Share

Bab 22

Author: Jalita Haira
Kemarahan yang berlebihan bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Desi memang punya riwayat tekanan darah tinggi.

Lupakan saja. Jika memang harus pergi, Violet bisa sekalian saja diam-diam memeriksa nadinya. Dia akan melihat bagaimana kondisi kesehatannya akhir-akhir ini!

**

Rumah tua Keluarga Jiwono.

Begitu Leon masuk, tiba-tiba sebuah bantal melayang ke arahnya. Dia sedikit menggeser badan, membuat bantal itu malah tepat mengenai dahi Violet yang ada di belakangnya.

Violet terdiam.

Untung ini hanya bantal. Bagaimana kalau ini benda lain?

Bagaimana kalau yang berada di belakangnya adalah Mia?

"Leon, kamu makin hebat, ya. Kamu makin berani nggak menganggapku serius lagi. Aku baru pergi beberapa hari, tapi kamu malah mau bercerai dengan Violet."

Saat melihat Violet, wajah Desi yang tadinya marah langsung berubah. Dia bertanya, "Violet?"

"Nenek," sapa Violet sambil tersenyum padanya.

Desi mengedipkan, lalu bertanya, "Aku nggak sedang bermimpi, 'kan?"

Bukankah katanya Violet menghilang?

Desi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 23

    Masalah memiliki anak, Violet memang pernah memikirkannya. Namun, itu semua sudah berlalu. Sekarang dia hanya ingin bercerai dari Leon.Lagi pula, saat ini Leon hanya sedang mengelabui neneknya.Begitu masuk ke kamar, Violet langsung melepaskan tangan Leon. Dia berkata, "Kamu nggak seharusnya asal bicara omong kosong di depan Nenek. Dia akan menganggapnya serius.""Kalau begitu, anggap saja serius," balas Leon."Apa maksudmu?""Bagaimana menurutmu?" Bibir Leon yang menawan membentuk senyuman penuh arti.Violet menatapnya sejenak, tertawa, lalu membalas, "Kamu ingin aku memberimu seorang anak? Leon, sepertinya kamu benar-benar sudah jatuh cinta padaku!""Bukannya tadi kamu bilang kalau strategi tarik ulur nggak akan mempan padamu? Menurutku, hasilnya cukup bagus."Ketika mendengar itu, mata hitam Leon sedikit menyipit. Dia berkata, "Nenek menyukainya. Kalau nggak, apa kamu pikir kamu layak?""Kenapa dulu aku nggak pernah melihatmu sepatuh ini?" kata Violet menyindir balik. "Tapi untuk m

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 24

    Terlepas dari hal lainnya, Leon kadang-kadang masih cukup peduli pada neneknya. Jika tidak, dia tidak akan hanya menandatangani setengah dokumen tadi.Ini bukan berarti pria itu tidak ingin bercerai, tetapi dia tidak berani karena ada Desi!Tanpa berkata lebih banyak, Violet langsung berbalik.Namun, rambutnya yang diikat ke belakang tiba-tiba ditarik oleh pria itu.Violet benar-benar tidak menyangka Leon akan melakukan gerakan yang ....Hanya akan dilakukan di antara pasangan seperti ini.Setelah tertegun sejenak, Violet berbalik, menatapnya tanpa ekspresi, lalu berujar, "Leon, tolong lihat baik-baik. Aku ini Violet, orang yang paling kamu benci, bukan Mia."Pria ini pasti sudah memakan sesuatu yang tidak seharusnya, makanya dia bertingkah aneh seperti ini!Leon hanya menatapnya sekilas sebelum berujar, "Nenek sedang mengawasi."Violet terdiam.Violet memalingkan wajahnya, melihat Desi yang ada di jendela lantai dua. Begitu melihat Violet menoleh, Desi segera bersembunyi di balik tira

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 25

    Boleh apanya!Violet hampir saja meledak marah!Bukan karena dia tidak ingin merawat Desi, tetapi ....Apa hak Leon untuk mengambil keputusan itu?Apakah dia belum sadar bahwa semuanya sudah berbeda? Apa dia masih mengira semua harus berjalan sesuai keinginannya seperti dulu?"Violet, kamu nggak bicara, apakah itu berarti kamu nggak mau?" Desi menggenggam tangannya dengan wajahnya penuh kekecewaan, lalu menambahkan, "Kalau Violet nggak mau, lupakan saja. Ini hanya keseleo sedikit, aku nggak akan mati karenanya!"Setelah mengatakan ini, Desi menghela napas panjang. Kemudian, dia berkata, "Memang nggak ada yang suka dengan orang tua.""Aku mau. Bagaimana mungkin aku nggak mau?" Meskipun tahu bahwa Desi sedang berakting, Violet tetap tidak tega melihatnya seperti ini."Benarkah?" Desi langsung terlihat senang."Ya, aku akan tinggal untuk merawat Nenek."Lagi pula, Leon juga jarang datang ke rumah ini, jadi tak ada masalah jika dia tinggal di sini.Anggap saja ini sebagai balas budi atas p

