Fitri merasa sangat resah dengan apa yang dikatakan oleh salah satu pekerja di rumah makannya itu. Perkataan Ida tentang kehamilan, tambah Fitri bener-bener gelisah. Hingga setelah warung makan itu tutup di sore hari dia pun bergegas menuju ke sebuah klinik yang merupakan klinik satu-satunya di desa tersebut. Apalagi, karena kesibukannya beberapa waktu ini Fitri memang lupa. Apa dia sudah datang bulan atau belum. Dia benar-benar lupa. Oleh karena itu, Fitri memberanikan diri datang sendirian ke klinik itu. Fitri pun mendaftar, dia memilih pergi ke dokter umum saja meskipun di sana sebenarnya ada bidan juga. Namun, Fitri sebenarnya masih ragu Apa benar kalau dia hamil. Apa mungkin dia yang masuk angin seperti yang dikatakan oleh Arum. Dia nah bentar berharap kalau dia hanya masuk angin. Kalau sampai dia hamil, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada anaknya. Apa dia harus mengatakan kalau dia pergi dari ayahnya karena ayahnya memiliki wanita lain yang juga sedang hamil anak
DrooooonnnnnDrooooonnnnnSuara klakson kapal pesiar terdengar begitu keras. Beberapa orang terlihat melambaikan tangan melepasnya berlayar ke lautan lepas. Tampak seorang wanita bernama Fitri Chairunisa membawa kopernya dengan susah payah saat melewati beberapa penumpang yang tengah menuju ke kamar mereka masing-masing. Hingga akhirnya, Fitri tiba di sebuah lantai, tempat para pekerja berkumpul. Melihat barisan wanita sudah mulai rapi, Fitri tampak terburu-buru masuk dan segera ikut berbaris di belakang mereka. "Kebiasaan banget sih, Fitri!" kata salah seorang wanita cantik berambut lurus di depan Fitri. "Maaf, kamu tahu kan kalau aku harus pamitan sama 10 adik pantiku, Nessa!" "Drama deh, mulai!" Mendengar itu, Fitri tersenyum canggung sebelum kembali memperhatikan ke arah depan mereka. Atasannya tampak tengah membagi tugas. Dan malam ini, tugas Fitri dan Nessa adalah menjadi penyedia minuman di sebuah pameran barang antik yang di selenggarakan di kapal pesiar ini. Di dala
Setelah penandatangani surat perjanjian dari pria yang nama belakangnya Meyer itu, Fitri diantar keluar kembali oleh pria yang memakai jas itu. Fitri bahkan tidak sempat membaca siapa nama jelas pria itu. Karena saat dia menandatangani surat perjanjian itu pria yang nama belakangnya Meyer itu memintanya untuk buru-buru jadi dia tidak sempat membaca apapun dalam surat perjanjian itu. Fitri berpikir jika dia akan diantarkan ke ruang pameran kembali untuk bekerja, atau ke kabinnya. Tapi ternyata, pria itu malah mengarahkan dirinya ke sebuah tempat, yang jaraknya tidak jauh dari kamar VVIP yang baru saja dia tinggalkan. "Masuklah, di dalam sudah ada penata rias dan penata busana. Kamu pakai pakaian yang mereka berikan, setengah jam lagi aku akan menjemputmu!" kata pria berjas itu lalu meninggalkan Fitri. Dia bingung sekali, kenapa semua jadi seperti ini? Dia benar-benar tidak menyentuh patung itu, tapi karena panik Fitri bahkan tidak bisa berpikir jelas dia bisa saja meminta mereka m
