rasa haru dan bahagia membanjiri diriku, tak tertahan lagi. Alvian tampak kurus dan pucat, bekas trauma penculikan masih terlihat jelas di wajahnya. Namun, senyum Andini dan Aldo, anak-anak kami, bagaikan mentari pagi yang menerangi jiwanya. Saat Alvian melangkah masuk ke rumah, aku langsung memeluknya erat. Tubuhnya terasa kaku dan dingin, menandakan rasa takut dan trauma yang masih menghantui. Aku membelai lembut rambutnya dan mencium keningnya, mencoba memberikan rasa aman dan nyaman. Andini memeluk Alvian dengan erat, air matanya mengalir membasahi pipinya. Aldo, dengan tingkah polos dan lucunya, menari-nari di sekitar Alvian, berusaha menarik perhatian sang ayah. Aldo belum mengenal sosok Alvian. Aku menjelaskan jika selama dia menghilang aku hamil dan lahirlah Aldo. Alvian tersenyum meski terlihat masih kebingungan. Matanya menatap ke sekeliling ruangan dengan
Di tengah kebahagiaan bersama Alvian, aku tak henti-hentinya memikirkan masa depan keluarga kami. Ingin membangun kehidupan yang indah dan stabil bersama Alvian dan anak-anak, Andini dan Aldo. Namun, aku sadar bahwa kami tidak bisa hanya mengandalkan Alvian yang saat ini masih dalam pemulihan pasca kecelakaan dan amnesia. Aku ingin membantu Alvian untuk mendapatkan kembali apa yang menjadi hak kita, termasuk perusahaan yang pernah ditangani sebelum amnesia.Aku mulai pencarian dengan mengunjungi beberapa kebun dan percetakan yang dulu dikelola Alvian. Dia bertemu dengan para karyawan lama yang masih mengenalnya dan Alvian. Mereka menceritakan banyak kisah tentang masa lalu Alvian dan Yeni, tentang bagaimana mereka berdua membangun perusahaan dari nol dengan kerja keras dan dedikasi. Riana terharu mendengar kisah-kisah tersebut, dan dia semakin yakin bahwa Alvian adalah pria yang luar biasa dan pantas mendapatkan yang terbaik.Melangkah masuk ke sebuah percetakan tua, "Permisi, apakah
Dengan nada serius aku bilang ke Alvian tentang mamanya, "Mas, aku ingin memberitahumu sesuatu tentang mamamu."Alvian melepaskan pelukannya dan menatap dengan penuh perhatian."Apa itu?""Aku mendengar cerita dari beberapa karyawan bahwa sejak Nyonya Yeni meninggal, mamamu telah mengambil alih semua perusahaanmu dan Yeni. Dia menjadi CEO dan mengelola semua bisnis dengan tangan besinya. Mereka bilang mamamu adalah wanita yang ambisius dan kejam. Dia selalu ingin menguasai segalanya dan tidak segan-segan untuk menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalannya."Alvian mengerutkan keningnya."Itu tidak mungkin. Mamaku tidak seperti itu,” tolaknya."Aku tidak tahu pasti. Tapi aku ingin kau tahu semua yang aku dengar. Kita perlu berhati-hati."Alvian mengangguk.**Perlahan tapi pasti, ingatan Alvian mulai kembali. Dia mulai mengingat kebiasaan Andini Suatu malam, saat aku dan Alvian sedang duduk di ruang tamu, dia tiba-tiba menatapku dengan mata yang penuh tekad."Riana," ucapnya dengan
Di dalam ruangan rumah sakit yang sunyi, Alvian terbaring tak sadarkan diri, tubuhnya penuh luka memar akibat kecelakaan yang baru saja terjadi. Keluargaku, berkumpul di sekitar tempat tidurnya, hanya bisa menonton dengan hati yang berat, wajah mereka dipenuhi dengan kekhawatiran dan kecemasan. Alvian sudah pernah mengalami dua kali koma dalam hidupnya yang masih muda, dan rasa takut akan koma yang lain membayangi pikiran mereka.Mataku berkaca-kaca menahan air mata, menggenggam erat tangan suamiku. "Kita harus menemukan cara yang lebih baik," bisikku, suaranya bergetar karena emosi. "Kita tidak bisa terus seperti ini, berharap keajaiban."Andini dan Aldo adalah kekuatanku saat ini. Dengan kedia orang tuaku yang selalu hadir dengan memberikan suport atas musibah yang menimpa kami. Aku tidak tahu jika tidak ada mereka di sampingku dan terus mendukungku.Adik-adikku pun berkumpul ikut menjaga Alvian kakak iparnya. Kami selalu bergiliran jaga agar kejadian ini tidak terulang lagi. Pasti
