Share

Bab 4

Author: Belva Carlise
“Kak Andrew, ayo kita mulai lagi dari awal. Anggap saja kau nggak pernah menikah, dan aku nggak pernah mengkhianatimu. Aku sungguh mencintaimu.”

Lolly melihat wajah Andrew semakin tegang, maka nada suaranya melunak.

Dalam hal membujuk Andrew, Lolly memang ahli. Dan Andrew, seperti biasa, selalu luluh olehnya.

Sementara aku? Saat Andrew marah, sekalipun aku berusaha mati-matian, dia bahkan tak sudi memberiku seulas senyuman.

Cinta dan ketidakcintaan begitu jelas, tapi aku justru sebodoh itu dan baru menyadarinya setelah aku mati.

Pria yang selalu dingin padaku, di hadapan wanita lain bisa begitu lembut. Batasannya bisa ia turunkan berkali-kali hanya demi Lolly.

Hatiku penuh dengan luka yang menyakitkan. Tapi sekarang, aku tak lagi peduli bagaimana Lolly memfitnahku atau seberapa besar kebencian Andrew terhadapku.

“Kau baru saja keluar dari rumah sakit. Lebih baik kau istirahat lebih awal,” katanya.

Andrew mendorong Lolly menjauh. Dia tak langsung menjawab pertanyaannya, hanya berbalik dan pergi begitu saja.

Begitu Andrew menghilang di ambang pintu, Lolly menghentakkan kakinya kesal.

Sementara itu, Andrew sudah sampai di lantai bawah. Dia mendongak, menatap balkon rumah kami yang gelap gulita.

Dulu, aku selalu meninggalkan satu lampu untuknya. Tak peduli seberapa larut dia pulang, lampu itu selalu menyinari langkah kakinya.

Andrew tertegun sejenak.

Saat tiba di rumah, dia membuka pintu. Rumah yang tak dihuni selama lebih dari sebulan itu terasa dingin dan sunyi. Dia mengernyitkan dahi.

“Laura, sampai kapan kau akan bersikap kekanak-kanakan seperti ini? Aku hanya menggugatmu ke pengadilan, itu saja. Kalau bukan karena kesalahanmu pada Lolly, aku nggak akan memperlakukanmu seperti itu.”

Andrew berteriak ke arah kamar, suaranya penuh kebencian dan keluhan.

Aku mengikuti di belakangnya, hanya tertawa dingin.

Lima tahun kebersamaan, ternyata tak sebanding dengan beberapa kata dari orang lain.

Untung aku sudah mati. Kalau tidak, hari-hari seperti ini pasti akan terus berlanjut.

Hari ini, Andrew bisa mengambil nyawaku demi Lolly.

Siapa yang tahu, besok dia akan melakukan apa lagi?

Andrew mencari-cari aku di seluruh rumah.

Di atas meja, masih ada hidangan yang kusiapkan sebelum pergi ke rumah sakit. Namun, semuanya sudah berjamur, tak lagi bisa dikenali bentuk aslinya.

Hari itu seharusnya menjadi peringatan lima tahun pernikahan kami. Aku menunggu dan terus menunggu, tapi yang datang justru surat perintah eksekusi dari pengadilan.

Aku tak perlu bertanya. Aku tahu, pada hari yang seharusnya menjadi milik kami, Andrew pasti sedang menemani Lolly, menenangkannya menjelang kelahiran hidup barunya.

Lolly takut operasi, dan Andrew akan menggenggam tangannya erat, meyakinkannya agar tak takut.

Sementara aku? Aku menghadapi kematian. Saat aku paling membutuhkannya, Andrew malah berharap orang lain yang bisa bertahan hidup.

Andrew mengerutkan kening, menatap meja makan yang berantakan. Lalu, ia mengeluarkan ponselnya dan meneleponku.

Satu kali. Dua kali. Aku bahkan tak tahu sudah berapa kali panggilannya masuk.

Andrew jarang sekeras kepala ini. Atau lebih tepatnya, selama ini, kalau tak ada hal penting, dia tak pernah meneleponku lebih dulu.

Hari ini, dia tampaknya lebih sabar dari biasanya.

Hanya saja, panggilan itu… sudah tak ada lagi yang bisa menjawabnya.

Setelah beberapa kali gagal menelepon, Andrew mengirimiku pesan Whatsapp. Dia langsung mengirim pesan suara dengan nada dingin dan penuh emosi.

