Share

Sebuah Surat

Author: Queennsa
last update Last Updated: 2020-09-15 00:07:15

“Isabel, ayo bangun cepat!”

Suara Umi Isabel bagai alarm yang membangunkan gadis itu dari mimpi indahnya, segera ia beranjak dari kasur dan membersihkan kasur tersebut. Seperti lagu anak-anak yang sering ia dengar saat kecil dulu.

Bangun tidur kuterus mandi, tidak lupa menggosok gigi. Habis mandi kutolong Ibu, membersihkan tempat tidurku~

Seusai membersihkan tempat tidurnya, Isabel pun segera meraih handuk yang tergantung di gantungan baju dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia mengguyur tubuhnya dan merasakan dinginnya air tersebut menyentuh kulitnya

Tak membutuhkan waktu lama untuk Isabel membersihkan tubuhnya, ia pun melilitkan handuk pada badannya lalu berjalan keluar dari kamar. Membuka lemari pakaian kayu dengan kaca sebadan di depannya. Ia pun memilah pakaian manakah kiranya yang akan ia pakai.

Hingga, pilihan Isabel jatuh pada pakaian panjang berwarna peach dengan hiasan berbentuk leci di seluruh bagiannya. Tak lupa hijab langsung pakai yang berwarna sedana.

“Isabel, kamu ke mana.” Teriakan Hana kembali terdengar hingga ke dalam kamarnya, membuat Isabel meringis kecil.

Ia pun sedikit berlari kecil membuka pintu kamarnya dan keluar dari kamarnya. Matanya menangkap Uminya yang telah mondar mandir di dalam dapur. Ia pun segera menghampiri Uminya dan berinisiatif untuk membantu.

“Umi, ada apa sih pagi-pagi begini udah sibuk masak?” tanya Isabel bingung, ia mengambil beberapa tangkai sayuran dan memotongnya di talenan.

Hana pun menolehkan kepalanya menatap Isabel sebal. “Kamu lupa atau bagaimana, Isabel? Orang tua Ahmed kan mau datang ke sini untuk makan siang bersama, sekaligus untuk merencanakan perjodohan kalian.”

Sontak Isabel menepuk jidatnya pelan, ia kembali meringis kecil mendengarnya. “Hehehe maaf, Mi. Kayaknya Bela kecapekan deh makanya lupa.”

“Keasikan sama Ahmed sih kamu, makanya lupa sama dunia,” sindir Hana. Membuat Isabel memalingkan wajahnya.

“Apaan sih Umi. Ahmed kan cuma antar aku pulang,” elak Isabel. Kedua pipi gadis itu bahkan memanas dan memerah.

 Hana hanya membalasnya dengan kekehan geli seraya melanjutkan kegiatan masaknya. Sama dengan Isabel yang juga turut ikut membantu segala macam kegiatan Uminya. Mulai dari memotong sayuran, hingga merebusnya menjadi sup.

Setelah kurang lebih tiga puluh menit memasak semuanya, kini di atas meja sudah terhidang berbagai jenis makanan rumahan yang tampak lezat untuk disantap. Isabel pun merenggangkan otot tangannya yang tampak terasa tegang karena terus bergerak tanpa henti.

Hingga, suara bel rumah berbunyi membuat Hana segera berlari kecil membukakan pintu untuk oara tamunya. Tentu saja ia sudah tahu siapa gerangan yang datang tersebut. Tetapi rupanya, kenyataan tak sesuai dengan harapannya.

Yang datang bukanlah keluarga Ahmed, melainkan seorang tukang pos yang berniat mengantarkan surat.

“Permisi, Bu. Ada paket untuk Ibu Isabel,” ucap pria yang mengantar surat tersebut. Kaos berwarna jingga dengan logo pos di bagian dada kiri.

“Ada apa, Mi?” tanya Isabel yang tiba-tiba berada di belakang Hana, mengagetkan wanita paruh baya tersebut.

Sontak Hana menepuk pelan bahu putrinya tersebut, sebagai balasan karena telah mengejutkan dirinya. “Kamu itu. Itu ada surat buat kamu.”

Isabel pun melengos keluar dan mengambil surat yang disodorkan oleh pria tersebut, lalu menandatangani kertas yang dibawa olehnya. Hingga, pria itu pun pamit dan meninggalkan Isabel sendirian di depan pintu.

