"Mmm," jawab Jimmy dengan anggukan."Sangat disayangkan, dulu aku sangat optimis padanya," tambah Grace.Sebagai aktris senior yang berbakat, Grace sudah dianggap sebagai seorang artis pertunjukan. Bagi Grace, reputasi di dunia hiburan sudah tidak terlalu penting. Dia sungguh-sungguh berharap agar dunia hiburan bisa memiliki aktor-aktris baru berbakat yang dapat mengangkat dunia seni pertunjukan, bukan hanya dipenuhi oleh selebriti dengan popularitas semata serta kemampuan akting yang hampir tidak bisa disebut kemampuan.Jimmy tidak menghiraukannya lagi. Matanya terus tertuju pada Lily, tidak dapat berpaling.Hingga akhirnya, penampilan Lily selesai.Lily memberi hormat kepada penonton dan juri, kemudian bersiap-siap untuk turun dari panggung."Lily, tunggu sebentar." Tiba-tiba, pembawa acara muncul dari belakang panggung dan menghentikan Lily.Sebelumnya, selama gladiresik tidak ada sesi ini.Semua peserta yang perlu diwawancarai di tempat, sudah diberi tahu sebelumnya. Lily yakin dir
"Tidak," Lily membantah, berusaha untuk bersenda gurau, "Untungnya aku masih termasuk kaum lajang.""Jika begitu, aku rasa kemampuan aktingmu masih bisa diharapkan," kata Charles."Terima kasih, Juri Charles," ucap Lily sambil memberi hormat sebagai tanda terima kasih."Barusan, aku merasa cukup terkesan dengan penampilanmu. Lily, masih ingatkah kita pernah bekerja sama?" tanya Benjamin."Tentu saja ingat," jawab Lily sambil tersenyum.Keduanya sebenarnya debut di industri hiburan pada saat yang bersamaan, tetapi Lily lebih cepat meraih popularitasnya. Namun, ada pasang ada surut.Sekarang, Benjamin yang menjadi juri, sementara Lily menjadi peserta."Mendengar komentar dari Juri Grace dan Sutradara Charles tadi, apa yang mereka katakan sudah sangat benar, jadi aku tidak akan banyak berkomentar lagi. Aku hanya berharap kamu bisa terus maju di panggung ini. Semangat," kata Benjamin memberikan semangat."Terima kasih, Guru Benjamin." Lily sekali lagi membungkuk untuk memberi hormat.Saat
Lily tersenyum tipis tanpa memberikan balasan. Dia tahu benar semua orang di sini adalah pesaing.Makin baik penampilanmu, makin buruk hubunganmu dengan orang lain. Lily sudah mulai merencanakan langkah-langkah selanjutnya.Setelah pertunjukan panggung awal selesai, semua aktor akan dipanggil ke panggung untuk memulai putaran pertama eliminasi. Beberapa orang sudah ditetapkan sebelumnya. Tidak diragukan lagi, setiap acara pasti melibatkan kecurangan di balik layar, tetapi sebagian besar peserta diperlakukan dengan adil. Dari tiga puluh orang, hanya lima belas yang bisa maju ke babak berikutnya.Lily berdiri di sudut yang agak pinggir, tanpa menaruh harapan apa pun. Aturan eliminasi putaran pertama sangat sederhana. Para juri langsung berdiskusi dan memilih, nama yang terpilih berarti lolos masuk ke babak berikutnya. Sebaliknya, nama yang tidak terpilih harus meninggalkan panggung.Nama-nama mulai bergema di telinga Lily, satu per satu, sampai yang terakhir. Pembawa acara memberi
Jimmy menatap tangan di depannya. Apakah itu karena riasan? Jimmy merasa tangan Lily terlihat agak kasar. Tangan Lily tergantung di tengah udara dengan canggung karena Jimmy tidak merespons untuk waktu yang lama. Lily mengira setidaknya Jimmy akan bersikap sedikit ramah di depan publik. Bagaimanapun, Jimmy sudah bersalaman dengan setiap aktor di depan Lily. Ternyata Jimmy tetap masih tetap tidak bisa menerima Lily.Lily tersenyum, seolah-olah tak merasa tersinggung dan menarik tangannya kembali. Dia melangkah melewati Jimmy dan menghampiri Benjamin dengan hormat, sama seperti yang dia lakukan pada juri sebelumnya.Lily pun tidak menyadari setelah dirinya pergi, Jimmy mengulurkan tangannya sedikit, lalu ditarik kembali.Setelah sesi berjabat tangan antara aktor dan juri selesai, semua aktor kembali ke ruang tunggu. Lily duduk di ruang rias umum untuk membersihkan riasannya. Hani juga tengah membersihkan riasannya. Dia juga berhasil lolos ke babak berikutnya."Selamat ya, Lily, k
