“Dia penghuni Scylaac, kan?” tanya Baskara kepada Ayu setelah Tono telah menjauh. “Begitulah,” jawab Ayu singkat. “Sepertinya penghuni Scylaac tidak seaneh yang kubayangkan,” kata Baskara lagi. “Lelaki tadi bahkan sangat sopan kepadaku. Kupikir mereka semua sama seperti binatang. Ternyata mereka tidak ada bedanya dengan kita. Aku jadi merasa tidak enak tadi karena datang ke sini dan bertingkah seperti orang liar.” “Itu akting,” seru Ayu lugas. “Aku telah bertemu dengan banyak penghuni seperti dirinya, dan hampir semuanya bertingkah seperti itu di depanku. Awalnya kupikir itu adalah cara mereka untuk menarik simpati orang luar. Mereka berpura-pura menjadi orang yang bisa dimengerti oleh orang luar, supaya orang luar tidak khawatir untuk menjadi bagian dari mereka.” “Sebab, kalau mereka langsung menunjukkan jati diri mereka begitu saja, orang luar bisa lari. Mereka ingin semakin banyak orang luar menjadi bagian dari mereka. Dengan begitu seluruh dunia b
Ehem ....Sebelum kita lanjut ke penggalan cerita berikutnya, ada satu hal penting yang ingin kutegaskan kepada kalian. Ini penting untuk kalian memahami kelanjutan cerita ini. Kurasa kalian semua sudah memahaminya. Tapi akan kuingatkan lagi supaya tidak terjadi kesalahpahaman.Apa yang sedang kalian baca saat ini adalah sebuah novel fiksi. Ini adalah cerita rekaan. Artinya, semua yang kalian saksikan di sini hanyalah khayalan semata. Bukan kenyataan. Apa yang sedang kalian alami saat ini, ruang dan waktu tempat kalian bernaung, itulah kenyataan.Jadi mengerti, ya? Semua ini bukanlah kenyataan. Scylaac bukanlah kenyataan. Ini semua hanyalah gambaran isi kepala seseorang yang dituangkan ke dalam kata-kata. Dunia ini tidaklah nyata. Dunia kalianlah yang nyata.Baiklah. Kalau kalian semua sudah mengerti, mari kita lanjutkan pertunjukan horornya. Kupersembahkan kepada kalian: Kam.“Kam?”“Ya, Kam. Aku ingin bertemu dengannya.&r
Namanya Tanah Langit. Letaknya tepat di tengah-tengah Scylaac. Tanah Langit adalah pusat dunia ini-menurut para penduduk asli. Setiap sungai yang mengalir di Scylaac berasal dari Tanah Langit. Tanah tersubur di Scylaac pun berada di Tanah Langit. Banyak penghuni Scylaac tinggal di sekitar kaki gunung Tanah Langit karena kekayaan alamnya. Tanah Langit menjadi sumber kehidupan semua penghuni dan seluruh makhluk hidup di Scylaac.Tanah Langit adalah satu-satunya gunung yang ada di Scylaac. Puncaknya memiliki bentuk yang rata. Dataran di puncak tersebut sangat luas, hingga bisa menampung sebuah ekosistem kehidupan. Para penghuni tidak mendiami tempat itu. Letaknya terlalu tinggi untuk bisa mereka capai. Para penghuni tidak mau pergi ke suatu tempat yang untuk mencapainya mereka harus bersusah payah.“Berarti Kam satu-satunya orang yang tinggal di sana?”“Di puncak Tanah Langit, iya. Dia tinggal di sana bers
“Aku hanya percaya pada diriku sendiri.” Aku pernah menjadi bahan lelucon semua orang di kelasku. Tidak mengherankan memang. Mungkin kau pun akan ikut menertawakanku jika mendengar ini. Saat itu seorang dosen bertanya kepadaku, “Ada berapa jumlah planet di tata surya kita?” Dan aku menjawab dengan tegas, “Aku tidak tahu.” Dunia menyimpan banyak misteri. Berbagai kejadian yang tidak dapat dijelaskan oleh logika hadir dan tersaji dalam dunia. Seorang gadis yang hamil di usia 5 tahun, seorang lelaki yang hidup kembali meski telah mati, hingga dua orang anak kecil yang hilang lenyap karena pindah dimensi ke dunia lain. Semua itu tercatat dalam sejarah. Apakah aku memercayainya? Tentu saja tidak. Pengetahuan sederhana bahwa planet di tata surya berjumlah sembilan saja aku tidak percaya, apalagi cerita-cerita konyol seperti itu. Aku tidak mungkin memercayainya. Aku tidak percaya pada apa pun yang dikatakan oleh orang lai
'Aneh,' kataku dalam hati. Aku sudah mencari berkeliling selama kurang lebih 15 menit. Tetap saja tak dapat menemukan siapa pun selain para pasien. Tidak biasanya yang seperti ini terjadi. Aku mulai merasa gelisah. Aku sangat ingin tahu perkembangan dari penanganan lelaki yang mengalami amnesia total itu. Belakangan ini aku terus kepikiran orang ini. Dia kasus paling aneh yang pernah kutemui. “Aggus.” Aku membaca nama yang disematkan kepada seorang pasien yang belum pernah kulihat. “Oh, Profesor.” Asistenku menghampiriku. “Ini orangnya?” tanyaku tanpa menoleh. “Ya. Kasus paling aneh yang pernah kami tangani.” Aku memandangi asistenku. “Ada apa, Pak?” “Tidak. Tidak ada apa-apa. Lalu, bagaimana perkembangannya?” “Hampir tidak ada perkembangan apa pun. Kami sudah mengajarin