"Fitri, apa yang terjadi? Aku sangat cemas! Tadi, aku bertanya pada pak manager, tapi dia pun tidak tahu apa-apa katanya...!"Begitu Fitri kembali ke kamarnya, dia langsung dicercah banyak pertanyaan dari Nessa yang memang sangat mengkhawatirkan Fitri. Namun, Nessa langsung menjadi apa yang ingin ditanyakan kepada teman kerjanya itu ketika Nessa melihat pakaian yang dikenakan oleh Fitri.Ia bahkan langsung memutari Fitri, dan berhenti ketika dia sudah berada di depan Fitri lagi. "Pakaian ini, kamu... kamu menikah?" tanya Nessa yang cukup tahu kalau pakaian yang di kenakan oleh Fitri itu adalah pakaian pernikahan. Fitri hanya bisa mengangguk lemah."Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Nessa dengan raut wajah khawatir. Fitri bingung menjelaskannya dari mana. Nessa yang melihat raut wajah Fitri yang terlihat sedih dan kebingungan itu langsung mengajak Fitri untuk duduk di tepi kasur mereka. "Aku menikah dengan pria bernama Aaron Meyer, kalau aku tidak menikah dengannya dia akan mema
Saat Aaron berbalik, dia melihat kalau Fitri tengah melihatnya dari dekat pintu kaca yang menghubungkan balkon kamar Aaron dengan kamarnya. "Sayang, sudah dulu ya. Aku akan menemui kamu setelah masalah perusahaan selesai!" kata Aaron pada wanita yang dia hubungi, yang dia panggil sayang. Setelah itu Aaron menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku jaket yang dia pakai. Dia berjalan perlahan ke arah Fitri, dan Fitri yang terlihat takut pun melangkah mundur. "Kamu menguping pembicaraan ku?" Yahya Aaron dengan tatapan mata tajam dan sangat membuat Fitri merasa tidak nyaman. "Ma... maaf tuan, aku tadi mau bertanya. Tapi, aku tidak sengaja mendengar...!""Apa yang kamu dengar?" tanya Aaron menyela Fitri. Fitri sampai terjingkat ke belakang satu langkah. Karena memang Aaron bicara dengan suara keras dan sangat mengejutkan dirinya. "Aku... aku...!""Kamu itu hanya istri kontrak di atas kertas, mengerti?" tanya Aaron. Tapi hal itu tidak membuat Fitri terkejut, sepertinya dia mulai menge
Fitri hanya bisa menutup telinganya dengan bantal ketika mendengarkan semua dari ruang tengah. Wanita itu, yang katanya kekasih Aaron itu benar-benar datang ke apartemen mereka. Wanita itu datang saat Fitri baru merapikan apartemen. Dan saat Fitri membuka pintu, dengan santainya wanita itu langsung masuk ke dalam apartemen sebelum Fitri mempersilahkan dia masuk. Dia langsung memanggil nama Aaron, dan menyebutkan kata sayang. Saat itulah Fitri yakin kalau wanita itu adalah Erica, kekasih suaminya. Penampilan wanita itu memang luar biasa, tapi caranya memperlakukan orang lain dan tatapannya pada Fitri benar-benar membuat Fitri lost respect pada wanita yang cantik, berkulit putih, berambut indah dan bertubuh elok itu. Dan begitu Aaron keluar kamarnya, tanpa malu-malu wanita itu melumatt bibir Aaron tanpa rasa risih atau malu di depan Fitri. Fitri yang sadar diri langsung pergi dari sana, tapi saat Fitri akan pergi. Aaron memanggilnya dan memerintahkan Fitri untuk membuatkan minuman
Aaron, Fitri dan ibunya sudah sampai di depan panti asuhan bunda Irene. Bunda Irene yang memang selalu ramah dan tersenyum ketika melihat siapapun meskipun baru bertemu dengannya, tersenyumlah ramah pada Adriana. Banyak juga hadiah yang di bawa oleh Adriana. Aaron langsung menarik tangan Fitri. Mengajaknya menjauh dari Adriana dan berkata."Dengar, katakan pada ibu pemilik panti itu, kalau aku memang sudah sering kemari. Seperti yang kita sepakati, jika ibuku curiga sebelum aku mendapatkan jabatanku kembali, kamu akan tetap aku tuntut. Mengerti!" ucap Aaron tegas sekali saat berbisik pada Fitri. Fitri hanya bisa mengangguk paham, baru setelah itu Aaron melepaskan Fitri. Fitri pun minta ijin pada ibu mertuanya untuk bicara dengan ibu panti."Nak, ada apa semua ini. Nyonya itu menyebutmu sebagai menantunya? apa yang sebenarnya terjadi?" tanya bunda Irene pada Fitri. "Bunda sebenarnya..."Fitri pun pada akhirnya menceritakan semuanya kepada bunda Tiara. Tidak ada yang dia tutupi kar