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 26

    Ponselnya berdering. Ini adalah panggilan dari Adis.Dia jarang meneleponnya, jadi pasti ada sesuatu yang penting kali ini.Terlebih lagi ini sudah larut malam.Khawatir Leon akan mendengar, Violet pergi ke balkon untuk menjawab telepon."Kak Adis, ada apa?""Nggak ada apa-apa, aku hanya ingin memberitahumu kalau obat yang kamu berikan sudah aku coba. Hasilnya cukup bagus.""Benarkah?" Ketika mendengar bahwa hasilnya bagus, Violet merasa sedikit bersemangat. Dia melanjutkan, "Kalau begitu, minumlah sesuai jadwal. Kalau sudah habis, aku akan mengirimkannya lagi."Setelah selesai mandi, Leon mendengar suara Violet di balkon ketika keluar.Mata gelapnya menyipit. Saat dia berjalan ke arah itu, tepat sekali dia mendengar ...."Tentu saja aku merindukanmu ...."Merindukan siapa?Sheva?Tatapan Leon langsung menjadi dingin.Dia berbalik kembali ke kamar. Dalam perjalanan, dia menendang sebuah kursi dengan keras.Sebenarnya, yang terjadi adalah Adis berkata, "Sudah beberapa hari kita nggak be

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 27

    Awalnya, Violet tidak berniat untuk bertindak kasar, tetapi lelaki ini terus memaksanya. Kalau begitu, untuk apa dia harus menahan diri?Violet mengangkat kaki kanannya, mengarahkan ke bagian tertentu, lalu menendangnya.Begitu melihat ini, Leon langsung menangkap kaki kanannya. "Violet, entah kamu mencoba mengalah untuk menang, atau berpura-pura menolak hanya untuk memancingku. Sebaiknya kamu tahu kapan harus berhenti.""Heh ...."Violet hanya tertawa dingin, lalu menanggapi, "Leon, percaya diri itu bagus, tapi jangan terlalu percaya diri. Kamu bukan uang yang akan disukai oleh semua orang."Mata gelapnya menatap tajam. Setelah lima detik, Leon akhirnya berkata, "Katakan, berapa yang kamu mau untuk melahirkan seorang anak?"Violet tertegun.Dia menarik kerah baju tidurnya, lalu bertanya, "Kamu sangat ingin aku memberimu anak? Benarkah ini hanya karena Nenek menyukaiku?"Mata Leon sedikit menyipit. "Kalau bukan itu, apa lagi?""Kenapa nggak kamu tanyakan pada dirimu sendiri?" Dengan se

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 28

    Perasaan kesal yang begitu kuat membuatnya pergi ke taman belakang untuk menenangkan diri.Violet duduk lama di bangku taman. Baru setelah itu suasana hatinya sedikit membaik.Meskipun sebenarnya dia tidak ingin kembali ke kamar, dia tetap harus kembali.Ini bukan demi siapa-siapa, hanya agar Desi bisa tidur nyenyak. Terlebih lagi, dia baru saja pulang hari ini.Violet berdiri lama di depan pintu kamar.Dia benar-benar tidak ingin berbagi kamar dengan si bajingan itu.Setelah mengambil napas dalam beberapa kali, Violet dengan enggan mendorong pintu. Begitu dia masuk, dia mendengar suara Leon yang sedang menelepon di balkon.Violet bersumpah, dia tidak bermaksud menguping. Namun, mereka sedang melakukan panggilan suara atau video yang volumenya cukup besar."Paman, sejak tadi malam kamu nggak mengangkat teleponku. Aku pikir kamu terlalu sibuk bekerja. Siapa sangka tadi Loren meneleponku dan memberitahuku kalau Kak Violet sudah pulang.""Sekarang kalian berdua ada di rumah tua. Katanya k