Aku telah menangani banyak sekali pasien gangguan otak dan gangguan mental di sepanjang hidupku. Begitu banyaknya hingga aku merasa muak dengan semua itu. Dari pengalamanku yang begitu panjang itu, aku mendapati bahwa semua pasienku memiliki suatu kesamaan yang spesifik dalam kondisi kejiwaan mereka. Itu adalah sebuah ekspresi manusiawi yang seragam yang muncul melalui raut wajah, tutur kata, dan gestur tubuh mereka. Kesamaan kondisi kejiwaan itu menjadi benang merah yang menghubungkan mereka semua satu sama lain, diteruskan dengan menghubungkan mereka semua denganku. Tetapi lelaki ini, pasien yang sedang kutangani saat ini, yang oleh semua orang di tempat ini disebut sebagai Aggus, lelaki ini beda. Dia ... bagaimana cara menjelaskannya. Dia kasus paling aneh yang pernah kutangani. Benar-benar kasus paling aneh yang pernah kutangani. Aku tak bisa menjelaskannya. Mungkin ini kata-kata yang paling tepat untuk menggambarkan dirinya: bukan m
Program cuci otak adalah sebuah istilah yang telah menjadi rahasia umum dalam dunia medis, tapi masih tersembunyi dari masyarakat. Yang dimaksud dengan program cuci otak di sini berbeda dengan pemahaman umum orang awam. Program cuci otak bukanlah aktivitas mengubah keyakinan atau ideologi manusia dari yang satu ke yang lainnya. Pencucian otak yang seperti itu tidak efektif. Itu memiliki kelemahan besar, yaitu pasien tidak kehilangan ingatannya. Dalam pencucian otak yang seperti itu tidak ada jaminan jika suatu saat nanti pasien akan kembali kepada keyakinan atau ideologinya yang lama. Program cuci otak yang dimaksud dalam dunia medis adalah aktivitas menghapus total ingatan manusia, lalu menanamkan pemikiran baru ke dalam otak yang telah bersih itu. Ketika seorang pasien telah dihapus total ingatannya, ia tak lagi memiliki ingatan apa pun mengenai identitas maupun masa lalunya. Yang tersisa darinya hanyalah ingatan esensial mengenai kodrat hakiki manusia seper
“Ini adalah ...,”-aku melihat ke arah jam tanganku yang tertempel di dinding-”hari ke-28, bulan ke-9, tahun ke-3.” Ini adalah rekaman ke-45. “Dalam satu bulan terakhir aku disibukkan oleh pasien baruku ini. Ia ditemukan begitu saja oleh asistenku. Ia mengalami amnesia total. Ia tidak ingat apa pun sedikit pun. Sudut pandangnya terhadap dunia ini sungguh luar biasa; luar biasa polosnya. Ia seperti bayi yang baru lahir dengan kecerdasan setingkat orang dewasa.” Aku mengambil waktu sejenak. “Ia dinamai Aggus. A-G-G-U-S. Aggus sangat cerdas. Kecerdasannya luar biasa. Itu adalah kecerdasan yang setingkat dengan seorang profesor. Itu membuatku sampai pada kesimpulan bahwa ia adalah seorang pasien program cuci otak. Tak ada yang menitipkan lelaki ini kepadaku. Aku pun tak tahu apa-apa tentang asal usulnya. Tapi aku percaya pada diriku sendiri. Ia pasti seorang pasien program cuci otak.” &nbs
Semua penghuni Scylaac menjalani hidup tanpa mengenal kewajiban. Mereka semua tidak pernah membebani diri dengan pekerjaan. Itu tidak diperlukan. Hal itu bukan berarti penghuni Scylaac tidak bekerja sama sekali. Sebagian kaum campuran masih memiliki pekerjaan tetap di dunia luar. Mereka memang hidup berpindah-pindah dari Scylaac ke dunia luar dan sebaliknya hingga seterusnya. Tapi mereka tidak terikat pada pekerjaan mereka. Jika mereka mau, mereka dapat melepaskan status mereka di dunia luar dan hidup nyaman di alam Scylaac kapan pun mereka mau.Untuk orang asing, sebagian dari mereka bekerja dengan menjalankan apa yang mereka yakini. Ayu adalah contoh yang paling gamblang. Mungkin misinya di Scylaac tidak berorientasi kepada hasil berupa upah pekerjaan. Tetapi baginya apa yang dilakukannya itu tetaplah sebuah pekerjaan. Kebanyakan orang asing yang bekerja melakukan hal yang berbeda dengan dasar yang serupa. Mereka yakin dan percaya pada kebenaran diri sendiri.
