Pesan WhatsApp Warto buru-buru melompat keluar, "Cintia, di mana kamu? Kenapa kamu tidak di hotel? Aku mendengar dari hotel, kamu pergi ke rumah sakit tadi malam? pingsan? Bagaimana kamu bisa pingsan!"Serangkaian beberapa pertanyaan dikirim.Cintia benar-benar bisa merasakan kegembiraan Warto."Aku di rumah sakit, tapi baik-baik saja, aku hanya demam tadi malam," jawab Cintian dengan sepenuh hati."Di rumah sakit mana, aku akan segera datang.""Aku langsung keluar dari rumah sakit.""Kalau begitu aku akan menjemputmu dari rumah sakit.""Setelah aku keluar dari rumah sakit, aku akan kembali ke Jakarta.""Aku kebetulan pergi ke Jakarta, aku bersamamu."Cintai benar-benar pasrah. Warto ini seperti plester kulit anjing dan dia tidak bisa melepaskannya."Cintia, biarkan aku menemanimu, aku tidak mengkhawatirkanmu sendirian." Warto memaksa.Dia hanya tahu Cintia tidak bisa menahannya berbicara sepanjang waktu."Kamu sudah selesai?" Cintia berkompromi.Dia tidak tahu mengapa Warto datang k
"Hah, mengakuinya?" Leon berhasil.Cintia diblokir dalam satu tarikan napas dan wajahnya merah padam."Ke mana kamu akan pergi terburu-buru?" Cintia memutuskan untuk mengganti topik pembicaraan.Jangan mengatakannya.Dia tidak bisa mengatakannya.Dia tidak ingin memintanya.Leon tiba-tiba menjadi tercengang.Cintia mengerutkan kening.Bukankah itu cukup jitu?Pertanyaan yang begitu sederhana, membuatnya bingung?"Aku hendak buang air kecil, ok!" kilah Leon menahannya dan tersedak beberapa kata."Kenapa kamu bisa salah arah?""Aku mengantuk, oke!" Leon meninggikan suaranya."Kenapa malah menjadi galak!" Cintia juga marah.Benar-benar parah, sukar untuk berbicara yang baik dengan Leon."Aku ...." Leon tidak bisa berkata lagi."Kamu memiliki ginjal yang bagus, bukan! Apakah kamu belum buang air kecil?"Wajah Leon memerah dan ketika pergi, dia bergumam dengan tidak puas, "Aku masih memiliki ginjal yang baik."Kemudian dia bergegas ke kamar mandi dan pintu dibanting tertutup.Cintia menari
Cintia dan Leon menaiki mobil untuk kembali ke hotel bersama-sama.Selama perjalanan, keduanya tidak ada yang berinisiatif berbicara, mereka tetap diam seperti orang asing yang berbagi mobil.Setelah tiba di hotel, mereka juga menjaga jarak dengan berjalan memasuki hotel satu per satu, lalu masuk ke lift.Di masa depan, mereka berdua terlihat seperti akan pernah berinteraksi satu sama lain.Saat tiba di lantai tersebut, kamar Cintia yang bernomor 666 ada di depan.Cintia baru hendak membuka pintu dengan menggunakan kartu."Kejutan!"Warto tiba-tiba membuka pintu.Setelah itu, bunga segar yang dilemparkan olehnya pun memenuhi lantai.Cintia benar-benar terkejut.Warto biasanya sangat tenang, juga merupakan tokoh elit di arena politik, tapi kenapa dia makin ... sembrono ketika di hadapannya?Warti melihat ekspresi Cintia yang datar, lalu bertanya dengan gemetar, "Kamu tidak suka, ya?""Aku tidak menyukainya.""Aku berpikir bahwa bunga yang kubeli hari itu sudah sia-sia, jadi aku petik ke