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 29

    Ekspresi serius di wajah Violet membuat Desi merasakan firasat buruk. Dia segera menutupi dadanya, berpura-pura merasa tidak nyaman, lalu berujar, "Mungkin semalam aku kurang tidur. Sekarang dadaku terasa sakit. Loren, cepat bantu Nenek kembali ke kamar."Loren segera bangkit berdiri. "Baik.""Nenek ...."Tanpa memberi kesempatan pada Desi dan Loren untuk melanjutkan sandiwara mereka, Violet kembali berbicara, "Apa yang ingin aku katakan, aku rasa Nenek sudah bisa menebaknya ...."Menyadari apa yang akan dilakukannya, Leon langsung menggenggam pergelangan tangannya. Dia berkata, "Apa kamu lupa dengan apa yang sudah aku katakan?"Violet meliriknya sekilas, lalu langsung menepis tangannya. Dia kembali memandang Desi, lalu mulai menjelaskan, "Nenek, sesuatu yang nggak sejalan tetap nggak akan berbuah manis meski dipaksakan. Lagi pula, kami memang nggak ditakdirkan bersama!""Violet ...." Desi mendekatinya, menggenggam tangannya, lalu berujar, "Nenek tahu kalau bocah nakal ini sudah melaku

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 30

    Violet merasa hatinya masam saat membalas, "Baiklah!"Ketika melihat dua orang itu berjalan makin jauh, Loren dengan tidak puas bertanya pada neneknya, "Nenek, kenapa kamu setuju kalau Kak Violet bercerai dengan Kakak?""Bukankah kita sudah sepakat untuk menyatukan mereka kembali?"Desi menghela napas, lalu menjawab, "Violet sudah berubah. Dia sudah nggak memiliki harapan lagi pada kakakmu.""Kalau begitu, kenapa Nenek tetap setuju?" Loren tidak mengerti. "Kalau dia pergi, mungkin dia nggak akan pernah kembali lagi.""Nanti kalau dia punya pria lain, dari mana kamu akan menemukan cucu menantu yang sebaik dia?""Aku juga nggak akan pernah punya Kakak Ipar yang lebih baik darinya!""Kamu ini ...." Desi mengetuk dahi Loren sembari menjelaskan, "Kamu hanya melihat sikap Violet yang telah berubah. Tapi apa kamu nggak melihat kalau kakakmu juga sedikit berbeda?""Benarkah?" Loren tidak menyadarinya. "Bukankah dia tetap saja dingin dan nggak berperasaan? Nenek, kebetulan saja dia kakak kandun

Latest chapter

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 400

    "Violet ...."Leon yang sempat pingsan perlahan sadar kembali, "Nggak ada gunanya .... Sebelum mati, Adis sudah katakan, racun ini hanya dia sendiri yang bisa sembuhkan. Setelah kematiannya, aku tidak bisa temukan orang lain yang bisa bantu aku hilangkan racun ini.""Jadi jangan repot-repot lagi. Toh, hidupku juga sudah nggak ada harapan, begini juga sudah cukup baik.""Omong kosong apa itu!" Violet paling sebal mendengar kata-kata putus asa seperti ini. "Apa maksudmu hidupmu nggak ada harapan lagi? Bagaimana dengan nenek dan adik perempuanmu, mau kamu tinggalkan begitu saja?""Aku juga nggak tega tinggalkan mereka ... dan lebih nggak tega tinggalkan kamu ...." Leon menatap Violet dengan penuh perasaan. "Violet, aku tahu hubungan kita memang benar-benar sudah nggak ada harapan. Tapi, saat memikirkan bahwa aku nggak akan pernah bisa lihat kamu lagi, aku benar-benar merasa berat untuk lepaskan kamu."Violet, dulu aku sadar perasaanku terlalu terlambat, itulah yang buat kamu menderita beg

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 399

    Setelah ucapan Violet tadi, Leon segera tampak tidak bersemangat.Kalau sebelumnya dia masih menyimpan sedikit harapan, sekarang secuil harapan pun tidak ada lagi.Sikap Violet sudah sangat jelas memperlihatkan bahwa Leon tidak punya kesempatan sedikit pun.Namun, Leon tidak berniat menyerah begitu saja. Hati seorang wanita sebenarnya tidak sulit untuk dimenangkan.Seperti kata pepatah, "Ketulusan bisa membelah batu". Asalkan dia cukup tulus, membuat Violet jatuh cinta lagi bukanlah hal yang mustahil!Memikirkan hal itu, semangat Leon pun membaik kembali. Dirinya mulai sering menunjukkan perhatian di depan Violet.Salah satu caranya mendekati Violet adalah, memberinya hadiah.Tentu saja, hadiah itu tidak boleh terlalu mahal tetapi juga tidak boleh terlalu sederhana.Jadi, dia membuatkan satu hadiah untuk Violet dengan tangannya sendiri.Sebuah liontin yang diukir dari kristal dengan bentuk wajahnya, terlihat sangat indah dan rumit.Saat memberikan itu, Leon berkata, "Terima kasih sudah

