Mereka semua mengobrol sambil menunggu keluarga yang datang. Finn mengobrol dengan Sean, sedangkan Myesha mengobrol dengan Stela.“Aku senang melihat Finn menikah. Dia tampak begitu bahagia. Itu semua pasti karena istrinya.” Stela menatap Mama Risha. Dia memang sudah kenal lama dengan Mama Risha.“Iya, tentu saja dia bahagia karena memiliki istri yang cantik dan baik.” Mama Risha merangkul menantunya.“Finn pandai juga menemukan wanita cantik.” Stela tersenyum.Myesha tersenyum ketika dipuji. Jika mereka memuji dari fisik, tentu saja itu berarti dirinya sebagai Myesha yang dilihat oleh mereka. Tentu saja itu membuatnya senang.Mereka bertiga mengobrol bersama. Stela menceritakan jika dia sedang mengandung dan baru berjalan selama satu bulan. Beruntung kehamilan kedua ini, Stela jauh lebih nyaman. Karena rasa mualnya tidak seperti di kehamilan pertama.“Cepatlah kalian punya anak. Agar aku tidak sendiri.” Stela berharap Myesha juga bisa segera hamil agar kelak dia punya teman untuk ber
Nyonya Zoya dan orang tua Finn memutuskan pulang saat terlihat malam sudah menyapa. Myesha dan Finn kembali melanjutkan membersihkan rumah. Mereka berdua sedang begitu senang merapikan rumah. Jadi tidak mempermasalahkan ketika melakukan pekerjaan rumah. Finn membantu membereskan piring makanan ringan yang tadi tersaji di meja, sedangkan Myesha merapikan meja makan sisa makan malam mereka tadi. Walaupun ada asisten rumah tangga, mereka tetap tidak mau terlalu tergantung.Akhirnya, kegiatan itu selesai juga. Kini mereka punya waktu untuk beristirahat. Finn dan Myesha masuk ke kamar. Mengistirahatkan sejenak tubuh mereka.Sebelum beristirahat Myesha memilih untuk merapikan pakaian milik mereka. Koper-koper di kamar merusak pemandangan. Jadi dia gemas melihatnya.“Kenapa tidak bibi saja yang merapikan?” Finn merasa sang istri terlalu memaksakan diri. Padahal mereka merapikan ruang keluarga dan ruang makan, tetapi kini sang istri justru merapikan baju-baju mereka.“Aku mau rapi. Kalau bibi,
Myesha mengangguk ketika Finn memberikan pertanyaan tersebut. Tubuh Finn langsung lemas ketika harus mendapati kenyataan jika harus menunggu selama itu. Myesha hanya bisa tersenyum ketika mendapati Finn yang tampak kecewa.“Aku mau memasak. Ayo cepat lepaskan.” Myesha menatap Finn penuh harap.“Jika aku tidak mau melepaskan bagaimana?” Finn menyeringai. Dia justru mengeratkan pelukannya.“Kalau kamu tidak mau melepaskan. Aku ….” Myesha langsung menggelitik tubuh Finn. Agar pria itu dapat melepaskan dirinya.Finn yang merasa geli hanya bergerak-gerak. Dia tertawa karena merasa geli. Sayangnya, dia terus berusaha untuk memegangi sang istri.“Sayang, sudah hentikan.” Finn meminta Myesha untuk menghentikannya.“Lepaskan dulu maka aku akan menghentikannya.” Myesha terus menggelitik. Agar Finn mau melepaskan pelukannya.Terpaksa Finn melepaskan pelukannya agar sang istri berhenti. Myesha langsung tersenyum ketika melihat Finn melepaskan pelukannya. Dia pun segera berangsur bangun dari tempat
Mendapati pertanyaan dari Finn, membuat Myesha panik. Jika Finn tahu dirinya menghubungi orang tuanya, tentu saja itu akan membuat kebohongannya terbongkar. Untuk saat ini dia belum siap membongkar kebohongannya.“Teman aku baru saja bercerita tentang keluarganya yang sedang kesulitan. Jadi aku sedih. Tidak tega melihat keluarganya sedih.” Myesha terpaksa berbohong.Finn mencoba untuk percaya. Lagi pula tidak ada alasan sang istri untuk berbohong. Terharu dengan kisah orang lain, mungkin saja terjadi, dan mungkin kini terjadi pada istrinya juga.“Kamu sudah pulang?” Myesha berusaha mengalihkan pembicaraan, sambil dengan menghapus air mata yang masih tersisa di sudut matanya.“Iya.” Finn mengayunkan langkahnya menghampiri sang istri yang duduk di sofa. Kemudian mendudukkan tubuhnya di sofa. Bersebelahan dengan sang istri.Finn meraih tangan sang istri dan menggenggamnya. “Aku harus ke luar kota malam ini.” Dia menatap lekat wajah sang istri. Sulit memang ketika harus meninggalkan sang i
Myesha menunggu telepon dari Finn. Pria itu bilang akan menghubunginya. Jadi tentu saja dia akan menunggu. Dia akan tenang jika sang suami sudah sampai di hotel.Tepat jam sepuluh malam suara pesan singkat terdengar. Myesha yang memang sedang menunggu langsung membuka ponselnya. Melihat siapa yang mengirim pesan. Benar saja itu adalah pesan dari Finn.[Sayang, pasti kamu sudah tidur. Aku hanya ingin mengabari jika aku sudah sampai.]Mendapati pesan tersebut Myesha begitu berbinar. Dia malas jika harus membalas. Akhirnya, dia memilih untuk menghubungi langsung.“Kamu belum tidur?” Finn di seberang sana langsung mencecar pertanyaan pada sang istri.“Aku menunggumu. Jadi belum tidur.” Malu-malu Myesha menjelaskan.Tentu saja di seberang sana Finn begitu senang. Sang istri begitu mencintainya hingga menunggu kabar darinya.“Aku sudah sampai dengan selamat. Jadi sekarang kamu bisa tidur.”“Apa aku akan bisa tidur malam ini?” Myesha merasa ada yang hampa. Sudah dua minggu sudah Finn ada di s
“Angkat.” Ana-sang istri meminta Nathan.Dengan segera Nathan mengangkat sambungan telepon. Dia ingin tahu apa yang ingin temannya bicarakan.“Hai, Finn.” Nathan segera menyapa.“Kamu di mana?” Finn segera melempar pertanyaan itu saat sambungan telepon terhubung.“Aku sedang di rumahmu, dan kamu tidak sedang di rumah.” Nathan tersenyum ketika menjelaskan di mana dirinya berada.“Aku ada masalah di proyek. Jadi aku tidak di rumah. Tadi saat kamu mengirim pesan, aku sedang berada di proyek. Jadi tidak segera membalas.” Finn di seberang sana merasa tidak enak sama sekali dengan temannya itu.“Sudahlah tidak apa-apa. Justru akhirnya aku ke sini bertemu dengan istrimu.” Nathan memang waktu itu tidak datang ke pernikahan Finn, karena dia masih di luar negeri. Apalagi pernikahan Finn terbilang mendadak. Jadi dia tidak bisa segera hadir.“Awas jangan menggoda istriku.” Finn memberikan peringatan pada temannya.“Aku mau menggodanya. Mengatakan jika Finn dulu adalah orang yang suka menggoda para
Suara bel yang terdengar di tengah keheningan. Myesha yang sedang berada di ruang keluarga segera bergegas untuk membuka pintu. Mengecek siapa gerangan yang datang ke rumahnya pagi-pagi.Saat membuka pintu tampak Nyonya Zoya berada di balik pintu. Myesha tampak terkejut ketika Nyonya Zoya datang pagi-pagi seperti ini. Beberapa hari ini memang Myesha tidak ke rumah Nyonya Zoya. Selama Finn pergi, dia memilih merapikan rumah, dan sibuk di rumah saja.“Nyonya.” Myesha menyapa majikannya itu.“Kamu beberapa hari tidak ke rumah.” Nyonya Zoya langsung melemparkan sedikit protesnya.“Iya, saya sibuk merapikan rumah. Kebetulan Finn sedang tidak ada di rumah.” Myesha mencoba menjelaskan. Beberapa hari ini Myesha memang sedang semangat-semangatnya untuk mendekorasi rumahnya. Jadi tentu saja dia tidak bisa datang ke rumah.“Finn ke mana?” tanya Nyonya Zoya yang begitu penasaran.“Finn sedang ke luar kota.” Myesha menjelaskan.Nyonya Zoya mengangguk-anggukkan kepalanya.“Ayo, silakan masuk.” Myes
Finn sampai di lokasi. Beberapa orang dari badan nasional pencarian dan pertolongan berusaha untuk membantu orang-orang keluar dari reruntuhan. Finn dilarang masuk mengingat keadaan bahaya. Dia memilih untuk menunggu saja.Para korban di bawa ke rumah sakit. Finn pun ikut serta ke rumah sakit. Dia mengurus semuanya sendiri. Memastikan jika karyawannya mendapatkan perawatan yang benar.“Kami akan bertanggungjawab atas semua perawatan yang terjadi. Jadi ibu dan bapak tidak perlu khawatir.” Finn menatap keluarga korban. Banyaknya korban membuat Finn harus mengecek satu per satu dari mereka. Menenangkan keluarga mereka yang datang. Beruntung tidak ada korban meninggal. Yang ada hanya korban luka-luka. Jadi paling tidak Finn tidak harus bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak dibuatnya.“Terima kasih, Pak. Ini adalah musibah. Pak Finn mau membantu anak-anak kami pun itu sudah sangat berarti.” Salah satu orang tua korban merasa apa yang dilakukan Finn sudah sangat membantu.“Sama-sama.
Myesha mengembuskan napasnya yang terasa berat. Usia kandungannya sudah sembilan bulan. Tinggal menunggu hari kelahiran saja. Bu Mirna setiap hari ke rumah Myesha. Kebetulan, rumah memang berbeda beberapa blok saja. Jadi masih bisa dijangkau oleh Bu Mirna. Tak hanya Bu Mirna, Mama Risha juga bolak-balik ke rumah Finn. Melihat keadaan menantunya.“Finn sebaiknya kamu tidak bekerja dulu. Ini sudah mendekati tanggal perkiraan hari kelahiran.” Mama Risha memberikan peringatan pada sang anak.“Iya, Ma. Aku memang tidak bekerja.” Sejak hari ini, Finn memutuskan untuk mengerjakan pekerjaanya di rumah saja. Mengingat sang istri akan melahirkan.“Bagus. Jadi kamu bisa menunggu istrimu. Takut-takut jika dia tiba-tiba melahirkan.” Mama Risha merasa was-was. Takut jika menantunya melahirkan. Tidak ada suaminya.Finn yang baru saja mengobrol dengan ibunya menyusul sang istri yang berada di kamar. Sang istri sedang merapikan baju-baju untuk dibawa jika tiba-tiba ke rumah sakit.“Sayang.” Finn meman
Finn dan Myesha langsung segera bergegas untuk ke rumah sakit. Mereka ingin menengok anak Stela dan Sean. Setelah mencari nomor kamar, akhirnya mereka masuk ke kamar tersebut. Tampak Stela yang sedang menggendong anaknya di sana. Sang suami-Sean berada di sebelahnya.“Myesha, Finn.” Stela sudah mendengar cerita tentang Finn dan Myesha. Jadi kini dia sudah tahu nama asli Myesha.Myesha menghampiri Stela dan memberikan ucapan selamat. Dia yang melihat sang anak yang cantik sekali. Tampak menggemaskan sekali.“Selamat, Se.” Finn mengulurkan tangan pada Sean.“Terima kasih.” Sean tersenyum sambil menerima uluran tangan dari Finn.“Lihatlah lucu sekali. Boleh aku menggendongnya?” Myesha begitu bersemangat sekali.“Tentu saja.” Stela mengizinkan Myesha untuk menggendongnya.Myesha memindah bayi yang berjenis kelamin perempuan itu ke tangannya. Dia begitu gemas melihat wajah cantik anak Stela.“Siapa namanya?” Myesha menatap Stela. Penasaran sekali.“Auretta Alexandria.” Stela memberitahu na