Di dalam kamarnya, ponsel Aaron yang gantian terus menerus berdering. Aaron mendengar itu, tapi Erica terus mencoba untuk menghalangi kekasihnya itu pergi darinya. "Sayang, aku akan angkat teleponnya sebentar. Kalau itu dari ibu, kartu kredit ku bisa-bisa di blokir" kata Aaron. Dengan terpaksa, meskipun enggan. Akhirnya Erica turun dari pangkuan Aaron dan merapikan kemejanya yang kancingnya sudah terbuka semua. Aaron mengusap bibirnya yang basah lalu meraih ponselnya. Matanya melebar ketika melihat siapa yang tengah menghubunginya. Aaron bergegas keluar dari kamar dan menuju ke kamar Fitri. Saat itu Fitri sedang merapikan pakaiannya di lemari, tapi Aaron masuk ke dalam kamarnya dan langsung mencium leher Fitri dan memberikan isapan kencang di sana. "Agkhhh" Fitri berteriak kesakitan, dia mendorong Aaron sampai jatuh ke lantai. "Kamu berani mendorong ku?" tanya Aaron marah. Fitri yang seharusnya marah, bukan? tapi kemudian dia ingat surat kontrak itu. Dia hanya bisa memegang le
Fitri merasa sangat resah dengan apa yang dikatakan oleh salah satu pekerja di rumah makannya itu. Perkataan Ida tentang kehamilan, tambah Fitri bener-bener gelisah. Hingga setelah warung makan itu tutup di sore hari dia pun bergegas menuju ke sebuah klinik yang merupakan klinik satu-satunya di desa tersebut. Apalagi, karena kesibukannya beberapa waktu ini Fitri memang lupa. Apa dia sudah datang bulan atau belum. Dia benar-benar lupa. Oleh karena itu, Fitri memberanikan diri datang sendirian ke klinik itu. Fitri pun mendaftar, dia memilih pergi ke dokter umum saja meskipun di sana sebenarnya ada bidan juga. Namun, Fitri sebenarnya masih ragu Apa benar kalau dia hamil. Apa mungkin dia yang masuk angin seperti yang dikatakan oleh Arum. Dia nah bentar berharap kalau dia hanya masuk angin. Kalau sampai dia hamil, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada anaknya. Apa dia harus mengatakan kalau dia pergi dari ayahnya karena ayahnya memiliki wanita lain yang juga sedang hamil anak
Satu bulan kemudian...Aaron sudah berusaha dengan begitu keras, dia pikir bisa mencari pekerjaan di perusahaan lain meskipun dia menjadi karyawan biasa. Namun semuanya ternyata tidak seperti yang dia pikirkan meskipun sebenarnya dia berpikir juga pasti akan sulit, mencari pekerjaan dengan modal keahliannya sendiri. Tanpa embel-embel Meyer di belakangnya. Apalagi, Aaron memang tidak punya pengalaman sama sekali untuk bekerja sebagai seorang karyawan yang harus berpikir banyak hal, apalagi bekerja sama dan menurut pada atasan. Dia ya biasanya hanya tinggal pemerintah dan menandatangani surat yang sudah jadi atau dokumen yang sudah selesai diperiksa oleh Theo, bekerja dari awal yang menjadi seseorang yang harus berpikir keras. Itu benar-benar tidak mudah baginya. Selama satu bulan, dia bahkan sudah tiga kali ganti pekerjaan. Bahkan gaji yang didapatkan sama sekali tidak bisa mencukupi kebutuhan dirinya dan juga Erica. Menyadari kalau dirinya tidak bisa terus seperti itu maka Aaron me
