Orang yang datang itu tidak lain adalah ibunya Mia, yaitu Hera Zubir. Dia diikuti oleh resepsionis yang tersengal-sengal di belakangnya. "CEO, dia menyelinap datang kemari. Aku nggak bisa menghentikannya."Loren awalnya hendak meminta maaf. "Maaf ...."Melihat jika orang itu adalah Hera, raut wajah Loren pun langsung berubah. "Apa yang kamu lakukan di sini? Jangan-jangan Mia bunuh diri dan kamu datang untuk memberitahukan kematiannya kepada kakakku?""Kalau begitu, aku benar-benar minta maaf. Putrimu dan kakakku sudah nggak lagi punya hubungan ....""Oh nggak. Dari awal dia juga nggak punya hubungan apa pun dengan kakakku. Jadi, apakah dia hidup atau mati, semua itu urusan Keluarga Lenova sendiri."Loren mengatakan semua itu dengan nada sinis. Namun, Hera sama sekali tidak menatapnya. Dia malah mendorong Loren agar minggir dan bergegas masuk."Pak Leon, Pak Leon ...." teriak Hera sambil berlari. "Pergilah menemui Mia. Dia mengurung diri di kamar dan nggak mau makan minum selama beberap
"Entah itu insiden penculikan yang dialami oleh Bu Violet sebelumnya, atau saat dia diam-diam memberi obat pada Mia. Juga, dua hari lalu ketika dia menyuruh seseorang menyamar sebagai Bu Violet untuk menculik Mia dan akhirnya memberikan flash disk berisi bukti kejahatan Mia kepada Pak Leon, semua itu adalah perbuatannya."Loren menatap tajam pada wajah Hera. Bahkan, di usianya yang hampir lima puluh tahun, wajah Hera masih terlihat menawan. Loren mencoba untuk melihat apakah yang dikatakan Hera itu bohong atau tidak.Tidak. Tidak ada tanda-tanda kebohongan di sana.Tidak ada kepanikan, tidak ada perasaan bersalah, ekspresi wajah Hera begitu alami.Entah semua yang dikatakannya itu benar, atau aktingnya yang terlalu bagus.Loren lebih memilih percaya pada yang kedua, karena dia tidak bisa menerima jika Mia mungkin saja tidak bersalah.Tepat ketika Loren hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba saja Leon angkat bicara. "Sudah selesai bicaranya?"Loren menatap Leon dengan tidak percaya.Jadi,
Semua orang yang ada di situ sontak menganggap Mia berada dalam bahaya, termasuk Leon yang pada akhirnya tidak bisa tetap bersikap acuh tak acuh.Dia bergegas melangkah maju dan mengulurkan tangannya hendak meraih Mia, sayangnya dia kurang cepat.Mia pasti mati jika terjatuh dari gedung setinggi 88 lantai itu. Namun, ternyata Mia hanya terjatuh tiga lantai jauhnya karena seorang pekerja pembersih kaca menangkapnya.Lengan pekerja itu sangat kuat dan berotot sehingga dia bisa menangkap tubuh Mia yang terjatuh dengan mudahnya.Nyawa Mia pun berhasil diselamatkan. Lengan kirinya terluka, tetapi bukan luka yang serius.Mia menolak tawaran Hera untuk membawanya ke rumah sakit."Aku nggak mau ke rumah sakit, Bu," tolak Mia dengan ekspresi yang masih terlihat lebih baik mati saja. "Luka seperti ini nggak mungkin bisa membunuh seseorang."Plak!Hera menampar pipi Mia. "Apa kamu setega itu mencampakkan orang tuamu demi seorang pria yang sama sekali nggak punya hati?""Iya, aku setega itu!" jeri
"Ya sudah, sana pergi dan jemput dia!" kata Violet sambil tertawa.".... Bos, Bos sudah tahu semuanya?" tanya Sheva, lalu menertawakan dirinya sendiri. "Yah, tapi 'kan Bos memang pintar sekali. Mana mungkin Bos nggak tahu apa-apa?""Memangnya aku tahu apa?" Violet balik bertanya dengan ekspresi bingung. "Aku nggak tahu apa-apa kok, aku tahunya cuma Lanny memang agak kasihan.""Kebetulan juga nama keluarganya sama denganmu. Selain itu sih aku nggak tahu apa-apa lagi.""Dia itu kakak kandungku!" jawab Sheva sambil tersenyum dengan getir. "Selama ini aku ingin sekali membawanya keluar dari rumah Keluarga Lenova, tapi aku takut itu malah mempersulitmu."Plak!Violet memukul Sheva dengan kesal. "Memangnya kamu pikir aku sebegitu nggak bergunanya sampai-sampai nggak bisa mengurus satu anggota Keluarga Lenova?""Tentu saja nggak," jawab Sheva sambil mengusap-usap bagian tubuhnya yang terasa sakit. "Cuma 'kan lebih baik sebisa mungkin menghindari masalah. Kamu juga masih harus balas dendam ...
