Seperti biasa Myesha diantar ke rumah Nyonya Zoya. Dia harus mengerjakan banyak hal di sana. Apalagi Nyonya Zoya melempar pekerjaan banyak padanya. Kali ini Finn langsung pergi setelah mengantar. Karena dia ada rapat pagi ini.Myesha yang masuk pun langsung disambut oleh Nyonya Zoya. Dia diperlakukan begitu baik sekali oleh wanita paruh baya itu.“Dengar, mulai sekarang kamu tidak perlu melakukan apa-apa.” Nyonya Zoya tersenyum.Myesha sedikit merasa bingung dengan yang dikatakan Nyonya Zoya. Hingga tiba-tiba datang seoarang asisten rumah tangga. Membawakan secangkir teh untuk Myesha.“Dia asisten rumah tangga yang baru.” Nyonya Zoya tersenyum pada Myesha ketika Myesha melihat asisten rumah tangga tersebut.Setelah Finn mengirim uang, tentu saja yang dilakukan Nyonya Zoya adalah mencari asisten rumah tangga di rumahnya. Membantunya untuk meringankan pekerjaan di rumahnya.“Jadi kamu tidak perlu membantu aku lagi mengurus rumah.” Nyonya Zoya kembali berbicara.Myesha tahu, dari mana Ny
Pagi ini Myesha diantar Finn ke rumah baru yang akan ditempati oleh mereka berdua. Sang mama mertua juga ikut serta kali ini. Karena rencana dia dan mama mertuanya akan mendekorasi rumah bersama. Tak lupa mereka mengajak asisten rumah tangga. Membantu mereka untuk membersihkan rumah.“Aku akan datang nanti setelah rapat.” Finn menatap sang istri dan bergantian menatap sang mama.“Iya.” Myesha mengangguk.Finn mendaratkan kecupan di dahi sang istri yang duduk di sebelahnya. Kemudian berpamitan dengan mamanya.Myesha dan Mama Risha keluar dari mobil. Mereka melambaikan tangan ketika Finn mobil meninggalkan rumah. Mereka segera masuk ke rumah setelah mobil Finn hilang dari pandangan. Di dalam rumah beberapa pekerja masih melakukan finishing rumah. Jadi tidak ada Finn pun akan ada yang membantu mereka.Myesha melihat beberapa furniture masih berserakan. Belum berada pada tempatnya. Dia pun meminta para pekerja untuk membawa ke tempatnya masing-masing. Hal pertama yang dibawa adalah tempat
Finn memasang foto keluarga di ruang keluarga. Myesha yang melihat foto itu merasa senang sekali. Karena foto pas sekali di ruang keluarga.“Kita akan foto lagi nanti jika kalian punya anak.” Mama Risha berharap foto itu akan segera diganti dengan foto bersama dengan cucunya juga.Finn dan Myesha pun saling lirik. Mereka berdua belum melakukan apa-apa. Lalu bagaimana cucunya bisa hadir. Tentu saja itu membuat mereka jadi bingung. Harus menjawab ucapannya Mama Risha seperti apa.“Nanti kita buat, Ma. Sabar.” Finn pun menjelaskan pada Mama Risha.“Iya, Mama sabar menunggu, tapi jangan lama-lama. Karena mama mau menimang cucu.” Mama Risha memang sudah tidak sabar. Apalagi di kalangan teman-temannya hanya dia yang belum punya cucu.“Iya, kami akan segera buat, bukan begitu, Sayang?” Finn meraih bahu sang istri dan menariknya mendekat. Memeluknya erat. Tatapannya pun penuh damba pada wanita yang dicintainya itu.Myesha hanya bisa tersenyum. Dia sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Lagi p
Sejak kata-kata ‘ingin bercinta’ yang diucapkan oleh Finn kala itu, Myesha menjadi semakin was-was. Setiap bersentuhan dengan Finn selalu membuatnya menyadarkan dirinya. Karena takut terbawa suasana.“Nanti kamu tunggu di kamar hotel saja.” Myesha menatap Finn yang sedang menyisir rambutnya di depan kaca. Myesha sendiri sedang memasukkan barang-barang di tasnya. Rencananya hari ini adalah acara wedding klien yang memakai jasa WO milik Nyonya Zoya. Karena acara akan diadakan sore, dia harus datang pagi-pagi agar bisa mengecek persiapan.“Tidak mau, aku harus ikut kamu. Memastikan jika kamu dan mama benar-benar merekrut team.” Finn tidak akan melepaskan kesempatan untuk melihat hasil uang yang diberikan olehnya. “Jika kalian tidak membuat team, jelas aku tidak akan memberikan uang lain.” Finn menyeringai.Sejenak Myesha tersadar. Memang ada benarnya Finn ikut. Dengan begitu dia bisa melihat jika Nyonya Zoya benar-benar akan merekrut orang untuk menjadi team.“Ayo kalau begitu. Agar kamu