Lily tidak ingin berkata lebih banyak lagi.Makin banyak dia menjelaskan, makin banyak kesalahannya.Lily berdiri dan beranjak pergi pergi."Berhenti." Aktris berlari mendekatinya dan berkata, "Kamu bahkan tidak meminta maaf pada Jolin?""Mengapa aku harus minta maaf?" tanya Lily dengan heran."Kamu merebut posisinya untuk lolos, memangnya tidak perlu minta maaf?" balas aktris itu."Tempat itu diberikan oleh para juri kepadaku, jika kalian merasa itu tidak adil, seharusnya kalian bicarakan pada mereka, bukan aku," ujar Lily."Lily, kamu benar-benar pandai melempar tanggung jawab," balas aktris itu."Aku hanya berkata sesuai fakta," kata Lily."Biar aku beri tahu satu fakta lain, jika kamu tidak meminta maaf secara resmi pada Jolin hari ini, jangan berharap bisa meninggalkan stasiun televisi ini," ancam aktris itu.Lily hanya diam dan mengerutkan keningnya."Kita lihat siapa yang bisa bertahan lebih lama." Aktris berlagak sombong dan menghalangi jalan Lily.Lily berusaha menenangkan emo
Saat menyaksikan apa yang terjadi tadi, Jimmy terus berharap Lily akan melawan. Bahkan jika terjadi masalah, Jimmy bisa membantu Lily menyelesaikannya tanpa diketahui Lily. Namun, pada akhirnya, Lily memilih untuk berdamai. Jelas-jelas Lily tidak bersalah, tetapi wanita itu lebih memilih untuk disalahkan daripada membela diri dan menimbulkan masalah.Jimmy merasa sungguh sakit hati....Di depan pintu utama Ragam Bandung. Setelah meninggalkan gedung, Lily langsung berjalan menuju stasiun kereta bawah tanah. Dia memakai masker dan topi bebek untuk menyembunyikan dirinya dengan baik, tidak mungkin ada yang bisa mengenalinya. Faktanya, ketenarannya sudah turun, tidak ada yang akan mengenalinya sekarang.Namun, sedia payung sebelum hujan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.Langkahnya agak cepat. Pada saat itu, dia mendengar seseorang memanggil namanya dari belakang, "Lily."Jantung Lily berdebar.Langkahnya berhenti sejenak, tetapi Lily tidak berani berbalik.Dia menggigit bib
"Bukankah aku sudah pulang sekarang?" ujar Lily dengan nada bercanda."Aku kira kamu tidak akan kembali lagi!" keluh Laura.Tentu saja, Lily tidak berani mengaku dia memang berencana untuk tidak kembali.Selama beberapa tahun ini, dia juga telah menjadi lebih halus."Aku hanya pergi sebentar untuk menyegarkan pikiran. Saat suasana hatiku membaik, tentu saja aku akan kembali." Lily berusaha menjelaskan."Mengapa kamu tidak menghubungi kami selama tiga tahun?" tanya Laura, terdengar masih kesal."Memangnya aku tidak boleh merasa rendah diri sedikit? Kalian semua dari keluarga kaya-raya, sementara aku hidup miskin dan terpuruk. Aku akan merasa iri, tahu?""Lily, bicara yang serius!" tegur Laura."Ya, aku hanya takut jika aku menghubungi kalian, kalian akan mengkhianati aku. Aku tidak ingin bertemu dengan banyak orang di Bandung, jadi aku memilih untuk bersembunyi," jelas Lily. "Siapa mereka?" tanya Laura."Kalian belum tahu?" tanya Lily sambil tertawa."Jimmy?" tanya Laura."Tidak sepenu
Tiga tahun tak bertemu.Namun, tak disangka sama sekali, mereka tidak merasa asing satu sama lain.Kepribadian Lily tetap hidup dan ceria.Sungguh, apakah tiga tahun sudah cukup bagi Lily untuk melepaskan semuanya?Melepaskan Jimmy, melepaskan Doni, melepaskan Keluarga Purnomo?Makan malam tiga orang itu berlangsung dengan suasana yang sangat baik.Setelah makan malam, mereka tidak tinggal terlalu lama. Mereka bersiap-siap untuk pergi setelah membayar tagihan.Baru saja keluar dari ruang makan.Langkah tiga orang itu sejenak terhenti.Karena mereka melihat Nini.Selain Nini, ada juga Doni yang bergandengan tangan dengan Tammy.Sepertinya mereka baru saja makan malam dan bersiap-siap untuk pergi.Sungguh pertemuan yang tak terduga.Lebih tepatnya, pertemuan Lily dengan mereka, merubah suasana menjadi sedikit canggung.Ketika Nini melihat Lily, ekspresinya tampak sedikit terkejut.Lily menghilang setelah Nini menolak gadis yang pernah menjadi anaknya ini.Menghilang selama lebih dari tig
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug