Share

Chapter 2

Author: Rara
last update Last Updated: 2022-05-18 10:24:10

Semuanya dimulai hari itu di mana Rey duduk terdiam di depan dua peti mati yang berisi tubuh kaku kedua orang tuanya. Tidak ada kata yang keluar dari bibirnya yang pucat dan kering itu. Hanya terus menatap kosong dengan raut wajah kacau.

Wanita dengan rambut sebahu itu bahkan tidak menangis sedikit pun namun semua orang tahu jika rasa sakit yang dirasakannya lebih dari siapa pun yang ada dalam ruangan itu. Bagaimana tidak, dia ditinggalkan oleh dua orang yang menjadi sandarannya secara bersamaan.

Masih hangat dalam ingatan Rey di mana pagi ini kedua orangnya pamit untuk keluar kota.

"Kau sungguh akan baik-baik saja sendirian di rumah?" tanya sang ibu menatap putrinya yang sedang asyik dengan ponselnya.

"Aku sudah biasa sendiri," ujar Rey tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel yang sedang memutar video anime Jepang. Kalimat itu secara tidak langsung menyindir pasangan suami istri itu.

Mereka terlalu sibuk dengan profesi sebagai seorang polisi yang harus siap siaga dalam keadaan apapun. Hingga mereka lupa telah mengabaikan sosok yang sangat mereka sayangi.

"Rey, dengar---"

"Kalian bisa pergi sekarang."

Rey beranjak begitu saja. Tak ingin lagi mendengar ocehan dari kedua orang tuanya. Bagi Rey apapun yang mereka katakan hanyalah alasan untuk membela diri. Rey bukan anak kecil lagi yang bisa mereka beri janji sebatang coklat ketika mereka pulang. Yang Rey inginkan kehadiran mereka. Memeluk atau hanya sekedar mengobrol hal-hal yang tidak penting.

Seperti dulu. Ketika Rey masih berumur sepuluh tahun. Namun rasanya itu mustahil karena berita yang diumumkan di televisi hari ini menghancurkan semua harapan Rey. Mobil yang ditumpangi kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dan naasnya mereka meninggal di tempat.

Kini orang tua Rey benar-benar pergi untuk selamanya.

"Kurasa Tuhan sedang bercanda padaku," kekeh Rey. Dia memang ingin orang tuanya pergi namun bukan untuk pergi selamanya. Hanya mereka yang dimiliki gadis berumur dua puluh satu tahun tersebut.

Setitik air mata akhirnya jatuh di pipi Rey. Namun segera disapunya kasar. Wanita itu lantas bangkit membuat beberapa orang menatapnya bingung.

"Kau mau ke mana, Rey?" tanya seorang wanita berbadan gemuk menghentikan langkah Rey. Dia tetangga keluarga Rey.

"Aku sudah selesai," jawabnya datar.

"Setidaknya---"

"Tidak usah menahanku!" pekik Rey melepaskan tangan wanita itu dengan kasar. "Aku tetap di sini pun tak akan membuat mereka bangun lagi."

"Reyna! Jaga ucapanmu!" Wanita itu tersulut emosi. "Aku tahu kau membenci orang tuamu tapi kau tidak sepantasnya berperilaku seperti ini sekarang!" lanjutnya.

"Lalu apa yang harus kulakukan?! Bahkan ucapan yang tidak kuanggap serius saja dikabulkan oleh Tuhan." Rey bercucuran air mata. Dia mulai terisak sambil menunduk.

"Aku tidak ingin orang tuaku pergi. Bukan ini yang aku inginkan, Bibi!" ujar Rey pilu. Rey berusaha untuk tetap tegar namun ternyata pada akhirnya pertahanan wanita itu pun luluh lantak oleh rasa sakit yang menggerogoti hatinya.

Tubuh Rey lemas membuat dia terduduk di atas lantai. Dengan sigap wanita tadi membawa Rey dalam dekapannya.

"Reyna ..., " lirihnya mengusap pelan rambut wanita itu.

"Aku ingin mereka kembali, Bibi. Tolong jangan ambil ayah dan ibuku ... hiks ... hiks," tangis Rey membuat semua tamu di sana ikut merasakan sakit yang sedang diderita oleh wanita itu.

