Malam hari. Pukul 19.00. Denis sudah berada di depan pintu kamar Felysia. Ia mengetuk pintu berwarna coklat itu dengan pelan. Ketukannya berhenti, saat sudah mendapat sebuah jawaban dari orang yang berada di dalam kamar.
"Ada waktu?" tanya Denis sambil menatap Felysia yang masih berdiri di ambang pintu.
"Tentu," jawab Felysia sambil menutup pintu.
Denis dan Felysia pun berjalan menjauh dari kamar. Mereka berjalan menuju pintu keluar hotel. Di sepanjang jalan, mereka hanya diam. Tak ada obrolan sama sekali.
Tak begitu lama, akhirnya mereka sudah berada di luar kawasan hotel. Mereka berjalan menuju pantai yang letaknya tidak begitu jauh dari hotel.
Suasana pantai sekarang sangatlah sepi. Bahkan, cuma ada mereka berdua di sana.
Langkah mereka terhenti, saat sudah hampir mencapai bibir pantai. Felysia memandang bintang-bintang yang menghiasi langit. Sedangkan, Denis memandang lekat bulan purnama.
"Kenapa Anda mengajak saya ke sini?"
Jam 17.00. Semua murid sampai di hotel. Seharian ini, mereka telah berpergian ke pantai, museum, rumah makan. Tentu saja, semua itu sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan oleh para guru. Dan, sekarang mereka bebas mau ngapain saja.Kebanyakan murid memilih untuk masuk ke dalam hotel, untuk mengistirahatkan tubuh mereka. Dan, ada beberapa murid yang memilih untuk pergi ke pantai yang letaknya dekat dengan hotel. Salah satunya adalah Ardiansyah.Laki-laki itu berjalan menuju ke pantai seorang diri. Ia memang sudah sangat lelah. Tetapi, menurutnya, melihat keindahan pantai adalah cara yang paling ampuh untuk menghilangkan rasa lelah.Saat sudah berada di daerah pantai. Ia menuju ke area bibir pantai. Langkahnya terhenti, saat kakinya sudah menyentuh air pantai. Matanya perlahan mulai tertutup. Ia menghembuskan nafas panjang. Lalu, tersenyum tipis.Matanya perlahan mulai terbuka, saat ia merasa ada seseorang di sampingnya. Dan, saat ia melirik ke
Felysia dan Ardiansyah menatap Laura yang tengah menatap balik Ardiansyah. Pandangannya Laura beralih menatap Felysia, lalu tersenyum manis."Bisa pergi dari sini nggak? Gua mau ngomong berdua sama pacar gua," ucap Laura."Lo salah sangka. Gua sama Ardiansyah nggak ada hubungan apa-apa. Tadi gua pegang tangan dia, karena refleks," ucap Felysia."Makasih atas penjelasannya. Tapi, gua mau denger itu dari pacar gua sendiri," ucap Laura sambil menatap manik mata Ardiansyah."Kembali ke hotel. Brian pasti nyariin lo," ucap Ardiansyah."Nggak, Ar. Biar gua jelasin semuanya ke Laura. Gua nggak mau ada kesalahpahaman di antara kalian," ucap Felysia."Tenang aja. Gua percaya sama semua omongan pacar gua. Jadi, lo nggak perlu jelasin apa pun," ucap Laura."Denger, 'kan? Kembali ke hotel sekarang," ucap Ardiansyah."Oke. Gua kembali ke hotel. Tapi, kalau ada apa-apa hubungin gua," ucap Felysia lalu melenggang pergi meninggalkan Laura dan Ardiansy
Jam 14.00. Para murid SMA Nusa Bangsa, kelas XI, sedang ada di sebuah pusat perbelanjaan di Denpasar. Beberapa murid masuk ke dalam pusat perbelanjaan untuk membeli oleh-oleh. Dan, ada beberapa murid lagi yang berdiam diri di dalam bus.Setelah puas berbelanja, para murid pun kembali ke dalam bus. Para murid memang tak diberikan banyak waktu untuk berbelanja. Karena, waktu mereka sangat padat. Setelah ini, mereka harus sampai ke pelabuhan tepat waktu. Kalau tidak, mereka akan ketinggalan kapal.Semua murid duduk di kursinya masing-masing. Saat sudah duduk, para guru pengawas pun mulai mengecek lagi para murid yang berada di dalam bus. Dan, ternyata semua murid sudah duduk di tempat duduknya masing-masing.Di bus nomor 5. Felysia sedang duduk di kursi dekat jendela. Tangannya merogoh tas pinggang berwarna merah muda miliknya, yang ia simpan di tepi kursi. Tak butuh waktu lama, ia pun menemukan HP miliknya.Saat ia mengambil HP dari dalam tas pinggang itu