Jika aku mengatakan bahwa para penduduk asli bisa dan biasa berinteraksi dengan hewan liar, mungkin itu sudah tidak lagi terdengar mengejutkan. Tetapi pengertian hubungan sosial bagi para penduduk asli jauh melebihi itu. Bagi mereka apa pun yang ada di alam Scylaac, hidup maupun mati, semua itu adalah sama. Semua itu adalah sesama mereka yang sama-sama hidup dan mati dalam satu kesatuan. Penduduk asli bisa menghabiskan waktu seharian penuh berinteraksi dengan pohon, air, bahkan batu. Itu sudah menjadi pemandangan yang sangat biasa di alam Scylaac. Mereka berinteraksi dengan menggunakan pikiran dan batin mereka - sesekali dengan mulut. Mereka berbincang-bincang, mereka bermain bersama, mereka saling berbagi kesenangan dengan semua yang ada di alam Scylaac. Mereka melakukan itu semua secara alami tanpa pernah sekali pun mereka paksakan untuk mereka umbar kepada para penghuni lainnya. Penduduk asli hidup dengan menjadikan alam sebagai bagia
“Kak?”“Kamu sudah bangun?” kata Baskara sambil tersenyum.“Itu apa?”“Tanaman obat. Bunga-bunga di sini bisa menjadi obat yang baik untukmu.”Ayu memandangi ramuan yang sedang dibuat oleh Baskara. “Aku baru tahu Kakak mengerti tentang ilmu tanaman.”“Tidak, kok. Aku hanya kebetulan saja mendengarnya dari percakapan para penduduk asli saat sedang mencari tempat untuk kita tinggali.”Ayu bangun dan mengambil posisi duduk.“Kakak tak perlu terus menjagaku di sini. Aku baik-baik saja, kok. Kalau Kakak mau, Kakak boleh jalan-jalan.”“Tidak, aku tidak mau meninggalkanmu. Kamu sedang sakit. Kamu pasti perlu bantuan sewaktu-waktu.”“Tak usah khawatir. Aku baik-baik saja. Aku juga tak mau jadi beban buat
“Kompresnya sudah dingin?” tanya Baskara.“Sedikit lagi,” jawab Ayu.Baskara menghela napas jenuh.“Mengapa kamu belum juga tidur?” tanyanya khawatir. “Dengan kondisimu yang seperti ini, kamu juga tidak akan bisa berbuat apa-apa. Lebih baik kamu istirahat saja sekarang. Kamu kan belum tidur lagi sejak tumbang subuh tadi.”“Kakak malah sama sekali belum tidur sejak semalam.”“Jangan pikirkan orang lain.”Ayu membuka kedua matanya.“Tuh, kan. Matamu juga sudah sangat merah. Tidurlah. Kamu pasti sudah sangat mengantuk, kan?”“Seharusnya aku tetap memejamkan mata saja tadi.”Baskara tersenyum. Ayu pun ikut tersenyum.“Kakak benar tidak mau tidur? Kakak juga pasti mengantuk, kan?&r
Selama berada di Scylaac, tak pernah sekali pun Ayu dan Baskara bertemu dengan penghuni perempuan - setidaknya yang bernyawa. Padahal mereka telah beberapa kali mendengar cerita tentang penghuni-penghuni perempuan. Bahkan dua dari keempat pencetus Scylaac pun adalah perempuan. Selama ini Ayu tak pernah ambil pusing akan hal itu. Tapi begitu akhirnya ia benar-benar melihat seorang penghuni perempuan, seluruh perhatian dan pemikirannya langsung terfokus penuh kepadanya.“Ya, Kakak benar. Itu memang perempuan. Tidak salah lagi.”Baskara kembali memandang Ayu. “Mungkin dia Yuhita atau Lala.”Ayu tidak menjawab. Ia seperti tertegun oleh pemandangan yang seharusnya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan apa yang dari tadi disaksikannya.“Apa mungkin itu ... Zia.”Baskara sedikit mengerutkan dahinya. “Kamu percaya yang seperti itu?”