“Laura, kau belum puas ngamuk, ya? Lihat rumah ini, sudah berantakan seperti apa? Aku belum sempat menuntut kau, malah kau yang kabur duluan. Aku kasih waktu satu jam! Kalau kau nggak pulang, kita cerai!”

Cerai?

Bagus sekali.

Seandainya dulu Andrew mengatakan ini padaku, mungkin aku akan langsung menyetujuinya. Dengan begitu, aku tak perlu berakhir seperti ini.

Tak lama, ponsel Andrew bergetar. Ekspresinya langsung berubah, matanya tampak berbinar. Namun, saat melihat siapa pengirimnya, Lolly. Sorot matanya seketika meredup.

Aku tak tahu… apakah itu hanya perasaanku saja.

[Kak Andrew, aku ketinggalan sesuatu di rumah sakit. Bisa tolong ambilkan untukku?]

Andrew dengan cepat membalas.

[Oke].

Saat mengenakan jaketnya, dia sempat berhenti sejenak di depan pintu. Menoleh ke dalam rumah, sorot matanya sulit diartikan.

Aku hanya bisa tersenyum pahit.

Sekarang sudah larut malam, tapi Andrew tetap bergegas untuk Lolly. Dulu, saat aku terbangun di tengah malam karena sakit perut dan memintanya mengantarku ke rumah sakit, dia malah menggerutu soal jarak yang terlalu jauh.

Tapi sekarang? Rumah sakit itu tak terasa jauh lagi, ya?

Andrew mengendarai mobil menuju rumah sakit dan langsung ke kamar tempat Lolly sebelumnya dirawat. Namun, begitu tiba, dia malah berpapasan dengan seorang perawat.

Aku mengenal perawat itu.

Dia ada di sana saat operasi berlangsung. Dia juga menyaksikan siaran langsung persidanganku di TV dan tampaknya cukup bersimpati padaku.

Begitu melihat Andrew, perawat itu mendengus kecil, lalu tersenyum mengejek.

“Kenapa? Baru sekarang kau ingat istrimu yang mati di meja operasi?”

Langkah Andrew terhenti. Dia menatap perawat itu dengan mata penuh ketidakpercayaan.

“Apa yang kau katakan? Siapa yang mati?”

Perawat itu menatapnya seperti melihat orang bodoh.

“Istrimu, Laura! Aku benar-benar nggak ngerti gimana kau bisa disebut sebagai suami. Istrimu mengalami gagal ginjal, dan kau masih memaksanya untuk mendonorkan ginjal? Bukankah itu sama saja membunuhnya?”
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (32)
goodnovel comment avatar
Sumirat Gunawan
penipuan sudah beli top up gak bisa buka
goodnovel comment avatar
Maria Vileo
knp tdk bisa di buka
goodnovel comment avatar
Denikdwi Aristantia
yaellah gak bisa dibuka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 5

    Begitu selesai berbicara, perawat itu tak lagi menggubris Andrew dan langsung pergi.Andrew terpaku di tempat, tak bergerak untuk waktu yang lama.Mungkin, saat itu dia teringat telepon terakhir yang aku lakukan padanya saat aku terbaring putus asa di meja operasi. Atau mungkin, dia mengingat hari ketika Ethan melewati dirinya dengan tubuhku yang sudah tak bernyawa.Namun, seolah-olah kehilangan akal, Andrew bukan pergi mencariku, dia malah melesat menuju tempat Lolly.Aku hanya merasa ini begitu ironis. Kupikir setelah mengetahui kematianku, setidaknya dia akan merasa bersalah. Tapi nyatanya, bahkan setelah aku mati, aku tetap tidak lebih penting dari Lolly di matanya.Namun, saat tiba di apartemen, pintunya sedikit terbuka. Andrew menghentikan langkahnya dan mendengar suara dari dalam.“Kalian ini belum puas juga? Bukankah aku sudah memberikan uangnya? Kalau kalian terus begini, aku akan lapor polisi!”Suara Lolly yang penuh ketegasan terdengar dari dalam.Andrew, secara naluriah, he