Mata Felysia mulai membuka matanya, saat ia merasa ada seseorang yang menepuk bahunya. Saat matanya sudah terbuka sempurna, ia melihat Brian sudah berada tepat di depannya. Pandangannya beralih menatap ke arah sisi kirinya. Dan, ternyata sudah tidak ada orang."Jam berapa sekarang?" tanya Felysia."Jam tujuh lebih lima menit," jawab Brian sambil memandang jam tangannya.Pandangannya Felysia beralih menatap kaca bus. Dan, ternyata sudah malam hari. Tidak ia sangka, ia bisa tertidur pulas sampai malam hari."Ini lagi reats area. Mau makan dulu?" tanya Brain sambil mengulurkan tangan kanannya."Mau," ucap Felysia sambil menggenggam telapak tangan Brian.Mereka pun berjalan keluar dari bus sambil bergandengan tangan. Secara perlahan, mereka menuruni anak tangga bus. Sesampainya di luar, padangan Felysia langsung tertuju pada salah satu laki-laki yang sedang berkumpul bersama teman-temannya. Entah kenapa, dari segitu banyak orang, pandangan
Pagi hari. Jam 08.00. Semua bus yang mengangkut seluruh murid SMA Nusa Bangsa, kelas XI, sudah sampai di halaman sekolah SMA Nusa Bangsa.Di halaman sekolah, sudah dipenuhi oleh para orang tua murid yang sedang menunggu anak kesayangannya turun dari bus.Satu per satu murid, turun dari bus. Mengambil barang bawaan mereka di bagasi bus. Lalu menghampiri orang tua mereka yang sudah menantikan kepulangan mereka.Sebuah pelukan hangat menghilangkan rasa kangen yang sudah tersimpan selama 1 Minggu lebih di benak para murid dan orang tua. Sebuah senyuman, sebagai tanda kalau mereka bahagia, karena bisa bertemu kembali.Bus pun langsung melenggang pergi, setelah memastikan para murid sudah turun dari bus. Dan, semua barang bawaan yang ada di dalam bagasi sudah tidak ada lagi.Di satu sisi, ada seorang gadis kecil dan seorang laki-laki menggunakan hoodie berwarna biru cerah saling menatap satu sama lain."Samperin sana," ucap Felysia sam
Laura, Ardiansyah, Nindy sudah sampai di depan indekos Ardiansyah. Kali ini, bukan cuma mereka bertiga, ada satu orang lagi di belakang mereka. Orang itu adalah Felysia.Saat Ardiansyah meminta izin ke Reno untuk mengajak Nindy berpesta di rumahnya. Tiba-tiba, Felysia ingin ikut. Karena, Ardiansyah tidak tega, ia pun juga mengajak Felysia juga.Di depan indekos Ardiansyah, sudah ada tiga preman yang menanti kepulangan mereka. Ketiga preman itu adalah Prata, Reza, Arta. Prata, seorang laki-laki yang memilik rambut panjang, memiliki sebuah tato kalajengking di tangan kirinya. Reza, seorang laki-laki botak yang selalu membawa pisau kecil ke manapun ia pergi. Arta, seorang laki-laki berambut pirang.Mereka bertiga adalah preman yang sangat terkenal. Tiga preman itu terkenal karena keganasan mereka. Tak ada satu pun orang yang berani mendekati mereka. Kecuali, Ardiansyah. Dan, yang terpenting adalah Arta yang pemimpin mereka.Walau tampang Arta tid