Usia kandungan Myesha sudah mencapai enam bulan. Semakin kandungan Myesha besar, semakin rasa mual itu hilang. Kini Myesha sudah makan dengan lahap sekali. Apalagi jika mama mertuanya membawa makanan untuknya. Dia akan langsung memakannya.Hari ini rencananya mereka akan memeriksakan kandungannya ke dokter. Mereka selalu mengambil waktu di hari sabtu di mana Finn libur.“Apa hari ini kita bisa lihat jenis kelamin anak kita?” Finn menatap sang istri.“Entah, tidak.” Myesha tersenyum. Dia memang mau ini menjadi kejutan. Namun, mama mertuanya begitu penasaran sekali karena ingin melihat cucunya.“Kenapa kamu tidak mau tahu?” Finn menatap sang istri yang sedang berada di depan kaca. Sang istri sedang sibuk merapikan dress panjang yang dipakainya.Sejak hamil Myesha ebih banyak memakai dress panjang atau dress dibawah lutut. Itu untuk memudahkan dirinya bergerak dan agar perutnya lebih nyaman.“Aku mau ini jadi kejutan.” Myesha merasa akan sangat spesial jika tahu saat anaknya lahir.“Tapi
“Apa rasanya sudah enak?” Mama Risha bertanya pada Bu Mirna.Bu Mirna yang sedang mencicipi masakan merasakan rasa masakan tersebut. Hari ini Bu Mirna dan Mama Risha memasak bersama. Setelah kemarin saling mengobrol tentang masakan, mereka sepakat memasak bersama.“Rasanya sudah enak.” Bu Mirna tersenyum memberikan pendapatnya pada Mama Risha.“Wah … kalau sudah begini, aku bisa membuatnya jika ada arisan.” Mama Risha begitu senang.Hari ini mereka sedang masak rawon. Mama Risha memang tidak bisa membuat masakan itu, alhasil dia meminta Bu Mirna untuk mengajari. Tentu saja Bu Mirna dengan senang hati membantu Mama Risha.Myesha yang sedang duduk menonton televisi mendengar percakapan mama mertuanya dan ibunya. Myesha ikut senang dengan kedekatan dua wanita itu.“Ibu sepertinya bisa buka kelas masak, atau buka jasa catering.” Myeshi mengomentari ibunya yang sedang mengajari Mama Risha memasak.Myesha menoleh pada adiknya. Dia membenarkan ucapan sang adik. Ibunya memang jago memasak. Se
Myesha begitu senang ketika ibunya ada di rumah. Dia bisa meminta sang ibu memasakkan makanan kesukaannya. Ketika hamil seperti ini, tentu saja membuatnya ingin makan masakan sang ibu.“Apa keluarga Finn menerima kamu yang sudah berbohong?” Bu Mirna yang sedang asyik memasak bertanya pada sang anak.“Mereka menerima, Bu. Myesha juga tidak menyangka mereka akan menerima Myesha.” Myesha begitu senang sekali ketika mama mertuanya menerimanya.“Ibu ikut senang. Ibu juga mau meminta maaf juga pada mereka jika nanti bertemu.” Bu Mirna begitu senang mendengar akan hal itu. Namun, sebagai orang tua, tentu saja dia ingin meminta maaf pada orang tua Finn agar.“Nanti jika bertemu dengan mama dan papa, Ibu bisa sampaikan.” Myesha selalu bangga pada ibunya. Dia memang belajar banyak dari sang ibu tentang arti meminta maaf dan juga memaafkan.Mereka berdua memasak bersama. Memang waktu seperti ini selalu dimanfaatkan untuk bersama-sama.***Myesha mengambilkan baju untuk sang suami. Finn sedang ma
“Halo, Bu. Apa kabar?” Myesha menghubungi sang ibu. Sudah lama Myesha tidak menelepon ibunya.“Baik, Sha. Kamu sendiri bagaimana? Bagaimana keadaan kehamilanmu?” Bu Mirna di seberang sana bertanya.“Kehamilan Myesha baik, Bu. Mual sudah mulai berkurang perlahan.” Kandungan Myesha sudah mencapai empat bulan. Jadi perlahan mual yang dirasakan mulai berkurang.“Syukurlah. Ibu ikut senang dengarnya?” Bu Mirna di seberang sana merasa senang ketika anaknya baik-baik saja. Bagi orang tua, mendengar anaknya sehat sudah lebih dari cukup.“Apa Myeshi sudah selesai ujiannya?” Adik Myesha sedang ujian akhir sekolah. Jadi tentu saja membuatnya memikirkan adiknya itu.“Dia sudah ujian. Semua sudah selesai tinggal menunggu saja.” Bu Mirna menjelaskan.“Apa berarti dia libur?” Myesha begitu penasaran sekali. Karena setahunya ada jeda waktu sambil menunggu hasil akhir kelulusan.“Iya, Mbak aku libur. Apa Mbak Myesha mau mengajakku ke sana?” Suara Myeshi terdengar dari sambungan telepon.“Aku akan bica