Gadis itu pun membulak balikkan amplop surat tersebut, penasaran akan isi surat dan pengirim surat tersebut. Tak ingin terlalu lama menyelam dalam rasa penasarannya, ia pun membuka amplop tersebut dan membaca isinya.

----------------------------------------------------------

Dear, Isabel.

Hai gadis manis yang telah membuatku jatuh hati, gadis manis yang telah merenggut hati ini dan membawanya pergi.

Aku tahu, terlalu banyak luka yang kutorehkan di dalam hati kamu. Terlalu banyak air mata yang kamu teteskan hanya untuk menangisiku.

Mulai sekarang, jangan menangis lagi, ya, Tuan Putri? Jangan menangisiku kembali. Aku menyayangimu, tetapi kita tak akan pernah bisa bersatu. Tuhan kita berbeda. Tempat ibadah kita berbeda.

Terima kasih atas segala kenangan yang selama ini kamu torehkan dengan begitu indah di hatiku, terima kasih banyak. Aku menyayangimu, Isabel.

- Salam manis, Turki.

----------------------------------------------------------

Sontak seperti ada sesuatu yang menusuk ke dalam hati Isabel, mengoyak kembali hati yang terlalu rapuh tersebut. Bahkan air matanya sudah menetas satu persatu membasahi surat tersebut. Membuat noda di atas kertas putih tersebut.

Kepala Isabel tak perlu berpikir lama untuk mengetahui siapa gerangan sang pengirim surat. Ia mengetahui bahwa orang tersebut tak lain dan tak bukan adalah Sean. Sang pria yang menciptakan kenangan di Turki.

“Isabel, itu surat dari siapa?” tanya Hana yang menghampiri putrinya.

Tetapi, Isabel segera menghapus jejak air matanya lalu menyembunyikan surat tersebut di belakang punggungnya. “Ah, nggak apa-apa, Mi. Cuma surat dari sahabat aku yang pindah itu, dia kirim surat dari Turki.”

Kepala Hana pun hanya mengangguk paham, tak ingin bertanya lebih lanjut kembali. Ia pun segera kembali masuk ke dalam menyiapkan ruang makan hingga benar-benar sempurna.

Saat Isabel ingin melangkahkan kakinya menuju Uminya, suara ketukan pintu kembali terdengar dari luar. Membuat Isabel mengurungkan niatnya dan membuka pintu. Ternyata yang datang adalah keluarga Ahmed, membuat Isabel seketika salah tingkah karena penampilannya yang acak-acakan.

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam, ayo masuk, Tante, Om, Ahmed,” ucap Isabel seraya membuka pintu lebih lebar lagi.

Hingga, Abi Umi Isabel pun keluar dan menyambut mereka dengan senyum merekah. Mempersilahkan mereka langsung masuk ke dalam ruang makan yang sudah terhidang banyak menu makanan.

“Waduh, jadi nggak enak nih datang-datang langsung makan,” celetuk Afifah, Ibu Ahmed. Mengundang gelak tawa mereka.

“Aduh, gak apa-apa kok. Daripada makanannya nanti udah dingin,” ucap Hana.

Mereka pun mengambil posisi sendiri-sendiri di kursi makan yang berada di sana, membuat mereka menatap lapar ke arah makanan yang terhidang di sana.

“Kayaknya enak-enak nih,” celetuk Ahmed yang mulai menyendokkan nasi ke dalam piringnya.

“Nah, iya! Kamu harus makan yang banyak. Ini yang masak Isabel sendiri loh, dan pasti enak-enak semua,” ucap Hana membuat Isabel tersenyum malu-malu.

“Masakan calon mantu nih.” Ucapan Hasan pun kembali mengundang gelak tawa mereka.

Di ruangan makan tersebut pun terasa lebih hangat dari biasanya karena kehadiran keluarga Ahmed. Bahkan Isabel pun turut nyaman berada di tengah-tengah keluarga Ahmed yang terbilang humoris. Bahkan sesekali ia juga turut ikut menimpali obrolan mereka.

Hingga, amplop cokelat berisikan surat dari Sean terjatuh dari kantung gamis Isabel, menarik perhatian Ahmed yang duduk tepat di sebelah gadis itu. Tangannya ingin mengambil amplop tersebut, tetapi lebih dulu diambil oleh Isabel yang gelagapan.