Pesta diadakan di indekos Ardiansyah. Acaranya memang terbilang cukup sederhana. Tetapi, kesederhanaan itulah yang membuat mereka bahagia.Makanan ringan, minuman bersoda, jus, roti. Menjadi menu utama pada acara kepulangan Ardiansyah. Arta, Prata, dan Reza pun tidak keberatan dengan makanan dan minuman yang tersedia."Jusnya mana woi, Nindy haus nih!" ucap Prata sambil melihat Reza yang tengah menuangkan sebuah jus ke dalam gelas kaca."Nih," ucap Reza sambil menyerahkan gelas berisi jus jambu kepada Prata.Prata pun mengambil gelas itu dari genggaman Reza. Lalu, memberikannya kepada Nindy yang tengah memakan makanan ringan."Nih, Tuan Putri," ucap Prata."Makasih, Kak Prata," ucap Nindy lalu tersenyum manis.Sebuah senyuman langsung terlihat di wajah Prata, setelah mendengar ucapan terima kasih dari Nindy. Ini yang selama ini ia nanti-nanti. Inilah tempat yang ia cari-cari. Tempat di mana, ia dihormati, disayangi, diperhatikan, tanp
Felysia mengucek matanya perlahan. Lalu, merentangkan kedua tangannya selebar mungkin. Pandangannya beralih menatap kasur yang sekarang sedang ia gunakan tidur.Kasur yang ia gunakan sekarang, berbeda dengan kasur yang biasa ia gunakan untuk tidur. Pandangannya beralih menatap seorang gadis kecil yang tertidur di sebelah kanannya.Sekarang, ia ingat, kalau kemarin dirinya, Nindy ikut berpesta di indekos Ardiansyah. Dan, karena hari sudah malam, mereka berdua pun memilih untuk tidur di indekos Ardiansyah.Pandangan Felysia beralih menatap jam tangannya. Dan, ternyata masih jam 03.00. Ini adalah sebuah pencapaian baru. Baru kali ini, ia bisa bangun sepagi itu. Dan, baru pertama kali juga, ia menginap di rumah temannya.Felysia bangkit dari kasur. Melangkahkan kaki keluar dari kamar Ardiansyah. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu berwarna coklat. Sesampainya di dekat pintu, ia pun langsung membuka pintu tersebut.Ia tersenyum tipis. Karen
Semua murid di SMP Alexander digegerkan dengan kabar tuan muda perusahaan Clover akan datang ke sekolah mereka.Tentu saja hal itu membuat semua warga sekolah menjadi sangat khawatir karena tiba-tiba mereka kedatangan tamu yang sangat penting.Perusahaan Clover sudah menyumbang banyak untuk SMP Alexander. Mulai dari dana, barang-barang, dan makanan. Jadi sedikit saja mereka membuat kesalahan, bisa-bisa perusahaan Clover tidak akan memberi bantuan lagi ke mereka. Dan jika itu terjadi, maka mereka akan kesusahan.Seluruh mata terpusat pada seorang gadis dan seorang laki-laki muda dengan jas hitam sedang berjalan masuk ke dalam area sekolahan.Laki-laki muda itu terlihat sangat berwibawa. Jadi sudah dipastikan kalau laki-laki itulah tuan muda yang sedang dibicarakan oleh warga sekolah. Sedangkan gadis yang sedang bersamanya itu adalah adik dari laki-laki itu."Selamat datang, Tuan Ardiansyah. Kalau boleh tau, ada urusan apa, ya? Kok datang menda
Makan malam keluarga Carles. Kalau biasanya cuma ada Hilda, Carles, dan Ardiansyah di meja makan. Kali ini sedikit berbeda. Karena Felysia, Nindy, Arta, Prata, dan Reza ikut dalam acara makan malam ini atas bujukan dari Ardiansyah.Tentu saja Hilda dan Carles tidak begitu masalah kalau sahabat-sahabat putranya ikut serta dalam acara makan malam ini. Mereka malah senang, karena dengan adanya mereka, Ardiansyah terlihat lebih bahagia dan sering tersenyum.Ardiansyah yang selalu terlihat tegas dan dingin. Malam ini terlihat begitu bahagia dan hangat. Sangat berubah dari hari-hari sebelumnya.Carles bahagia melihat itu. Karena akhirnya Ardiansyah menemukan bahagianya yang telah lama menghilang dari hidupnya."Katanya kamu mau tunangan. Acara tunangannya mau diadain di Indonesia atau di sini?" tanya Carles pada Ardiansyah.Ardiansyah langsung terdiam. Ia sama sekali belum memikirkan tentang tempat acara pertunangannya dengan Felysia. Karena ia pik