Aaron kembali ke apartemen, sekarang semuanya benar-benar sudah berubah untuknya. Tidak ada lagi kesempatan baginya kalau sampai dia tidak menemukan Fitri. Tapi setelah apa yang di katakan oleh Theo dan ibunya, dia benar-benar malu untuk bertemu Fitri. Aaron yang merasa kalau dirinya memang sudah mencintai istrinya itu, di sisi lain suka merasa sangat tidak pantas untuk kembali meminta maaf atas semua perbuatannya, meskipun sebenarnya apa yang dilakukan itu atas dasar jebakan dari Erica. Tapi dia tahu, dia sadar sekarang, kalau memaksakan Fitri untuk berada di sisinya sementara dia masih harus bertanggung jawab kepada bayi yang ada di dalam kandungan Erica. Maka dia juga akan terus menyakiti Fitri. Aaron duduk di lantai, dia menyandarkan kembali punggungnya memang terasa sangat lelah di dinding kamarnya. Dia sudah tidak punya apapun sekarang. Sampai malam semakin larut, Aaron masih tidak beranjak sama sekali dari tempatnya berada sejak dia kembali ke apartemen itu. Aaron tidak maka
Aaron sudah mencari ke semua tempat yang dia tahu. Aaron memang tak tahu banyak tempat yang kemungkinan di kunjungi oleh Fitri. Yang dia hanyalah panti asuhan dan toko bunga. Aaron bahkan berpikir, kalau ternyata dirinya memang tidak tahu banyak hal, bahkan tidak tahu apapun tentang istrinya itu. Aaron yang putus asa, kalau sudah menunggu sampai malam hari. Tapi dia tidak kunjung mendapatkan kabar tentang Fitri. Aaron pun menghubungi Theo, dan meminta asisten pribadinya yang sebenarnya sedang sibuk di kantor itu untuk membantunya mencari Fitri. "Mencari bagaimana bos?" tanya Theo bingung. "Dia pergi, Fitri pergi dengan kopernya" kata Aaron sudah tidak bisa menjelaskan dengan fokus karena memang pikirannya sedang sangat kacau saat ini. Theo yang diberi penjelasan seperti itu tentu saja bertambah bingung. "Ada apa? kalian bertengkar lagi? bukankah hubungan kalian sudah membaik, bahkan sudah mengizinkan aku pergi ke apartemen..."Theo perhatikan apa yang ingin dia katakan karena mel
Fitri sudah sampai di stasiun di mana dia bisa pergi ke bandara dari sana, tapi dia tahu seperti apa ibu mertuanya itu. Mendengar kalau dirinya sudah pergi dari apartemen mungkin Ibu mertuanya akan mencarinya. Meskipun Aaron tidak mengejarnya, dan mungkin Aaron memang sebenarnya berbohong kalau dia mulai mencintai Fitri. Tapi ibu dan ayah mertuanya sangat simpati padanya dan sangat sayang pada Fitri Jadi mereka pasti akan mencari keberadaan Fitri. Dan Fitri, tidak menginginkan hal itu terjadi. Maka dia pun menghindari pergi dengan menggunakan pesawat terbang. Fitri memilih pergi ke dermaga, dan dia menumpang sebuah kapal yang bisa menyeberangi pulau dengan jarak tempuh, atau lama waktu berlayar kapal itu bisa sampai 8 sampai 10 jam. Tapi Fitri yang emang terbiasa dulu bekerja di kapal pesiar merasa kalau tidak akan ada masalah dengan hal tersebut. Fitri membawa barang-barangnya, penampilannya begitu sederhana sampai tidak ada yang curiga kalau dia membawa uang yang sangat banyak d
Beberapa hari berlalu, sangat tidak mudah bagi Fitri menjalani hari-hari dimana dia harus melihat suaminya yang memberikan perhatian pada wanita yang tinggal satu atap dengannya itu. Tapi Fitri berusaha terus percaya pada Aaron, karena di depan Fitri. Aaron selalu menghindari Erica. Namun setelah satu bulan wanita itu tinggal di apartemen mereka. Suatu hari, seperti biasanya Fitri akan menyiapkan sarapan terlebih dahulu untuk suaminya baru dia berangkat bekerja. Saat itu semua benar-benar seperti biasanya, Aaron bersikap biasa dan dia belum melihat Erica yang memang biasanya bangun siang itu keluar dari kamarnya. Saat itu Fitri ternyata lupa membawa ponselnya, dia yang sudah berada di lobi apartemen pun kembali lagi ke unit apartemennya. Tidak ada persamaan apapun yang membuatnya curiga. Dia masuk ke dalam apartemen itu dan tidak melihat Aaron di meja makan. Rasa penasaran membuat Fitri melangkah ke arah kamar, tapi dia tidak menemukan Aaron di sana. Pada akhirnya dia mendengar sua