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 398

    Leon menggeleng, "Memang musuhku cukup banyak. Kalau soal yang jago teknologi peretasan, ada sih, tetapi nggak ada yang bisa tandingi kemampuanmu.""Bagaimanapun, bahkan aku saja nggak bisa kalahkan kamu, apalagi mereka."Violet terdiam sejenak. Kenapa kalimat itu terdengar seperti sedang menyanjung?Sudahlah, yang penting Leon baik-baik saja, dan Violet tidak memperpanjang masalah ini.Hanya saja, setelah itu Violet tidak terus-menerus mengurung diri di ruang apotek lagi.Pertama, karena dia khawatir orang itu akan datang lagi. Kedua, karena penelitian obat penawar juga sudah hampir selesai.Melihat tujuan yang diinginkan mulai tercapai, Leon diam-diam merasa puas. Meski begitu, di permukaan dia tetap berlagak tenang.Taman di Vila Magnolia sangat luas dan penuh dengan bunga-bunga kesukaan Violet.Ada juga pergola anggur di sana.Hanya saja, sekarang sedang musim dingin, jadi taman itu tidak seindah dan sehidup saat musim semi. Namun, taman tetap saja terlihat menawan.Terutama saat s

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 397

    Sebenarnya, dia kan sudah sebesar itu. Walaupun tengah malam menghilang, seharusnya tidak perlu terlalu dikhawatirkan.Mungkin saja dia sedang sibuk dengan urusan tertentu.Bagaimanapun, Grup Jiwono adalah perusahaan sebesar itu, tidak mungkin semuanya diserahkan sepenuhnya pada Joshua.Namun, di sisi lain ... urusan apa yang begitu mendesak sampai tidak sempat memberi kabar sama sekali?Apalagi, saat ditelepon pun Leon tidak mengangkat.Sambil mengendarai mobil, Violet menyusuri sekitar Vila Magnolia, tetapi jejak Leon tetap tidak ditemukannya. Hati Violet pun mulai diliputi firasat buruk.Meskipun Adis sudah tiada, Leon masih punya musuh lain. Bagaimana kalau salah satu musuhnya datang untuk membalas dendam ....Namun, kemudian Violet merasa dirinya terlalu berlebihan. Musuh-musuh Leon seharusnya tidak berani mendekati wilayah kekuasaannya.Sebelum bergerak, mereka pasti akan mencari tahu siapa lawan mereka, dan mempertimbangkan apakah mereka sanggup menanggung akibatnya.Tiba-tiba,

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 396

    "Kalau begitu, ganti orang lain saja!""Kamu sendiri tadi bilang, nggak ada yang lebih kenal kebiasaan hidupku selain Joshua. Tapi, kalau memang ada orang lain ... orang itu ...."Mata hitam Leon menatap Violet dengan tajam, "Tak lain dan tak bukan adalah kamu!"Violet terperanjat.Violet merasa seperti jatuh ke perangkap sendiri.Seharusnya dia tidak ikut campur, tetapi dia benar-benar khawatir dengan kesehatan Nenek ....Setelah berpikir sejenak, Violet berkata pada Leon, "Kamu bisa ikut aku kembali ke Vila Magnolia, tetapi kamu harus janji padaku, jangan lakukan hal yang nggak seharusnya dilakukan, jangan katakan hal yang nggak seharusnya dikatakan.""Begitu racunmu ditawarkan, kamu harus segera pindah, setelah itu kita nggak akan ada hubungan apa pun lagi!"Begitu racunnya terobati, hutang itu pun lunas, jadi tak perlu ada lagi kontak di antara mereka.Melihat ketegasan di mata Violet, Leon tidak menunjukkan banyak emosi. Mata hitamnya hanya sedikit meredup, lalu dia mengangguk, "B