“Surat apa itu, Bel?” bisik Ahmed.

“Nanti aku ceritakan sehabis makan,” balas Isabel dengan sebuah bisikan.

Kali ini ia berusaha untuk tidak menyembunyikan apapun dari Ahmed, calon suaminya. Ia berniat terbuka kepada pria itu, karena menurut Isabel sebuah hubungan dibangun atas dasar komunikasi dan kepercayaan. 

***

Related chapters

  • Seamin Tak Seiman   Saling Menguatkan

    “Jadi kita akan melakukan acara pertunangan terlebih dahulu atau langsung pernikahan?” tanya Hasan.Kini, kedua keluarga baik dari pihak Isabel maupun Ahmed tengah duduk bersama di ruang keluarga rumah Isabel. Mereka tengah membicarakan pasal rencana pernikahan kedua anak mereka.“Tidak usahlah, lagian itu bukan tradisi dari kita kan? Ada baiknya kita menghalalkan mereka secepatnya saja,” ucap Raif tak sabar. Ia pun diangguki oleh Hasan yang jua nampak setuju oleh idenya.“Baiklah, kita tidak memakai acara pertunangan. Untuk tanggal pernikahan kita tentukan sekarang, ya?” putus Hasan mantap.Mereka pun tampak berpikir, hari apa sekiranya yang baik untuk dijadikan tanggal ijab kabul dan pesta pernikahan Ahmed dan Isabel.“Bagaimana kalau tanggal 28 bulan depan? Tepat hari ulang tahun Isabel,” usul Ahmed. Pria itu menatap sejenak Isabel yang duduk di hadapannya diapit oleh Umi dan Abinya.“

    Last Updated : 2020-09-15
  • Seamin Tak Seiman   Panti Asuhan

    Seusai mengunjungi makam Ivana, Ahmed pun kembali membawa Isabel berkunjung ke suatu tempat. Isabel pun hanya menurut saja, karena ia tahu bahwa Ahmed akan selalu menjaga dan tak akan berbuat tak baik padanya.“Kita mau ke mana lagi, Ahmed?” tanya Isabel seraya menolehkan kepalanya menatap Ahmed yang tengah fokus mengemudi.“Tunggu aja kalau sampai nanti. Aku pastiin kamu bakal senang dengan tempat itu,” ucap Ahmed dengan seulas senyum di wajahnya. Tak ada lagi raut dingin di wajah pria itu. Yang ada hanya senyum hangat dan hormat kepada Isabel.Isabel pun hanya menganggukkan kepalanya mengerti, ia kembali menolehkan kepalanya ke jendela. Menatap jalanan yang sepi dipenuhi pepohonan yang menghiasi jalanan. Membuat mata Isabel menjadi segar menatapnya.Hingga, Ahmed memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah yang cukup besar, tetapi terlihat sederhana. Pekarangan yang luas dipenuhi anak kecil yang tengah bermain dengan riang. Mem

    Last Updated : 2020-09-15
  • Seamin Tak Seiman   Kakak Sean

    "Isabel."Suara panggilan dari seorang pria itu terdengar lembut di telinga Isabel.Sontak Isabel membalikkan kepalanya, menatap pria pemilik suara yang familiar di kepalanya tersebut. Ia pun berjalan mendekati pria tersebut.Gaun putihnya yang menjuntai hingga lantai, dan menyapu lantai keramik tersebut. Tetapi, ia tak peduli, ia tetap berjalan cepat ke arah pria tersebut.Pria yang sangat ia rindukan."Sean, ini beneran kamu? Aku merindukanmu, Sean!"Kedua tangan Isabel ingin memeluk tubuh Sean, tetapi pria itu langsung menghilang bagai partikel yang berterbangan.Kedua mata Isabel membulat sempurna, ia menolehkan kepalanya ke sana, kemari. Mencari pria yang tadi berada di hadpaannya."Sean! Kamu di mana!" seru Isabel. Gadis itu berteriak, berlari bagai orang kesetanan."SEAN!"***Isabel memekik keras sebelum ia terbangun dari tidurnya dengan napaa tersengal-sengal. Ia pun sontak