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 6

    Setelah kematian Lolly, Andrew tak menunjukkan reaksi besar. Dia hanya menanggapi orang yang memberitahunya dengan satu kalimat singkat, “Aku tahu.”Baginya, yang lebih penting saat ini adalah menemukan jasadku. Tapi sekalipun dia menemukannya, apa gunanya?Dengan panik, Andrew mengobrak-abrik rumah, akhirnya menemukan nomor telepon Ethan.Begitu panggilan tersambung, suaranya terdengar cemas.“Di mana Laura?”Di ujung sana, Ethan terdengar lebih tenang dari sebelumnya. Tidak ada kemarahan, tidak ada makian, hanya tawa getir yang terdengar begitu lelah.“Aku kira seumur hidup ini kau nggak akan pernah mengingat Laura. Bukankah kau sibuk merawat cinta pertamamu? Ternyata kematian Laura masih bisa membangunkan sedikit nuranimu, ya?”Andrew mengabaikan sindiran itu. Dia mengulang pertanyaannya dengan suara yang lebih tegas.Namun, Ethan hanya tertawa dingin.“Kalau kau punya kemampuan, datanglah cari sendiri. Tapi menurutku, Laura nggak mau melihat kau lagi.”Benar, aku memang tidak ingin

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 7

    Hari-hari seperti ini terus berlalu, Andrew menjalani hidup dalam kebingungan selama dua bulan. Ia mulai sering keluar rumah, dan setiap kali pulang, tubuhnya selalu tampak lelah.Sementara itu, jiwaku semakin melemah. Aku tak lagi sanggup bertahan di bawah sinar matahari, sehingga aku sama sekali tak tahu apa yang sebenarnya Andrew lakukan di luar sana.Hingga suatu malam, saat Andrew keluar rumah, aku memutuskan untuk mengikutinya. Langkahnya membawaku ke sebuah pemakaman.Di sana, di hadapan sebuah nisan yang terpampang fotoku, aku melihat ukiran nama yang tertera di atasnya.[Makam Laura, istri Ethan.]Barulah aku sadar, selama ini Andrew keluar rumah untuk mencari makamku.Namun saat melihat nisan itu, baik aku maupun Andrew sama-sama terkejut.Andrew murka. Sementara aku, hanya merasakan kepedihan yang tak terkatakan.Sebenarnya, antara aku dan Ethan memang tak pernah ada apa-apa. Kami sama-sama tahu tak mungkin ada masa depan untuk kami berdua, jadi perasaan itu kami pendam dala

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 8

    Ethan tiba-tiba duduk, tertawa sinis.“Benar, kenapa orang yang mati bukan kau saja?”Setelah itu, Ethan pergi sambil memperingatkan Andrew agar memperbaiki makamku. Jika tidak, dia akan menggunakan semua koneksi yang dimilikinya untuk menghancurkan Keluarga Gunawan.Aku tak tahu apa yang dipikirkan Andrew, dia hanya tergeletak di tanah lama sekali. Angin malam menyapu rambutnya yang rontok, mengingatkanku pada saat-saat kami berdua pernah berkemah. Malam itu, bintang-bintang lebih indah daripada malam ini.Saat itu, Andrew tiba-tiba berkata padaku.“Laura, maukah kau menjadi istriku?”Dari suka menjadi cinta, dari cinta menjadi benci, hanya butuh lima tahun. Rasanya terlalu cepat.Tiba-tiba Andrew berdiri, menggigit ujung jarinya, dan menulis di batu nisanku.[Makam Pasangan Gunawan]Dengan perlahan, Andrew berbaring di dalam lubang yang digalinya sendiri, tersenyum lega. Dia mengeluarkan pisau belati dan memotong pergelangan tangannya.Aku melihat darah mengalir dari pergelangan tang

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 1

    Saat Andrew menemani Lolly di luar ruang perawatan, aku justru terbaring di atas meja operasi yang dingin, menunggu kematian dengan penuh keputusasaan.Tubuhku dipenuhi selang dan alat-alat medis, suara mesin terdengar seperti panggilan maut, seolah-olah mengingatkanku bahwa waktuku sudah habis.Hingga garis pada monitor detak jantungku berubah menjadi lurus, kabar keberhasilan operasi Lolly pun tersebar. Lampu darurat di ruang operasi perlahan redup, dan mataku pun tertutup selamanya.Mungkin karena aku menyimpan terlalu banyak dendam sebelum mati, jiwaku justru melayang ke sisi Andrew.Melihatnya memeluk Lolly yang baru saja lolos dari maut dengan mata memerah karena haru, hatiku terasa tenggelam semakin dalam.Aku ingin bertanya padanya, saat kami berdua didorong masuk ke ruang operasi, apakah ia pernah, walau hanya sesaat, mengkhawatirkan hidup dan matiku?Jawabannya jelas tidak.Lagipula, demi kesembuhan Lolly, Andrew telah menggugatku ke pengadilan. Ia menyewa pengacara paling te