Memang makin berharap tidak menemui seseorang, maka makin besar kemungkinan orang itu justru malah muncul!Violet sebenarnya ingin mengabaikan mereka saja.Namun, Adis tidak bisa bersikap seperti itu. Bagaimanapun juga, dia masih harus menjaga citranya.Violet pun mendorong Adis pergi dengan ekspresi datar. Begitu melangkah, dia langsung berujar, "Wah, kebetulan sekali. Pak Adis harus rehabilitasi dulu, jadi silakan Pak Leon menunggu di ruang tunggu dulu kalau nggak buru-buru."Leon menatap wajah Violet yang cantik, tetapi dingin itu, lalu tersenyum kecil. "Seingatku, Nona Violet 'kan cuma seorang pengasuh."Suaranya terdengar pelan dan lembut, tetapi semua orang menyadari makna yang tersirat. "Atau apa kamu pikir kamu bisa mewakili Pak Adis?""Hari ini memang sial," sahut Adis kepada Leon sambil tersenyum datar."Tuh, dengar, Pak Leon?" tanya Violet sambil tersenyum. "Tapi, Pak Leon benar sih. Tadi aku memang agak kurang ajar.""Biar kuperjelas, aku bukannya menargetkan Pak Leon. Aku
"Memangnya nggak?" sahut Mia dengan ekspresi memprotes. "Aku sengaja jauh-jauh ke sini buat minta maaf kepadamu dan kamu bilang sudah memaafkanku, tapi Kakak malah mempermalukanku.""Kak Violet, bilang saja kalau memang Kakak nggak mau memaafkanku."Violet menatap Mia sebentar, lalu berkata sambil tersenyum, "Benar juga sih, tapi aku nggak akan berpura-pura dalam hal ini."Violet pun membungkukkan tubuhnya, lalu menarik Mia bangkit berdiri. Belum sempat Mia berdiri dengan mantap, Violet langsung mendorongnya dengan kencang.Bruk!Mia tidak menyangka Violet seberani ini di depan Leon dan Adis.Karena tidak siap, Mia pun terjatuh kembali."Oh, ya ampun ...." kata Violet sambil menyengir. "Aku mendorongmu lagi!"Setelah itu, Violet menoleh menatap Leon dan sengaja bertanya, "Apa tadi Pak Leon sudah melihat sendiri bagaimana aku mendorong kekasih Pak Leon?""Kalau belum, sini biar kukasih lihat lagi."Violet kembali menarik Mia bangkit berdiri, lalu mendorong Mia dan bahkan menendang perut
Sementara itu, Mia merasa kesal dan jengkel setengah mati. Dia awalnya berniat mempermalukan Mia, tetapi malah dia yang ujung-ujungnya menderita.Namun, yang membuat Mia makin marah adalah karena Leon tidak mengacuhkannya. Di sepanjang perjalanan pulang, Mia terus melayangkan protes, "Paman, sekarang Kak Violet sudah berubah total. Padahal dulu dia selalu lembut dan pendiam, nggak peduli mau diomongin atau diapa-apain. Sekarang, dia jadi semenakutkan itu. Aku jadi mempertanyakan, jangan-jangan sifat lembutnya dulu cuma akting?"Leon balas melirik Mia dengan sorot tatapan serius, lalu menjawab dengan acuh tak acuh, "Kalau takut ya nggak usah cari masalah lagi dengannya."Mia sontak terdiam.Apa-apaan itu maksudnya?Jelas-jelas dialah yang jadi korban!Makin Mia memikirkannya, makin dia merasa marah. Akan tetapi, Mia tidak berani berkomentar apa-apa. Lebih baik dia menahan diri karena rasa percaya Leon kepadanya baru muncul kembali.Karena emosinya terus ditahan, begitu sampai rumah, Mia
