Aaron terus memandangi ke arah Fitri yang sudah menjadi istrinya satu bulan lebih 10 hari itu. Aaron merasa kalau selama ini mungkin Aaron sudah bersikap sangat keterlaluan pada Fitri. Apalagi saat pertama kali hubungan mereka terjalin. Aaron benar-benar memperlakukan Fitri dengan begitu kasar, sangat tidak manusiawi. "Pedih tidak?" tanya Fitri yang telah mengoleskan alkohol pembersih luka di telapak kaki Aaron. Aaron bahkan tidak menyadarinya, sampai Fitri bertanya padanya. "Tidak" kata Aaron dengan cepat. "Aku akan mengoleskan salep dan akan aku perban. Tapi aku pikir lebih baik kalau kamu ke dokter saja mas" kata Fitri lagi. "Tidak usah, hanya luka seperti ini saja. Tidak masalah" kata Aaron yang tidak mau di anggap pria lemah oleh Fitri. Setelah selesai membalut perban di telapak kaki Aaron yang terkena pecahan kaca itu. Fitri pun merapikan kotak obatnya. "Oh ya, selamat ulang tahun ya mas. Theo memberitahu aku semalam. Maaf aku tidak menyiapkan hadiah apapun untukmu, tapi
Fitri mengajak Reno untuk masuk ke dalam toko bunganya. Mereka berdua tampak canggung, mereka berdua sudah lama tidak bertemu. Dan ini kedua kalinya mereka bertemu, kemarin mereka sudah bertemu tapi tidak saling kenal. Meskipun keduanya sepertinya memang merasakan perasaan familiar. Tapi karena memang tidak bisa mengenali wajah yang sudah jauh berbeda, mereka pun memutuskan bersikap biasa saja."Aku mengatakan kalau aku berharap kamu menjadi..."Reno tidak enak pada Fitri, karena kemarin di sempat mengatakan kalau ingin menjadikan Fitri kekasihnya. Tapi saat Reno ke panti asuhan. Ternyata bunda Irene mengatakan padanya, kalau Fitri sudah menikah sebulan yang lalu. Sebenarnya Reno sedikit menyesal kenapa dia terlambat kembali dari Jepang. Tapi mau bagaimana lagi, mungkin mereka hanya di takdirkan menjadi kakak adik saja. Saat ini Reno berpikir seperti itu. "Aku ucapkan selamat atas pernikahan mu Fitri. Aku ingin memberikanmu hadiah, tapi aku tidak tahu apa yang kamu suka. Karena ak
Keesokan harinya, Fitri sudah menyiapkan sarapan seperti biasanya. Dia meletakkan paper bag yang berisi dasi yang di berikan Reno sebagai hadiah pernikahan dengan Aaron. Hadiah itu kan untuk Aaron, jadi Fitri pikir dia akan memberikannya pada Aaron saat sarapan pagi bersama. Fitri menunggu cukup lama di meja makan, dia bahkan sudah tampil cantik dan rapi. Kemarin dia tidak boleh dekat-dekat dengan Aaron katanya bau bawang. Jadi dia mandi sebelum menyiapkan sarapan, meskipun pada akhirnya juga tetap bau minyak juga. Fitri melihat ke arah jam di dinding ruang makan. Sudah jam delapan, itu tumben sekali. Biasanya jam 7. 30 Aaron sudah berada di ruang makan.Setelah beberapa saat lagi menunggu, Fitri mendengar suara pintu terbuka. Dan itu adalah suara pintu kamar Aaron, Fitri menoleh, dan saat Fitri melihat Aaron keluar dari kamarnya. Fitri langsung berdiri dan memanggilnya untuk makan sarapan bersama. "Selamat pagi mas, sarapannya sudah siap!" kata Fitri menyapa dan memberitahu pada
Aaron hanya melihat sekilas ke arah suara yang dia dengar familiar dengan panggilan itu. Tapi sepertinya Aaron sama sekali tidak berniat untuk mendekat ke arah Fitri, atau bicara dengannya. Fitri yang sudah tidak terkejut lagi dengan sikap dingin Aaron pun menghampiri perlahan pria yang masih berstatus suaminya itu. Tapi begitu Fitri menghampiri Aaron, Aaron yang kesal dan tak mau bicara pada Fitri pun memilih pergi. Tapi ketika dia akan pergi, entah darimana ada angin kencang yang berhembus membuat pandangannya tidak jelas karena matanya terkena angin hingga dia salah melangkah dan menginjak sebuah pipa besar lalu tergelincir dan jatuh, sialnya saat dia jatuh dia yang ingin meraih sesuatu untuk berpegangan malah meraih tangan Fitri. Hingga membuat Fitri juga jatuh bersama dengannya. BrukkkKeduanya terjatuh, untung saja Fitri jatuh di atas tubuh Aaron. Jika tidak, mungkin tubuh Fitri akan terasa sakit. Karena dia memang kurus, dan lantai di sana terbuat dari baja yang pastinya aka
Theo segera membantu Aaron kembali ke ruangannya. "Tidak mau ke rumah sakit saja bos?" tanya Theo. "Tidak perlu" kata Aaron yang terlihat kesal terus menerus di tanya oleh Theo apakah mau ke rumah sakit atau tidak. Aaron tidak mau di anggap lemah, dia pikir hanya terjatuh begitu saja pasti akan segera pulih sebentar lagi. Apalagi di tanya seperti itu di depan Fitri. Tentu saja harga diri Aaron terluka. "Bagaimana kalau ke tukang urut?" tanya Fitri yang juga khawatir pada Aaron karena tadi dia sempat melihat kalau Aaron berjalan dengan sedikit pincang dan wajahnya agak meringis seperti menahan rasa sakit. Aaron yang baru pertama kali mendengar kata yang di ucapkan oleh Fitri pun bertanya. "Apa itu tukang urut?" tanya Aaron. Fitri lantas melebarkan matanya. "Mas tidak tahu tukang urut?" tanya Fitri. Aaron menggelengkan kepalanya pelan. Fitri malah jadi bingung juga menjelaskannya karena Aaron tidak tahu apa itu tukang urut. "Semacam tukang pijat bos!" kata Theo mencoba mencar
Aaron yang biasanya jika mengantarkan Fitri, dia tidak pernah turun dari mobilnya. Kali ini dia turun dari mobil dan meminta Fitri jangan turun dulu atau membuka pintu mobil dulu. Fitri menurut saja, itu bukan hal yang sulit di lakukan bukan.Ketika Aaron bergerak ke pintu mobil bagian Fitri, sebelum membuka pintu mobil itu, Aaron tampak melihat sekilas ke arah Reno dengan tatapan arogan yang menjadi ciri khasnya. Reno hanya diam, tanpa ekspresi apapun. Dia bukan tidak paham apa artinya pandangan Aaron padanya. Hanya saja, dia tidak mau cari masalah. Fitri pasti tidak suka kalau dia membuat keributan dengan suaminya. Begitu Aaron membuka pintu, Aaron bahkan mengulurkan tangannya pada Fitri. "Kenapa?" Tanya Fitri. "Bersikaplah layaknya kita ini suami istri sungguhan" kata Aaron pelan pada Fitri. Fitri benar-benar terkejut mendengar hal itu. Bagaimana bisa pria itu mengatakan kata-kata seperti itu, mereka memang suami istri sungguhan kan. Tapi kata-kata Aaron semakin menyadarkan F
Keesokan paginya, Aaron bangun pagi-pagi sekali. Dia tidak bisa tidur dengan baik semalam, dia sendiri bingung memikirkan apa. Yang jelas, dia tidak bisa terlelap dengan mudah. Dan begitu dia bisa tidur, itu juga hanya sebentar. Dia kembali bangun jam 5 pagi. Tapi Aaron gengsi untuk keluar kamarnya jam segitu. Kerena itu Aaron memilih untuk membaca berita di ponselnya sambil menunggu Fitri mengetuk pintu kamarnya dan mengatakan kalau sarapan sudah siap seperti biasanya. Dan benar saja, tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu di kamar Aaron. Tok tok tok"Mas Aaron, sarapan sudah siap" kata Fitri dari luar pintu. Dan dengan cepat, Aaron menutup aplikasi berita di ponselnya dan menyimpan ponselnya ke dalam saku jaketnya. Hari ini, dia berpenampilan berbeda. Dia menggunakan jaket dan celana jeans, dia benar-benar sudah siap untuk mengantarkan Fitri ke bandara. Aaron pikir akan ada banyak teman Fitri dari kota ini di bandara yang akan berangkat bersama dengannya ke luar kota. A