    Last Updated : 2020-09-16
  • Seamin Tak Seiman   Dejavu

    “Jadi, bisa kamu jelaskan ucapan kamu?”Saat ini Isabel tengah duduk di salah satu rumah makan junk food bersama Kakak Sean, yang ia ketahui namanya adalah Sea. Gadis itu tampak menatap kesal dan angkuh ke arah Isabel.“Sean pergi dari rumah karena tak mendapatkan restu dari kedua orang tuaku untuk menikahimu!” sergah Sea, amarahnya tampak sudah di ujung tanduk dan akan meledak sebentar lagi.Tubuh Isabel mematung seketika, ia tak tahu harus berkata apa. Lidahnya terasa kelu seketika dan tenggorokannya seperti tercekat sesuatu. Hatinya seperti tercelos membuat lubang yang cukup besar di sana.“T-ttapi, dia berkata bahwa dia telah bertunangan dengan seorang gadis yang seiman dengannya!” seru Isabel, kedua matanya telah panas dan berkaca-kaca.Terdengar suara tawa meledak dari Sea, gadis itu seakan meledek Isabel dan hal itu membuat Isabel merasa tak nyaman.“Kenapa kamu ketawa?” tanya Isabel yan

    Last Updated : 2020-09-17
  • Seamin Tak Seiman   Fitting Gaun

    “Isabel! Ayo cepat, Ahmed sudah nungguin kamu dari tadi. Lama banget sih,” omel Hana dengan suara yang lebih mirip seperti teriakan.Bagaimana tidak, Isabel sudah tiga puluh menit berdandan dan tak kunjung keluar dari kamarnya. Membuat Ahmed yang sudah datang sedari tadi menunggunya sangat lama di ruang tamu.Akhirnya, Isabel pun keluar dari pintu kamarnya. Tampak cantik dengan gamis berwarna cokelat muda dipadukan dengan hijab berwarna putih yang licin. Terlihat sempurna dan sangat menutupi tubuh Isabel.Gadis itu pun segera menghampiri Ahmed yang telah beranjak dari duduknya. Ia hanya menatap Uminya dengan tatapan polos dan cengiran kecil.“Maaf, ya, nunggu lama,” ucap Isabel merasa bersalah.“Nggak apa-apa kok. Ayo kita pergi sekarang, sebelum jam makan siang. Nanti menunggunya lama lagi,” ajak Ahmed.Kepala Isabel pun mengangguk mantap, ia mengambil telapak tangan Hana dan menciuminya. Diikuti oleh Ahm

    Last Updated : 2020-09-18
  • Seamin Tak Seiman   Akad Suci

    Jam masih menunjukkan pukul lima subuh, Isabel dan keluarganya baru saja menyelesaikan ibadah salat subuh, berdoa agar apa yang akan mereka lakukan hari ini dilancarkan oleh Allah SWT, sebagai sang pencipta.Bahkan saat ini jantung Isabel tak bisa berdetak dengan normal, terus berdegup kencang membuat Isabel bertambah gugup. Ia merasa hatinya tak karuan saat ini. Senang, sedih, dan gugup dalam waktu bersamaan.Isabel senang bisa menikah dengan pria yang baik dan selalu menghormati dirinya. Ia sedih karena harus melepaskan cintanya yang telah ia ukir bersama Sean. Dan ia gugup karena ini merupakan pernikahan pertamanya dan berharap menjadi pernikahan terakhir dalam hidupnya.Bunyi decitan pintu yang dibuka membuat lamunan Isabel buyar, ia pun menolehkan kepalanya menatap seseorang yang ternyata Hana berdiri di depan pintu.“Isabel, penata riasnya udah sampai nih. Dia bakal rias kamu, menjadi ratu yang paling cantik hari ini,” ucap Hana seraya d

    Last Updated : 2020-09-18
  • Seamin Tak Seiman   Raja dan Ratu

    “Kalian siapin diri buat nanti malam dulu. Nanti sorean ada tukang rias yang datang lagi ke kamar ini,” ucap Hana sesaat sebelum ia menutup pintu kamar Isabel.Kini Isabel dan Ahmed tengah terduduk kaku di atas ranjang Isabel yang berseprai murah muda. Bahkan kedua pasangan tersebut tak berani tuk saling menatap.Setelah bersalaman dengan beberapa kerabat dekat mereka, Isabel dan Ahmed pun masuk ke kamar tuk beristirahat agar nanti malam saat resepsi bisa bugar dan tak tumbang di tengah-tengah acara.“Bel,” panggil Ahmed memecahkan keheningan di kamar tersebut.Isabel pun menolehkan kepalanya menatap Ahmed malu-malu. “Ada apa?”“Kita kan sekarang sudah menjadi suami istri yang halal di mata agama dan hukum, masa panggilannya nama doang. Gak mau gitu punya panggilan sayang kayak pasangan lain?” goda Ahmed seraya menaik turunkan sebelah alisnya.Sontak Isabel mencubit kecil pinggang Ahmed, membua

    Last Updated : 2020-09-18
  • Seamin Tak Seiman   Prank!