Leon berdeham, lalu bertanya dengan nada serius, "Siapa?""Nona Mia dan ibunya."Binar harapan dalam sorot tatapan Leon langsung lenyap. "Usir mereka!"Leon menunggu semalaman, tetapi orang yang dia harapkan datang tidak kunjung muncul. Leon pun berdiri di depan jendela bergaya barat yang menghadap ke gerbang, lalu menyalakan sebatang rokok.Dia mengepulkan asapnya dan berujar menertawakan dirinya sendiri, "Aku ini sebenarnya sedang apa sih?"...Violet memang awalnya berencana diam-diam menjenguk neneknya Leon, sayangnya sesuatu terjadi pada Adis.Sewaktu Violet sedang ke toilet sebuah toko pakaian, Adis malah ditikam orang.Untung saja tikaman itu tidak fatal. Meskipun begitu, Adis tetap terhitung terluka parah karena bilah pisaunya dilumuri dengan racun.Violet harus secepatnya mengeluarkan racun itu, jadi dia meminta Sheva untuk menyamar sebagai dokter keluarga dan ke rumah tua untuk menggantikan dirinya.Ilmu pengobatan Sheva juga cukup hebat.Setelah seharian mencemaskan kondisi
"Benarkah?" Mia mengamati kerutan dan senyuman Leon dengan saksama, tetapi tidak melihat ada kebohongan tersirat.Jadi dialah yang terlalu sensitif dan berpikir terlalu banyak?Mia mengerutkan kening dan berkata, "Bukannya mustahil, tapi kita bisa menunggu sampai pernikahan selesai!""Oke!"Melihat Leon langsung setuju, keraguan Mia pun mengecil. Mungkin memang benar dialah yang terlalu mengkhawatirkannya.Setelah menikah, dia akan mendiskusikannya dengan orang itu.Lagi pula setelah menikahi Leon, seluruh Keluarga Jiwono akan menjadi miliknya....Pernikahan berlangsung sesuai jadwal.Semuanya dibuat sesuai dengan permintaan Mia. Semuanya sangat mewah dan bisa digambarkan sebagai peristiwa besar yang belum pernah terjadi sebelumnya.Boni dan Hera duduk di kursi utama, sementara Nyonya Anisa ....Sama sekali tidak hadir.Bukan hanya Nyonya Anisa, tetapi Loren juga.Hanya saja Mia tidak peduli, lagi pula dia juga tidak ingin melihat mereka berdua.Mia yang berjalan di karpet merah denga
Sebelum Erga sempat bereaksi, matanya tiba-tiba terbuka lebar dan seluruh lubang di tubuhnya mulai mengeluarkan darah ...."Erga ...."Leon buru-buru berjongkok dan meraih pergelangan tangannya, "Itu Carmelia bukan?"Seluruh tubuh Erga sakit seolah ada ribuan semut merayap dan darah terus mengalir dari telinganya. Dia sama sekali tidak bisa mendengar apa yang Leon katakan."Katakan, itu dia atau bukan?"Tidak peduli bagaimana Leon bertanya, Erga tidak bisa menjawab lagi.Karena tidak hanya telinganya yang tidak bisa mendengar, dia juga tidak bisa berbicara hingga seluruh darah di tubuhnya terkuras habis.Sorot mata Leon menjadi tajam saat melihat Erga dalam genangan darah. Dia sudah mengetahui jawaban yang dia inginkan.Setelah meninggalkan ruang bawah tanah, Leon pergi mencari Mia. Kali ini sikapnya cukup lembut, "Masih ada hal lain yang perlu ditambahkan dengan pernikahan besok nggak?"Mia tidak bodoh. Jelas ada yang salah dengan sikap Leon, "Kamu begitu takut aku akan menyerang Viol
Setelah mendengar ini, Carmelia langsung berkata, "Ini pasti ulah Leon lagi!"Violet meliriknya dan wajahnya menjadi serius, "Kenapa kamu begitu yakin?""Siapa lagi kalau bukan dia?" Wajah Carmelia penuh amarah, "Kamu baru saja membeli saham Grup Jiwono, lalu Erga dan Pandu muncul. Ini jelas bukan kebetulan.""Mungkin bukan Leon, tapi musuh lamaku?" Violet terkekeh, "Lagi pula, ada orang lain yang lebih menginginkan nyawaku selain Leon!"Carmelia terdiam sejenak, "Mungkin kecurigaanmu