Reyna kehilangan segalanya sekarang.

***

Acara pemakaman telah usai. Rey kembali ke rumahnya. Beberapa orang tetangga mengajak wanita itu untuk tinggal sementara waktu bersama mereka, namun Rey menolak.

Bagaimanapun keadaan rumahnya dia akan tetap tinggal di sana.

Wanita itu melepaskan syal yang mengikat lehernya. Entah siapa yang memberinya tadi. Mungkin dia takut gadis itu sakit karena udara yang cukup dingin.

"Hah .... " Desahan panjang dari mulut Rey setelah tubuhnya sukses berbaring di atas tempat tidur. Mungkin karena terlalu lelah atau efek terlalu banyak menangis membuat mata Rey terpejam dengan cepat. Wanita itu meringkuk sendirian di dalam kamar besar itu. Hawa dingin yang berhembus dari jendela yang lupa Rey tutup membuat tubuhnya sedikit menggigil.

Entah menggigil kedinginan atau apa. Dahi wanita itu justru bercucuran keringat.

"REYNA!!!"

Rey menoleh. Dia seperti sedang berada di tengah-tengah jalan raya. Wanita itu bingung sambil terus melirik ke sana kemari. Mencari arah dari suara yang memanggilnya.

"REYNA!!!"

Panggilan itu kembali bergema memecah keheningan malam. Tubuh Rey mulai bergetar ketakutan.

"IBU!!!" teriaknya keras.

"REYNA TOLONG IBU, NAK!!!"

Suara itu berasal dari arah depan Rey. Dengan cepat wanita itu berlari seraya terus memanggil sang ibu lantang.

"IBU!!!"

Hingga langkah Rey terhenti saat melihat sebuah mobil yang hancur di depannya. Dengan langkah hati-hati wanita itu berjalan menghampiri mobil dengan posisi terbalik itu.

"I-ibu .... "

Suara Rey bergetar saat melihat eksistensi ibunya yang sudah berlumuran darah di dalam mobil.

"IBU!!!" Dengan sekuat tenaga Rey mencoba memecah kaca mobil untuk mengeluarkan sang ibu. Rey tidak merasakan sakit sedikit pun walau kini tangannya berdarah.

Rey terus berteriak dan juga meminta tolong pada siapapun yang mungkin ada di sana.

"TOLONG! SIAPAPUN, TOLONG SELAMATKAN IBUKU!" isak Rey terus memukul kuat kaca mobil itu hingga pecah berkeping-keping.

"Ibu, ulurkan tanganmu!" kata Rey mengulurkan tangannya untuk digapai oleh sang ibu. Namun wanita itu justru bergeming menatap Rey.

"Ibu, ayo cepat!!!" kata Rey tapi wanita itu tak kunjung menyambut tangannya.

"Lari, Rey ...."

Rey mengerutkan keningnya. "A-apa?"

"LARI REYNA!!!" pekik sang ibu menyadarkan Rey jika sebuah mobil besar merwarna putih melaju dengan kencang ke arahnya.

BRUK!!!!

"IBU!!!"

Rey terbangun dari mimpi buruknya. Dadanya kembang kempis seperti baru saja melakukan lari maraton. Dia menoleh untuk mencari segelas air putih yang terletak di atas meja nakas.

Rey menghabiskan air itu dalam sekali tegukan. Dia memejamkan mata sesaat untuk menetralkan degub jantung dan napasnya yang terengah.

Sungguh mimpi yang sangat mengerikan.

Selama ini tidak pernah sekali pun Rey memimpikan orang tuanya lalu sekarang kenapa tiba-tiba saja setelah mereka telah tiada dia bermimpi, terlebih mimpi yang sangat buruk.

Rey kembali membaringkan tubuhnya setelah merasa lebih tenang. Tidak bisa dikatakan sepenuhnya tenang karena Rey justru penasaran kenapa dia bisa bermimpi demikian. Bahkan dia tidak ada di lokasi kejadian lalu kenapa otaknya bisa memproses dan membentuk sebuah mimpi yang begitu mengerikan?

Mobil, darah dan kaca pecah itu terasa begitu nyata seakan Rey ada di sana.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada orang tuaku?" lirih Rey pelan.

