Mata Felysia mulai membuka matanya, saat ia merasa ada seseorang yang menepuk bahunya. Saat matanya sudah terbuka sempurna, ia melihat Brian sudah berada tepat di depannya. Pandangannya beralih menatap ke arah sisi kirinya. Dan, ternyata sudah tidak ada orang.
"Jam berapa sekarang?" tanya Felysia.
"Jam tujuh lebih lima menit," jawab Brian sambil memandang jam tangannya.
Pandangannya Felysia beralih menatap kaca bus. Dan, ternyata sudah malam hari. Tidak ia sangka, ia bisa tertidur pulas sampai malam hari.
"Ini lagi reats area. Mau makan dulu?" tanya Brain sambil mengulurkan tangan kanannya.
"Mau," ucap Felysia sambil menggenggam telapak tangan Brian.
Mereka pun berjalan keluar dari bus sambil bergandengan tangan. Secara perlahan, mereka menuruni anak tangga bus. Sesampainya di luar, padangan Felysia langsung tertuju pada salah satu laki-laki yang sedang berkumpul bersama teman-temannya. Entah kenapa, dari segitu banyak orang, pandangan
Pagi hari. Jam 08.00. Semua bus yang mengangkut seluruh murid SMA Nusa Bangsa, kelas XI, sudah sampai di halaman sekolah SMA Nusa Bangsa.Di halaman sekolah, sudah dipenuhi oleh para orang tua murid yang sedang menunggu anak kesayangannya turun dari bus.Satu per satu murid, turun dari bus. Mengambil barang bawaan mereka di bagasi bus. Lalu menghampiri orang tua mereka yang sudah menantikan kepulangan mereka.Sebuah pelukan hangat menghilangkan rasa kangen yang sudah tersimpan selama 1 Minggu lebih di benak para murid dan orang tua. Sebuah senyuman, sebagai tanda kalau mereka bahagia, karena bisa bertemu kembali.Bus pun langsung melenggang pergi, setelah memastikan para murid sudah turun dari bus. Dan, semua barang bawaan yang ada di dalam bagasi sudah tidak ada lagi.Di satu sisi, ada seorang gadis kecil dan seorang laki-laki menggunakan hoodie berwarna biru cerah saling menatap satu sama lain."Samperin sana," ucap Felysia sam
Laura, Ardiansyah, Nindy sudah sampai di depan indekos Ardiansyah. Kali ini, bukan cuma mereka bertiga, ada satu orang lagi di belakang mereka. Orang itu adalah Felysia.Saat Ardiansyah meminta izin ke Reno untuk mengajak Nindy berpesta di rumahnya. Tiba-tiba, Felysia ingin ikut. Karena, Ardiansyah tidak tega, ia pun juga mengajak Felysia juga.Di depan indekos Ardiansyah, sudah ada tiga preman yang menanti kepulangan mereka. Ketiga preman itu adalah Prata, Reza, Arta. Prata, seorang laki-laki yang memilik rambut panjang, memiliki sebuah tato kalajengking di tangan kirinya. Reza, seorang laki-laki botak yang selalu membawa pisau kecil ke manapun ia pergi. Arta, seorang laki-laki berambut pirang.Mereka bertiga adalah preman yang sangat terkenal. Tiga preman itu terkenal karena keganasan mereka. Tak ada satu pun orang yang berani mendekati mereka. Kecuali, Ardiansyah. Dan, yang terpenting adalah Arta yang pemimpin mereka.Walau tampang Arta tid
Pesta diadakan di indekos Ardiansyah. Acaranya memang terbilang cukup sederhana. Tetapi, kesederhanaan itulah yang membuat mereka bahagia.Makanan ringan, minuman bersoda, jus, roti. Menjadi menu utama pada acara kepulangan Ardiansyah. Arta, Prata, dan Reza pun tidak keberatan dengan makanan dan minuman yang tersedia."Jusnya mana woi, Nindy haus nih!" ucap Prata sambil melihat Reza yang tengah menuangkan sebuah jus ke dalam gelas kaca."Nih," ucap Reza sambil menyerahkan gelas berisi jus jambu kepada Prata.Prata pun mengambil gelas itu dari genggaman Reza. Lalu, memberikannya kepada Nindy yang tengah memakan makanan ringan."Nih, Tuan Putri," ucap Prata."Makasih, Kak Prata," ucap Nindy lalu tersenyum manis.Sebuah senyuman langsung terlihat di wajah Prata, setelah mendengar ucapan terima kasih dari Nindy. Ini yang selama ini ia nanti-nanti. Inilah tempat yang ia cari-cari. Tempat di mana, ia dihormati, disayangi, diperhatikan, tanp
Felysia mengucek matanya perlahan. Lalu, merentangkan kedua tangannya selebar mungkin. Pandangannya beralih menatap kasur yang sekarang sedang ia gunakan tidur.Kasur yang ia gunakan sekarang, berbeda dengan kasur yang biasa ia gunakan untuk tidur. Pandangannya beralih menatap seorang gadis kecil yang tertidur di sebelah kanannya.Sekarang, ia ingat, kalau kemarin dirinya, Nindy ikut berpesta di indekos Ardiansyah. Dan, karena hari sudah malam, mereka berdua pun memilih untuk tidur di indekos Ardiansyah.Pandangan Felysia beralih menatap jam tangannya. Dan, ternyata masih jam 03.00. Ini adalah sebuah pencapaian baru. Baru kali ini, ia bisa bangun sepagi itu. Dan, baru pertama kali juga, ia menginap di rumah temannya.Felysia bangkit dari kasur. Melangkahkan kaki keluar dari kamar Ardiansyah. Ia melangkahkan kakinya menuju pintu berwarna coklat. Sesampainya di dekat pintu, ia pun langsung membuka pintu tersebut.Ia tersenyum tipis. Karen
Jam 09.00. SMP Pelita sudah dipenuhi oleh para alumni. Acara reuni yang diadakan oleh kepala sekolah SMP Pelita."Oke, acara reuni ini diselenggarakan oleh sekolah. Jadi, kalian para alumni tidak boleh seenaknya sendiri. Kalian masuk ke kelas kalian masing-masing. Kalau ada yang lupa letak kelas dan kelas berapa kalian pada saat kalian masih SMP, di papan pengumuman sudah ada data kalian. Jadi, nggak ada alasan kalian buat salah masuk kelas."Suara itu terdengar jelas di seluruh penjuru SMP Pelita. Suara seorang guru yang dulunya sangat terkenal karena selalu memberikan ulangan harian secara mendadak. Guru itu adalah Vito. Laki-laki itu juga pernah menjadi guru di SMP Pelita. Makanya, ia juga menghadiri acara reuni ini.Semua alumni pun masuk ke kelas mereka masing-masing. Hampir semua alumni datang, cuma ada beberapa orang saja yang tidak datang. Beberapa orang itu memang memiliki alasannya masing-masing. Ada yang sudah pergi ke luar kota, ada yang
Jam 14.00. Laura sedang berada di sebuah supermarket yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahnya. Ia ke supermarket, karena ingin membeli beberapa cemilan dan minuman untuk menjadi santapannya saat sedang menonton film.Laura menatap lekat sosok laki-laki yang ada di hadapannya. Sebuah senyuman muncul begitu saja. Tetapi, dengan cepat, Laura menghapuskannya begitu saja."Kenapa? Nyari Ans?" tanya Laura pada sosok laki-laki yang ada di hadapannya."Enggak, gua nyari lo," jawab sosok laki-laki itu."Kenapa?""Gua mau tau tentang cinta pertamanya Ar."Mata Laura membulat sempurna. Cinta pertama kekasihnya, ia tidak tau detail tentang itu. Ia juga tidak tau tentang siapa wanita yang membuat Ardiansyah merasakan cinta untuk pertama kalinya. Yang ia tau, hanya Ardiansyah pernah mencintai wanita dengan sangat-sangat tulus. Tetapi, perasaan tulisnya itu harus berakhir oleh keadaan."Lo sahabatnya Ar. Kenapa lo nggak nanya sendiri? Brian Cah
Felysia menghentikan langkahnya, tepat di hadapan seorang laki-laki yang menggunakan sebuah hoodie berwarna biru muda dan celana panjang berwarna biru dongker.Plak!...Sebuah tamparan keras, mendarat tepat di pipi sebelah kanan Ardiansyah. Tentu saja, orang yang menampar pipi Ardiansyah adalah Felysia. Padahal mereka sedang berada di pinggir jalan. Dan, banyak orang di sekeliling mereka. Tetapi, itu tidak menjadi penghalang buat Felysia untuk menampar Ardiansyah.Ardiansyah menyentuh pelan pipi sebelah kanannya. Sakit. Tetapi, ia sudah terbiasa dengan rasa sakit. Jadi, ia tidak terlalu mengkhawatirkannya."Apa lo gila? Kita di pinggir jalan dan banyak orang. Tapi, dengan mudahnya lo nampar gua? Urat malu lo udah putus?" tanya Ardiansyah."Orang pembohong kayak lo memang pantas dapat tamparan," ucap Felysia."Apa maksud lo?""Mau sampai lo berpura-pura, Elvano Ardiansyah Sora?"Seketika, Ardiansyah langsung tersentak
Jam 09.00. Hari ini, di SMA Nusa Bangsa akan diadakan sebuah pertandingan lomba renang. Kali ini, SMA Pelita akan melawan SMA Cipta Karya. Tentu saja, para orang tua murid juga diundang untuk melihat pertandingan itu.SMA Nusa Bangsa. Kali ini, sangat mengandalkan Hariz dan Laura. Karena, Hariz adalah ketua ekskul renang pria dan Laura adalah ketua ekskul renang putri.Sedangkan, SMA Cipta Karya. Kali ini, sangat berharap dengan Vitra dan Citra. Sepasang adik-kakak yang memiliki wajah kembar. Citra, sang kakak menjabat sebagai ketua ekskul renang putri. Sedangkan, Vitra, menjabat sebagai ketua ekskul renang pria.Kedua orang yang selama ini bisa dibilang tidak dapat dikalahkan. Apa lagi, Vitra. Laki-laki itu sudah menantang seluruh murid ekskul renang yang ia temui. Dan, selalu berakhir dengan sebuah kemenangan.Kali ini, Vitra berharap, kalau ada salah satu anggota ekskul renang SMA Nusa Bangsa bisa mengalahkannya. Ia sudah sangat muak dengan kekalahan.