benar. Sekarang Erga dan Pandu ada di mana? Tanyakan siapa yang mengutus mereka."Sorot mata Violet berubah, "Mereka menghilang ....""Menghilang?" Carmelia mengerutkan kening, "Entah bersembunyi karena takut kamu akan membuat perhitungan dengan mereka atau ....""Sekarang aku akan menyuruh seseorang menyelidikinya!"Saat berbicara, Carmelia mengambil ponsel di meja samping kasur dan menghubungi sebuah nomor, "Cari tahu keberadaan Erga dan putranya!"Setelah mengakhiri panggilan, Carmelia menarik Violet u
Leon menyetujui permintaan Pandu, "Oke!"Pandu menjilat bibirnya, "Seseorang mencariku dan bilang selama aku menyerang Violet, dia akan membantuku merebut Grup Hardi kembali ....""Siapa?" Leon tidak memiliki kesabaran untuk mendengarkan omong kosongnya, hanya ingin tahu siapa yang membantu Mia."Itu ...."Saat Pandu hendak mengucapkan sesuatu, tiba-tiba ada rasa sakit yang tajam di tenggorokannya seolah dijejali sesuatu. Tidak hanya menyakitkan, tetapi juga begitu mencekik sampai tidak bisa bersuara lagi.Setelah melihat ini, Erga bergegas maju dan bertanya dengan khawatir, "Ada apa denganmu?"Pandu tidak bisa menjawab, dia takut tenggorokannya hancur. Akan tetapi, hal itu tidak bisa meredakan rasa sakitnya.Wajahnya langsung memerah dan akhirnya mati lemas dalam waktu singkat."Pandu ...."Erga memanggil nama Pandu dengan air mata berlinang, tetapi dia tidak bisa lagi menjawab.Apa yang terjadi pada Pandu membuat Erga semakin rumit dalam menghadapi pertanyaan Leon, dia tidak berani m
Mia berkata sebelum menyesuaikan postur tubuhnya dan menatap Leon sambil tersenyum, "Kalau kamu masih ingin memberi padanya, silakan. Aku nggak tahu apakah dia masih bisa hidup saat menerimanya!"Leon benar-benar ingin langsung membunuh Mia, "Sebaiknya kamu bisa tetap sesombong ini selamanya!""Aku juga nggak mau begini. Kamulah yang memaksaku!" Mia terkekeh pelan, "Sudah lama kubilang kesabaranku terbatas dan tabiatku buruk, kamulah yang nggak mau percaya!"Leon tidak ingin lagi mengucapkan sepatah kata pun kepada Mia, jadi dia berbalik dan pergi.Melihat Leon pergi dengan marah, Mia menyenandungkan lagu pendek dengan gembira, "Leon, menyenangkan sekali bisa mengendalikanmu!"Begitu tujuannya tercapai, dia tinggal menunggu untuk menjadi pengantin dengan tenang....Leon pasti akan melakukan apa pun yang Mia katakan demi keselamatan Violet dan menyuruh Joshua untuk mempersiapkan pernikahannya.Dia mengira kalau berpura-pura tidak peduli, Mia tidak akan lagi menggunakan Violet sebagai a
Situasinya sangat berbahaya dengan serangan dari kedua sisi.Orang biasa tidak bisa menghindarinya, tetapi Violet sama sekali tidak berpikir demikian.Jangankan dua orang, mau ditambah beberapa orang lagi saja Violet tidak takut. Belum lagi itu hanya dua orang biasa. Akan tetapi, dia sengaja membiarkan dirinya terluka.Melihat Violet terluka, Erga dan Pandu merasa sangat sombong.Terutama Pandu, "Violet, bukankah kamu pintar bertarung? Ternyata cuma begitu saja. Hari ini aku harus membalaskan semua penghinaan yang kamu berikan padaku!"Pandu berkata sambil mengangkat pisau di tangannya dan menikam Violet lagi ...."Hentikan!"Falcon muncul dan mendorong Pandu, "Beraninya menyentuh wanitaku, sudah bosan hidup, ya!?"Pandu melihat kemunculan mendadak Falcon dengan tidak percaya, "Adis, ternyata kamu belum mati!?""Nggak cuma belum mati, tapi kamu juga bisa berjalan?""Jadi kamu selalu berpura-pura lumpuh sebelumnya?"Erga juga terkejut, "Adis, nggak kusangka selama ini kamu berpura-pura