"Apakah kematian mereka bukan murni kecelakaan?" Rey kembali berspekulasi sendiri. Bukan tidak mungkin jika orang tuanya memiliki musuh. Mereka seorang polisi. Bisa saja ada yang dendam pada mereka.

Rey membulat matanya. "Lalu apakah aku akan menjadi target selanjutnya?"

Itu masuk akal bukan? Jika tidak kenapa sang ibu menyuruh Rey untuk lari. Tapi Rey harus lari dari siapa?

"Tidak. Mungkin itu hanya perasaanku saja," kata Rey menggeleng pelan. Mungkin ini hanya efek Rey terlalu kehilangan orang tuanya.

Semoga saja seperti itu.

Related chapters

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 3

    Beberapa pasang mata menatap wanita dengan t-shirt putih yang di balut jaket bernilai ratusan dollar itu saat memasuki area kampus. Bukan karena kagum seperti biasanya. Maklum Rey adalah salah satu mahasiswa cukup terkenal di kampus. Bukan hanya terkenal cantik dengan pakaian mahal yang selalu membalut tubuh indahnya. Namun juga Rey terkenal sebagai gadis bar-bar dengan emosi tak terkontrol.Menjadi pusat perhatian sudah biasa untuk Rey. Tapi kali ini ada yang berbeda. Tak hanya menatap, beberapa ada yang berbisik membicarakannya."Bukankah orang tuanya baru saja meninggal?" "Kau benar. Dasar wanita tak berperasaan!""Aku dengar dia memang membenci orang tuanya.""Tapi haruskah sampai seperti itu?""Dia sungguh sangat mengerikan."Rey terus melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas. Saat sampai di sana pun pandangan kaget serta bisik-bisik tentang dirinya masih dia terima. Apakah seaneh itu Rey datang ke kampus sehari setelah kematian orang tuanya? Seperti dia baru saja melakukan kej

    Last Updated : 2022-05-18
  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 4

    Kepala Rey berdenyut sakit saat ia mencoba membuka mata. Padahal dia tidak minum alkohol tapi rasa pusing yang ia rasakan seperti orang yang habis mabuk berat."Akh!" ringis Rey saat tangannya tak sengaja menyentuh kepalanya. Ternyata pusing yang dirasakan wanita itu bukan karena pengaruh minuman atau sejenisnya. Tangan Rey berlumuran darah yang telah mengering. Dengan cepat wanita itu bangkit menuju cermin untuk melihat pantulan bayangannya."Kenapa kepalaku bisa terluka?" lirih Rey mencoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam.Flashback.Adit menarik sebelah kaki Rey untuk melingkar di pinggangnya. Tangan besar pria itu pun tidak tinggal diam. Menjelajah tubuh Rey yang begitu halus dan kencang. Satu tali baju Rey telah jatuh ke samping akibat dari perbuatan pria itu.Ciuman itu panas Adit beralih ke leher jenjang Rey. Hingga menimbulkan desahan pelan dari mulut wanita itu.Adit yang sudah dikuasai nafsu terus menjelajah hingga tangannya sampai di dada Rey. Remasan pertama mem

    Last Updated : 2022-05-18
  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 5

    Rey tersenyum miris sesaat setelah pria itu pergi meninggalkan rumah. Dia sudah punya firasat jika pria dengan senyum ramah itu tidak datang membawa kabar baik. Buktinya sekarang dia malah harus berpikir keras karena rumah yang ia tempati bukan lagi miliknya. Wanita itu sudah tidak punya pilihan lain lagi kecuali segera berkemas dan mencari tempat tinggal."Sepertinya nasibku tidak akan membaik," keluh Rey beranjak dari sana.Sebenarnya sangat sulit untuk meninggalkan rumah itu. Mungkin Rey tidak memiliki banyak kenangan indah bersama orang tuanya di rumah ini namun tetap saja sulit rasanya untuk beranjak.Rey menghela napas berat sesaat setelah menyeret kopernya keluar dari rumah. Dia sengaja pergi meninggalkan rumah itu di malam hari. Takut ada yang melihatnya.Hei! Rey tidak mau ada yang tahu jika sekarang dia tidak punya apa-apa lagi. Harga dirinya adalah yang paling penting. Karena hanya itu yang Rey punya saat ini.Pilihan Rey jatuh pada rumah kecil di pinggir kota. Harga sewany