Fitri sedang memberikan arahan kepada para petugas furniture yang datang membawakan perlengkapan untuk kamar tamu. Setelah semuanya tertata rapi, Fitri juga yang merapikan tempat tidur untuk Erica. Bisa di bayangkan betapa sakit hatinya Fitri saat ini. Dia harus merapikan tempat tidur untuk wanita yang akan tinggal satu apartemen dengannya dan suaminya, wanita itu sedang hamil anak dari suaminya, dan wanita itu akan tinggal bersama dengan mereka. Fitri akan melihat wanita itu setiap harinya, bahkan mungkin harus memasak untuk yang karena wanita itu memang tidak bisa memasak. Juga harus membantunya kalau dia mengalami kesulitan karena kehamilan nya. Jika orang lain yang berada di posisi Fitri mungkin akan memilih untuk mundur, namun Fitri yang selalu dinasehati oleh bunda Irene untuk bisa menjaga pernikahannya dan kalau bisa menikah itu hanya sekali seumur hidupnya, bahkan memberi kesempatan kepada suaminya yang sudah mulai berubah. Mencoba untuk menahan emosi di dalam dirinya. Di
Fitri yang sudah keluar dari kamar bermaksud ingin mengambil air minum pun mendengarkan semua yang dikatakan oleh Erica. Lebih tepatnya, Erica emang mengatakan semua kata-kata manis yang di depan Aaron karena dia tahu Fitri sedang menuju ke arah dapur. Erica sengaja membuat hati Fitri hancur. Dan itu memang benar. Hati Fitri sudah sangat terluka, tinggal bagaimana dia melihat tanggapan dari Aaron. Seandainya suaminya itu juga menanggapi Erica. Pupus sudah semua harapan dan rasa percaya Fitri pada Aaron. "Sayang, kenapa kamu diam saja? katakan kalau kita akan merawat anak ini bersama, kamu tentu bisa membayangkan betapa bahagianya anak kita ini kalau ayah dan ibunya bersama saling mencintai dan merawatnya, iya kan sayang" kata Erica lagi. Fitri masih diam di tempatnya, dia tidak tahu kalau sebenarnya Erica mengatakan itu dengan sengaja untuk memanas-manasi dirinya. Fitri yang terbiasa berpikir baik dan positif pada orang lain, mana tahu kalau Erica selicik itu. Tinggal bagaimana A
Dan lagi-lagi Fitri berusaha untuk mengalah dan menerima keputusan Aaron yang mengatakan kalau dia meminta Fitri untuk mengizinkan Erica tinggal di apartemen bersamanya karena ingin merawat anak yang ada dalam kandungan Erica, dan tidak lebih dari itu. Fitri berusaha untuk memberikan kepercayaannya kepada suaminya itu sekali lagi. Dia berusaha untuk mempercayai semua kata-kata dari suaminya dan berharap kalau suaminya itu benar-benar memegang teguh janjinya. Karena sebenarnya dia pun tidak keberatan untuk merawat anak yang dilahirkan oleh Erica nanti. Fitri memang mempunyai rasa kasih sayang terhadap anak-anak yang sangat besar, dia sudah terbiasa menyayangi anak-anak karena dia memang sangat menyayangi adik-adik pantinya. Aaron yang sudah mendengar keputusan Fitri kalau dia mau menerima keberadaan Erica dia apartemen itu pun menemui Erica. Namun Fitri tidak ikut bersamanya karena dia masih merenungi nasibnya di dalam kamar. Fitri perasaan untuk dengar tapi sangat sulit baginya, b