Barang-barang sudah mulai dimasukan ke mobil. Karena memang tidak banyak, jadi hanya memakai mobil pribadi pun sudah cukup. Beberapa di mobil Finn dan beberapa di mobil papanya. Dua mobil tersebut beriringan menuju ke rumah baru yang akan ditempati oleh Finn.“Lihat dari semua baju, milikmu hanya dua koper saja.” Finn mengeluhkan baju milik sang istri yang terlalu sedikit. Justru yang banyak adalah miliknya.“Aku dulu tidak suka beli baju.” Myesha terpaksa berbohong. Padahal dulu dia tidak punya uang untuk membeli baju. Saat ke rumah Finn saja, dia memakai baju milik Zelda yang berada di rumah. Nyonya Zoya memintanya membawa beberapa karena agar dirinya terlihat berasal dari keluarga berada.Finn merasa heran padahal wanita-wanita di luar sana suka sekali berbelanja, tetapi istrinya tidak. “Pakai kartu yang aku berikan. Belilah apa pun itu.” Finn kemarin melihat saldo yang diberikannya tidak banyak berkurang. Artinya memang sang istri tidak membeli apa-apa.“Iya, nanti aku akan membel
Mereka semua mengobrol sambil menunggu keluarga yang datang. Finn mengobrol dengan Sean, sedangkan Myesha mengobrol dengan Stela.“Aku senang melihat Finn menikah. Dia tampak begitu bahagia. Itu semua pasti karena istrinya.” Stela menatap Mama Risha. Dia memang sudah kenal lama dengan Mama Risha.“Iya, tentu saja dia bahagia karena memiliki istri yang cantik dan baik.” Mama Risha merangkul menantunya.“Finn pandai juga menemukan wanita cantik.” Stela tersenyum.Myesha tersenyum ketika dipuji. Jika mereka memuji dari fisik, tentu saja itu berarti dirinya sebagai Myesha yang dilihat oleh mereka. Tentu saja itu membuatnya senang.Mereka bertiga mengobrol bersama. Stela menceritakan jika dia sedang mengandung dan baru berjalan selama satu bulan. Beruntung kehamilan kedua ini, Stela jauh lebih nyaman. Karena rasa mualnya tidak seperti di kehamilan pertama.“Cepatlah kalian punya anak. Agar aku tidak sendiri.” Stela berharap Myesha juga bisa segera hamil agar kelak dia punya teman untuk ber
Nyonya Zoya dan orang tua Finn memutuskan pulang saat terlihat malam sudah menyapa. Myesha dan Finn kembali melanjutkan membersihkan rumah. Mereka berdua sedang begitu senang merapikan rumah. Jadi tidak mempermasalahkan ketika melakukan pekerjaan rumah. Finn membantu membereskan piring makanan ringan yang tadi tersaji di meja, sedangkan Myesha merapikan meja makan sisa makan malam mereka tadi. Walaupun ada asisten rumah tangga, mereka tetap tidak mau terlalu tergantung.Akhirnya, kegiatan itu selesai juga. Kini mereka punya waktu untuk beristirahat. Finn dan Myesha masuk ke kamar. Mengistirahatkan sejenak tubuh mereka.Sebelum beristirahat Myesha memilih untuk merapikan pakaian milik mereka. Koper-koper di kamar merusak pemandangan. Jadi dia gemas melihatnya.“Kenapa tidak bibi saja yang merapikan?” Finn merasa sang istri terlalu memaksakan diri. Padahal mereka merapikan ruang keluarga dan ruang makan, tetapi kini sang istri justru merapikan baju-baju mereka.“Aku mau rapi. Kalau bibi,
Myesha mengangguk ketika Finn memberikan pertanyaan tersebut. Tubuh Finn langsung lemas ketika harus mendapati kenyataan jika harus menunggu selama itu. Myesha hanya bisa tersenyum ketika mendapati Finn yang tampak kecewa.“Aku mau memasak. Ayo cepat lepaskan.” Myesha menatap Finn penuh harap.“Jika aku tidak mau melepaskan bagaimana?” Finn menyeringai. Dia justru mengeratkan pelukannya.“Kalau kamu tidak mau melepaskan. Aku ….” Myesha langsung menggelitik tubuh Finn. Agar pria itu dapat melepaskan dirinya.Finn yang merasa geli hanya bergerak-gerak. Dia tertawa karena merasa geli. Sayangnya, dia terus berusaha untuk memegangi sang istri.“Sayang, sudah hentikan.” Finn meminta Myesha untuk menghentikannya.“Lepaskan dulu maka aku akan menghentikannya.” Myesha terus menggelitik. Agar Finn mau melepaskan pelukannya.Terpaksa Finn melepaskan pelukannya agar sang istri berhenti. Myesha langsung tersenyum ketika melihat Finn melepaskan pelukannya. Dia pun segera berangsur bangun dari tempat