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 2

    Setelah Andrew dan Lolly masuk ke dalam kamar rawat, Ethan berlari masuk dari luar, melewati Andrew tanpa sempat menghentikannya.Dengan tangan gemetar, Ethan meraih tanganku yang sudah membeku. Suaranya bergetar dan penuh dengan kepedihan.Dia ingin mengusap rambutku, namun saat ujung jarinya menyentuh dahiku yang sedingin es, air matanya mengalir begitu saja, jatuh tanpa bisa ia tahan.“Bodoh… Andai saja dulu kau mau menikah denganku, kau nggak akan berakhir seperti ini… Bahkan setelah mati pun, nggak ada yang peduli padamu.”Melihat Ethan yang datang dengan napas tersengal dan wajah penuh debu perjalanan, hidungku terasa sedikit perih. Sepertinya dia baru saja kembali dari luar kota.Sejak aku menikah, Ethan memang meninggalkan kota ini. Saat itu, alasan yang ia berikan kepadaku sederhana, Andrew tak akan pernah membiarkan keberadaannya, dan dia juga tak ingin membawa masalah padaku. Pergi adalah pilihan terbaik.Aku adalah seorang yatim piatu. Saat berusia tujuh tahun, Keluarga Bas

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 3

    Setelah sebulan dirawat di rumah sakit, Lolly akhirnya dipulangkan, dan Andrew lah yang menjemputnya. Sementara aku sudah mati dengan hanya Ethan yang ada di sampingku, suasana di kamar Lolly begitu ramai. Keluarga dan teman-temannya memenuhi ruang itu, dan begitu Andrew datang, suasana langsung menjadi riuh.“Andrew, kapan kalian menikah? Melihat betapa cemasnya kau terhadap Lolly, dia pasti sangat beruntung.”Lolly menundukkan kepalanya dengan malu, suaranya begitu kecil, hampir seperti suara nyamuk.“Jangan begitu, Kak Andrew sudah menikah. Aku nggak mau membuat Kak Laura salah paham, aku juga nggak mau jadi orang ketiga. Kalau nggak, dia pasti akan menyulitkan aku lagi.”Salah satu temannya mencibir,“Perempuan cemburuan dan picik seperti itu apa bagusnya? Yang dicintai oleh Andrew itu kau, Lolly! Justru yang nggak dicintai itulah orang ketiga! Selain menyakitimu, apa lagi yang bisa dia lakukan? Kalau aku sih, sudah lama aku ceraikan dia!”Mendengar ucapan itu, aku hanya merasa gel

Latest chapter

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 8

    Ethan tiba-tiba duduk, tertawa sinis.“Benar, kenapa orang yang mati bukan kau saja?”Setelah itu, Ethan pergi sambil memperingatkan Andrew agar memperbaiki makamku. Jika tidak, dia akan menggunakan semua koneksi yang dimilikinya untuk menghancurkan Keluarga Gunawan.Aku tak tahu apa yang dipikirkan Andrew, dia hanya tergeletak di tanah lama sekali. Angin malam menyapu rambutnya yang rontok, mengingatkanku pada saat-saat kami berdua pernah berkemah. Malam itu, bintang-bintang lebih indah daripada malam ini.Saat itu, Andrew tiba-tiba berkata padaku.“Laura, maukah kau menjadi istriku?”Dari suka menjadi cinta, dari cinta menjadi benci, hanya butuh lima tahun. Rasanya terlalu cepat.Tiba-tiba Andrew berdiri, menggigit ujung jarinya, dan menulis di batu nisanku.[Makam Pasangan Gunawan]Dengan perlahan, Andrew berbaring di dalam lubang yang digalinya sendiri, tersenyum lega. Dia mengeluarkan pisau belati dan memotong pergelangan tangannya.Aku melihat darah mengalir dari pergelangan tang