Setelah mengantarkan Fitri ke Bandara, Aaron pun pergi ke kantor. Dan orang-orang di kantor, tampak terpesona pada penampilan Aaron. Apalagi karyawan wanita, mereka bahkan sampai tak sadar akan apa yang mereka lakukan. Ada yang di luar sedang memakan gorengan sama cabainya sampai habis cabainya tapi tidak makan gorengannya. Ada yang di lobi sedang menuju ke arah lift tapi malah melewati pintu lift dan berjalan terus sampai hampir keluar ke koridor samping kantor, ada yang tidak sadar dokumen yang dia pegang di tangannya sudah jatuh ke lantai. Ada yang membenarkan lipstiknya dan tertegun sampai lipstik itu sudah hampir sampai ke telinga seperti Joker. Semua itu terjadi sampai Aaron masuk ke dalam lift. "OMG, jadi istri kedua, ketiga, ke empat gak masalah deh...""Ih, kamu itu cita-cita kok mau jadi pelakor?" kata teman di sebelahnya saat karyawan wanita yang memakai lipstik sampai coreng moreng itu menyeka noda lipstiknya setelah dia menyadari kalau dia memakai lipstiknya beranta
Fitri merasa sangat resah dengan apa yang dikatakan oleh salah satu pekerja di rumah makannya itu. Perkataan Ida tentang kehamilan, tambah Fitri bener-bener gelisah. Hingga setelah warung makan itu tutup di sore hari dia pun bergegas menuju ke sebuah klinik yang merupakan klinik satu-satunya di desa tersebut. Apalagi, karena kesibukannya beberapa waktu ini Fitri memang lupa. Apa dia sudah datang bulan atau belum. Dia benar-benar lupa. Oleh karena itu, Fitri memberanikan diri datang sendirian ke klinik itu. Fitri pun mendaftar, dia memilih pergi ke dokter umum saja meskipun di sana sebenarnya ada bidan juga. Namun, Fitri sebenarnya masih ragu Apa benar kalau dia hamil. Apa mungkin dia yang masuk angin seperti yang dikatakan oleh Arum. Dia nah bentar berharap kalau dia hanya masuk angin. Kalau sampai dia hamil, dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan pada anaknya. Apa dia harus mengatakan kalau dia pergi dari ayahnya karena ayahnya memiliki wanita lain yang juga sedang hamil anak
Satu bulan kemudian...Aaron sudah berusaha dengan begitu keras, dia pikir bisa mencari pekerjaan di perusahaan lain meskipun dia menjadi karyawan biasa. Namun semuanya ternyata tidak seperti yang dia pikirkan meskipun sebenarnya dia berpikir juga pasti akan sulit, mencari pekerjaan dengan modal keahliannya sendiri. Tanpa embel-embel Meyer di belakangnya. Apalagi, Aaron memang tidak punya pengalaman sama sekali untuk bekerja sebagai seorang karyawan yang harus berpikir banyak hal, apalagi bekerja sama dan menurut pada atasan. Dia ya biasanya hanya tinggal pemerintah dan menandatangani surat yang sudah jadi atau dokumen yang sudah selesai diperiksa oleh Theo, bekerja dari awal yang menjadi seseorang yang harus berpikir keras. Itu benar-benar tidak mudah baginya. Selama satu bulan, dia bahkan sudah tiga kali ganti pekerjaan. Bahkan gaji yang didapatkan sama sekali tidak bisa mencukupi kebutuhan dirinya dan juga Erica. Menyadari kalau dirinya tidak bisa terus seperti itu maka Aaron me