"Aku tidak berpikir begitu." Cintia menyangkalnya.Kepribadian Samuel tidak seburuk Leon."Bagus kalau kamu tidak berpikir begitu. Kalau tidak, kamu akan meninggalkanku untuk baikan dengan pria yang mirip dengan Samuel.""Tidak akan pernah." Cintia tegas dengan keputusannya.Hal semacam ini benar-benar mustahil.Cintia dan Warto kembali ke kamar hotel. Setelah makan siang, mereka menuju bandara dengan menaiki mobil khusus dari hotel.Setelah memasuki kelas bisnis, tempat duduk Cintia dan Warto tidak berdekatan karena mereka tidak memesan tiket secara bersamaan.Warto menunggu orang yang duduk di samping Cintia itu datang, lalu hendak menukar tempat duduk dengannya.Pada akhirnya, Cintia dan Warto pun terkejut ketika melihat orang itu.Jodoh sialan macam apa ini?Tidak, ini nasib yang buruk!Orang itu ternyata adalah Leon!Dia tidak berada di Kota Jakarta, untuk apa pergi ke Kota Bandung kalau tidak ada urusan?Hal ini membuat Cintia merasa bahwa orang ini sedang mengikutinya.Ekspresi
"Tidak," kata Cintia dengan kesal."Bagaimana kalau kita berdua yang tukar tempat duduk?" saran Warto.Mata Cintia bergerak.Mengapa tidak terpikirkan olehnya.Warto memang cerdas."Oke."Cintia segera setuju.Warto juga sangat proaktif dan segera pindah ke tempat duduk Cintia.Leon menoleh untuk melihat sekilas, lalu melihat Warto duduk di sebelahnya. Wajahnya terlihat masam.Suasana hati Warto tiba-tiba menjadi sangat baik.Pada awalnya, dia merasa terintimidasi oleh Leon yang arogan, tapi jelas sekarang dia telah memenangkan permainan.Suasana hati Cintia juga baik.Cintia tidak menyangka bahwa ada suatu hari di mana seorang pria yang "tidak berarti" akan memengaruhi suasana hatinya.Pesawat lepas landas menuju Kota Bandung.Leon membaca koran lokal dengan ekspresi serius."Apakah kamu memahaminya?" tanya Warto.Leon mengabaikan."Kamu mengenali huruf ini?" Warto sama sekali mengabaikan Leon yang tidak peduli terhadapnya, lalu terus bertanya, "Walaupun bisa mendengar dan berbicara,
"Hanya memberitahumu saja, jangan memprovokasi Cintia lagi, kalau tidak, aku tidak akan segan bertindak kasar padamu!""Sialan!"Lukas memaki, lalu mengenakan headset, penutup mata, dan menutup matanya.Warto tersenyum jahat.Apakah masih tidak bisa menyembuhkanmu?Berbicaralah.Orang ini memang sangat tampan.Ketika marah dan tidur, terlihat ….Hentikan!Tatapan mata Warto pun berubah.Warto lebih mencintai Cintia saat ini.…Setelah penerbangan selama dua jam, pesawat pun tiba di bandara.Cintia dan Warto berjalan bersama meninggalkan pesawat.Luke mengikuti di belakang mereka.Setelah meninggalkan bandara, Cintia pergi bersama Warto.Cintia merasa dirinya tidak mungkin bertemu Luke lagi.Lagi pula, Kota Jakarta begitu luas.Di Kota Jakarta, setidaknya orang seperti Luke akan tinggal di hotel. Jadi, tidak masalah kalau mereka memiliki hubungan yang buruk. Ketika tiba di Kota Jakarta, Cintia tidak akan tinggal di hotel, mereka berdua pun tidak akan saling berhubungan dan bertemu lagi.