    “TUNGGU!”Wanita berambut cokelat tersebut berjalan mendekati panggung, tampak perut buncitnya menjadi sorot utama semua orang.Isabel yang tak tahu apa-apa pun menatapnya bingung dengan kening yang mengerut, kedua alisnya saling bertautan. Seolah bertanya ada apa dengan wanita tersebut.Tanpa aba-aba, wanita itu menampar pipi Ahmed dengan keras, membuat suara yang cukup menggema dan mengagetkan para tamu yang hadir di sana. Kedua mata Isabel pun melotot ke arah wanita tersebut.“Apa-apaan sih kamu?!” bentak Isabel. “Sinting atau gila?! Datang-datang ke nikahan orang malah nampar. Gak waras, ya?”Sisi sarkas dan julid Isabel akhirnya keluar juga, gadis itu tak segan tuk mengatakan apa yang ada di pikirannya. Walaupun akan menyakiti hati orang yang mendengarnya.“Lo tau? Cowok yang lo nikahin ini adalah pacar gue! Dan sekarang gue lagi hamil anak dia! Kalau lu gak percaya, tanya dia aja. Apa dia kenal sama gue atau gak!” ucap wanit

    Last Updated : 2020-09-19

Latest chapter

  • Seamin Tak Seiman   Sean dan Isabel

    "Sean?"Mendengar seseorang namanya, Sean pun mendongakkan kepalanya menatap sang pelaku yang memanggil namanya itu.Tubuh keduanya mematung seketika saat pandangan mereka saling bertemu, membuat kerinduan yang mereka kubur bersama dengan susah payah akhirnya terbongkar hanya dalam satu detik saja."Isabel." Nama itu meluncur begitu saja dengan bebas keluar dari bibir Sean dengan bergetar.Entah mengapa kaki Isabel melangkah dengan sendirinya, berjalan mendekati pria yang sangat ia rindukan itu.Jarak keduanya pun semakin terkikis, membuat langkah Isabel terhenti tepat di hadapan pria itu. Ia mengangkat tangannya yang terlihat gemetar, hingga akhirnya tangan itu berakhir di pipi Sean."Aku rindu," bisik Isabel. Ia saat ini sama sekali tak memikirkan akibat dari perbuatannya.Ia kini seolah melupakan apa yang ada di sekitarnya, dan di mana saat ini berada. Semuanya seolah terlupakan begitu saja saat melihat wajah pria yang sangat ia rin

  • Seamin Tak Seiman   Selat Bosporus

    Selama perjalanan menuju Selat Bosporus Isabel hanya terdiam selama perjalanan, membuat Ahmed bingung melihat perilaku istrinya yang tak biasa itu. Biasanya Isabel akan berceloteh sepanjang perjalanan mereka."Kamu kenapa, Bel?" Akhirnya pertanyaan itu meluncur juga dari bibir Ahmed yang sedari tadi gatal ingin bertanya.Tubuh Isabel sedikit tersentak karena suara Ahmed yang membuyarkan lamunannya. Ia pun membalikkan kepalanya menatap Ahmed seraya memberikan senyuman kecilnya. "Aku ngga apa-apa kok.""Yang benar?" tanya Ahmed memastikan. Ia tak percaya begitu saja pada istrinya, melihat wajah lesu dan tak bersemangat milik wanita itu. "Apa kamu gak suka kalau kita ke Selat Bosporus? Mau ganti tempat aja?"Dengan cepat Isabel menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, aku cuma kelelahan aja makanya jadi lemas."Tak ingin membuat mood istrinya semakin memburuk, Ahmed pun hanya menganggukkan kepalanya seolah percaya pada perkataan wanita itu. Ia memilih me