“Kakak? Kakak tak apa-apa?” tanya Ayu khawatir.“I-iya. Aku baik-baik saja,” jawab Baskara, mencoba bersikap tenang. Tak lama kemudian, ia pun mengoreksi, “Tidak. Aku tidak baik-baik saja. Aku mual.”Baskara pun akhirnya kembali muntah untuk yang kedua kalinya – sebelumnya ia juga telah muntah.“Sebaiknya Kakak tak usah melihatnya lagi. Awasi saja keadaan di sekeliling kita ini. Aku masih membutuhkan bantuan Kakak untuk itu,” kata Ayu lagi, sambil memegang pundak pacarnya itu.“Ya, kamu benar. Mungkin itulah yang terbaik untukku,” jawab Baskara sambil menyeka air matanya yang keluar secara natural oleh karena dirinya muntah.Baskara terguncang melihat pemandangan yang tersaji di depannya. Wajar saja. Aku tak menyalahkannya. Aku pun juga akan mengalami hal yang sama jika menjadi dirinya. Itu bukan sesuatu yang dapat
“Apa itu?”Baskara menengok ke arah Ayu. “Ada apa?”Ayu tidak menjawab. Ia tidak memerhatikan pertanyaan Baskara. Tidak begitu pun, Ayu tetap tidak akan bisa menjawab pertanyaan Baskara. Yang ada di sana itu bukan sesuatu yang pernah dilihatnya sebelumnya. Scylaac tak pernah memperlihatkan yang seperti itu sebelumnya. Itu adalah sesuatu yang baru.“Aku tidak mengerti. Apa maksud semua ini? Mengapa seperti ini?” kata Ayu lagi. Perkataannya kali ini mengindikasikan bahwa ia sudah mulai bisa mencerna apa yang ada di pandangan matanya itu. Walaupun pada akhirnya itu hanya memunculkan tanda tanya baru.Baskara sangat ingin melihat apa yang disaksikan oleh Ayu. Tapi ia takut fokusnya teralihkan dari tugasnya untuk mengawasi sekeliling. Ayu terlihat begitu terkejut. Ia tahu bahwa apa yang disaksikan pacarnya itu bukanlah sesuatu yang normal. Ia yakin dirinya pun juga akan
“Kakak sudah siap?”“Ya.”“Baik. Ayo kita lakukan.”Ayu dan Baskara pun berjalan menuju kaki gunung Tanah Langit.Ayu dan Baskara berjalan berdua di tengah terpaan salju tebal. Mereka hanya mengandalkan cahaya bulan, bintang, dan aurora untuk menerangi jalan mereka. Selama mereka berjalan, Ayu bertugas mengawasi area di depan dan di sebelah kiri mereka. Sementara itu Baskara bertugas mengawasi area di belakang dan di sebelah kanan. Mereka tidak boleh sampai ketahuan oleh penghuni Scylaac lainnya. Ayu tak percaya pada seorang pun penghuni Scylaac selain Baskara. Ia tak ingin ada seorang pun mengetahui apa yang mereka lakukan, sekalipun itu hanyalah seorang pecundang.Perjalanan yang memang sudah semestinya memakan waktu cukup lama itu, semakin terasa lebih lama karena kondisi cuaca yang tidak bersahabat. Salju lebat turun semakin hebat. Ayu dan
“Sudah kuduga. Ternyata memang akan seperti ini jadinya.”Baskara menoleh ke arah Ayu. “Apa maksudmu?” tanyanya.“Para penduduk asli itu. Aku memang sudah menduganya dari awal. Ternyata aku memang mendapatkannya. Kepura-puraan pada mereka.”Baskara terkejut mendengarnya.“Jadi mereka memang bersandiwara?”“Tidak semuanya. Hanya beberapa yang sudah bisa kupastikan begitu. Sisanya, mereka tetap belum bisa kupastikan.”Baskara mengerutkan dahi.“Aku memang sempat ragu awalnya. Sebab ternyata di antara mereka yang sudah kueliminasi pun, banyak juga yang tampil dengan tidak terlihat bersandiwara. Itu benar-benar nyata dan meyakinkan. Aku jadi bingung karenanya. Untungnya, setelah mencari lebih jauh lagi, pada akhirnya aku dapat menemukan juga orang-orang bodoh yang memang jelas-