Setelah acara makannya selesai. Mereka pun melanjutkan perjalan ke rumah Ardiansyah yang letaknya tidak begitu jauh dari restoran tersebut.Karena letaknya tidak begitu jauh. Mereka hanya perlu waktu sekitar lima menit untuk sampai di rumah Ardiansyah.Dan akhirnya mereka sampai. Mobil mereka memasuki halaman rumah yang terbilang sangat luas. Di hadapan mereka sekarang berdiri sebuah rumah yang terlihat seperti istana mewah.Rumah itu terlihat sangat mewah dan megah. Sudah bisa ditebak, kalau rumah itu adalah rumah yang sangat mahal."Menurut laporan, ayah Anda sekarang masih ada di kantor. Jadi sepertinya hanya ada ibu Anda di dalam," ucap Selly saat mobil sudah berhenti sempurna."Kamu mau ikut masuk atau pulang?" tanya Ardiansyah sambil menatap Selly."Kelihatannya lebih baik saya pulang. Saya nggak begitu mau ikut campur dalam urusan ini," jawab Selly sambil memandang Ardiansyah."Oke. Biar supir ini yang nganter kamu pulang."
Rombongan Ardiansyah sudah sampai di Singapura. Mereka keluar dari bandara untuk menanti jemputan mereka.Ada satu hal lucu yang tadi terjadi di pesawat. Tadi saat pesawatnya ingin lepas landas, Nindy sangat merasa ketakutan, sampai-sampai memeluk tubuh Ardiansyah yang duduk tepat di samping kanannya dengan erat. Gadis kecil itu belum pernah naik pesawat sekali pun. Jadi wajar saja kalau gadis itu ketakutan saat harus naik pesawat untuk yang pertama kalinya.Dan sekarang gadis kecil itu sedang tertidur pulas di gendong Ardiansyah."Yang jemput kita supir rumah atau supir kantor?" tanya Ardiansyah pada Selly yang berdiri tepat di sebelah kirinya."Dua-duanya. Jadi akan dua mobil yang akan menjemput kita," jawab Selly.Ardiansyah pun mengangguk pelan setelah mendengar jawaban Selly. Dua mobil. Mobil pertama akan dinaiki oleh dirinya, Selly, Felysia, dan Nindy. Mobil kedua akan dinaiki oleh Arta, Prata, dan Reza.Tidak lama kemudian ada d
Hari keberangkatan Ardiansyah ke Singapura. Pesawatnya akan berangkat jam 10.00. Dan sekarang sudah jam 09.30.Ardiansyah tidak tau, kapan lagi ia akan ada kesempatan untuk kembali ke Indonesia. Kenangannya di negeri ini sangatlah banyak. Membuatnya tersiksa oleh kerinduan jika tidak cepat-cepat pulang ke negeri ini.Pekerjaannya yang banyak membuatnya sangat susah untuk mempunyai waktu luang. Tetapi karena pekerjaannya yang banyak itulah, ia bisa mengalihkan pikiran sejenak dari semua sahabatnya yang ada di Indonesia.Rasanya baru kemarin ia sampai di Indonesia. Tetapi sekarang sudah harus kembali lagi ke Singapura. Sungguh, ia ingin menikmati waktu bersama sahabat-sahabatnya lebih lama lagi."Apakah Anda akan baik-baik saja setelah ini semua?" tanya Selly sambil memberikan sebuah kaleng minuman bersoda ke Ardiansyah."Apa maksud kamu?" tanya balik Ardiansyah sambil mengambil minuman yang disodorkan oleh Selly."Semua kenangan Anda di