  • Seamin Tak Seiman   Bertemu Naura

    "Kita mau ke mana lagi, Sayang?" tanya Ahmed seraya menatap Isabel yang tengah sibuk menggulir layar ponselnya, melihat hasil jepretan mereka selama berjalan-jalan tadi.Isabel pun mengalihkan pandangannya menatap Ahmed, ia terlihat berpikir sejenak akan rencana mereka ke depannya. Ia kemudian mengangkat lengan kirinya dan melihat jam tangan yang terpasang manis di sana."Sebentar lagi waktu Dzuhur tiba, bagaimana kalau kita ke Blue Mosque dulu? Kamu harus merasakan bagaimana teduhnya beribadah di sana!" Isabel terlihat sangat antusias mengajak Ahmed.Melihat istrinya sangat bahagia, membuat Ahmed tak ada alasan untuk menolak permintaan wanita itu. Lagipula, tempat yang akan mereka kunjungi juga merupakan rumah Allah kan, pikir Ahmed."Yaudah, ayo. Nanti waktunya gak keburu kalau mau berjamaah," ajak Ahmed. Ia menggandeng tangan istrinya menuju mobil Syam yang sudah terparkir tepat waktu.Syam yang melihat mereka pun tersenyum ramah dan membukakan

  • Seamin Tak Seiman   Topkapi Place

    “Ahmed! Ayo cepat. Aku sudah tidak sabar ingin berlibur!”Pekikan Isabel yang cempreng dan nyaring itu memenuhi seisi hotel, membuat Ahmed menggelengkan kepalanya seraya menutup kedua telinganya. Kebiasaan buruk Isabel yang tak bisa dihilangkan hanya satu, berteriak.Wanita itu tak akan segan untuk berteriak sekeras-kerasnya jika ia sudah kama menunggu. Hal yang tidak biasa Isabel lakukan adalah menunggu lebih lama dari lima menit. Jika lebih dari lima menit, niscaya wanita itu akan mengeluarkan suara membahananya, hal itu sudah Ahmed hafal bahkan di luar kepalanya.Tak ingin membuat wanita itu berteriak untuk kedua kalinya, Ahmed memilih bergegas keliar dari kamar dan menghampiri Isabel yang telah berkacak pinggang di depan pintu hotel. Wajahnya tampak terlihat kesal dengan bibir yang mengerucut beberapa centimeter.“Kamu lama banget sih! Aku udah pegal berdiri di sini,” gerutu Isabel.Ahmed pun membalasnya dengan cengiran

  • Seamin Tak Seiman   Makan Malam Romantis

    Ahmed membukakan pintu mobil untuk Isabel keluar. Cuaca yang sejuk disertai angin yang berembus cukup kencang membuat kain yang menutupi kepala wanita itu seketika beterbangan saat menginjakkan kakinya keluar dari mobil.Tangan Ahmed kini sudah menunggu di hadapan Isabel untuk diraih dan digandeng oleh wanita itu. Banyak mobil maupun orang yang keluar masuk dari bangunan kukuh di hadapan mereka. Sebuah papan besar terpasang di atas, menunjukkan nama tempat tersebut.Old Ottoman Cafe & Restauran. Sebuah rumah makan mewah yang cukup terkenal dan banyak dikunjungi oleh turis di Istanbul.“Ayo masuk,” ajak Ahmed seraya menggandeng Isabel untuk menaiki tangga di hadapan mereka. Berjalan memasuki pintu kayu dengan ukiran di hadapan mereka.Saat pertama kali masuk, indra pendengaran mereka disuguhkan dengan alunan musik klasik yang menyegarkan telinga. Pemandangan yang disajikan pun tak kalah indah dan menarik pandangan semua orang yang hadir.

  • Seamin Tak Seiman   Istirahat

    Mobil yang membawa Ahmed dan Isabel pun telah berhenti di depan lobi Cheers Lightroom. Sebuah penginapan bintang lima yang terkenal di Istanbul.Terkenal bukan tanpa alasan tentunya, beberapa kamar memiliki pemandangan yang indah. Langsung menghadap ke lantai, membuat mata yang memandangnya menjadi segar seketika.Ahmed pun turun dari mobil, lalu menbukakan pintu mobil untun istri tercintanya. Mengulurkan tangannya di hadapan Isabel. "Silakan turun, Tuan Putri."Diperlakukan dengan sangat manis membuat kedua pipi Isabel memanas dibuatnya. Ia pun menundukkan kepalanya agar Ahmed tak mengetahui tentang pipinya yang bersemu merah. Ia pun menerima uluran tangan Ahmed."Teşekkür ederim Syam. Cara mengemudimu sangat bagus, sehingga kami sangat nyaman selama diantar olehmu," ucap Isabel dengan senyum manis.Syam yang mendengar Isbaek berbicara dengan bahasa Turki pun tersentak kecil dibuatnya. Tetapi, dengan segera ia menormalkan ekspresi wajahnya seperti semu