Aku dan Sari duduk berhadapan di meja makan, raut wajah mereka serius dan penuh tekad."Aku yakin ini bukan kebetulan. Penurunan drastis dan kerugian besar dalam waktu singkat, pasti ada yang tidak beres," kataku dengan melihat data dengan seksama."Aku setuju. Kita harus mencari bukti untuk membuktikan kecurigaanmu.""Tapi dari mana kita mulai?""Kita harus meninjau kembali laporan keuangan dan mencari kejanggalan. Kita juga perlu berbicara dengan karyawan dan pelanggan untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya.""Baiklah, mari kita mulai besok. Kita tidak boleh membuang waktu lagi."Aku dan Sari mulai menyelidiki. Kami menemukan beberapa kejanggalan dalam laporan keuangan, seperti pengeluaran yang tidak wajar dan transaksi yang mencurigakan. Saat berbicara dengan karyawan, mereka menemukan bahwa ada seorang karyawan baru yang berperilaku mencurigakan dan sering terlihat sendirian di ruang penyimpanan.Kami mulai mencurigai karyawan baru tersebut dan memutuskan untuk mengikutiny
Di kantor polisi aku, Sari, Dewi, dan Anita terlibat dalam perkelahian sengit. Suara teriakan dan pukulan memenuhi ruangan. Petugas kewalahan melerai kami. Seperti balsa denadam aku melakukan aksi heroic. Hingga petugas menarik kami dengan ancaman.Aku diam dengan napas memburu. Setelah petugas lalai aku kembali menyerang Dewi dengan penuh amarah."Kau akan membayar semua yang kau lakukan padaku, Dewi!"Dengan beringas kuterjang tubuh yang seperti gitar menggoda kau madam. Rupanya dia berniat merayu para lelaki yang ada di sana. Cuih … murahan sekali dengan memanfaatkan tubuhnya yang kotor.Dewi menangkis seranganku dengan tangkas. "Aku tidak akan pernah kalah darimu, Riana!"Dewi dengan beringas berusaha menarikku. Tapi aku belum mau kalah. Petugas kembali menarik kami. Entah kekuatan dari mana ku tidak gentar jika mereka ikut menghukumku kali ini. Siapa yang tidak marah jika usaha yang dirintis diobrak-abrik oleh orang lain.Sari mencoba melerai kami "Hentikan! Kalian berdua harus t
Malam itu saat terjadinya kecelakaan, Dokter mendiagnosis Alvian dengan cedera otak traumatis yang parah. Dampaknya, kemampuannya untuk berbicara, bergerak, dan bahkan memahami lingkungan sekitarnya, menjadi sangat terbatas. Hatiku hancur melihat keadaannya. Alvian, yang dulu ceria dan penuh tawa, kini terjebak dalam dunianya sendiri. Di balik tembok putih rumah sakit, Alvian terbaring tak berdaya. Tubuhnya terbelenggu mesin-mesin penunjang kehidupan, wajahnya pucat pasi dengan selang oksigen yang menjuntai di hidungnya. Matanya yang dulu berbinar penuh semangat, kini kosong menatap langit-langit ruangan. Dokter mendiagnosis Alvian dengan cedera otak traumatis yang parah akibat kecelakaan yang dialaminya. Dokter yang baru saja selesai memeriksa Alvian melangkah keluar dari ruangan, raut wajahnya diliputi kesedihan. "Cedera otak traumatis yang parah," katanya lirih kepada kami yang menunggu dengan cemas. "Kemungkinan pemulihannya kecil, dan..." Suaranya tercekat, tak sanggup melanjutk
Beberapa tahun lalu, sebelum aku menjadi seperti sekarang ini. Aku butuh uang untuk biaya pengobatan orang tuaku. Aku mendapat tawaran untuk menjadi perawat pribadi untuk istri Alvian. Saat itu aku baru lulus keperawatan dan belum mendapat pekerjaan, Yeni datang memintaku menjadi perawat untuknya. Selama 3 tahun aku melakukan tugasku dengan baik. Bahkan Yeni menganggapku adik sendiri. Dia tidak punya keluarga selain Alvian suaminya.Di rumah sakit, ruang rawat inap. Waktu itu aku sedang duduk di samping ranjang tempat tidur orang tuaku yang sedang sakit sedih dan khawatir melihat kondisi kedua orang tuaku yang sakit bergantian.Tiba-tiba, pintu ruangan terbuka dan seorang wanita cantik bernama Yeni masuk.Dengan suara hangat menyapa, “Riana, bagaimana keadaan orang tuamu?”Tentu aku terkejut melihat wanita yang baru aku kenal ketika sama-sama masuk ke dalam rumah sakit. Wanita yang bersama suaminya yang terlihat angkuh dan dingin. Yeni datang ke rumah sakit untuk pengobatan dirinya. T