Alvan menunggu di depan kampusnya selagi ia sesekali melihat jam tangannya. Entah mengapa menunggu Elsie yang tak kunjung tiba, membuatnya semakin gugup. Hingga tangannya menjadi dingin dan banyak berkeringat.
Sampai, setelah ia mencoba untuk bersabar lebih lama lagi, Elsie akhirnya tiba juga. Dengan mobil hitam mewah yang dibawanya, dia membuat Alvan semakin tersiksa oleh perasaan cemas dan puncaknya saat wanita itu datang menghampirinya.
"Maafkan aku, jalanan sangat macet saat aku datang kemari." ucap Elsie pertama kali setelah melihat wajahnya.
Namun Alvin tidak menjawab dan hanya menggeleng sebagai ganti suaranya, lalu mengajaknya untuk masuk ke dalam kampus.
Tidak ada yang istimewa dalam perjalanan itu.
Layaknya sepasang kekasih di dunia nyata yang sedang bertengkar, lucunya mereka berlaku sama. Keduanya terdiam seribu bahasa dan saling sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
Sesekali suara tawa dari luar yang mengisi kes
~Satu hari yang lalu.Setelah melarikan diri begitu saja, Alvan jadi merasa sangat buruk pada Elsie. Ia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana malunya Elsie ketika melamarnya dengan sedemikian rupa, lalu ia menambah beban malunya dengan meninggalkannya begitu saja di depan banyak orang.Siang itu, sehabis menyelesaikan pekerjaannya dengan Profesor Nia, Alvan ingin meminta maaf secara langsung padanya dan membicarakan mengenai lamaran dan rencana pernikahan mereka.Alvan tahu, hari itu ketika ia memanggil Elsie dan berjabat tangan untuk memiliki hubungan kontrak dengannya, secara tidak langsung ia sudah setuju jika akan terjadi acara pernikahan yang mungkin akan direncanakan secara mendadak. Namun tetap saja, ia rasa ia harus membicarakannya. Perlu digaris bawahi, ia tidak ingin membatalkannya, melainkan Alvan ingin membicarakannya secara empat mata dengan calon pengantinnya.Namun entah apa yang terjadi, hari itu kampusnya memiliki masalah besar.
Elsie menyentuh bibirnya dengan tangan yang bergetar dan menatap Alvan dengan penuh dendam.Sementara dengan wajah lisut, Alvan menunjukkan penyesalannya dan membuang wajahnya ke arah lain."Baiklah. Aku senang dengan lamarannya, benar-benar tidak terduga terlebih dengan cincin bunganya. Namun apa maksud ci, ciu ..., ah!" Elsie masih tidak bisa menerima akhir dari lamaran tadi."Maafkan aku. Seseorang berkata padaku kalau dalam lamaran harus ada bunga dan ci ...""Hentikan." potong Elsie sebelum ia menyelesaikan kalimatnya. Lalu dengan memukul kepalanya, ia menghukum dirinya. "Aku tidak mengingat apapun. Lamaran tadi hanya berhenti sampai dia menyematkan cincin. Tidak ada yang terjadi."Alvan memegang tangan Elsie dan mencegah wanita itu untuk menyerang dirinya sendiri. "Jangan. Jangan pukul kepalamu. Baiklah, baiklah. Tidak ada yang terjadi."Hingga ketika tersadar, Elsie merasa dirinya dan Alvan berada dalam pose yang berbahaya
Tidak peduli berapa kali pun Bella mengganti saluran beritanya, ia terus melihat potret kakaknya di layar televisi.Semua itu berawal dari berita pertunangan kakak yang diumumkan secara resmi oleh perusahaan Kak Elsie. Entah karena kurangnya berita selebritas atau bagaimana, pengumuman yang seharusnya tak mengambil banyak perhatian publik itu, mendadak menjadi begitu hangat diperbincangkan lantaran latar belakang kakaknya yang tidak biasa.Menurut beberapa orang yang diundang sebagai tamu dalam acara TV tersebut, peristiwa seperti kakaknya itu sangat jarang terjadi. Biasanya orang kaya seperti Elsie akan menikah dengan orang kaya sepertinya untuk memperkokoh perusahaan. Lalu dengan sebuah penjelasan yang panjang dan lebar, mereka menghebohkan publik dan membuat hubungan keduanya menjadi sangat terkenal layaknya selebriti."Sampai kapan kau akan menontonnya?" ujar ibunya sambil membawa beberapa apel yang hendak dia kupas. "Kenapa kau terus menonton berita k