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 395

    Violet berdiri di sana, memperhatikan selama lebih dari sepuluh menit, tetapi tidak menemukan keanehan apa pun di wajah Leon.Kalau ini adalah penyamaran, Violet pasti bisa langsung mengenalinya. Kulit di wajahnya jelas asli, jadi sama sekali tidak mungkin Adis menyamar menjadi dia.Masih belum merasa tenang, Violet menunggu sampai Leon berbalik badan, lalu memeriksa bagian belakang kepalanya dan belakang telinganya, tetapi tetap tidak menemukan bekas apa pun.Karena ini bukan hal sepele, Violet akhirnya menghipnosis Leon, tetapi hasilnya tetap sama.Jadi, sepertinya mereka memang tadi terlalu banyak berpikir.Dengan pikiran itu, Violet akhirnya merasa lega dan keluar dari kamar Leon tanpa suara.Namun, tak lama setelah kepergiannya, Leon yang tadinya memejamkan mata tiba-tiba membuka matanya. Sepasang mata hitam itu bersinar dengan kilatan tajam yang mengerikan di dalam kegelapan kamar....Keesokan paginya.Leon sudah bangun lebih awal. Saat dia membuka pintu, Violet yang hendak meng

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 394

    "Bagaimana anak nakal itu?""Kak, kakakku nggak apa-apa, 'kan?"Melihat yang tua dan yang muda, keduanya penuh dengan kekhawatiran pada Leon, Violet segera tersenyum menenangkan, "Hanya masalah kecil, sudah terselesaikan. Aku di sini, apa yang kalian khawatirkan lagi?"Sambil berkata begitu, Violet memapah lengan nenek itu, "Sudah malam, tekanan darah Nenek mudah naik, cepatlah tidur.""Lalu, kamu?" Nenek itu melihat jam dinding yang menghadap ke tangga, "Sekarang sudah lewat jam dua, kalau kamu pulang pasti sudah hampir pagi, tidurlah di sini saja!"Loren ikut berbicara, "Benar, Kak, sudah lama aku nggak ketemu kamu. Aku punya banyak hal yang mau aku ceritakan. Nanti kita tidur bareng, ya?"Tatapan penuh harap Loren membuat Violet tidak bisa menolak. Lagi pula, memang sudah larut malam, jadi dirinya mengangguk setuju, "Oke!"Sebenarnya, tidak pulang juga bukan masalah. Meskipun racun dalam tubuh Leon sudah ditekan dengan akupunktur, itu hanya untuk sementara, kalau terjadi sesuatu lag

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 393

    Kalau dibilang tidak peka, tetapi dirinya tidak pernah bisa membantah keinginan Violet.Seharusnya, dalam situasi seperti ini, Leon mestinya terdiam kehabisan kata-kata. Namun nyatanya, dia justru pandai memanfaatkan kesempatan. "Aku tahu, jadi di saat-saat terakhir hidupku, aku harus ungkapkan isi hatiku. Kalau nggak, aku nggak akan punya kesempatan lagi.""..." Violet meliriknya sekilas tanpa berkata apa-apa, lalu melanjutkan akupunktur dengan pikiran terpusat.Di saat Violet tidak tahu bagaimana harus menanggapinya, sikap terbaik adalah mengabaikannya.Setelah diterapkan akupunktur pada tubuhnya sekitar dua puluh menit, kondisi Leon akhirnya membaik, wajahnya tak lagi sepucat tadi.Violet berdiri tegak di sisi ranjang, memandangnya dari atas. "Sekarang, bagaimana perasaanmu?"Leon tampak lemah seperti boneka rapuh yang bisa pecah kapan saja. Dengan suara lirih, dia menatap Violet. "Jauh lebih baik. Sebenarnya, aku nggak mau repotkan kamu. Tapi, siapa sangka, akhirnya tetap membuatmu

  • Sayang, Yuk Balikan   Bab 392

    "Selama bertahun-tahun ini, meski banyak hal tak kudapatkan, setidaknya aku jadi mahir memasak."Violet pun tak sungkan, "Baiklah!"Melihat Felicia berjalan menjauh, Violet baru berbalik dan melangkah pergi. Dua hari berikutnya, Violet sepenuhnya berfokus pada peracikan obat penawar.Selama dua hari itu, Leon sama sekali tak meneleponnya.Ini membuat dirinya sempat berpikiran buruk.Namun setidaknya, ini membuktikan kalau racunnya belum kambuh dan Pil Embun memang berfungsi.Karena itu, Violet merasa lebih tenang.Akan tetapi, yang tak disangkanya, justru bukan Leon yang menelepon, melainkan Loren. Pada malam hari ketiga, suara cemas Loren terdengar di telepon, "Kak, cepat datang! Sesuatu terjadi pada kakakku!"Mendengar nada panik itu Loren, Violet langsung tahu ini masalah besar. Tanpa berpikir panjang, Violet segera mengemudikan mobil ke rumah lama Keluarga Jiwono.Begitu masuk, terlihat si Nenek dan Loren menunggu dengan wajah penuh kekhawatiran.Violet segera berjalan mendekat, "N

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status