Cintia berjalan ke arah Jimmy dan duduk di sampingnya.Dibandingkan dengan yang lainnya, Cintia memiliki kesan yang baik pada Jimmy.Jimmy menyambut Cintia dan mengobrol beberapa kata.Telepon Jimmy berdering dan dia pun berdiri.Cintia membantunya."Tidak perlu, terima kasih." Jimmy selalu bertindak sopan.Jimmy berdiri dengan tongkatnya dan berjalan ke samping.Berjalan selangkah demi selangkah.Ketika Jimmy menerima pengobatan di luar negeri, nyawanya berhasil diselamatkan, namun kaki kanannya terluka parah.Untungnya, kakinya tidak perlu di amputasi.Namun, pada akhirnya, Jimmy tidak bisa berjalan dengan normal.Cintia tidak bertanya siapa yang menelepon.Mereka juga tidak terlalu akrab.Jimmy pun mencari topik pembicaraan, "Apa kamu suka menonton acara hiburan?""Kenapa?" tanya Cintia dengan nada terkejut."Aku baru saja menerima telepon, Ragam Bandung akan mengadakan acara hiburan yang berjudul 'Get Ready, Performers!'. Mereka mengundang beberapa aktris untuk mengikuti pertanding
"Pernahkah kamu berpikir untuk mencari Lily?" Cintia sontak bertanya pada Jimmy karena sudah tidak tahan.Jimmy menggelengkan kepalanya.Kemudian, Cintia bertanya pada Jimmy lagi, bertanya apa yang terjadi antara mereka berdua dan Doni dan mengapa Doni putus dengan Lily.Jimmy memberi tahu kebenarannya pada Cintia, kalau ibu Doni datang mencari Lily. Lalu, Lily meminta bantu Jimmy agar Lily bisa putus dengan Doni.Cintia bertanya lagi, jika Lily dan Doni sudah putus, mengapa Jimmy tidak memilih untuk bersama Lily?Jimmy tetap diam.Hingga saat ini, Jimmy tidak pernah menjawab pertanyaan ini dari Cintia.Sampai sekarang, Jimmy juga belum pernah mencari Lily.Cintia selalu merasa Jimmy masih menyukai Lily. Jadi, mungkin karena Lily benar-benar telah menolak Jimmy dan karena Jimmy tahu dirinya tidak bisa mendapatkan Lily kembali, jadi dia memilih untuk melepaskannya.Atau mungkin ....Jimmy menyerah karena cacatnya sendiri?"Lily, dia sudah menemukan kebahagiaannya sendiri," kata Jimmy de
Hanya dengan melihatnya saja semua orang sudah tahu bahwa gelang ini tak ternilai harganya. Ini juga sejenis harta karun yang tak ternilai.Tidak mungkin dapat Cintia terima."Ini tidak ada hubungannya dengan Natasya. Kamu baru saja pulang kembali ke Keluarga Anggono. Ini adalah pertemuan pertama kita dan ini adalah hadiah dari Nenek. Tak perlu malu-malu. Kalau kamu masih tak mau menerimanya, aku pasti akan marah," ujar Nyonya Besar Ria dengan sengaja."Kak Cintia, jangan sungkan. Ini adalah niat baik dari nenekku, kamu ambil saja." Natasya yang berada di samping Nyonya Besar Ria melanjutkan omongannya, "Gelang ini sebenarnya kami pilih dari kotak perhiasan gelang giok nenek untuk waktu yang cukup lama. Leon dan aku merasa ini cocok untukmu, coba kamu pakai dan lihatlah."Cintia benar-benar tidak ingin berutang budi kepada siapa pun."Cintia, karena Nenek Ria yang memberikannya padamu, kamu ambil saja," sebut Tuan Besar Ricky yang berada di sampingnya.Cintia tidak punya pilihan selai
"Kamu tak mau pulang?" Cintia mengangkat alis matanya."Bukan itu, hanya saja ...."Hanya saja karena Leon, 'kan?Karena Erikson berpikir Leon adalah papinya, jadinya Erikson ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Leon.Cintia bahkan mulai meragukan apakah Erikson sebenarnya pergi mencari Leon hari ini.Terpikirkan akan kemungkinan ini, Cintia semakin kukuh dengan pendiriannya dan berencana untuk meninggalkan Kota Jakarta. "Oke." Erikson berkompromi.Bagaimana pun juga, Mami sudah tidak suka Papi lagi.Papi memang sudah keterlaluan.Kemarin, dia masih bisa melihat muka Mami, kemudian pergi melindungi perempuan lain dan memarahi Mami. Mami membencinya, pasti begitu."Mami, aku akan kembali tidur. Selamat tidur.""Selamat tidur."Erikson kembali ke kamarnya.Dia melihat hasil tes DNA yang berada di meja dan ingin menunjukkannya kepada Maminya.Hari ini, hanya demi kertas hasil tes DNA ini, Erikson sudah menghabiskan waktunya seharian. Namun sekarang, itu sudah tidak berguna lagi