Elsie sudah berkali-kali mengatur acara perusahaan yang membutuhkan sangat banyak persiapan. Namun di antara sekian banyak acara yang harus ia persiapkan, pertunangan inilah yang memakan paling banyak waktu dan tenanga.Bahkan untuk pakaiannya saja, ia harus menyediakan waktu tersendiri untuk mendapatkan pakaian yang pas. Seperti hari ini.Sejak dari jauh-jauh hari, baik Elsie maupun Alvan, keduanya saling meluangkan hari bersama dan menyamakan tanggal kosong mereka untuk datang ke perancang busana. Alih-alih memesan pakaian dan memulai pembuatan pakaian pertunangan dari nol, Elsie dan Alvan memilih untuk memilihnya saja dari busana yang sudah ada agar mengurangi beban persiapan mereka yang masih banyak.Ketika sampai di sana dan bertemu dengan perancang busana kenalannya, mereka langsung dipisahkan antara ruangan laki-laki dan perempuan. Elsie memilih gaun yang ingin dikenakannya dan Alvan harus menentukan setelan yang ingin digunakannya.Di sanala
Menjelang pertunangan Direktur Elsie, semua orang menjadi sangat sibuk. Terutama Direktur Elsie yang adalah ratu dari acara tersebut. Hingga dengan sangat kesulitan, Anna harus menggeser jadwal-jadwalnya dan mengatur ulang jadwal pekerjaan Direkturnya.Namun ditengah kesibukan itu, masih ada satu pekerjaan yang diserahkan Elsie padanya, yaitu membagikan undangan. Namun turut dimengerti, ia tidak membagikan semua undangan. Karena sudah ada orang yang ditunjuk tersendiri untuk mengerjakan hal tersebut.Undangan yang dibagikan olehnya adalah undangan khusus, diberikan kepada orang-orang terhormat.Siapa orang-orang yang menerima undangannya?Tentu para petinggi perusahaan.Meski sebenarnya dari tampilan luar, tidak ada yang berbeda dari undangan biasa dan undangan kehormatan yang dipegangnya. Mereka memiliki tulisan yang sama dan bahan undangan yang sama. Namun yang membedakan undangan itu adalah siapa yang membawa undangan itu. Untuk unda
"Bersulang." seru tiga wanita itu sambil menyatukan kaleng minuman soda mereka bersama.Di malam sebelum pertunangannya, Elsie mengajak Anna dan Nia untuk menghabiskan malam bersama sebelum pertunangan.Walaupun bagi Nia perayaan ini sedikit melenceng, karena pesta semacam ini seharusnya diadakan di malam sebelum pernikahan —bukan pertunangan—. Namun itu bukanlah masalah besar. Mereka bisa berkumpul lagi di malam sebelum pernikahan nanti.Lalu sambil melepaskan rasa lelahnya, Elsie memakan semua makanan yang sudah disediakan Nia sebagai tuan rumah, hingga membuat Nia terpaksa menghentikan manusia kelaparan itu."Berhenti makan. Besok upacara pertunanganmu, bagaimana jika nanti gaunnya menjadi kekecilan karena kau terlalu banyak makan?"Di lain sisi, Anna hanya meminum sodanya tanpa menyentuh satu pun makanan. "Anna, makanlah. Kau terlihat kelaparan."Bagaimana bisa dua orang yang berkebalikan itu dap
Dengan suara lagu yang mengalun sedih, Eizel duduk di kursi bar dapurnya dengan ditemani uap kopi yang perlahan hilang lenyap. Namun anehnya perasaan sedih yang berkumpul di dadanya tak segera menguap lenyap sama halnya dengan kopi ini. Bahkan rasa dingin yang membeku di dadanya tidak dapat terhangatkan dengan kopi sepanas apapun. Seakan ada sesuatu yang menghilang dan ia menyesal sudah kehilangan hal itu.Lalu matanya kini beralih kepada foto rusak yang ia sobek di depan wanita itu beberapa minggu yang lalu. Kini foto yang terbelah empat itu sudah bersatu kembali berkat lakban bening dan hatinya yang merindukan saat-saat itu. Namun sayang sekali, memperbaiki foto itu tak berarti ia dapat mengembalikan hubungannya. Karena kini hubungannya sudah benar-benar terputus tanpa dapat disatukan kembali, lantaran besok wanita itu akan bertunangan dengan pria lain.Meskipun hatinya belum dapat merelakannya, ia memaksa tanganya untuk membuang foto tak berguna itu ke tempat
Sesampai di rumah, Alvan berjalan menuju kursi sofanya dan melemparkan tubuhnya yang tak bisa mengatasi kesibukan jiwanya."Kakak, apa yang kau lakukan?" tanya adiknya yang sedari tadi sudah duduk di sampingnya dan merasa terganggu ketika ia duduk dengan tidak hati-hati."Ibu di mana?" tanyanya dengan suara yang sangat datar."Menurut Kakak, Ibu bisa kemana jam segini? Tentu saja ibu tidur. Lagipula Ibu harus menyimpan energinya karena besok dia akan sangat sibuk." jawab adiknya dengan suara yang sangat antusias melebihi Alvan, yang akan bertunangan besok."Memang jam berapa sekarang?" Alvan melirik jam dindingnya dengan punggung yang masih ia rebahkan di sandaran sofa. "Ah, jam dua belas.""Kenapa Kakak baru pulang?"Tanpa memikirkan dirinya yang lelah secara tubuh dan jiwa, adiknya berbicara dengan sangat semangat seolah energinya adalah batu baterai tanpa limit.Padahal sudah tidak ia jawab, gadis itu malah menambah pertanyaa