Malam yang sangat dingin. Arta, Prata, dan Reza sedang bermain kartu di bawah langit malam. Dengan beralaskan tikar dan ditemani makanan ringan, mereka membuat malam yang sepi ini menjadi malam yang sangat ramai.Walau terasa sangat ramai. Tetapi tetap saja mereka merasa ada yang kurang. Bukan makanan maupun minuman. Tetapi orangnya. Ada satu orang yang tidak hadir di malam ini dan malam-malam sebelumnya.Orang itu sudah tidak pernah muncul lima tahun belakangan ini. Membuat mereka merasakan kesepian. Karena tanpa orang itu, tidak ada lagi makanan-makanan yang enak. Cuma masakan orang itu yang bisa memuaskan perut mereka. Cuma kehadiran orang itu yang bisa memenuhi lubang di hati mereka.Permainan terhenti, saat ada sebuah motor sport berhenti tepat di dekat mereka. Pengemudi itu menggunakan helm, jadi mereka tidak bisa melihat wajah sang pengemudi motor tersebut.Pengemudi itu mematikan motornya. Dan berjalan ke arah mereka dengan sebuah kantong plastik
Pagi ini, Triana sedang mengawasi Vitra dan Citra yang sedang berlatih di kolam renang. Kali ini mereka berlatih menggunakan kolam renang umum. Karena kolam renang di rumah Triana sedang dibersihkan.Triana mengawasi kedua muridnya itu dari pinggir lapangan. Ia tersenyum kecil, saat sadar bahwa kedua muridnya itu sudah sangat berkembang dibanding saat pertama kali ia melatih mereka.Gerakan renang kedua muridnya itu sudah hampir mirip dengan gerakan ibu mereka. Jadi Triana yakin, kalau kedua muridnya itu akan baik-baik saja di masa depan. Karena level mereka sudah jauh di atasnya.Dari dua muridnya itu, ia sangat mengandalkan Citra. Karena Citra bisa sangat rileks dan fokus saat sudah ada di dalam air. Sedangkan Vitra masih sering kehilangan konsentrasi saat berenang. Itu adalah satu-satunya kekurangan Vitra.Triana menyodorkan dua botol air mineral, saat dua muridnya itu sudah sampai ujung. Muridnya itu sudah berlatih sangat keras hari ini. Jadi su
Bel pulang sekolah berbunyi. Sontak semua murid yang ada di kelas langsung berteriak bahagia. Karena akhirnya mereka bisa lepas dari pelajaran-pelajaran yang membuat kepala mereka pusing.Seorang perempuan cantik keluar dari kelas VIII dengan sebuah senyuman di pipi manisnya. Perempuan itu adalah Nindy Carolina. Seorang siswi yang paling pintar di SMP Pelita.Bukan cuma kepintarannya saja yang membuatnya terkenal. Tetapi kecantikannya juga. Perempuan dengan para cantik itu sudah menolak banyak pria dengan alasan ingin fokus belajar. Dan saking banyaknya pria yang sudah ia tolak, ia bahkan sampai tidak bisa menyebutkannya satu per satu.Nindy berjalan ke arah luar bersama teman-temannya. Saat baru saja sampai di luar gerbang. Ia melihat banyak perempuan dari sekolahnya berkumpul di satu titik. Seakan sedang mengamati sesuatu."Itu ada apa?" tanya Nindy pada salah satu temannya."Katanya sih ada cowok ganteng banget di depan. Kayaknya lagi nung
5 tahun setelahnya. Brian sudah menjadi seorang direktur di sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang ekspor dan impor. Bisa dibilang, sekarang Brian selalu bisa membeli apa yang diinginkannya dengan mudah. Bahkan uang yang ada di tabungannya sekarang sudah tidak bisa ia habiskan dalam kurun waktu 1 Minggu. Saking banyaknya, ia sampai tidak tau lagi mau diapakan semua uang yang ada di tabungannya. Oh, iya. Sekarang ia sudah punya anak. Hikari Aurora Xenovia. Hikari adalah nama yang disarankan oleh Ardiansyah. Sedangkan Aurora adalah nama yang disarankan oleh Laura. Dan Xenovia adalah nama yang disarankan oleh Brian. Brian benar-benar menamai anaknya menggunakan nama yang disarankan oleh sahabatnya itu. Karena baginya, nama Hikari itu adalah keinginan sahabatnya sebelum sahabatnya itu dikabarkan meninggal karena sebuah tembakan. Jadi Brian dengan suka rela mengabulkan keinginan terakhir sahabatnya itu. Hari ini adalah hari y