"Oh, begitu." Keraguan Laura terhapuskan.Dalam kehidupan Cintia, selain Erikson, hanya ada Erikson.Apa pun yang Erikson mau, sudah pasti tidak akan Cintia tolak. "Omong-omong, aku sudah mulai sedikit merindukan Erik." Lily tiba-tiba mengirimkan pesan itu."Apa kamu mau menemuinya? Dia sudah tumbuh menjadi seorang pria ganteng, tinggi badannya juga kurang lebih sama denganku." Cintia berinisiatif untuk mengundang teman-temannya."Lupakan saja, kita bicarakan lagi sewaktu aku sudah mapan." Lily menolak ajakan itu dan melanjutkan mengirim pesan, "Dulunya aku hidup dengan glamor, aku tak bisa membiarkan Erik berpikir aku sudah tidak sesuai lagi. Apa pun yang kuperbuat, juga tidak terlalu rendah dari yang Tammy miliki, 'kan?""Kamu masih saja peduli dengan keberadaan Tammy," sela Laura."Omong kosong, memangnya kamu tidak? Aku hanya menerima ujian yang diberikan pencipta padaku. Tunggu aku sampai berhasil, namaku pasti akan melejit sampai ke langit."Cintia tidak bisa menahan dirinya unt
Erikson baru kembali pulang rumah larut malam.Kalau bukan karena panggilan yang terus terhubung, Cintia sudah pasti akan mengira Erikson telah diculik."Kamu pergi bermain ke mana, kenapa sangat lama?" Cintia bukan sedang menyalahkan Erikson.Cintia juga tidak akan menyalahkan Erikson.Cintia hanya merasa penasaran. Erikson selalu patuh dengan ibunya, tetapi setelah tahu kalau Erikson sudah terlalu lama jauh dari ibunya, tentu ibunya akan menjadi sangat khawatir, tetapi Erikson tetap memilih untuk pulang larut malam. Erikson lantas melihat Cintia, tidak mengatakan apa pun.Erikson masih belum sempat menjawab."Sudah pulang saja sudah bagus. Erik, lain kali harus pulang lebih awal, ya. Mami-mu hampir mau menelepon polisi, loh," canda Tuan Besar Ricky."Iya, Kakek Buyut," ujar Erikson sembari menganggukkan kepalanya."Kamu pasti lapar, ya. Mari kita makan malam." Tuan Besar Ricky menarik tangan Erikson dengan hangat dan pergi berjalan ke meja makan.Erikson berbalik dan melihat pada Ci
Leon melihat ke arah Cintia dan melihat raut wajah Cintia yang sama sekali tidak memedulikannya.Sebelumnya, Leon selalu merasa mungkin Cintia memiliki udang di balik batu terhadap dirinya sendiri.Kalau dilihat-lihat kembali sekarang, Cintia benar-benar tidak punya niat yang lain juga. Cintia bahkan tampak seperti ingin menjauh dari Leon. Leon pun menelan ludahnya dan berkata, "Hati-hati di jalan."Leon dan Cintia juga benar-benar bertemu karena kebetulan saja.Tidak ada alasan kenapa mereka harus saling terlibat di kehidupan satu sama lain. Cintia mengangguk ringan, kemudian masuk ke dalam sedan Willy dan pergi. Di dalam mobil, Willy mengambil inisiatif untuk mulai berbicara, "Kenapa kamu tak membiarkan Leon meminta maaf?""Karena aku tahu dia itu orang yang tak punya perasaan. Untuk apa melihatnya meminta maaf?" ucap Cintia yang sedang bersandar di kursi mobil sambil melihat pemandangan di luar jendela."Apa kamu tidak menyimpan perasaan yang lain … kepada Leon?" Willy mengataka