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 7

    Hari-hari seperti ini terus berlalu, Andrew menjalani hidup dalam kebingungan selama dua bulan. Ia mulai sering keluar rumah, dan setiap kali pulang, tubuhnya selalu tampak lelah.Sementara itu, jiwaku semakin melemah. Aku tak lagi sanggup bertahan di bawah sinar matahari, sehingga aku sama sekali tak tahu apa yang sebenarnya Andrew lakukan di luar sana.Hingga suatu malam, saat Andrew keluar rumah, aku memutuskan untuk mengikutinya. Langkahnya membawaku ke sebuah pemakaman.Di sana, di hadapan sebuah nisan yang terpampang fotoku, aku melihat ukiran nama yang tertera di atasnya.[Makam Laura, istri Ethan.]Barulah aku sadar, selama ini Andrew keluar rumah untuk mencari makamku.Namun saat melihat nisan itu, baik aku maupun Andrew sama-sama terkejut.Andrew murka. Sementara aku, hanya merasakan kepedihan yang tak terkatakan.Sebenarnya, antara aku dan Ethan memang tak pernah ada apa-apa. Kami sama-sama tahu tak mungkin ada masa depan untuk kami berdua, jadi perasaan itu kami pendam dala

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 6

    Setelah kematian Lolly, Andrew tak menunjukkan reaksi besar. Dia hanya menanggapi orang yang memberitahunya dengan satu kalimat singkat, “Aku tahu.”Baginya, yang lebih penting saat ini adalah menemukan jasadku. Tapi sekalipun dia menemukannya, apa gunanya?Dengan panik, Andrew mengobrak-abrik rumah, akhirnya menemukan nomor telepon Ethan.Begitu panggilan tersambung, suaranya terdengar cemas.“Di mana Laura?”Di ujung sana, Ethan terdengar lebih tenang dari sebelumnya. Tidak ada kemarahan, tidak ada makian, hanya tawa getir yang terdengar begitu lelah.“Aku kira seumur hidup ini kau nggak akan pernah mengingat Laura. Bukankah kau sibuk merawat cinta pertamamu? Ternyata kematian Laura masih bisa membangunkan sedikit nuranimu, ya?”Andrew mengabaikan sindiran itu. Dia mengulang pertanyaannya dengan suara yang lebih tegas.Namun, Ethan hanya tertawa dingin.“Kalau kau punya kemampuan, datanglah cari sendiri. Tapi menurutku, Laura nggak mau melihat kau lagi.”Benar, aku memang tidak ingin

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 5

    Begitu selesai berbicara, perawat itu tak lagi menggubris Andrew dan langsung pergi.Andrew terpaku di tempat, tak bergerak untuk waktu yang lama.Mungkin, saat itu dia teringat telepon terakhir yang aku lakukan padanya saat aku terbaring putus asa di meja operasi. Atau mungkin, dia mengingat hari ketika Ethan melewati dirinya dengan tubuhku yang sudah tak bernyawa.Namun, seolah-olah kehilangan akal, Andrew bukan pergi mencariku, dia malah melesat menuju tempat Lolly.Aku hanya merasa ini begitu ironis. Kupikir setelah mengetahui kematianku, setidaknya dia akan merasa bersalah. Tapi nyatanya, bahkan setelah aku mati, aku tetap tidak lebih penting dari Lolly di matanya.Namun, saat tiba di apartemen, pintunya sedikit terbuka. Andrew menghentikan langkahnya dan mendengar suara dari dalam.“Kalian ini belum puas juga? Bukankah aku sudah memberikan uangnya? Kalau kalian terus begini, aku akan lapor polisi!”Suara Lolly yang penuh ketegasan terdengar dari dalam.Andrew, secara naluriah, he

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 4

    “Kak Andrew, ayo kita mulai lagi dari awal. Anggap saja kau nggak pernah menikah, dan aku nggak pernah mengkhianatimu. Aku sungguh mencintaimu.”Lolly melihat wajah Andrew semakin tegang, maka nada suaranya melunak.Dalam hal membujuk Andrew, Lolly memang ahli. Dan Andrew, seperti biasa, selalu luluh olehnya.Sementara aku? Saat Andrew marah, sekalipun aku berusaha mati-matian, dia bahkan tak sudi memberiku seulas senyuman.Cinta dan ketidakcintaan begitu jelas, tapi aku justru sebodoh itu dan baru menyadarinya setelah aku mati.Pria yang selalu dingin padaku, di hadapan wanita lain bisa begitu lembut. Batasannya bisa ia turunkan berkali-kali hanya demi Lolly.Hatiku penuh dengan luka yang menyakitkan. Tapi sekarang, aku tak lagi peduli bagaimana Lolly memfitnahku atau seberapa besar kebencian Andrew terhadapku.“Kau baru saja keluar dari rumah sakit. Lebih baik kau istirahat lebih awal,” katanya.Andrew mendorong Lolly menjauh. Dia tak langsung menjawab pertanyaannya, hanya berbalik d