Pagi-pagi sekali Mama Risha sudah datang. Myesha dan Finn yang masih tidur pun sampai buru-buru bangun karena kedatangan mamanya itu. Hari ini Finn masih libur. Setelah sabtu kemarin dia ke dokter kandungan. Hari minggu ini, dia berencana bermalas-malasan di rumah. Namun, semua sirna ketika kedatangan sang mama.“Mama mau apa datang pagi-pagi ke sini sudah mengalahkan ayam jago hendak berkokok. Apa Mama sedang mau gantikan ayam jago membangunkan orang-orang?” Finn menyindir sang mama yang datang pagi-pagi sekali.Myesha yang mendengar hal itu langsung menyenggol sang suami. Mengingatkan sang suami yang menegur sang mama mertua.“Sembarangan. Mama itu mau ajak Myesha olahraga sambil ke pasar.” Mana Risha menjelaskan apa alasannya ke sini.“Pasar?” Finn terkejut ketika mamanya ingin mengajak istrinya ke pasar. “Ma, aku susah payah kerja, kenapa istriku diajak ke pasar. Istriku harus ke supermarket, bukan ke mal.” Finn merasa mamanya benar-benar tidak masuk akal karena mengajak istrinya
Pemeriksaan akhirnya berakhir. Myesha, Finn, Mama Risha, dan Papa Adrian keluar dari ruangan pemeriksaan. Mereka menuju ke apotek yang berada di rumah sakit. Mama Risha dan Papa Adrian duduk agak sedikit jauh dari Myesha dan Finn. Banyaknya orang yang juga mengantre obat membuat mereka tidak bisa duduk bersama.“Kamu lihat wajah mama dan papa tadi? Mereka tampak senang ketika melihat baby muffin di layar USG.” Finn berbinar mengingat papa dan mamanya tadi.“Iya, aku lihat. Mereka benar-benar tampak begitu senang sekali. Aku berharap mereka memaafkan aku.” Myesha berharap hal itu. Karena sampai detik ini dia masih belum dapat maaf.“Tenanglah, ini adalah jalan untuk kita. Apalagi, kita tidak berhenti berusaha. Jadi yakinlah jika mama dan papa akan menerima kamu dan anak kita.” Finn tersenyum.“Iya.” Myesha mengangguk. Dia berharap hal yang sama yang diharapkan oleh sang suaminya.Di ujung kursi ruang tunggu berjarak beberapa kursi, Mama Risha dan Papa Adrian duduk, sambil mengobrol.“
Mama Risha mengintip di balik gorden ketika ada mobil yang melintas. Seolah dia sedang menunggu seseorang.Papa Adrian yang sedang menikmati tehnya sambil membaca koran di teras pun menoleh ketika sang istri mengintip di jendela yang berada tepat di depannya.“Sini.” Papa Adrian memberikan isyarat pada sang istri.Mama Risha segera keluar. Ikut duduk di teras bersama sang suami. “Kenapa?”“Kenapa mengintip?” Papa Adrian begitu penasaran sekali karena tumben sekali istrinya melakukan itu. “Apa kamu sedang menunggu seseorang?” Papa Adrian tersenyum.“Tidak.” Mama Risha menggelak.Papa Adrian menerawang ke dalam bola mata Mama Risha. Namun, dia jelas melihat kebohongan di dalam matanya.“Kamu menunggu Finn dan Myesha?” Papa Adrian menebak.Setiap hari libur Finn dan Myesha selalu datang. Walaupun Mama Risha dan Papa Adrian mengabaikan, tetapi mereka tetap datang. Sudah hampir dua bulan Mama Risha dan Papa Adrian tidak menegur Finn dan Myesha. Dibanding Mama Risha, Papa Adrian lebih mau