    Last Updated : 2022-05-19
  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 6

    Julian Narendra tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Senyum yang tidak pernah luntur serta bunga mawar berwarna merah di tangannya adalah bentuk dari rasa bahagia itu. Kebahagiaan Julian semakin lengkap ketika melihat sosok yang sangat ia rindukan sedang duduk di sofa tunggal sambil menikmati secangkir teh hangat. Dengan langkah pelan Julian mendekatinya dan langsung memeluk wanita itu dari belakang."Astaga!" sosok itu terperajak ketika tangan Julian melingkar di lehernya. "Julian!" katanya saat melihat pria itu."Aku merindukanmu, Sayang," gumam Julian pelan lalu mencium pipi wanita itu lembut. Dia beranjak duduk di samping wanita itu lalu memberikan bunga mawar tadi padanya. Bunga favorit sang istri.Anita menerima bunga itu lalu mencium aroma wangi yang menyeruak. Dia sangat menyukainya namun lebih menyukai sosok di hadapannya."Aku juga merindukanmu, Julian," kata Anita memeluk pria itu erat seakan meluangkan segala rasa rindu yang membuncah di hatinya.Setelahnya tidak ad

    Last Updated : 2022-05-24
  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 7

    Hamil.Anita pernah merasakan sosok malaikat kecil menghuni rahimnya. Pernah merasakan bagaimana tidak enaknya saat dia tertidur pulas di pagi hari namun harus bangun karena perutnya bergejolak. Atau saat dia begitu sensitif dengan aroma yang selama ini tidak pernah mengganggunya."Aku hamil?" Satu pertanyaan yang dijawab anggukan oleh seorang dokter bagai sihir yang mengubah hidup Anita. Dia tidak bisa menggambarkan bagaimana bahagianya ia saat itu. Apa lagi saat dia memberitahu sang suami."Aku hamil, Julian," kata Anita seraya menyodorkan surat hasil pemeriksaan dari dokter."Benarkah?" tanya Julian masih tak percaya. "Iya," jawab Anita mengangguk dengan senyum lebar di wajahnya. Julian langsung menghamburkan pelukan hangat pada sang istri. "Aku akan jadi seorang ayah, Sayang. Aku akan jadi seorang ayah!" kata Julian mengekspresikan rasa bahagianya.Namun kenyataan jika tidak ada yang abadi di dunia ini akhirnya merenggut kebahagian itu.Anita kehilangan janin yang baru saja men

    Last Updated : 2022-05-24
  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 8

    "Berdoalah agar anak yang kukandung sekarang itu perempuan," kata Anggun membuat Anita bergeming dengan mata membulat kaget. Namun itu tidak bertahan lama, sebisa mungkin Anita tidak menampakkan rasa gelisah dan takutnya dengan menarik dua sudut bibirnya membetuk sebuah senyuman."Jadi kau sudah hamil?" tanya Anita tenang."Ya. Usianya sudah menginjak tiga minggu." Begitu angkuh nada suara wanita itu bahkan dia dengan sengaja mengelus perutnya yang masih rata."Baguslah. Jaga kandunganmu baik-baik kalau begitu, Anggun. Aku harap kau tidak mengalami hal mengerikan seperti yang ku alami," kata Anita kemudian berlalu setelah mengelus pundak adik tirinya itu lembut.Anggun mengerutkan keningnya bingung. Reaksi Anita sungguh di luar ekspektasinya. Dia pikir wanita itu akan marah atau apa, yang bisa menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya."Kenapa dia terlihat sangat tenang? Sial!" umpat Anggun kecewa. Ternyata sandiwara Anita bisa dengan baik menipu Anggun.Wanita dengan tubuh lebih kurus

    Last Updated : 2022-05-25
  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 9

    Julian membolakan matanya. Sungguh terkejut dengan ucapan spontan sang istri. Dan yang lebih membuatnya tidak habis pikir, raut wajah Anita yang tampak tak berdosa sama sekali setelah mengatakan hal itu."Apa kau sadar dengan apa yang kau katakan tadi, Anita?" tanya Julian masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar."Hanya dengan cara itu kita bisa memiliki anak sesuai dengan yang aku inginkan, Julian," kata Anita.Julian bangkit dari tempat duduknya. "Jangan gila, Anita! Sampai kapanpun aku tidak akan menikahi wanita lain selain dirimu!" tolak Julian dengan keras. Baginya dia hanya akan menikah sekali seumur hidup. Dan itu hanya bersama Anita.Anita sudah menduga jika reaksi Julian akan seperti itu."Tapi aku tidak bisa mengadopsi anak itu juga. Dia tidak mempunyai hubungan darah dengan kita. Sekalipun itu bukan anakku setidaknya dia masih anakmu," kata Anita masih kekeh dengan keputusannya.Julian mengerang frustasi. "Apakah

    Last Updated : 2022-05-28
  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 10

    "Jadi dia wanita yang kau pilih?" tanya Julian sambil menatap foto seorang gadis berumur sekitar dua puluh tahun ke atas."Ya. Namanya Reyna Anindira. Dia seorang mahasiswa jurusan seni," kata Anita."Apa kau yakin dia mau? Dia masih sangat muda dan punya masa depan yang bisa lebih baik dari pada menjadi wanita yang disewa untuk melahirkan anak kita," kata Julian berpendapat."Masa depan?" Anita terkekeh. "Masa depan seperti apa yang bisa dimiliki seorang wanita yatim piatu sepertinya?" lanjutnya dengan nada remeh.Julian terdiam. Ternyata itu alasan Anita memilih wanita ini. Dengan memanfaatkan keadaannya yang sebatang kara."Kita yang akan menjamin masa depannya, Julian. Dia tidak mungkin menolak," kata Anita lagi meyakinkan sang suami.Julian tersenyum kecil. "Baiklah. Jadi kapan aku akan menemuinya?" tanyanya kemudian."Kau bisa mengintainya terlebih dahulu. Ini jadwal kegiatannya. Kau bisa menemukan waktu yang tepat

    Last Updated : 2022-05-30

Latest chapter

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 49

    Sampai Rey meninggalkannya sendirian di sana Anita terus berpikir. Apakah sungguh sikapnya kekanak-kanakan karena cemburu pada Julian? Bagi Anita itu bukan cemburu, dia hanya sedikit posesif terhadap apa yang dimilikinya.Anita hanya punya Julian. Tidak ada yang lain lagi. Bukankah wajar Anita bersikap demikian? Namun dia juga tidak menampik apa yang dikatakan Rey benar.Anita menginginkan anak itu dan tidak seharusnya dia egois seperti ini. Sekarang sudah tidak ada penghalang lagi. Janin--calon anak Anggun--yang sempat menjadi rasa takut terbesar Anita kini telah tiada. Kini Anita bisa memimpin permainan jika Rey benar-benar bisa hamil secepatnya.Wanita itu tersenyum manis sebelum memutuskan untuk bangkit dari sana menuju kamarnya. Kali ini dia tidak akan membiarkan kesempatannya terbuang sia-sia.***Pukul delapan malam Julian tiba di rumah. Anita yang sejak tadi sudah menunggunya menyambut pria itu dengan senyuman hangat. Di sana juga ada Rey yang sedang menikmati cemilan seraya m

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 48

    Selalu berada di pihak Anita. Hal itu sudah Julian janjikan sejak dulu. Lalu sekarang hanya karena seorang Reyna Anindira, Julian akan mengingkari janjinya?Tidak. Julian tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anita benar. Rey hanya seorang wanita yang dia jadikan istri untuk melahirkan anak mereka. Tidak lebih dari itu. Julian tidak perlu memperlakukan wanita itu istimewa.Setelah itu Julian benar-benar berubah pada Rey. Jika setiap pagi sebelum berangkat ke kantor Julian akan menawari tumpangan maka mulai hari ini dia membiarkan Rey berangkat sendirian dengan berbagai alasan yang dia pikirkan dari semalam."Aku ada rapat pagi ini. Maaf tidak bisa mengantarmu."Atau...."Anita ingin berkunjung ke kantor jadi aku harus menunggunya dan mungkin itu bisa membuatmu terlambat."Dan masih banyak lagi alasan yang lain yang membuat Rey tak tahu harus berbuat apa. Dan hal itu terjadi berulang kali membuat Rey semakin kesal. Wanita itu tahu jika Julian sedang berusaha menghindarinya. Siapa lag