...Pintu gerbang Vila Aster.Begitu Leon keluar dari mobil, Mia menghalangi jalannya, "Leon, apa maksudmu? Kamu benar-benar ingin mentransfer semua atas namamu kepada Violet?"Leon bahkan tidak menatapnya, "Minggir!""Kamu memberikan segalanya kepada Violet, terus aku bagaimana?" Mia tidak bisa duduk diam lagi setelah mendengar kabar ini.Meskipun mencintai Leon, mustahil dia tidak peduli dengan uangnya.Leon mendorong Mia menjauh, "Aku memberikan barang-barangku kepada siapa pun yang kusuka, kamu nggak berhak ikut campur.""Sementara dirimu, nggak ada hubungannya denganku!""Leon!" Mia sangat marah dan meneriakkan namanya melalui gigi terkatup, "Jangan lupa, kita akan segera menikah. Sekarang setengah dari milikmu adalah milikku. Kalau aku nggak setuju, kamu nggak berhak memberikannya pada Violet si wanita jalang itu!"Leon tiba-tiba meraih dagu Mia, sepasang mata gelapnya begitu tajam dan berkata perlahan, "Pernikahan dibatalkan!"Setelah mengatakan itu, Leon mendorongnya dan pergi
Falcon tersenyum pada Violet, "Dik, kamu sudah melepas topengku. Jadi mulai sekarang kamu adalah pacarku!""..."Violet mengerutkan keningnya.Meskipun awalnya Violet curiga pria bertopeng itu adalah Falcon, dia telah memastikan dengan Sandy dan mengetahui kalau pria itu jelas terluka parah serta tidak bisa turun gunung ....Violet bukanlah orang bodoh dan langsung mengerti, "Kamu sama sekali nggak terluka, cuma menggunakan tipuan untuk menipu Sandy!"Falcon mengangkat alisnya, "Pacarku pintar!""Siapa pacarmu!?" Violet tidak mau mengakuinya."Seperti yang kubilang, siapa pun yang melepas topengku akan menjadi pacarku ....""Ha!" Violet mencibir, "Kamu sendiri yang melepasnya!""Kenapa? Mau menyangkalnya?" Falcon menghela napas, "Rugi aku mempertaruhkan nyawaku untuk menyelamatkanmu dari api, alhasil kamu malah nggak mau bertanggung jawab!""Kalau nggak bisa bicara, tutup saja mulut baumu itu!"Tidak mau bertanggung jawab apanya? bukankah keduanya juga tidak punya hubungan apa pun?Sel
"Jangan bicara omong kosong!" Violet terlihat serius, "Aku pasti akan menemukan cara untuk membuatmu seperti sebelumnya!""Oke, aku percaya padamu!" Carmelia berkata dan menguap, "Kamu sudah sibuk sepanjang hari, pergi dan istirahatlah. Aku juga agak lelah!""Selamat malam!"Setelah meninggalkan kamar Carmelia dan pintu ditutup, Violet berhenti di depan pintu sebentar dengan wajah muram. tidak ada yang tahu sebenarnya apa yang sedang dia pikirkan....Malam sudah larut.Di awal musim hujan, perbedaan suhu antara siang dan malam sangat jelas terlihat.Violet berdiri di balkon dengan gaun tidur tipis setelah mandi tanpa mengeringkan rambutnya.Tubuhnya tidak terasa terlalu dingin. Yang benar-benar membuatnya dingin adalah ...."Ini dingin sekali, kok rambutmu nggak dikeringkan?"Saat suara pria yang dalam terdengar, jaket besar disampirkan di bahu Violet dan handuk tebal menutupi kepalanya. Kemudian sepasang tangan besar menekan kepala Violet dan menggosoknya dengan agak kasar."Jangan m