  • Seamin Tak Seiman   Perjalanan

    "Kita pergi dulu, ya, Ma, Pa."Isabel dan Ahmed menyalimi tangan Mama dan Papa mereka secara bergantian.Sementara kedua pasangan patuh baya tersebut mengelus puncak kepala anak dan menantu mereka. Melepas kepergian Ahmed dan Isabel yang akan terbang je Turki."Kalau di negeri orang hati-hati, ya, Nak. Jangan buat masalah di sana, buat cucu untuk Mama dan Papa aja," ucap Hasan bergurau.Namun, ia mendapatkan cubitan kecil di pinggangnya dari sang istri. Membuat Hasan meringis kesakitan dengan tangan yang sudah berpindah di pinggang."Aduh, Ma. Kebiasaan deh, mainnya cubit-cubitan. Papa kan bener, cuma minta cucu masa Mama gak mau sih?" ucap Hasan seraya mengelus pinggangnya yang terasa nyeri."Anak itu urusan Tuhan. Kalau Allah belum mau memberikan, ya jangan dipaksa, Pa. Biarkan mereka menikmati waktu berdua mereka dulu," omel Mama Ahmed.Suara dari pusat informasi pun terdengar, mengabarkan bahwa pesawat dengan rute Banda

  • Seamin Tak Seiman   Rencana Bulan Madu

    Saat tengah serius menonton drama Korea yang belum habis juga sedari tadi bersama Isabel. Ahmed kemudian teringat sesuatu.Ia pun menolehkan kepalanya, menatap Isabel yang telah berlinang air mata karena scane sedih yang tengah ditampilkan di layar televisi."Bel," panggil Ahmed pelan. Tak ingin merusam mood Isabel yang sepertinya tengah bagus.Merasa dipanggil, Isabel pun menolehkan kepalanya menatao Ahmed dengan salah satu alis yang naik. "Ada apa?""Kamu mau bulan madu ke mana?"Pertanyaan Ahmed sontak membuat kedua mata Isabel membulat sempurna. Ia yang tadinya tak bersemangat berbicara dengan Ahmed, kini menatap pria itu antusias."Kamu mau ajak aku bulan madu?!" pekik Isabel tertahan.Ahmed tak bisa lagi untuk menahan senyuman yang akan terbit di bibirnya. Ia pun menganggukkan kepalanya mantap. "Iya, aku mau bawa kamu bulan madu.""Aku mau ke ...."Isabel menahan ucapannya, keningnya berkerut tanda bahwa ia tengah bingung d

  • Seamin Tak Seiman   Rumah Baru

    Seusai sarapan bersama kedua orang tua mereka, kini tersisa Ahmed dan Isabel yang berdiri bersama di area parkiran hotel."Kita sekarang pulang ke mana, Med? Ke rumah Umi dan Abiku, atau ke rumah Papa dan Mamamu?" tanya Isabel bingung.Di dalam hati, wanita itu sangat tak ingin tinggal bersama kedua mertuanya setelah menikah. Hal itu yang menjadi impiannya sedari dahulu, memiliki rumah sendiri dan membangun istananya bersama keluarga kecilnya tanpa ada campur tangan siapa pun."Ada deh, aku mau menunjukkan sesuatu kepada kamu," ucap Ahmed sok misterius. Ia berjalan ke sisi kiri mobilnya dan memukakan pintu mobil untuk istrinya.Isabel yang sudah terbiasa dengan hal itu pun hanya tersenyum malu-malu seraya masuk ke dalam mobil. Setelah menutup pintu mobilnya, Ahmed pun menyusul ke bagian kiri mobil dan duduk di jok kemudi itu.Rasa penasaran mengerumuni pikiran Isabel, wanita itu sangat tak penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh Ahmed k

DMCA.com Protection Status