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 47

    Julian tersenyum tipis mengingat kenangan pertama kali dia datang di keluarga Artemio. Ajakan Anita untuk bermain dengannya malam itu berakhir dia menjadi teman baik wanita itu. Tak hanya menjadi teman baik, bahkan Julian diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan bersama Anita. Tuan Artemio itu sangat baik. Sungguh. Karena sudi menolong anak seperti Julian. Sebenarnya Tuan Artemio pun punya alasan sendiri kenapa dia menolong Julian. Pertama, karena Julian memiliki bakat yang besar yang sayang jika tidak dikembangkan. Kedua, karena Tuan Artemio punya permintaan khusus yang hanya Julian yang bisa melakukannya.Saat itu Julian merasa sangat beruntung seperti dewa Portuna sedang bersamanya. Namun hal itu tak ingin Julian dapatkan dengan cuma-cuma. Pria kecil itu bersih beras ingin diberi pekerjaan oleh Tuan Artemio."Aku ingin kau menjaga Anita," kata Tuan Artemio membuat kedua alis Julian saling bertaut. Dan itulah alasan kedua Tuan Artemio menolong Julian."Menjaga Anita?" Julian

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 46

    "Dia anak yang baik dan cerdas," ujar pria itu sambil menatap seorang anak laki-laki berusia sekitar tiga belas tahun yang berjarak lumayan jauh darinya. Anak itu sedang bekerja seperti orang dewasa kebanyakan di pabrik itu. Pria itu kembali menatap lawan bicaranya. "Hanya saja kurang beruntung. Dia lahir dari sepasang pria dan wanita yang tak menginginkannya membuat ia tumbuh besar di panti asuhan.""Lalu kenapa dia bisa berakhir di sini?" tanya lawan bicara pria tadi merasa penasaran."Dia ingin mendapatkan uang dari hasil kerja kerasnya. Itulah yang anak itu katakan padaku saat pertama kali datang kemari."Pria dengan potongan rambut yang hampir gundul itu menghela napas berat sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Sebenarnya aku tidak ingin mempekerjakan dia di sini. Jika sampai ada orang yang tahu aku mempekerjakan anak di bawah umur, aku pasti akan dihukum namun aku juga kasihan pada anak itu."Masih teringat jelas olehnya saat anak laki-la

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 45

    Rey terbangun saat hari sudah mulai sore. Efek obat yang dia minum sungguh luar biasa. Mampu membuatnya tertidur seharian. Rasa sakit pada kepala wanita itu juga sudah mulai mendingan. Wanita itu memperhatikan keadaan sekitar dengan mata yang masih sayu. Dia sendirian di sana, lalu kemana Julian? Bukankah pria itu mengatakan ingin menjaga Rey? Ada sedikit perasaan kecewa karena Rey tak melihat Julian saat pertama kali membuka matanya. Namun hal itu tidak berlangsung lama."Rey, kau mau ke mana?" tanya Julian yang baru saja datang dengan nampan di tangannya. Perasaan Rey membuncah gembira. Wanita itu menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur. Menunggu Julian duduk di depannya."Aku baru saja ingin mencarimu." Jawaban untuk pertanyaan Julian tadi.Pria itu tersenyum kecil lalu menyodorkan nampan yang dia bawa tadi pada Rey. "Makanlah! Kau pasti lapar."Rey menganggukkan kepala. Kemudian mulai menyantap bubur ayam yang dibawa Julian untu