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 3

    Setelah sebulan dirawat di rumah sakit, Lolly akhirnya dipulangkan, dan Andrew lah yang menjemputnya. Sementara aku sudah mati dengan hanya Ethan yang ada di sampingku, suasana di kamar Lolly begitu ramai. Keluarga dan teman-temannya memenuhi ruang itu, dan begitu Andrew datang, suasana langsung menjadi riuh.“Andrew, kapan kalian menikah? Melihat betapa cemasnya kau terhadap Lolly, dia pasti sangat beruntung.”Lolly menundukkan kepalanya dengan malu, suaranya begitu kecil, hampir seperti suara nyamuk.“Jangan begitu, Kak Andrew sudah menikah. Aku nggak mau membuat Kak Laura salah paham, aku juga nggak mau jadi orang ketiga. Kalau nggak, dia pasti akan menyulitkan aku lagi.”Salah satu temannya mencibir,“Perempuan cemburuan dan picik seperti itu apa bagusnya? Yang dicintai oleh Andrew itu kau, Lolly! Justru yang nggak dicintai itulah orang ketiga! Selain menyakitimu, apa lagi yang bisa dia lakukan? Kalau aku sih, sudah lama aku ceraikan dia!”Mendengar ucapan itu, aku hanya merasa gel

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 2

    Setelah Andrew dan Lolly masuk ke dalam kamar rawat, Ethan berlari masuk dari luar, melewati Andrew tanpa sempat menghentikannya.Dengan tangan gemetar, Ethan meraih tanganku yang sudah membeku. Suaranya bergetar dan penuh dengan kepedihan.Dia ingin mengusap rambutku, namun saat ujung jarinya menyentuh dahiku yang sedingin es, air matanya mengalir begitu saja, jatuh tanpa bisa ia tahan.“Bodoh… Andai saja dulu kau mau menikah denganku, kau nggak akan berakhir seperti ini… Bahkan setelah mati pun, nggak ada yang peduli padamu.”Melihat Ethan yang datang dengan napas tersengal dan wajah penuh debu perjalanan, hidungku terasa sedikit perih. Sepertinya dia baru saja kembali dari luar kota.Sejak aku menikah, Ethan memang meninggalkan kota ini. Saat itu, alasan yang ia berikan kepadaku sederhana, Andrew tak akan pernah membiarkan keberadaannya, dan dia juga tak ingin membawa masalah padaku. Pergi adalah pilihan terbaik.Aku adalah seorang yatim piatu. Saat berusia tujuh tahun, Keluarga Bas

  • Seandainya Waktu Bisa Kembali   Bab 1

    Saat Andrew menemani Lolly di luar ruang perawatan, aku justru terbaring di atas meja operasi yang dingin, menunggu kematian dengan penuh keputusasaan.Tubuhku dipenuhi selang dan alat-alat medis, suara mesin terdengar seperti panggilan maut, seolah-olah mengingatkanku bahwa waktuku sudah habis.Hingga garis pada monitor detak jantungku berubah menjadi lurus, kabar keberhasilan operasi Lolly pun tersebar. Lampu darurat di ruang operasi perlahan redup, dan mataku pun tertutup selamanya.Mungkin karena aku menyimpan terlalu banyak dendam sebelum mati, jiwaku justru melayang ke sisi Andrew.Melihatnya memeluk Lolly yang baru saja lolos dari maut dengan mata memerah karena haru, hatiku terasa tenggelam semakin dalam.Aku ingin bertanya padanya, saat kami berdua didorong masuk ke ruang operasi, apakah ia pernah, walau hanya sesaat, mengkhawatirkan hidup dan matiku?Jawabannya jelas tidak.Lagipula, demi kesembuhan Lolly, Andrew telah menggugatku ke pengadilan. Ia menyewa pengacara paling te

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status