Leon menggigit bibirnya dengan ringan dan masih tidak mengatakan apa-apa."Benar, dia memang benar-benar terlalu khawatir denganku. Kalau tidak, dia juga takkan langsung menyerangmu karena dia tak tahu situasi sebenarnya. Leon biasanya bukan orang yang seperti itu," Natasya menjelaskan kepada Leon.Tampaknya, Natasya memang benar-benar ingin meredakan konflik antara Leon dan Cintia.Sebenarnya, tidak seorang pun tahu kalau Natasya sedang memamerkan hubungan yang dirinya miliki dengan Leon. Namun, karena Natasya dapat mengalirkan perasaannya itu dengan secara alami, orang-orang pun tidak merasa gusar dengan sikapnya itu."Orang-orang akan bersikap seperti itu kepada orang yang mereka sayangi." Cintia mengamini ucapan Natasya.Cintia juga merasa cukup jika permasalahannya sudah diselesaikan. Cintia sebenarnya juga tidak membutuhkan permintaan maaf apa pun. Benar-benar, sungguh-sungguh tidak memerlukan hal demikian. Karena ini bukanlah masalah yang begitu besar. "Jangan khawatir, Kak
Leon pun masuk ke dalam ruangan.Saat ini, Willy juga ikut terbangun karena suara bising.Willy juga tipe orang yang sangat mudah terbangun.Willy lantas melihat selimut yang ada di tubuhnya, kemudian melihat Cintia dan bertanya, "Sudah berapa lama aku tertidur?""Belum sampai sepuluh menit." Cintia merasa sedikit tidak berdaya.Cintia juga merupakan penderita insomnia kronis. Dia sangat paham betapa tidak nyamannya ketika tiba-tiba terbangun. Willy sendiri tidak terbangun dengan rasa marah karena kantuk, dia hanya meregangkan pinggangnya sambil mengatakan, "Aku sebenarnya tak kelelahan. Aku tak tahu kenapa aku bisa tertidur. Selimut ini, kamu yang berikan, ya?""Hanya kebiasaanku.""Oke."Willy senyum ringan.Cintia sangat takut untuk memberi tahu Willy bahwa sebenarnya Cintia sendiri juga bersikap baik kepada Willy!Sama persis seperti bibinya Willy."Masuklah."Leon tiba-tiba keluar dari dalam ruangan."Natasya ingin bertemu denganmu.'""Akhirnya dia terbangun juga," ujar Willy den
"Aku akan menemanimu." Willy memperjelas arah keberpihakannya.Willy berharap agar Cintia pergi.Namun, dia juga takkan membiarkan Cintia diperlakukan secara tidak adil."Tak perlu. Kamu sudah terjaga sepanjang malam tadi. Untuk hari ini, istirahat saja dulu.""Energiku masih banyak. Ayo, pergi."Cintia sempat ragu-ragu sebentar, pada akhirnya tidak menolak tawaran Willy.Willy sendiri ingin menyelesaikan masalah ini dengan baik-baik. Lagi pula, Willy adalah cucu tertua dari keluarganya dan memiliki kewajiban untuk membantu ayahnya. Kakeknya juga bertanggung jawab untuk menyelesaikan segala perkara besar dan kecil dalam keluarga. Di sisi lain, Willy juga ingin agar Cintia tahu bahwa Willy akan selalu berada di samping Cintia dan menjadi pelindungnya.Sebenarnya, Cintia sungguh tidak tahu mengapa Willy memperlakukan dirinya dengan begitu baik.Benar. Sekarang, Cintia memiliki reputasi yang besar dan sumber daya keuangan yang kuat di dunia luar, tetapi Cintia benar-benar berpandangan bah
"Jangan khawatir, aku pasti akan tumbuh tinggi." "Ya." Erikson pun mengangguk. "Aku pasti lebih tinggi dari Leon.""…."Ya, itu tidak perlu.Kalau lebih tinggi dari Leon, itu berati tinggi Erikson akan lebih dari 1,9 meter, bagaimana bisa lebih mudah menemukan jodoh?Setelah Erikson pergi.Cintia pun melepas penyamarannya.Hari ini sungguh, bukan hari yang menyenangkan.Dini hari berikutnya.Ada ketukan di pintu kamar Cintia.Cintia pun membuka pintu.Willy telah berdiri di depan pintu, wajahnya agak lelah.Bagaimana bisa ke rumah sakit, jika kamu jam segini baru pulang?Bagaimana dengan Natasya?Willy berkata, sambil minta maaf, "Maaf, telah membangunkanmu pagi-pagi sekali."Willy tidak mengetahui kalau Cintia menderita insomnia.Beberapa hari ini, di rumah Keluarga Anggono, Cintia selalu lupa membeli obat tidur.Sehingga, beberapa malam belakangan ini, Cintia hampir tidak tidur.Sebenarnya, tidak bisa dikatakan telah membangunkan."Bagaimana kabar Natasya?" Cintia berkata dengan lug