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 44

    Saat kembali ke rumah Rey memilih mengurung diri di dalam kamarnya. Lagi pula di rumah besar itu tidak ada siapa-siapa saat dia datang. Bisa dia tebak suaminya sedang bersenang-senang bersama istri pertamanya meninggalkan Rey sendirian dalam kekacauan."Sial!" Mengingat itu Rey merasa kesal dan marah sendiri.Wanita itu beranjak dari tempat tidur. Ingin membersihkan diri dan pikirannya. Rey merendam tubuhnya yang telanjang ke dalam bathtub yang berisi air hangat. Rasanya nyaman sekali. Ditambah aroma terapi yang menyeruak dari lilin yang dia bakar tadi. Segalanya sempurna. Kenyamanan yang membuat Rey sedikit melupakan kegundahan hatinya.Di tengah Rey menikmati kegiatan itu, samar terdengar pintu kamarnya diketuk. Rey tidak memperdulikan hal itu dan kembali larut menikmati sensasi air hangat yang menyelimuti tubuhnya. Hingga pintu kamar mandi yang memang Rey sengaja tidak menguncinya terbuka. Wanita itu terlonjak kaget menatap sosok yang juga tengah menata

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 43

    Rasanya Rey ingin menghilang saat ini juga. Bagaimana tidak, sejak dia datang ke meja makan untuk sarapan pemandangan yang membuat hatinya panas sudah terpampang."Beberapa karyawan kita memberikan desain baru. Bagaimana menurutmu?" tanya Julian seraya menunjukkan ponselnya pada Anita."Menurutku ini bagus," jawab Anita menunjuk salah satu desain yang mencuri perhatiannya. Mungkin benar mereka sedang membicarakan hal tentang pekerjaan. Namun cara mereka berbicara serta tubuh yang begitu lengket satu sama lain membuat hal itu menjadi lain.Sesekali Anita melirik Rey. Tatapan mata wanita itu seakan menegaskan kata-katanya kemarin. Di mana Rey harus tahu batasannya.Mungkin mereka memiliki status yang sama sebagai istri Julian. Namun hak dan kewajiban mereka berbeda. Anita jauh lebih memiliki hak terhadap Julian sedangkan Rey hanya pada harta yang diberikan oleh pasangan itu saja."Aku sudah selesai," ujar Rey sudah mulai muak deng

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 42

    "Kau sudah membeli apa yang kau inginkan?" tanya Anita datang menghampiri Rey. Wanita itu menjawab seraya mengangkat paper bag belanjaannya yang mungkin berjumlah sekitar enam paper bag.Mungkin Rey sedikit terganggu dengan kata-kata Anita tadi, namun hal itu tidak akan mempengaruhi kesenangannya dalam berbelanja. Dia butuh sedikit hiburan setelah dari pemakaman tadi. Rey bukan merasa sangat kehilangan Sinta melainkan dia teringat kembali pada kedua orangtuanya.Setelah puas berbelanja Anita mengajak Rey untuk makan terlebih dahulu. Bukan makan biasa, Anita sampai menyewa ruang VIP restoran itu."Wah! Kau sampai menyewa ruang VIP untuk kita?" tanya Rey dengan matanya yang berbinar."Aku tidak suka jika terlalu banyak orang," jawab Anita yang sedang sibuk memilih menu untuk mereka nikmati."Ya. Aku setuju untuk itu," kata Rey. Pramusaji menawarkan minuman pada mereka. Anita dan Rey kompak mengangguk. Gelas tinggi itu terisi penuh oleh minu

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 41

    Mobil Julian berhenti tepat di depan kampus Rey. Hari ini wanita itu kembali ke kampus setelah beberapa hari izin dengan alasan urusan keluarga."Aku banyak pekerjaan hari ini, tidak apa-apakan jika kau pulang sendiri?" tanya Julian sebelum Rey keluar dari mobil."Tidak apa-apa," jawab Rey menampilkan senyuman manis membuat Julian tak kuasa menahan diri untuk tidak mencuri satu kecupan singkat di bibir Rey. Mata wanita itu membulat sempurna. "Semangat belajarnya," ujar Julian dalam jarak yang begitu dekat. Bahkan Rey bisa merasakan terpaan napas hangat Julian di kulit wajahnya."Tentu ... suamiku." Rey seakan tidak mau kalah. Dia ikut mencuri satu ciuman singkat di bibir Julian sebelum keluar dari mobil. Aksi yang membuat Julian tidak bisa menyembunyikan senyuman tipisnya. Tersipu."Dasar Reyna," gumamnya lalu menginjak pedal gas, meninggalkan kampus Rey.Rey berjalan dengan santai masuk ke dalam pekarangan kampus. Ingatan terak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status