Aaron kembali ke apartemen, sekarang semuanya benar-benar sudah berubah untuknya. Tidak ada lagi kesempatan baginya kalau sampai dia tidak menemukan Fitri. Tapi setelah apa yang di katakan oleh Theo dan ibunya, dia benar-benar malu untuk bertemu Fitri. Aaron yang merasa kalau dirinya memang sudah mencintai istrinya itu, di sisi lain suka merasa sangat tidak pantas untuk kembali meminta maaf atas semua perbuatannya, meskipun sebenarnya apa yang dilakukan itu atas dasar jebakan dari Erica. Tapi dia tahu, dia sadar sekarang, kalau memaksakan Fitri untuk berada di sisinya sementara dia masih harus bertanggung jawab kepada bayi yang ada di dalam kandungan Erica. Maka dia juga akan terus menyakiti Fitri. Aaron duduk di lantai, dia menyandarkan kembali punggungnya memang terasa sangat lelah di dinding kamarnya. Dia sudah tidak punya apapun sekarang. Sampai malam semakin larut, Aaron masih tidak beranjak sama sekali dari tempatnya berada sejak dia kembali ke apartemen itu. Aaron tidak maka
Aaron sudah mencari ke semua tempat yang dia tahu. Aaron memang tak tahu banyak tempat yang kemungkinan di kunjungi oleh Fitri. Yang dia hanyalah panti asuhan dan toko bunga. Aaron bahkan berpikir, kalau ternyata dirinya memang tidak tahu banyak hal, bahkan tidak tahu apapun tentang istrinya itu. Aaron yang putus asa, kalau sudah menunggu sampai malam hari. Tapi dia tidak kunjung mendapatkan kabar tentang Fitri. Aaron pun menghubungi Theo, dan meminta asisten pribadinya yang sebenarnya sedang sibuk di kantor itu untuk membantunya mencari Fitri. "Mencari bagaimana bos?" tanya Theo bingung. "Dia pergi, Fitri pergi dengan kopernya" kata Aaron sudah tidak bisa menjelaskan dengan fokus karena memang pikirannya sedang sangat kacau saat ini. Theo yang diberi penjelasan seperti itu tentu saja bertambah bingung. "Ada apa? kalian bertengkar lagi? bukankah hubungan kalian sudah membaik, bahkan sudah mengizinkan aku pergi ke apartemen..."Theo perhatikan apa yang ingin dia katakan karena mel
Fitri sudah sampai di stasiun di mana dia bisa pergi ke bandara dari sana, tapi dia tahu seperti apa ibu mertuanya itu. Mendengar kalau dirinya sudah pergi dari apartemen mungkin Ibu mertuanya akan mencarinya. Meskipun Aaron tidak mengejarnya, dan mungkin Aaron memang sebenarnya berbohong kalau dia mulai mencintai Fitri. Tapi ibu dan ayah mertuanya sangat simpati padanya dan sangat sayang pada Fitri Jadi mereka pasti akan mencari keberadaan Fitri. Dan Fitri, tidak menginginkan hal itu terjadi. Maka dia pun menghindari pergi dengan menggunakan pesawat terbang. Fitri memilih pergi ke dermaga, dan dia menumpang sebuah kapal yang bisa menyeberangi pulau dengan jarak tempuh, atau lama waktu berlayar kapal itu bisa sampai 8 sampai 10 jam. Tapi Fitri yang emang terbiasa dulu bekerja di kapal pesiar merasa kalau tidak akan ada masalah dengan hal tersebut. Fitri membawa barang-barangnya, penampilannya begitu sederhana sampai tidak ada yang curiga kalau dia membawa uang yang sangat banyak d
Beberapa hari berlalu, sangat tidak mudah bagi Fitri menjalani hari-hari dimana dia harus melihat suaminya yang memberikan perhatian pada wanita yang tinggal satu atap dengannya itu. Tapi Fitri berusaha terus percaya pada Aaron, karena di depan Fitri. Aaron selalu menghindari Erica. Namun setelah satu bulan wanita itu tinggal di apartemen mereka. Suatu hari, seperti biasanya Fitri akan menyiapkan sarapan terlebih dahulu untuk suaminya baru dia berangkat bekerja. Saat itu semua benar-benar seperti biasanya, Aaron bersikap biasa dan dia belum melihat Erica yang memang biasanya bangun siang itu keluar dari kamarnya. Saat itu Fitri ternyata lupa membawa ponselnya, dia yang sudah berada di lobi apartemen pun kembali lagi ke unit apartemennya. Tidak ada persamaan apapun yang membuatnya curiga. Dia masuk ke dalam apartemen itu dan tidak melihat Aaron di meja makan. Rasa penasaran membuat Fitri melangkah ke arah kamar, tapi dia tidak menemukan Aaron di sana. Pada akhirnya dia mendengar sua
Fitri sedang memberikan arahan kepada para petugas furniture yang datang membawakan perlengkapan untuk kamar tamu. Setelah semuanya tertata rapi, Fitri juga yang merapikan tempat tidur untuk Erica. Bisa di bayangkan betapa sakit hatinya Fitri saat ini. Dia harus merapikan tempat tidur untuk wanita yang akan tinggal satu apartemen dengannya dan suaminya, wanita itu sedang hamil anak dari suaminya, dan wanita itu akan tinggal bersama dengan mereka. Fitri akan melihat wanita itu setiap harinya, bahkan mungkin harus memasak untuk yang karena wanita itu memang tidak bisa memasak. Juga harus membantunya kalau dia mengalami kesulitan karena kehamilan nya. Jika orang lain yang berada di posisi Fitri mungkin akan memilih untuk mundur, namun Fitri yang selalu dinasehati oleh bunda Irene untuk bisa menjaga pernikahannya dan kalau bisa menikah itu hanya sekali seumur hidupnya, bahkan memberi kesempatan kepada suaminya yang sudah mulai berubah. Mencoba untuk menahan emosi di dalam dirinya. Di
Fitri yang sudah keluar dari kamar bermaksud ingin mengambil air minum pun mendengarkan semua yang dikatakan oleh Erica. Lebih tepatnya, Erica emang mengatakan semua kata-kata manis yang di depan Aaron karena dia tahu Fitri sedang menuju ke arah dapur. Erica sengaja membuat hati Fitri hancur. Dan itu memang benar. Hati Fitri sudah sangat terluka, tinggal bagaimana dia melihat tanggapan dari Aaron. Seandainya suaminya itu juga menanggapi Erica. Pupus sudah semua harapan dan rasa percaya Fitri pada Aaron. "Sayang, kenapa kamu diam saja? katakan kalau kita akan merawat anak ini bersama, kamu tentu bisa membayangkan betapa bahagianya anak kita ini kalau ayah dan ibunya bersama saling mencintai dan merawatnya, iya kan sayang" kata Erica lagi. Fitri masih diam di tempatnya, dia tidak tahu kalau sebenarnya Erica mengatakan itu dengan sengaja untuk memanas-manasi dirinya. Fitri yang terbiasa berpikir baik dan positif pada orang lain, mana tahu kalau Erica selicik itu. Tinggal bagaimana A
Dan lagi-lagi Fitri berusaha untuk mengalah dan menerima keputusan Aaron yang mengatakan kalau dia meminta Fitri untuk mengizinkan Erica tinggal di apartemen bersamanya karena ingin merawat anak yang ada dalam kandungan Erica, dan tidak lebih dari itu. Fitri berusaha untuk memberikan kepercayaannya kepada suaminya itu sekali lagi. Dia berusaha untuk mempercayai semua kata-kata dari suaminya dan berharap kalau suaminya itu benar-benar memegang teguh janjinya. Karena sebenarnya dia pun tidak keberatan untuk merawat anak yang dilahirkan oleh Erica nanti. Fitri memang mempunyai rasa kasih sayang terhadap anak-anak yang sangat besar, dia sudah terbiasa menyayangi anak-anak karena dia memang sangat menyayangi adik-adik pantinya. Aaron yang sudah mendengar keputusan Fitri kalau dia mau menerima keberadaan Erica dia apartemen itu pun menemui Erica. Namun Fitri tidak ikut bersamanya karena dia masih merenungi nasibnya di dalam kamar. Fitri perasaan untuk dengar tapi sangat sulit baginya, b